Anda di halaman 1dari 18

Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian Revisi Draft Proposal

DESAIN PENGEMBANGAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN)


BERBASIS KOGNITIF DAN KESADARAN BELA NEGARA

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya membangun jiwa bela negara pada masyarakat sedang mengalami penurunan
karena situasi dan kondisi masyarakat saat ini. Saat mengamati kecintaan masyarakat
terhadap tanah air pada masa sekarang sudahlah sangat memprihatinkan. Rasa nasionalisme
yang menurun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai warga negara yang baik
harus mencintai tanah airnya yang telah memberikan sumber kehidupan dan penghidupan.
Dengan demikian setiap warga negara harus tanggap dan waspada terhadap kemungkinan
adanya ancaman yang membahayakan yang datang dari dalam negari maupun luar negeri,
sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Oleh
karena itu, timbulah kesadaran dan pemahaman kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mendorong lahirnya semangat bela negara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa
Indonesia yang sesuai dengan falsafah UUD1945.
Pembinaan kesadaran bela negara merupakan upaya strategis dalam menghadapi
berbagai macam permasalahan dan tantangan bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi
persaingan antar bangsa. Target minimal pembinaan kesadaran bela negara adalah
menjadikan anak bangsa bangga sebagai bangsa Indonesia dan “berjiwa merah putih”.
Pelaksanaan pembinaan kesadaran bela Negara baik formal maupun informal salah satu
tantangan terberat dalam pembinaan kesadaran bela negara adalah menemukan instrumen
tepat dan kompatibel. Menurut Imam Pituduh, salah satu solusi adalah membuka ruang model
pendidikan bela negara berbasis masyarakat dan bela negara harus menjadi virus yang mudah
menyebar dengan konten bela negara kekinian. Menyelaraskan nilai-nilai kesadaran bela
negara sejak dini melalui jenjang pendidikan formal mempengaruhi nilai tersendiri untuk
siswa tingkat SMP. Jika hal tersebut diterapkan melalui instrumen ujian nasional (UN),
memberikan semangat mempelajari kesadaran bela negara terhadap siswa.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan
kedua atas peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
telah mengemukakan bahwa, penilaian hasil belajar bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dan dilakukan dalam bentuk
ujian nasional (PP No.13, 2005: Psl 63). Hasil ujian nasional digunakan sebagai dasar untuk
pemetaan mutu program dan satuan pendidikan, sebagai pertimbangan seleksi masuk jenjang

