Anda di halaman 1dari 4

1.

HIBURAN DALAM ISLAM


1.A. BERHIBUR SEKEDARNYA SAJA (SA’ATAN, SA’ATAN)
“Demi Zat yang diriku dalam kekuasaannya! Sesungguhnya andaikata
kamu disiplin terhadap apa yang pernah kamu dengar ketika bersama
aku dan juga tekun dalan zikir, niscaya Malaikat akan bersamamu di
tempat tidurmu dan di jalan-jalanmu. Tetapi hai Handhalah, saa’atan,
saa’atan! (bergurau sekedarnya saja!). Diulanginya ucapan itu sampai
tiga kali.” (HR. Muslim)
Sahabat, mereka biasa bergurau, ketawa, bermain-main dan berkata yang ganjil-
ganjil, karena mereka mengetahui akan kebutuhan jiwanya dan ingin memenuhi
panggilan fitrah serta hendak memberikan hak hati untuk beristirahat dan
bergembira, agar dapat melangsungkan perjalanannya dalam menyusuri
aktivitasnya. Sebab aktivitas hidunya itu masih panjang.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Sesungguhnya hati itu bisa bosan seperti
badan. Oleh karena itu carilah segi-segi kebijaksanaan demi kepentingan hati.”
Dan katanya pula: “Istirahatkanlah hatimu sekedarnya, sebab hati itu apabila tidak
suka, bisa buta.”
Abu Darda’ pun berkata juga: “Sungguh hatiku akan kuisi dengan sesuatu yang
kosong, supaya lebih dapat membantu untuk menegakkan yang hak.”
Oleh karena itu, tidak salah kalau seorang muslim bergurau dan bermain-main
yang kiranya dapat melapangkan hati, dengan syarat kiranya hiburannya itu tidak
menjadi kebiasaan dan perangi dalam seluruh waktunya, yaitu setiap pagi dan
petang selalu dipenuhi dengan hiburan, sehingga melupakan kewajiban dan
melemahkan aktivitasnya.
Bermain-main dalam kehidupan seperti makanan yang dicampur dengan
sedikit garam sehingga terasa lezat. Tetapi jika garam itu terlalu banyak akan
merusak makanan.
Dalam bermain-main, seorang muslim tidak boleh menjadikan harga diri dan
identitas seseorang sebagai sasaran permainannya. Tidak juga diperkenankan
dalam berguraunya itu untuk ditertawakan orang lain, dengan menjadikan
kedustaan sebagai wasilah (cara).
“Celakalah orang yang beromong suatu omongan supaya ditertawakan
orang lain, kemudian dia berdusta. Celakalah dia! Celakalah dia!” (HR.
Tirmidzi)

1.B. MACAM-MACAM HIBURAN YANG HALAL :


Ada beberapa macam permainan dan seni hiburan yang disyariatkan Rasulullah
saw. untuk kaum muslimin, guna memberikan kegembiraan dan hiburan mereka.
Dimana hiburan itu sendiri dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi ibadah dan
melaksanakan kewajiban dan lebih banyak mendatangkan ketangkasan dan keinginan.
Hiburan-hiburan tersebut kebanyakannya berbentuk suatu latihan yang dapat
mendidik mereka kepada manusia berjiwa kuat dan mempersi-apkan mereka untuk
maju ke medan jihad fi sabilillah.
Di antara hiburan-hiburan itu ialah :
1.b.i. Perlombaan lari cepat
Para sahabat dulu biasanya mengadakan perlombaan lari cepat, sedang Nabi
sendiri mengiyakannya. Ali adalah salah seorang yang paling cepat.
Rasulullah saw. sendiri mengadakan pertandingan dengan istrinya guna
memberikan pendidikan kesederhanaan dan kesegaran.
Aisyah mengatakan : “Rasulullah bertanding dengan saya dan saya
menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi
gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang,
kemudian ia bersabda: Kemenangan ini untuk kemenangan itu.” (HR.
Ahmad dan Abu Daud)
1.b.ii. Gulat
Rasulullah saw. pernah gulat dengan seorang laki-laki yang terkenal kuatnya,
namanya rukanah. Permainan ini dilakukan beberapa kali. (HR. Abu Daud)
1.b.iii. Memanah
Di satu saat, Nabi pernah berjalan-jalan menjumpai sekelompok saha-batnya yang
sedang mengadakan pertandingan memanah, maka waktu itu Rasulullah saw.
memberikan dorongan kepada mereka dengan sabdanya:

