Anda di halaman 1dari 9

1.A.

AL HAYAATU FII MIHRAABI ASH SHOLAH


(Berjumpa Allah lewat Shalat)
1.A.I. FIQH SHALAT
Shalat menurut bahasa berarti doa. Shalat dalam terminologi Islam ialah suatu
bentuk ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan yang diawali dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam
Urgensi shalat dalam ajaran Islam :
a.Shalat sebagai tiang agama
b.Amal yang paling pertama dinilai oleh Allah di yaumil qiyamah
c.Amal yang paling pertama diwajibkan
d.Amal yang paling besar pahalanya
e.Amal yang menjadi ajaran para rasul sebelum Nabi Muhammad
f. Meninggalkannya merupakan dosa besar
g.Ciri terpenting daripada orang yang taqwa, orang yang bahagia, orang yang
shalih
h.Wasiat terakhir Nabi Muhammad saw
i. Rukun Islam yang kedua
j. Ajaran yang paling pertama kepada anak-anak
(2:45; 14:31; 20:132; 22:34; 29:45; 31:4; 11:114; 59:19; 25:63; 19:59)
Hikmah shalat :
a.Penyerahan diri kepada Allah
b.Latihan disiplin
c.Ketenangan bathin
d.Doa kepada Allah
e.Kebersihan dan kesehatan
f. Konsentrasi
g.Bermasyarakat
h.Persamaan derajat manusia
i. Merendahkan diri
j. Kepatuhan kepada pemimpin dan lain-lain
Pelaksanaan shalat :
a.Pra shalat
a.Adzan setiap datang waktu shalat di masjid, mushala, dll
b.Qamat setiap akan melakukan shalat fardhu
c.Bersuci dari hadats dengan jalan: Wudhu atau mandi besar. Wudhu yaitu
mencuci tangan sampai pergelangan, berkumur sambil mengisap air ke
hidung dan mengeluarkannya (hukumnya sunnat), mencuci muka, mencuci
tangan sampai ke sikut, mengucap rambut kepala sambil mengusap daun
dan lubang teling, dan membasuh kaki sampai dengan dua mata kaki
(hukumnya wajib). Sedang mengusap telinga hukumnya sunat.
Wudhu dilakukan apabila ada yang keluar dari dua lubang dubur dan
qubul dan apabila hilang akal. (4:43; 5:6-7)
d.Mandi besar yaitu membasuh seluruh anggota badan dengan air. Caranya:
Mencuci kemaluan dengan tangan kiri, berwudhu seperti wudhu biasa
kecuali kaki, menumpahkan air kepada seluruh badan sampai merata.
Kecuali bagi wanita, sebagai pengganti membasuh kepala boleh dengan
hanya menumpahkan tiga kali tumpahan air ke kepala, walaupun sanggul
tidak dibuka (walaupun tidak merata)
Mandi besar dilakukan apabila selesai haidh, nifas, jima dan keluar air
mani.
e.Tayamum sebagai pengganti wudhu/mandi besar karena tidak ada (tidak
dapat memakai) air
f. Bersuci dari najis yang ada pada anggota badan (yang di luar) pada pakaian
yang dipakai shalat, dan pada tempat shalat, oleh air atau jenis lainnya,
sampai hilang baunya, warnanya dan rasanya.
g.Menutup aurat :
Bagi wanita seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan bagi
laki-laki minimal antara lutut dan pusat. Selain itu juga diperintahkan agar
berpakaian rapih dan sopan. (7:31)
b.Keringanan-keringanan dalam shalat (ruhshah)
a.Laksanakan sekuat mungkin. Seperti karena sakit atau pada kendaraan
b.Bertayammum sebagai pengganti wudhu atau mandi. Yaitu dengan jalan
menepukkan dua telapak tangan kepada sesuatu benda kemudian
mengusapkan dua telapak tangan tersebut kepada muka dan tangan
sampai pergelangan. Tayamum dilakukan apabila tidak ada air atau sakit
sehingga tidak dapat menggunakan air
c.Mengusap sepatu sebagai pengganti mencuci kaki dan mengucap perban
karena sakit. Syaratnya sudah punya wudhu pada saar memasangnya,
sepatu menutup sampai dua mata kaki dan sepatunya tidak dibuka sampai
selesai shalat.
d.Jama yaitu menyatukan shalat zhuhur dengan Ashar atau shalat Maghrib
dengan Isa.
e.Qashar yaitu menyingkat shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat.
(4:101)
c.Peraturan khusus :
a.Sujud sahwi. Dilakukan dua kali menjelang salam, setelah selesai membaca
bacaan tasyahud. Sujud ini dilakukan apabila ragu-ragu jumlah rakaat
shalat (pilih yang sedikit), terlalu lebih rakaat (teruskan sebagaimana
rakaat biasa), kurang rakaat (setelah ditambah rakaat yang kurang), tidak
melakukan tasyahud awwal karena lupa. Bacaannya : Subhanalladzi malla
yanamu wali yashu. Artinya Maha Suci Allah Dzat yang tidak pernah tidur
dan tidak pernah lupa.
b.Masbuq. Yaitu berjamaah kepada orang yang sedang melaksanakan shalat
(menyusul). Peraturannya: laksanakan apa saja yang dilakukan imam
setelah takbiratul ihram. Kemudian tambah rakaat yang kurang setelah
imam salam. Pada saat menambah rakaat yang kurang boleh membentuk
jamaah baru dengan mamum lain yang sama-sama menjadi masbuq,
dengan jalan; salah seorang melangkah ke depan menjadi imam atau ke
belakang menjadi mamum.
c.Sujud tilawah. Yaitu sujud satu kali pada saat mendengar atau membaca
ayat-ayat tilawah. Yaitu : al-Araf 206; ar-Rad 15; an-Nahl 50; Bani Israil
109; Maryam 58; al-Hajj 18; al-Hajj 77; al-Furqan 60; an-Naml 26; as-
Sajdah 15; ash-Shad 24; Ha-Mim 38; an-Najm 62; al-Insyiqaq 21; al-Alaq
15.
Bacaannya: Sajada wajhi lilladzi khalaqahu wa syaqqa samahu wa
basharahu. (Telah sujud mukaku kepada dzat yang mencipt-akannya dan
menciptakan pendengarannya dan penglihatan-nya). Untuk sujud tilawat
tidak disyaratkan berwudhu.
d.Sujud syukur. Yaitu sujud satu kali apabila menadapatkan sesuatu
mendapatkan sesuatu kenikmatan. Bacaannya: bebas, boleh seperti doa
sujud biasa dll. Untuk sujud syukur pun tidak ada syarat berwudhu.
e.Shalat Jumat. Yaitu shalat pada hari Jumat dengan ketentuan sebagai
berikut: Dua rakaat dengan berjamaah pada waktu dhuhur, memakai
khutbah sebelum pelaksanaan shalat. Khusus untuk wanita: boleh
melakukannya dan boleh pula tetap seperti pada hari lain (shalat Dhuhur)
1.A.II. PAHALA SHALAT DAN HAL-HAL YANG MENYEMPURNAKANNYA
Keutamaan wudhu dan siwak :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan
tanah itu. Allah tidak hendak Menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
Membersihkan kamu dan Menyempurnakan Nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah 5:6)
Rasulullah saw. bersabda: Jika berwudhu seorang muslim atau mumin,
maka membasuh muka, keluarlah dari mukanya semua dosa yang dilihat
dengan matanya bersama tetesan yang terakhir dari air, dan bila
membasuh kedua tangannya, keluar dari tangannya tiap dosa yang
disentuh dengan tangannya bersama air atau tetesan yang akhir dari air,
dan bila membasuh kakinya, keluar semua dosa yang telah dijalani oleh
kakinya bersama air atau tetesan yang akhir dari air, hingga ia keluar
bersih dari semua dosa. (HR. Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Andaikan saya tidak khawatir memberatkan