1
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

pendidikan berikutnya, dan sebagai pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (PP No.13, 2005: Psl 68).
Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 pada pasal 61, telah jelas
mengemukakan bahwa ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan prestasi
belajar dan/ atau penyelesaian Suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Sesuai dengan peraturan
pemerintah dan undang-undang tersebut telah jelas disebutkan bahwa urgensi ujian nasional
sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan dan peserta didik sebagai pebelajar sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajarnya pada penyelesaian suatu jenjang. Bagi lembaga
pendidikan itu sendiri, seharusnya merasa senang dengan adanya ujian nasional untuk peserta
didiknya, hal ini dikarenakan dengan adanya ujian nasional secara tidak langsung dapat
meningkatkan mutu program dan satuan pendidikan yang ada di suatu lembaga sekolah.
Sekolah berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerja guru terutama pada guru kelas tinggi,
berlomba-lomba memperbaiki mutu pendidikan ditingkat satuan pendidikan, memberikan
latihan-latihan soal dan uji coba kepada siswa hanya agar sekolahnya dapat meluluskan
seluruh dari siswa disekolah atau lembaga tersebut.
Hal tersebut dapat berbeda seandainya ujian nasional tidak diadakan pada penyelesaian
studi bagi peserta didik ditingkat akhir. Jika merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 61,
secara pasti bahwa tidak ada ijazah yang nantinya diberikan kepada peserta didik sebagai
bukti hasil prestasi belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya. Lalu, dengan apa jenjang
selanjutnya akan mengevaluasi calon peserta didik baru jika ujian ditiadakan.
Media Kompas yang merupakan salah satu media nasional yang ada di Indonesia, pada
Rabu 30 November 2016 memberikan pemberitaan bahwa Pemerintah berencana melakukan
moratorium Ujian Nasional mulai tahun ajaran 2017. Dalam wawancara dengan Mendikbud
Muhadjir Effendy menyatakan, UN akan dihentikan sementara karena selama ini dianggap
tidak optimal dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan nasional. Dijelaskan bahwa
Ujian Nasional (UN) lebih membebani siswa ketimbang menjadi peranti sosioedukatif untuk
melihat kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah. UN secara psikologis
dianggap membuat stres siswa (anak didik). Penghapusan UN untuk sementara waktu
(moratorium) merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi pihak yang berpegang teguh
pada filosofi pendidikan transformatif. Filosofi pendidikan transformatif sangat
mengharamkan adanya penyeragaman model evaluasi akhir pembelajaran bagi siswa.
Evaluasi akhir pembelajaran untuk naik jenjang pendidikan yang lebih tinggi sepenuhnya
merupakan otonomi dan kewenangan guru sebagai pendidik.
2
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan disimpulkan bahwa UN sangatlah penting untuk
mengukur kemampuan siswa dalam penyelesaian akhir pendidikan pada jenjang tertentu,
untuk masuk pada tingkat jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tanpa adanya UN sangatlah
sulit untuk mengukur prestasi belajar siswa. UN dinilai lebih memiliki banyak manfaat
didalamnya jika konten butir yang dibuat dalam instrumen UN dapat menyelaraskan tentang
makna kesadaran bela negara. Konten tersebut dibuat untuk memberikan manfaat lainnya
daripada hanya menuntut siswa untuk UN yang hanya mengukur tingkat prestasi belajar
siswa tanpa ada fungsi atau makna lainnya dari siswa mengerjakan butir soal yang ada.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang ada di Ombudsman tahun 2015, ujian nasional selalu menyisakan
masalah, baik dalam proses maupun usai pelaksanaannya. Masalah tersebut jika
dikategorikan, terdapat lima masalah inti yakni berupa penggaran prosedur, kecurangan,
masalah percetakan, computer based tests (CBT), kendala sarana dan prasarana, serta masih
banyak lagi. Permasalahan mengenai UN pada tahun 2014 sebesar 597 kasus, dan berkurang
pada tahun 2015 sebesar 413 kasus (Ombudsman Bidang Penyelesaian laporan, 2015).
Permasalahan yang terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia adalah kasus
kecurangan seperti bocornya soal UN, kerja sama pada saat ujian, listrik padam pada saat
CBT, koneksi server yang bermasalah, dan kendala ruang kelas yang kurang memadai.
Tahun 2015 hingga kini ujian nasional telah sedikit demi sedikit merevisi kebijakan yang
diterapkan sebelumnya, diantaranya yaitu UN bukan menjadi penentu kelulusan, karena porsi
nilai ujian sekolah lebih besar dibandingkan dengan UN. Kebijakan ini dinilai sudah baik
untuk siswa dibuktikan dengan berkurangnya ketegangan siswa dilapangan pada saat ujian
dilaksanakan (Ombudsman, 2015).
Melihat kepada fakta obyektif dimasyarakat kita saat ini sedang terjadi proses
pembusukan nilai-nilai jati diri bangsa, bangsa kita semakin brutal, sadis, individualis,
materialis dan sebagainya yang jauh dari sifat-sifat kultur bangsa. Salah satu indikator yang
memperihatinkan adalah korupsi yang semakin menggila yakni menurut Transparancy
Internasional dalam tiga tahun terakhir ini peringkat Indonesia berdasarkan persepsi bersih
dari korupsi meningkat dari 86 pada tahun 2000 menjadi peringkat 122 pada tahun 2003. Kita
harus menghentikan proses pembusukan ini dan melakukan arus balik untuk membangun
kembali jatidiri nasional melalui pembangunan karakter bangsa (character building).