“Lemparkanlah panahmu itu, saya bersama kamu.” (HR. Bukhari)


Pertandingan memanah itu bukan sekedar hobby atau bermain-main saja, tetapi
salah satu bentuk daripada mempersiapkan kekuatan sebagai yang diperintah Allah
dengan firman-Nya :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditam-batkan untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan Musuh Allah,
musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah Mengetahuinya.” (QS Al Anfal 8:60)
“Kamu harus belajar memanah karena memanah itu termasuk sebaik-
baik permainanmu.” (HR. Bazzar dan Thabrani)
Namun Rasulullah saw. memperingatkan para pemain agar tidak menjadikan
binatang-binatang jinak dsb. sebagai sasaran latihannya.
“Sesungguhnya Rasulullah saw. melaknat orang yang menjadikan
sesuatu yang bernyawa sebagai sasaran memanah.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Karena terdapat unsur penyiksanaan terhadap binatang dan merenggut jiwa
binatang serta memungkinkan untuk membuang-buang harta. Justru itu pula
Rasulullah saw. melarang mengadu binatang.
1.b.iv. Main anggar
Rasulullah saw. telah memberi perkenan kepada orang-orang Habasyah (Ethiopia)
bermain anggar di dalam Masjid Nabawi dan ia pun memberi perkenan pula kepada
Aisyah untuk menyaksikan permainan itu.
Umar, karena wataknya tidak suka bermain-main, maka dia bermak-sud akan
melarang orang-orang Habasyah yang sedang bermain itu, tetapi kemudian dilarang
oleh Nabi.
“Ketika orang-orang Habasyah sedang bermain anggar di hadapan Nabi,
tiba-tiba Umar masuk, kemudian mengambil kerikil dan melemparkannya
kepada mereka. Kemudian Rasulullah saw. berkata kepada Umar:
biarkanlah mereka itu, hai Umar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pengarahan Nabi dalam mendidik dan memberikan hiburan hati istri-istrinya, yaitu
dengan memperkenankan permainan yang mubah seperti ini. Sehingga kata Aisyah :
“Sungguh saya saksikan Nabi membatas saya dengan selendangnya,
sedang saya melihat orang-orang Habasyah itu bermain di dalam masjid,
sehingga saya sendiri yang merasa bosan. Mereka itu lincah selincah
gadis muda belia yang masih suka bermain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ini merupakan suatu kelapangan dari Rasulullah saw. dengan mengizinkan
permainan seperti ini dilakukan di Masjidnya yang mulia itu, agar di dalam masjid
dapat dipadukan antara kepentingan duniawi dan ukhrawi; dan sebagai suatu
pendidikan buat kaum muslimin, agar mereka suka bekerja di waktu bekerja dan
bermain-main di waktu main-main. Di samping itu, bahwa permainan semacam ini
bukan sekedar bermain-main saja, tetapi suatu permainan yang bermotif latihan.
Para ulama berkata “Bahwa masjid dibuat adalah demi kepentingan urusan kaum
muslimin. Oleh karena itu apa saja yang kiranya bermanfaat untuk agama dan
manusia, maka bolehlah dikerjakan di masjid.”
Kiranya kaum muslimin di zaman-zaman terakhir ini mau memperha-tikan,
mengapa masjid-masjid mereka itu dikosongkan dari jiwa hidup dan kekuatan.
1.b.v. Menunggang kuda
“Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah mengadakan pacuan kuda dan
memberi hadiah kepada pemenangnya.” (HR. Ahmad)
Berkatalah Umar :
“Ajarlah anak-anakmu berenang dan memanah dan perintah-lah mereka
supaya melompat di atas punggung kuda.”

