Anda di halaman 1dari 2

02 -

03 - Konduktivitas hidraulik pada batuan terkekarkan memiliki kompleksitas (derajat heterogenitas dan
anisotrop) yang lebih tinggi dibandingkan dengan konduktivitas hidraulik pada batuan sedimen.

04 - Tingginya frekuensi rekahan pada batuan sulit untuk dihindari akibat tingginya tegangan in-situ
(Hudson & Harrison, 1997). Media rekahan yang berfrekuensi tinggi biasanya membuat masalah pada
kegiatan rekayasa batuan seperti penggalian terowongan, lereng, dan pembangunan bendungan. Selain
sebagai bidang lemah pada batuan, rekahan pada batuan mengalirkan airtanah yang merupakan salah
satu masalah utama. Hal ini disebabkan karena kestabilan batuan tergantung kuat geser yang
dipengaruhi tekanan pori pada media rekahan (Brady & Brown, 2005).

Konduktivitas hidraulik pada media rekahan umumnya diukur menggunakan packer test. Namun, biaya
yang diperlukan cukup tinggi. Oleh karena itu, banyak peneliti yang telah mengestimasi konduktivitas
hidraulik dari parameter atau indeks rekahan dengan metode regresi. Salah satu bentuknya yaitu
korelasi dengan kedalaman. Selain itu, banyak faktor lain yang mempengaruhi aliran airtanah pada
media rekahan membuat konduktivitas hidraulik sulit untuk diprediksi.

Salah satu sistem yang memprediksi adalah HC-system, yang terdiri dari 4 indeks yaitu RQD, kedalaman,
isian, dan permeabilitas pori batuan (Ku dkk, 2009). Dari keempat indeks tersebut, didapatkan nilai
indeks HC yang kemudian digunakan untuk mengestimasi konduktivitas hidraulik. Penyelesaian metode
numerik yang dikembangkan oleh HC-System (Ku dkk, 2009) ini menggunakan pendekatan regresi yaitu
membandingkan komponen HC yang terdiri dari Rock Quality Designation, Lithology Permeability Index,
Gouge Content Index, dan Depth Index dengan data packer di lapangan. Pendekatan lain yang akan
diusulkan dalam tulisan adalah pendugaan nilai konduktivitas hidraulik dengan menggunakan variabel
HC-System sebagai data pembelajaran dan data logika dengan target data observasi packer test.

05 - Dalam pemodelan aliran airtanah membutuhkan parameter akuifer yang cukup lengkap, di mana
salah satunya adalah nilai konduktivitas hidraulik (K). Untuk memperoleh nilai K tersebut dapat
dilakukan dengan cara berbagai macam pengujian lapangan tergantung kebutuhan, diantaranya seperti
slug test, pumping test dan packer test. Selain itu untuk memperoleh nilai K, dapat pula dikerjakan di
laboratorium dengan menggunakan constant head permeability. Pengujian tersebut sangat diperlukan
khususnya bagi perusahaan yang akan mengelola air dalam tahap perencanaan pada kegiatan
permodelan airtanah khususnya dalam industri pertambangan. Kondisi ekonomi Indonesia saat ini yang
semakin melemah, mengakibatkan lesunya kondisi industri pertambangan mineral dan batubara.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan data lapangan yang bisa representative akibat terbatasnya biaya,
dibutuhkan pendekatan baru dalam memperoleh informasi nilai K dengan data lapangan yang terbatas.
Adanya studi literature ini sangat penting, untuk memberikan wawasan tambahan khususnya kepada
hidrogeologist tambang dalam memprediksi nilai K berdasarkan data yang terbatas.

Hsu at al (2009), telah mengembangkan sebuah klasifikasi batuan menggunakan indeks yang disusun
dari data hasil investigasi geoteknik dan pengamatan struktur. Indeks tersebut antara lain Rock Quality
Designation (RQD), Depth Index (DI), Gouge Content Designation (GCD), dan Lithologi Permeability Index
(LPI).
14 - Apabila air tambang bawah tanah digolongkan berdasarkan sumber air atau proses muncul, maka
dapat digolongkan menjadi 5 jenis, yaitu air tanah, perembesan air permukaan, mengalir masuknya air
permukaan, air yang dikirim masuk untuk pekerjaan dan semburan air tak disangka.

Perembesan Air Permukaan adalah air yang merembes ke dalam tambang bawah tanah karena
terjadinya retakan yang mencapai permukaan bumi atau dasar air.

Anda mungkin juga menyukai