3
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan suapaya penelitian
dapat dilakukan secara mendalam, maka tidak semua masalah yang telah di identifikasi akan
diteliti. Untuk itu, dibatasi dimana dilakukan penelitian sebagai berikut,
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian desain pengembangan USBN berbasis
kognitif dan kesadaran bela negara tingkat SMP dari setiap provinsi yang ada di
Indonesia, terpilih Jawa Barat sebanyak 1.302 sekolah negeri dan 1.558 sekolah swasta;
Bengkulu 312 sekolah negeri dan 35 sekolah swasta; Bali 223 sekolah negeri dan 173
sekolah swasta; Papua Barat 128 sekolah negeri dan 94 sekolah negeri dan 39 sekolah
swasta; serta Maluku 256 sekolah negeri dan 165 sekolah swasta (sumber data
http://data.kemenkopmk.go.id/content/jumlah-sekolah-di-indonesia).
2. Sampel yang dipilih yaitu setiap provinsi masing-masing mengambil 5 sekolah negeri
dan 5 sekolah swasta tingkat SMP dari seluruh populasi yang ada.
3. Variabel terikat yang diteliti yaitu kognitif siswa dalam desain pengembangan USBN
dan; kesadaran bela negara, kedua variable tersebut saling mempengaruhi secara
asimetris. Variabel bebas yang diteliti adalah desain pengembangan USBN.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasa masalah diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut,
1. Bagaimana Validitas Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
2. Bagaimana Keterlaksanaan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa dengan Desain Pengembangan Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
4. Bagaimana respon siswa dalam Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut,
1. Mengetahui hasil Validitas Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.
2. Mendeskripsikan Keterlaksanaan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.

4
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

3. Mendeskrisikan ketuntasan belajar siswa dengan Desain Pengembangan Sekolah


Berstandar Nasional (USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.
4. Mendeskripsikan respon siswa dalam Desain Pengembangan Sekolah Berstandar
Nasional (USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak tercapainya tujuan, maka dirumuskan manfaat
hasil penelitian seperti berikut,
1. Manfaat secara teoritis penelitian ini dapat menjadi referensi terkait dengan desain
pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela negara.
2. Manfaat secara praktis membantu memberikan solusi pada dunia pendidikan secara
khusus pada persoalan wacana moratorium UN di Indonesia saat ini.

II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR


A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Definisi Bela Negara
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, Suatu kelompok atau seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Menempatkan upaya pembelaan Negara sebagai hak dan kewajiban setiap warganegara
dalam Undang-Undang Dasar 1945, (pasal 30, sebelum amandemen), merupakan pemikiran
dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi karena menyangkut hak
asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI. Bela Negara bukan hanya upaya
mengantisipasi hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan dari aspek pertahanan dan
keamanan akan tetapi mencakup aspek ideologi, politik, ekonomi dan sosial
budaya.Simposum Nasional Bela Negara, yang diprakarsai oleh Ikatan Alumni Resimen
Mahasiswa pada tanggal 29-30 Mei 1991, yang dibuka oleh Presiden Soeharto di Istana
Negara, merumuskan pengertian bela Negara sbb:
a. Bela Negara sebagai kewajiban adalah pemerintah menetapkan kewajiban setiap
warganegara berdasarkan hukum, untuk berperan serta dalam usaha pembelaan Negara
disertai syarat-syarat dan sanksi tertentu.

5
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

b. Bela Negara sebagai hak adalah pemerintah mengakui, melindungi dan mendorong
warga Negara untuk berperan serta dalam usaha pembelaan Negara sesuai dengan
bidang profesi masing-masing.
Dengan demikian setiap warganegara dalam aktualisasi bela Negara dapat melakukan
wajib bela Negara atau hak bela Negara atau kedua-duanya sekaligus sebagai upaya bela
Negara. Lebih lanjut Simposium mengemukakan beberapa prinsip dasar aktualisasi
kesadaran bela Negara yakni;
a. Kesadaran bela Negara tumbuh sebagai gerakan nasional secara wajar yang
berkembang dari masyarakat luas yang bercirikan nilai-nilai kejuangan yang
mencerminkan bangsa pejuang.
b. Peningkatan kesadaran bela Negara haruslah mengakar kepada sejarah dan budaya
nasional yang mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia untuk tampil sebagai bangsa
yang besar dan berperanan menciptakan perdamaian dunia.
c. Pembudayaan kesadaran bela Negara berlangsung melalui suatu proses yang
memerlukan peran serta masyarakat, dilakukan melalui jalur pendidikan, agama dan
tradisi dengan pendekatan edukasi, persuasi dan simulasi.
d. Pembudayaan kesadaran bela Negara dilkalangan masyarakat luas haruslah menjadi
perekat persatuan dan kesatuan bangsa sepanjang masa. Simposium Nasional Bela
Negara tersebut, sudah juga ditindaklanjuti dengan sebuah Deklarasi Bela Negara pada
tanggal 31 Agustus 1991, yang intinya menegaskan bahwa bela Negara adalah nilai
luhur bangsa, harus dimasyarakatkan dan budidayakan secara nyata dan dijadikan
sebagai gerakan nasional pendidikan politik mencapai watak dan kpribadian bangsa
Indonesia sebagai bangsa pejuang. Menurut Alex Suseno dalam bukunya Pembudayaan
Kesadaran Hak Bela Negara (2002), Deklarasi Bela Negara adalah merupakan sebuah
pernyataan dan penegasan sikap (bangsa Indonesia) dalam memberi isi kepada
kemerdekaan yang telah direbut dan dipertahankan dengan banyak pengorganan dan
upaya mengaktualkannya adalah identik dengan niat teguh dan upaya bangsa Indonesia
mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekwen.
Disimpulkan bahwa Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut
yang merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI.
6
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

2. Tinjauan Definisi Kognitif


Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu
manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition
(kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi.
Jean Piaget mendefinisikan intellect ialah akal budi berdasarkan aspek-aspek
kognitifnya, khususnya proses-proses berpikir yang lebih tinggi (Bybee dan Sund, 1982).
Sedangkan intelligence atau intelegensi menurut Jean Piaget diartikan sama dengan
kecerdasan yaitu seluruh kemampuan berpikir dan bertindak secara adaptif termasuk
kemampuan-kemampuan mental yang kompleks seperti berpikir, mempertimbangkan,
menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan menyelesaikan persoalan-persoalan.
Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget adalah proses pemahaman anak-anak berubah
mengikuti tahap umur dan pengalaman ( Feldman,1994)
Menurut Resnick (1987) dan John (1997), kognitif adalah semua proses mental yang
terlibat dalam perolehan ,hasil pngetahuan,penggunaan pengetahuan dan pegawalan proses
mental. Informasi yang diberikan di padankan dan diklasifikasikan dengan informasiyang
tersimpan dalam ingatan jangka pendek dalam jangka panjang. Informasi baru yang lebih
bermakna ada pada tahap yang tinggi ( Mohd azhar Abd.Hamid,2007).
Menurut Brunner (1966), kognitif adalah proses internal yaitu pemikiran berbeda
dengan tingkah laku dengan tingkah laku yang boleh dilihat.
Disimpulkan bahwa aspek kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam
pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir dalam perolehan,hasil
pengetahuan,penggunaan pengetahuan dan pegawalan proses mental. Informasi yang
diberikan di padankan dan diklasifikasikan dengan informasiyang tersimpan dalam ingatan
jangka pendek dalam jangka panjang.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian Rogers Pakpahan (2016: pp.19), pada Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
(April, Vol 1, No.1) dengan judul model ujian nasional berbasis komputer: manfaat dan
tantangannya kajian ini menyimpulkan bahwa penerapan ujian nasional berbasis komputer
secara langsung dalam wilayah terbatas baik kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional

7
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

akan memotong rangkaian penyelenggaraan ujian nasional sehingga membantu pemangku


kepentingan dan hasil ujian nasional berupa nilai dan sertifikat ujian nasional akan segera
diperoleh atau dimiliki peserta didik setelah pelaksanaan ujian berlangsung, tidak seperti
selama ini, dimana peserta didik harus menunggu lama untuk memperoleh hasil tersebut.
Penelitian oleh Wiji Widyastuti (2011), dengan judul Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan
Bela Negara Terhadap Sikap Cinta Tanah Air pada Siswa Kelas XI SMA Taruna Nusantara
Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 disimpulkan Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan sikap cinta tanah air siswa SMA Taruna Nusantara menunjukkan kategori
sangat baik sebanyak 40,32%, kategori baik 40,32% dan kategori cukup baik 19,35%.
Pengaruh hasil belajar Pendidikan Bela Negara terhadap sikap cinta tanah air pada siswa
kelas XI SMA Taruna Nusantara pada semester gasal tahun pelajaran 2010/2011 terdapat
pengaruh yang signifikan, dari hasil perhitungan diperoleh t hitung sebesar 6,060 > t tabel
pada dk =(N-2), dan taraf signifikan 5% yaitu sebesar 2,00.
Penelitian Navis dan Yusman (2016), dalam jurnal pendidikan fisika Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Fisika Aspek Kognitif Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X Sma Antara Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dan Konvensional Pada Materi Suhu dan Kalor
disimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat perbedaan
yang siginifikan pada peningkatan hasil belajar fisika aspek kognitif antara kelompok siswa
yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan konvensional dengan
signifikansi 0,234. (2) Tidak terdapat perbedaan yang siginifikan pada peningkatan
kemampuan pemecahan masalah antara kelompok siswa yang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dan konvensional dengan signifikansi 1,000.
Berdasarkan hasil penelitian diatas disimpulkan bahwa desain pengembangan USBN
berbasis kognitif dan kesadaran bela negara tidaklah dipandang sulit bagi siswa,
dikarenakan pembelajaran dalam aspek kognitif dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam pemecahan masalah dikarenakan siswa telah terbiasa dikelas untuk berpikir secara
kognitif, ini dinilai bukan hal baru bagi siswa, namun dengan pemberian peningkatan
kesadaran bela negara memberikan pemahaman yang berbeda bagi siswa, siswa menjadi
lebih tertarik membaca dan memahami informasi baru yang dapat bermanfaat bagi
kehidupan siswa dalam berbangsa dan bernegara.

8
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir berdasarkan desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan
kesadaran bela negara tingkat SMP dapat digambarkan dengan menggunakan diagram
flowchart sebagai berikut,

Mulai

Analisis Hasil Studi Studi


Literasi Pendahuluan Empirik

Konsep Aspek Penyusunan Desain


Kognitif Pengembangan USBN

Validasi Model Oleh


Para Ahli dan Praktisi

Revisi
Uji Coba Terbatas Validasi Desain

Model Kesadaran
Bela Negara

Uji Coba Lapangan

Jurnal Online Disseminasi Implementasi Desain

Selesai

9
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

III. PROSEDUR PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian desain pengembangan kuantitatif dengan
menggunakan teori R & D menurut Borg and Gall. Menurut Borg and Gall, terdapat empat
ciri utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu
1. Studying research findings pertinent to the product to be develop
Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian
terkait dengan model pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela
negara yang akan dikembangkan.
2. Developing the product base on this findings
Artinya, mengembangkan model pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3. Field testing in the setting where it will be used ebentually
Artinya, dilakukan uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana model
pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela negara tersebut nantinya
digunakan.
4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan
dalam tahap-tahap uji lapangan.

B. Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap variabel yang digunakan pada penelitian
ini, maka diteliti definisi dari hal-hal tersebut sebagai berikut.
1. Definisi operasional variabel terkait dengan validitas pembelajaran
a. Validitas perangkat pembelajaran adalah skor hasil telaah perangkat yang diperoleh dari
validator yang di ukur dengan menggunakan Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen
Kognitif; Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen Kesadaran Bela Negara.
2. Definisi operasional variabel terkait dengan efektivitas proses dan hasil belajar.
a. Keterlaksanaan model ujian berbasis performa dan moral kemampuan siswa dalam
pengelolaan dalam aspek kognitif diukur dengan Instrumen Keterlaksanaan Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
b. Ketuntasan bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut yang

10
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI;
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir dalam perolehan,hasil pengetahuan,penggunaan
pengetahuan dan pegawalan proses mental. Informasi yang diberikan di padankan dan
diklasifikasikan dengan informasiyang tersimpan dalam ingatan jangka pendek dalam
jangka panjang diukur dengan Instrumen Ketuntasan Kognitif dan Kesadaran Bela
Negara.
c. Respon siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam implementasi
desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan negative. Hal ini
dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam skala yang lebih luas, diukur dengan Instrumen
Angket Respon Siswa Terhadap Desain Pengembangan USBN Berbasis Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.