1.b.vi. Berburu
Berburu itu sendiri pada hakikatnya adalah bersenang-senang, olahraga dan
bekerja, baik dengan menggunakan alat seperti tombak dan panah atau dengan
melepaskan binatang buruan seperti anjing dan burung.
1.b.vii. Mengenai Main dadu (termasuk main kartu)
Seluruh permainan yang di dalamnya ada perjudian, hukumnya haram. Sedang
apa yang dinamakan judi, yaitu semua permainan yang mengandung untung-rugi bagi
si pemain.
Jika tidak dibarengi dengan perjudian, maka sementara ulama ada yang
menandang haram dan sebahagian lagi memandang makruh.
Kepada muslim yang bersikap wara maka jauhkanlah permainan ini karena
permainan ini telah disifatkan kepada orang-orang yang lalai.
“Barangsiapa bermain dadu, maka seolah-olah dia mencelup-kan
tangannya dalam daging babi dan darahnya.” (HR. Muslim)
“Barangsiapa bermain dadu, maka sungguh dia durhaka kepada Allah
dan RasulNya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan Malik)
1.b.viii. Mengenai Main catur
Menurut hukum asalnya, segala sesuatu adalah mubah. Dalam hal catur ini tidak
ada nas tegas yang mengharamkannya. Dan pada catur itu sendiri melebihi permainan
dan hiburan biasa. Di dalamnya terdapat semacam sport otak dan mendidik berfikir.
Kebolehan permainan disyaratkan dengan tiga syarat :
i. Karena bermain, tidak boleh menunda-nunda shalat
ii. Tidak boleh dicampuri perjudian
iii. Ketika bermain, lidah harus dijaga dari perkataan najis
Kalau ketiga syarat ini tidak dapat dipenuhi, maka dapat dihukumi haram.
1.b.ix. Mengenai Menyanyi dan musik
Hal ini dibolehkan dengan beberapa ikatan yang harus diperhatikan sehubungan
dengan nyanyian :
1. Nyanyian itu harus diperuntukkan buat sesuatu yang tidak bertentangan
dengan etika dan ajaran Islam
2. Cara menyanyikan yang dilakukan si penyanyi dapat mengalihkannya dari
lingkungan halal kepada lingkungan haram
3. Berlebih-lebihan dalam hiburan dan menghabiskan waktu untuk berhibur
adalah haram
4. Jika nyanyian itu dapat membangkitkan nafsu dan menimbulkan fitnah serta
nafsu kebinatangannya, maka harus dijauhi nyanyian tersebut
5. Nyanyian yang disertai dengan perbuatan-perbuatan haram lainnya adalah
haram
Menyanyi dan musik bahkan disunatkan dalam situasi gembira, guna melahirkan
perasaan riang dan menghibur hati, seperti pada hari raya, perkawinan, kedatangan
orang yang sudah lama tidak datang, saat walimah, aqiqah dan di waktu lahirnya
seorang bayi.

“Dan dari Aisyah r.a. sesungguhnya Abubakar pernah masuk


kepadanya, sedang di sampingnya ada dua gadis yang sedang
menyanyi dan memukul gendang pada hari Mina (Idul Adha), sedang
Nabi saw. menutup wajahnya dengan pakaiannya, maka diusirlah dua
gadis itu oleh Abubakar. Lantas Nabi membuka wajahnya dan berkata
kepada Abubakar: Biarkanlah mereka itu hai Abubakar, sebab hari ini
adalah hariraya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
1.b.x. Mengenai Menonton film :
Film atau bioskop kedudukannya sama dengan alat-alat lain, dapat dipergunakan
untuk hal-hal yang baik dan yang tidak baik.
Bioskop dan film adalah halal dan baik jika dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Subjek-subjek yang diketengahkan itu bersih dari kegila-gilaan, kefasikan dan
semua hal yang dapat mensirnakan aqidah, syariat dan kesopanan Islam
2. Tidak melupakan kewajiban agama atau duniawi. Tidak halal seorang muslim
meninggalkan sembahyang maghrib karena akan pergi nonton bioskop.
3. Jangan sampai terjadi persentuhan dan percampuran antara laki-laki dan
perempuan lain, demi menjaga fitnah dan menolak syubhat. Lebih-lebih
pertunjukan ini tidak dapat dilakukan, kecuali di tempat yang gelap.

Maraji’
Dr. Yusuf Qardhawi : Halal dan Haram dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai