I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya membangun jiwa bela negara pada masyarakat sedang mengalami penurunan
karena situasi dan kondisi masyarakat saat ini. Saat mengamati kecintaan masyarakat
terhadap tanah air pada masa sekarang sudahlah sangat memprihatinkan. Rasa nasionalisme
yang menurun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai warga negara yang baik
harus mencintai tanah airnya yang telah memberikan sumber kehidupan dan penghidupan.
Dengan demikian setiap warga negara harus tanggap dan waspada terhadap kemungkinan
adanya ancaman yang membahayakan yang datang dari dalam negari maupun luar negeri,
sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Oleh
karena itu, timbulah kesadaran dan pemahaman kehidupan berbangsa dan bernegara yang
mendorong lahirnya semangat bela negara untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa
Indonesia yang sesuai dengan falsafah UUD1945.
Pembinaan kesadaran bela negara merupakan upaya strategis dalam menghadapi
berbagai macam permasalahan dan tantangan bangsa Indonesia, terutama dalam menghadapi
persaingan antar bangsa. Target minimal pembinaan kesadaran bela negara adalah
menjadikan anak bangsa bangga sebagai bangsa Indonesia dan “berjiwa merah putih”.
Pelaksanaan pembinaan kesadaran bela Negara baik formal maupun informal salah satu
tantangan terberat dalam pembinaan kesadaran bela negara adalah menemukan instrumen
tepat dan kompatibel. Menurut Imam Pituduh, salah satu solusi adalah membuka ruang model
pendidikan bela negara berbasis masyarakat dan bela negara harus menjadi virus yang mudah
menyebar dengan konten bela negara kekinian. Menyelaraskan nilai-nilai kesadaran bela
negara sejak dini melalui jenjang pendidikan formal mempengaruhi nilai tersendiri untuk
siswa tingkat SMP. Jika hal tersebut diterapkan melalui instrumen ujian nasional (UN),
memberikan semangat mempelajari kesadaran bela negara terhadap siswa.
Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 tentang perubahan
kedua atas peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
telah mengemukakan bahwa, penilaian hasil belajar bertujuan untuk menilai pencapaian
kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dan dilakukan dalam bentuk
ujian nasional (PP No.13, 2005: Psl 63). Hasil ujian nasional digunakan sebagai dasar untuk
pemetaan mutu program dan satuan pendidikan, sebagai pertimbangan seleksi masuk jenjang
1
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
pendidikan berikutnya, dan sebagai pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan
pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (PP No.13, 2005: Psl 68).
Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 pada pasal 61, telah jelas
mengemukakan bahwa ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan prestasi
belajar dan/ atau penyelesaian Suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Sesuai dengan peraturan
pemerintah dan undang-undang tersebut telah jelas disebutkan bahwa urgensi ujian nasional
sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan dan peserta didik sebagai pebelajar sebagai
pengakuan terhadap prestasi belajarnya pada penyelesaian suatu jenjang. Bagi lembaga
pendidikan itu sendiri, seharusnya merasa senang dengan adanya ujian nasional untuk peserta
didiknya, hal ini dikarenakan dengan adanya ujian nasional secara tidak langsung dapat
meningkatkan mutu program dan satuan pendidikan yang ada di suatu lembaga sekolah.
Sekolah berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerja guru terutama pada guru kelas tinggi,
berlomba-lomba memperbaiki mutu pendidikan ditingkat satuan pendidikan, memberikan
latihan-latihan soal dan uji coba kepada siswa hanya agar sekolahnya dapat meluluskan
seluruh dari siswa disekolah atau lembaga tersebut.
Hal tersebut dapat berbeda seandainya ujian nasional tidak diadakan pada penyelesaian
studi bagi peserta didik ditingkat akhir. Jika merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 pasal 61,
secara pasti bahwa tidak ada ijazah yang nantinya diberikan kepada peserta didik sebagai
bukti hasil prestasi belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya. Lalu, dengan apa jenjang
selanjutnya akan mengevaluasi calon peserta didik baru jika ujian ditiadakan.