C. Populasi dan Sampel


Populasi dan sampel diuraikan sebagai berikut,
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian desain pengembangan USBN berbasis kognitif
dan kesadaran bela negara tingkat SMP dari setiap provinsi yang ada di Indonesia,
terpilih Jawa Barat sebanyak 1.302 sekolah negeri dan 1.558 sekolah swasta; Bengkulu
312 sekolah negeri dan 35 sekolah swasta; Bali 223 sekolah negeri dan 173 sekolah
swasta; Papua Barat 128 sekolah negeri dan 94 sekolah negeri dan 39 sekolah swasta;
serta Maluku 256 sekolah negeri dan 165 sekolah swasta (sumber data
http://data.kemenkopmk.go.id/content/jumlah-sekolah-di-indonesia).
2. Sampel yang dipilih yaitu setiap provinsi masing-masing mengambil 5 sekolah negeri
dan 5 sekolah swasta tingkat SMP dari seluruh populasi yang ada.

D. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian di SMP berstatus negeri dan swasta terpilih berdasarkan random acak
dari setiap provinsi yang terpilih. Penelitian ini dimulai 23 desember 2016 sampai dengan
30 Maret 2017.

11
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

E. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan prosedur sistematis untuk mengumpulkan data
yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini akan menggunakan
beberapa metode penelitian. Adapun metode penelitian ini akan menggunakan :
1. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian yang
berkenaan dengan pengembangan model USBN berbasis karakter perfoma dan moral
tingkat SMP. Data diambil melalui pengamatan yang dilakukan oleh tiga orang pengamat
(Triangulasi Data) dengan menggunakan instrumen yang sama.
2. Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sekaligus hasil pencapaian
mahasiswa setelah digunakan pengembangan model USBN berbasis karakter perfoma dan
moral tingkat SMP. tes hasil belajar disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Tes hasil belajar meliputi tes kognitif,dan tes kinerja. Tes ini diberikan
pada akhir pembelajaran (Post Test). Tes awal (Pre Test) diberikan ketiks pembelajaran
belum berlangsung dengan tujusn untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selama tes
berlangsung di asumsikan siswa tidak bekerja sama dengan teman lain dan siswa
mengerjakan tes dengan kemampuannya sendiri dengan sungguh-sungguh.
3. Angket
Metode angket digunakan untuk mengumpulkan infomasi tentang respon mahasiswa.
Angket yang dibagikan berupa angket terhadap kegiatan pembelajaran dengan cara
menjawab sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan sebelum mengisi angket.
Kriteria penilaian berupa pernyataan senang atau tidak senang, baru atau tidak baru. Angket
akan diberikan kepada mahasiswa setelah USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela
negara diujikan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap desain pengembangan yang
dikembangkan. Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah Instrumen Respon Siswa
Terhadap USBN Kognitif dan Bela Negara.

F. Instrumen Penelitian
1. Definisi operasional variabel terkait dengan validitas pembelajaran
a. Validitas perangkat pembelajaran adalah skor hasil telaah perangkat yang diperoleh dari
validator yang di ukur dengan menggunakan Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen
Kognitif; Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen Kesadaran Bela Negara.
2. Definisi operasional variabel terkait dengan efektivitas proses dan hasil belajar.