pada ummatku, niscaya saya perintahkan wajib bersiwak (gosok gigi)
pada tiap-tiap shalat. (HR. Bukhari, Muslim)
Anas r.a berkata Rasulullah saw. bersabda: Saya telah banyak
menganjurkan kepadamu untuk bersiwak. (HR. Bukhari)
Syuraih bin Hani bertanya kepada Aisyah: Apakah yang didahulukan
oleh Nabi saw. jika masuk rumahnya? Jawab Aisyah: Gosok gigi
(bersiwak) (HR. Muslim)
Aisyah r.a. berkata: Bersabda Nabi saw.: Siwak (gosok gigi) itu
membersihkan mulut dan menjadikan keridhoan Tuhan. (HR. Annasai,
Ibn Khuzaimah)
Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi saw. :Lima macam dari ftrah
(kelakuan yang tetap dari sunnat kelakuan para Nabi), yaitu khitan,
mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan
memotong kumis. (HR. Bukhari, Muslim)
Keutamaan adzan :
Abdullah bin Abdurrahman bin Abi shoshoah berkata: Abu Said
Alkhudry berkata padanya: Saya perhatikan kau suka di dusun di
tengah-tengah kambingmu, maka jika kau di hutan dan di antara
kambingmu, lalu beradzan untuk shalat maka keraskan suaramu.
Sesungguhnya tiada sesuatu pun yang mendengar suara muadzzin, baik
ia berupa jin atau manusia atau lain-lainnya melainkan pasti akan
menjadi saksi baginya di hari qiamat. Demikianlah yang saya dengar dari
Rasulullah saw. (HR. Bukhari)
Keutamaan Shalat :
Rasulullah saw. bersabda: Bagaimanakah pendapat kamu kalau sebuah
sungai di muka pintu salah satu kamu, dan ia mandi daripadanya tiap
hari lima kali, apakah masih ada tertinggal kotorannya? Jawab sahabat:
Tidak. Maka demikianlah shalat lima waktu, Allah menghapus dosa-dosa
dengannya. (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Tiada seorang muslim yang menghadapi
shalat fardhu, lalu menyempurnakan wuhdhu, khusyu serta ruku
sujudnya, melainkan dapat dipastikan shalat itu menjadi penebus dosa
yang terjadi sebelumnya selama tidak melakukan dosa-dosa besar. Dan
itu untuk selamanya (HR. Muslim)
Keutamaan Berjalan ke Masjid :
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang pergi pada pagi atau sore hari ke
masjid, maka Allah menyediakan untuknya hidangan di sorga tiap ia
pergi baik pagi atau sore (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian
berjalan ke masjid untuk menunaikan shalat fardhu, maka semua
langkahnya dihitung yang satu untuk menghapuskan dosa dan yang
kedua untuk menaikkan derajat. (HR. Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya sebesar-besar manusia
pahalanya dalam shalat ialah yang terjauh jarak perjalanannya, dan
orang menantikan shalat untuk berjamaah dengan imam lebih besar
pahalanya dari orang yang shalat sendiri untuk segera pulang tidur. (HR.
Bukhari, Muslim)
Keutamaan Menantikan Shalat Berjamaah :
Rasulullah saw. bersabda: Selalu seorang itu teranggap dalam shalat,
selama tertahan oleh menantikan shalat, tiada yang menahannya untuk
kembali kerumahnya hanya semata-mata karena menantikan shalat. (HR.