Media Kompas yang merupakan salah satu media nasional yang ada di Indonesia, pada
Rabu 30 November 2016 memberikan pemberitaan bahwa Pemerintah berencana melakukan
moratorium Ujian Nasional mulai tahun ajaran 2017. Dalam wawancara dengan Mendikbud
Muhadjir Effendy menyatakan, UN akan dihentikan sementara karena selama ini dianggap
tidak optimal dalam mendorong peningkatan mutu pendidikan nasional. Dijelaskan bahwa
Ujian Nasional (UN) lebih membebani siswa ketimbang menjadi peranti sosioedukatif untuk
melihat kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran di sekolah. UN secara psikologis
dianggap membuat stres siswa (anak didik). Penghapusan UN untuk sementara waktu
(moratorium) merupakan sesuatu yang menggembirakan bagi pihak yang berpegang teguh
pada filosofi pendidikan transformatif. Filosofi pendidikan transformatif sangat
mengharamkan adanya penyeragaman model evaluasi akhir pembelajaran bagi siswa.
Evaluasi akhir pembelajaran untuk naik jenjang pendidikan yang lebih tinggi sepenuhnya
merupakan otonomi dan kewenangan guru sebagai pendidik.
2
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan disimpulkan bahwa UN sangatlah penting untuk
mengukur kemampuan siswa dalam penyelesaian akhir pendidikan pada jenjang tertentu,
untuk masuk pada tingkat jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tanpa adanya UN sangatlah
sulit untuk mengukur prestasi belajar siswa. UN dinilai lebih memiliki banyak manfaat
didalamnya jika konten butir yang dibuat dalam instrumen UN dapat menyelaraskan tentang
makna kesadaran bela negara. Konten tersebut dibuat untuk memberikan manfaat lainnya
daripada hanya menuntut siswa untuk UN yang hanya mengukur tingkat prestasi belajar
siswa tanpa ada fungsi atau makna lainnya dari siswa mengerjakan butir soal yang ada.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data yang ada di Ombudsman tahun 2015, ujian nasional selalu menyisakan
masalah, baik dalam proses maupun usai pelaksanaannya. Masalah tersebut jika
dikategorikan, terdapat lima masalah inti yakni berupa penggaran prosedur, kecurangan,
masalah percetakan, computer based tests (CBT), kendala sarana dan prasarana, serta masih
banyak lagi. Permasalahan mengenai UN pada tahun 2014 sebesar 597 kasus, dan berkurang
pada tahun 2015 sebesar 413 kasus (Ombudsman Bidang Penyelesaian laporan, 2015).
Permasalahan yang terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia adalah kasus
kecurangan seperti bocornya soal UN, kerja sama pada saat ujian, listrik padam pada saat
CBT, koneksi server yang bermasalah, dan kendala ruang kelas yang kurang memadai.
Tahun 2015 hingga kini ujian nasional telah sedikit demi sedikit merevisi kebijakan yang
diterapkan sebelumnya, diantaranya yaitu UN bukan menjadi penentu kelulusan, karena porsi
nilai ujian sekolah lebih besar dibandingkan dengan UN. Kebijakan ini dinilai sudah baik
untuk siswa dibuktikan dengan berkurangnya ketegangan siswa dilapangan pada saat ujian
dilaksanakan (Ombudsman, 2015).
Melihat kepada fakta obyektif dimasyarakat kita saat ini sedang terjadi proses
pembusukan nilai-nilai jati diri bangsa, bangsa kita semakin brutal, sadis, individualis,
materialis dan sebagainya yang jauh dari sifat-sifat kultur bangsa. Salah satu indikator yang
memperihatinkan adalah korupsi yang semakin menggila yakni menurut Transparancy
Internasional dalam tiga tahun terakhir ini peringkat Indonesia berdasarkan persepsi bersih
dari korupsi meningkat dari 86 pada tahun 2000 menjadi peringkat 122 pada tahun 2003. Kita
harus menghentikan proses pembusukan ini dan melakukan arus balik untuk membangun
kembali jatidiri nasional melalui pembangunan karakter bangsa (character building).