12
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

a. Keterlaksanaan model ujian berbasis performa dan moral kemampuan siswa dalam
pengelolaan dalam aspek kognitif diukur dengan Instrumen Keterlaksanaan Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
b. Ketuntasan bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut yang
merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI;
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir dalam perolehan,hasil pengetahuan,penggunaan
pengetahuan dan pegawalan proses mental. Informasi yang diberikan di padankan dan
diklasifikasikan dengan informasiyang tersimpan dalam ingatan jangka pendek dalam
jangka panjang diukur dengan Instrumen Ketuntasan Kognitif dan Kesadaran Bela
Negara.
c. Respon siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam implementasi
desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan negative. Hal ini
dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam skala yang lebih luas, diukur dengan Instrumen
Angket Respon Siswa Terhadap Desain Pengembangan USBN Berbasis Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.

G. Prosedur Penelitian
Model Borg and Gall merupakan salah satu model penelitian dan pengembangan
pendidikan yang sangat populer. Jika seseorang ingin mengembangkan atau membuat
sebuah produk pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan model ini. Prosedur
penelitian pengembangan menurut Borg and Gall (1979: 626) adalah:
“research and information collecting, planning, develop preliminary form of product,
preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product
revision, operational field testing, final product revision, and dissemination and
implementation“
Metode Pengembangan Model Borg and Gall terdiri dari 10 langkah pengembangan,
yaitu:

13
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal untuk kaji pustaka,
pengamatan kelas, identifikasi permasalahan dan merangkum permasalahan.
2. Melakukan perencanaan yaitu identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan,
dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil, atau expert judgement.
3. Mengembangkan jenis/ bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran,
penyusunan buku petunjuk, dan perangkat evaluasi.
4. Melakukan uji coba tahap awal, dilakukan terhadap 5-10 sekolah negeri dan swasta di
tempat terdekat peneliti yaitu Jawa Timur menggunakan 6-10 subjek siswa.
Pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan input dan saran-saran dari hasil
uji lapangan awal.
6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 5 SMP Negeri dan 5 SMP
Swasta di Jawa Barat, Bengkulu, Bali, Maluku, dan Papua Barat, maka total sekolah
untuk uji coba lapangan terdapat 25 SMP Negeri dan 25 SMP Swasta, masing-masing
sekolah dengan 20-30 subjek.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan input dan saran-saran hasil
uji lapangan utama.
8. Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah SMP negeri dan
SMP swasta, melibatkan 50-200 subjek), data dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan kuesioner.
9. Melakukan perbaikan terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba
lapangan
10. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan
menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan
penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol
kualitas (mendesiminasi dapat berupa jurnal ilmiah yang dipublikasikan dan
implementasi desain pengembangan pada sekolah tingkat SMP).

III. PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,

14
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

1. Uji Validitas model Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis kognitif dan
kesadaran bela negara tingkat SMP menggunakan validator ahli menggunakan formula
Aiken.
2. Keterlaksanaan model Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis kognitif
dan kesadaran bela negara tingkat SMP dilakukan dengan pengamatan (observasi) pada
saat ketuntasan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela negara tingkat SMP
dilaksanakan pada butir soal yang diujikan.
3. Ketuntasan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis
Kognitif dan Kesadaran Bela Negara dianalisis melalui butir soal yang diujikan,
dianalisis setiap butir soal yang terdapat soal yang berbasis kesadaran bela negara pada
mata bidang keahlian Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris pada
soal USBN tingkat SMP.
4. Respon Siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam
implementasi desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan
negatif setelah butir soal USBN diujikan kepada siswa tingkat SMP. Hal ini menjadi
faktor utama penentu desain pengembangan yang ditelah dikembangkan layak atak
tidak untuk dilanjutkan kembali.

B. Saran
Saran yang dapat diuraikan berdasarkan draf proposal yaitu perlu adanya uji coba
terbatas terkait dengan rumusan masalah yang ditetapkan, rumusan masalah apakah dapat
dilaksanakan, dikaji dan dianalisis sesuai prosedur pengembangan.

C. Daftar Pustaka
Larry & Narcia. 2014. Handbook Pendidikan Moral dan Karakter. Bandung: Penerbit
Nusa Media
PP RI No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Nurmalita, Citra. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri dengan
Pendekatan CTL Mata Kuliah Struktur Baja I di UNESA. UNESA:
Pascasarjana.

15
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

Roger, Pakpahan. 2016. Model Ujian Nasional Berbasis Komputer: Manfaat dan
Tantangannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan April. Vol.1,No.1,pp.19.
diakses tanggal 11 Januari 2016
Wiji, Widyastuti. 2011. Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Bela Negara Terhadap Sikap
Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas XI SMA Taruna Nusantara Magelang Tahun
Pelajaran 2010/2011. Universitas Negeri Semarang: Skripsi Jurusan Hukum
dan Kewarganegaraan.
Navis Anininnah dan Yusman Wiyatmo. 2016. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Fisika Aspek Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa KElas X
SMA Antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasik Masalah dan
Konvensional pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Yogyakarta diakses tanggal 24 Januari 2016.
Borg & Gall, 1979. Educational Research: an introduction. New York: Longman, Inc

16
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
Revisi Jawaban Soal Poin 5

Rumusan Masalah yang dipilih yaitu rumusan masalah yang Keempat :


4. Bagaimana respon siswa terhadap Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara?

Butir Soal Nomor 5 UAS :


Poin ke- Uraian Jawaban
a. Teknik pengumpulan data Respon Siswa terhadap Desain Pengembangan Sekolah Berstandar
Nasional (USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara :
Metode tes digunakan untuk mengetahui respon siswa adalah pemberian
angket setelah instrument kognitif dan kesadaran bela negara diberikan.
Metode angket digunakan untuk mengumpulkan infomasi tentang
respon mahasiswa. Angket yang dibagikan berupa angket terhadap
kegiatan dan butir soal yang diberikan dengan cara menjawab sesuai
dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan sebelum mengisi angket.
Instrumen yang digunakan Instrumen Respon Siswa Terhadap USBN Kognitif dan Bela Negara.
Sumber Informasinya  Siswa Tingkat SMP di 5 Provinsi sesuai dengan sampel dengan
menggunakan sampel random acak yaitu Jawa Barat, Bengkulu, Bali,
Maluku, dan Papua Barat.
 Guru Mata Pelajaran/ Bidang studi yang diujikan yaitu Guru
Matematika, Guru IPA, Guru Bahasa Indonesia, dan Guru Bahasa
Inggris pada masing-masing sekolah tingkat SMP yang menjadi
tempat uji coba lapangan dilakukan.
b. Teknik yang digunakan Dengan menggunakan formula Aiken :
untuk membuktikan ∑ [ ]
validitas instrumen.
Teknik yang digunakan Dengan menggunakan Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS IBM 21,
untuk estimasi reliabilitas Microsoft Excel dan Ministep.
instrumen.
c. Sampel/ Subyek Penelitian Siswa SMP Negeri dan Swasta di Provinsi 5 SMP Negeri dan 5 SMP
Swasta di Jawa Barat; 5 SMP Negeri dan 5 SMP Swasta di Bengkulu; 5
SMP Negeri dan 5 SMP Swasta di Bali; 5 SMP Negeri dan 5 SMP
Swasta di Maluku; dan 5 SMP Negeri dan 5 SMP Swasta di Papua
Barat.

17
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian

Butir Soal Nomor 5 UAS :


Poin ke- Uraian Jawaban
d. Teknik Analisis Data Validitas Isi Instrumen Respon
Statistik Aiken : ∑ [ ]
Validitas Kontruk Instrumen Respon
Prosedur pengujian validitas konstruk berangkat dari hasil komputasi
interkorelasi diantara berbagai hasil tes dan kemudian diikuti oleh
analisis lebih lanjut terhadap matriks korelasi yang diperoleh, melalui
berbagai metode diantaranya Multitrait-Multimethod dari Allen & Yen
(1979)
Analisis Butir Respon dengan menggunakan SPSS dan Ministep.
Rumus respon Siswa dengan menggunakan rumus

Respon siswa dinyatakan positif jika 85 % atau lebih siswa yang


memberikan respon positif (senang dan baru) untuk setiap pernyataan
yang diajukan (Depdikbud dalam Trianto, 2010:241).

18

Anda mungkin juga menyukai