3
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan suapaya penelitian
dapat dilakukan secara mendalam, maka tidak semua masalah yang telah di identifikasi akan
diteliti. Untuk itu, dibatasi dimana dilakukan penelitian sebagai berikut,
1. Populasi yang digunakan dalam penelitian desain pengembangan USBN berbasis
kognitif dan kesadaran bela negara tingkat SMP dari setiap provinsi yang ada di
Indonesia, terpilih Jawa Barat sebanyak 1.302 sekolah negeri dan 1.558 sekolah swasta;
Bengkulu 312 sekolah negeri dan 35 sekolah swasta; Bali 223 sekolah negeri dan 173
sekolah swasta; Papua Barat 128 sekolah negeri dan 94 sekolah negeri dan 39 sekolah
swasta; serta Maluku 256 sekolah negeri dan 165 sekolah swasta (sumber data
http://data.kemenkopmk.go.id/content/jumlah-sekolah-di-indonesia).
2. Sampel yang dipilih yaitu setiap provinsi masing-masing mengambil 5 sekolah negeri
dan 5 sekolah swasta tingkat SMP dari seluruh populasi yang ada.
3. Variabel terikat yang diteliti yaitu kognitif siswa dalam desain pengembangan USBN
dan; kesadaran bela negara, kedua variable tersebut saling mempengaruhi secara
asimetris. Variabel bebas yang diteliti adalah desain pengembangan USBN.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasa masalah diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut,
1. Bagaimana Validitas Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional (USBN)
berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
2. Bagaimana Keterlaksanaan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa dengan Desain Pengembangan Sekolah
Berstandar Nasional (USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
4. Bagaimana respon siswa dalam Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian sebagai berikut,
1. Mengetahui hasil Validitas Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.
2. Mendeskripsikan Keterlaksanaan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional
(USBN) berbasis Kognitif dan Kesadaran Bela Negara.
4
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan dampak tercapainya tujuan, maka dirumuskan manfaat
hasil penelitian seperti berikut,
1. Manfaat secara teoritis penelitian ini dapat menjadi referensi terkait dengan desain
pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela negara.
2. Manfaat secara praktis membantu memberikan solusi pada dunia pendidikan secara
khusus pada persoalan wacana moratorium UN di Indonesia saat ini.
5
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
b. Bela Negara sebagai hak adalah pemerintah mengakui, melindungi dan mendorong
warga Negara untuk berperan serta dalam usaha pembelaan Negara sesuai dengan
bidang profesi masing-masing.
Dengan demikian setiap warganegara dalam aktualisasi bela Negara dapat melakukan
wajib bela Negara atau hak bela Negara atau kedua-duanya sekaligus sebagai upaya bela
Negara. Lebih lanjut Simposium mengemukakan beberapa prinsip dasar aktualisasi
kesadaran bela Negara yakni;
a. Kesadaran bela Negara tumbuh sebagai gerakan nasional secara wajar yang
berkembang dari masyarakat luas yang bercirikan nilai-nilai kejuangan yang
mencerminkan bangsa pejuang.
b. Peningkatan kesadaran bela Negara haruslah mengakar kepada sejarah dan budaya
nasional yang mencerminkan jatidiri bangsa Indonesia untuk tampil sebagai bangsa
yang besar dan berperanan menciptakan perdamaian dunia.
c. Pembudayaan kesadaran bela Negara berlangsung melalui suatu proses yang
memerlukan peran serta masyarakat, dilakukan melalui jalur pendidikan, agama dan
tradisi dengan pendekatan edukasi, persuasi dan simulasi.
d. Pembudayaan kesadaran bela Negara dilkalangan masyarakat luas haruslah menjadi
perekat persatuan dan kesatuan bangsa sepanjang masa. Simposium Nasional Bela
Negara tersebut, sudah juga ditindaklanjuti dengan sebuah Deklarasi Bela Negara pada
tanggal 31 Agustus 1991, yang intinya menegaskan bahwa bela Negara adalah nilai
luhur bangsa, harus dimasyarakatkan dan budidayakan secara nyata dan dijadikan
sebagai gerakan nasional pendidikan politik mencapai watak dan kpribadian bangsa
Indonesia sebagai bangsa pejuang. Menurut Alex Suseno dalam bukunya Pembudayaan
Kesadaran Hak Bela Negara (2002), Deklarasi Bela Negara adalah merupakan sebuah
pernyataan dan penegasan sikap (bangsa Indonesia) dalam memberi isi kepada
kemerdekaan yang telah direbut dan dipertahankan dengan banyak pengorganan dan
upaya mengaktualkannya adalah identik dengan niat teguh dan upaya bangsa Indonesia
mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekwen.
Disimpulkan bahwa Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat
perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut
yang merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI.
6
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
7
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
8
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir berdasarkan desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan
kesadaran bela negara tingkat SMP dapat digambarkan dengan menggunakan diagram
flowchart sebagai berikut,
Mulai
Revisi
Uji Coba Terbatas Validasi Desain
Model Kesadaran
Bela Negara
Selesai
9
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
B. Variabel Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap variabel yang digunakan pada penelitian
ini, maka diteliti definisi dari hal-hal tersebut sebagai berikut.
1. Definisi operasional variabel terkait dengan validitas pembelajaran
a. Validitas perangkat pembelajaran adalah skor hasil telaah perangkat yang diperoleh dari
validator yang di ukur dengan menggunakan Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen
Kognitif; Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen Kesadaran Bela Negara.
2. Definisi operasional variabel terkait dengan efektivitas proses dan hasil belajar.
a. Keterlaksanaan model ujian berbasis performa dan moral kemampuan siswa dalam
pengelolaan dalam aspek kognitif diukur dengan Instrumen Keterlaksanaan Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
b. Ketuntasan bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut yang
10
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI;
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir dalam perolehan,hasil pengetahuan,penggunaan
pengetahuan dan pegawalan proses mental. Informasi yang diberikan di padankan dan
diklasifikasikan dengan informasiyang tersimpan dalam ingatan jangka pendek dalam
jangka panjang diukur dengan Instrumen Ketuntasan Kognitif dan Kesadaran Bela
Negara.
c. Respon siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam implementasi
desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan negative. Hal ini
dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam skala yang lebih luas, diukur dengan Instrumen
Angket Respon Siswa Terhadap Desain Pengembangan USBN Berbasis Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
11
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi operasional variabel terkait dengan validitas pembelajaran
a. Validitas perangkat pembelajaran adalah skor hasil telaah perangkat yang diperoleh dari
validator yang di ukur dengan menggunakan Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen
Kognitif; Instrumen Telaah dan Masukan Instrumen Kesadaran Bela Negara.
2. Definisi operasional variabel terkait dengan efektivitas proses dan hasil belajar.
12
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
a. Keterlaksanaan model ujian berbasis performa dan moral kemampuan siswa dalam
pengelolaan dalam aspek kognitif diukur dengan Instrumen Keterlaksanaan Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
b. Ketuntasan bela negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan
dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, dan seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut yang
merupakan pemikiran dan falsafah yang sangat mendasar dan mempunyai nilai tinggi
karena menyangkut hak menyangkut hak asasi manusia bagi terjaminannya kelangsungan
hidup bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam wadah NKRI;
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berpikir dalam perolehan,hasil pengetahuan,penggunaan
pengetahuan dan pegawalan proses mental. Informasi yang diberikan di padankan dan
diklasifikasikan dengan informasiyang tersimpan dalam ingatan jangka pendek dalam
jangka panjang diukur dengan Instrumen Ketuntasan Kognitif dan Kesadaran Bela
Negara.
c. Respon siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam implementasi
desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan negative. Hal ini
dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam skala yang lebih luas, diukur dengan Instrumen
Angket Respon Siswa Terhadap Desain Pengembangan USBN Berbasis Kognitif dan
Kesadaran Bela Negara.
G. Prosedur Penelitian
Model Borg and Gall merupakan salah satu model penelitian dan pengembangan
pendidikan yang sangat populer. Jika seseorang ingin mengembangkan atau membuat
sebuah produk pendidikan dapat dilakukan dengan menggunakan model ini. Prosedur
penelitian pengembangan menurut Borg and Gall (1979: 626) adalah:
“research and information collecting, planning, develop preliminary form of product,
preliminary field testing, main product revision, main field testing, operational product
revision, operational field testing, final product revision, and dissemination and
implementation“
Metode Pengembangan Model Borg and Gall terdiri dari 10 langkah pengembangan,
yaitu:
13
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
1. Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal untuk kaji pustaka,
pengamatan kelas, identifikasi permasalahan dan merangkum permasalahan.
2. Melakukan perencanaan yaitu identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan,
dan uji ahli atau uji coba pada skala kecil, atau expert judgement.
3. Mengembangkan jenis/ bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran,
penyusunan buku petunjuk, dan perangkat evaluasi.
4. Melakukan uji coba tahap awal, dilakukan terhadap 5-10 sekolah negeri dan swasta di
tempat terdekat peneliti yaitu Jawa Timur menggunakan 6-10 subjek siswa.
Pengumpulan informasi/ data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan input dan saran-saran dari hasil
uji lapangan awal.
6. Melakukan uji coba lapangan utama, dilakukan terhadap 5 SMP Negeri dan 5 SMP
Swasta di Jawa Barat, Bengkulu, Bali, Maluku, dan Papua Barat, maka total sekolah
untuk uji coba lapangan terdapat 25 SMP Negeri dan 25 SMP Swasta, masing-masing
sekolah dengan 20-30 subjek.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan input dan saran-saran hasil
uji lapangan utama.
8. Melakukan uji lapangan operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah SMP negeri dan
SMP swasta, melibatkan 50-200 subjek), data dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan kuesioner.
9. Melakukan perbaikan terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba
lapangan
10. Mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan
menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan
penerbit untuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol
kualitas (mendesiminasi dapat berupa jurnal ilmiah yang dipublikasikan dan
implementasi desain pengembangan pada sekolah tingkat SMP).
III. PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,
14
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
1. Uji Validitas model Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis kognitif dan
kesadaran bela negara tingkat SMP menggunakan validator ahli menggunakan formula
Aiken.
2. Keterlaksanaan model Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis kognitif
dan kesadaran bela negara tingkat SMP dilakukan dengan pengamatan (observasi) pada
saat ketuntasan USBN berbasis kognitif dan kesadaran bela negara tingkat SMP
dilaksanakan pada butir soal yang diujikan.
3. Ketuntasan Desain Pengembangan Sekolah Berstandar Nasional (USBN) berbasis
Kognitif dan Kesadaran Bela Negara dianalisis melalui butir soal yang diujikan,
dianalisis setiap butir soal yang terdapat soal yang berbasis kesadaran bela negara pada
mata bidang keahlian Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris pada
soal USBN tingkat SMP.
4. Respon Siswa terhadap desain pengembangan USBN berbasis kognitif dan kesadaran
bela negara , dilakukan untuk mengetahui respon siswa tingkat SMP dalam
implementasi desain yang dilakukan apakah mendapatkan respon positif ataukan
negatif setelah butir soal USBN diujikan kepada siswa tingkat SMP. Hal ini menjadi
faktor utama penentu desain pengembangan yang ditelah dikembangkan layak atak
tidak untuk dilanjutkan kembali.
B. Saran
Saran yang dapat diuraikan berdasarkan draf proposal yaitu perlu adanya uji coba
terbatas terkait dengan rumusan masalah yang ditetapkan, rumusan masalah apakah dapat
dilaksanakan, dikaji dan dianalisis sesuai prosedur pengembangan.
C. Daftar Pustaka
Larry & Narcia. 2014. Handbook Pendidikan Moral dan Karakter. Bandung: Penerbit
Nusa Media
PP RI No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Nurmalita, Citra. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Inkuiri dengan
Pendekatan CTL Mata Kuliah Struktur Baja I di UNESA. UNESA:
Pascasarjana.
15
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
Roger, Pakpahan. 2016. Model Ujian Nasional Berbasis Komputer: Manfaat dan
Tantangannya. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan April. Vol.1,No.1,pp.19.
diakses tanggal 11 Januari 2016
Wiji, Widyastuti. 2011. Pengaruh Hasil Belajar Pendidikan Bela Negara Terhadap Sikap
Cinta Tanah Air Pada Siswa Kelas XI SMA Taruna Nusantara Magelang Tahun
Pelajaran 2010/2011. Universitas Negeri Semarang: Skripsi Jurusan Hukum
dan Kewarganegaraan.
Navis Anininnah dan Yusman Wiyatmo. 2016. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar
Fisika Aspek Kognitif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa KElas X
SMA Antara Penerapan Model Pembelajaran Berbasik Masalah dan
Konvensional pada Materi Suhu dan Kalor. Jurnal Pendidikan Fisika
Universitas Negeri Yogyakarta diakses tanggal 24 Januari 2016.
Borg & Gall, 1979. Educational Research: an introduction. New York: Longman, Inc
16
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
Revisi Jawaban Soal Poin 5
17
Citra Nurmalita | PEP 2016| Metodologi Penelitian
18