Bukhari, Muslim)
Keutamaan Shalat Berjamaah :
Rasulullah saw. bersabda: Shalat berjamaah lebih dari shalat sendirian
dengan dua puluh tujuh derajat (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Shalat berjamaah berlipat ganda dari shalat
sendiri di rumah atau di pasar dengan dua puluh lima lipat. Yang
demikian itu karena seorang jika menyempurnakan wudhu kemudian
keluar ke masjid, tiada ia melangkahkan kaki selangkah melainkan
terangkat satu derajat dan dihapus satu dosa dan bila ia shalat selalu
didoakan oleh para Malaikat selama ia di tempat shalat itu tidak
berhadas, Malaikat berdoa : Allahumma sholli alaihi
allahummarhamhu. (Ya Allah kasihanilah ia) Dan tetap ia dianggap
dalam shalat selama ia menantikan shalat. (HR. Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Tiada terdapat tiga orang berkumpul baik di
dusun atau hutan atau kota, kemudian tidak dilakukan shalat jamaah
melainkan mereka telah dijajah oleh syaithon. Maka kerjakan olehmu
shalat berjamaah. Sesungguhnya serigala itu hanya dapat menerkam
kambing yang jauh terpencil dari kawan-kawannya. (Abu Dawud)
Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan
Barisan dan Rapat
Rasulullah saw. bersabda: Andaikan orang-orang sama mengetahui besar
pahala mendatangi adzan dan saf pertama, kemudian umpama untuk
mendapatkan itu harus mereka berundi, tentu akan berundi untuk
mendaparkannya. (Bukhari, Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik Saf barisan lelaki yang terdepan,
dan yang terburuk yaitu yang terbelakang yang akhir, dan sebaik-baik
barisan perempuan yang terakhir, dan yang terburuk ialah yang terdepan.
(Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Ratakanlah barisan karena menyempurnakan
barisan (saf) shalat itu termasuk dari kesempurnaan shalat. (Bukhari,
Muslim)
Anas r.a. berkata: Ketika telah iqomat untuk shalat, maka Nabi menoleh
kepada kami sambil berkata: Ratakanlah barisan kamu dan rapatkan,
sesungguhnya saya dapat melihat kamu dari belakang punggungku.
(Bukhari)
Rasulullah saw. bersabda: Sempurnakanlah saf barisan yang muka
kemudian berikutnya, maka jika ada kurang maka harus pada barisan
yang dibelakang. (Abu Dawud).
Keutamaan sunnat rawatib yang mengikuti shalat fardhu :
Tiada orang muslim yang shalat sunnat karena Allah, pada tiap hari dua
belas rakaat, melainkan Allah akan membangunkan untuknya sebuah
rumah di sorga. (HR. Muslim)
Rasulullah bersabda: Di antara tiap adzan dan iqomat ada shalat
sunnat. Pada tiap antara adzan dan iqomah ada shalat sunnat. Pada tiap
adzan dan iqomah ada shalat sunnat. Bagi siapa yang suka
mengerjakannya. (HR. Bukhari, Muslim)
Aisyah r.a. berkata: Adalah Nabi saw. tidak pernah meninggalkan shalat
sunnah empat rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sebelum shubuh.
(HR. Bukhari)
Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang rajin melakukan sebelum Zhuhur
dan sesudah Zhuhur empat-empat rakaat Allah akan mengharamkannya
dari api neraka. (HR. Abu Dawud, Attirmidzi)
Ali bin Abi Tholib ra. berkata: Adalah Nabi saw. biasa shalat empat
rakaat sebelum ashar, dipisah dua salam, memberi salam pada para
Malaikat muqorrobin dan pengikut mereka dari kaum muslimin dan
muminin. (HR. Attirmidzi)
Anas r.a. berkata: Saya telah melihat orang-orang terkemuka dari
shahabat Nabi saw. berburu-buru menuju ke tiang-tiang masjid untuk
shalat sunnat sebelum shalat maghrib. (Bukhari)
Ibnu Umar r.a. berkata: Saya shalat bersama Rasulullah saw. dua rakaat
sebelum Zhuhur, dan dua rakaat sesudahnya, dan dua rakaat sesudah
Jumah, dan dua rakaat sesudah Maghrib serta dua rakaat sesudah
Isya. (HR. Bukhari, Muslim)
1.A.III. KHUSYU DALAM SHALAT
Rasulullah saw. pernah ditanya tentang ihsan, beliau menjawab:
Engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika
engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.
Shalat adalah sarana terbesar dalam tazkiyatun-nafs (pensucian jiwa). Dan shalat
akan berfungsi demikian jika ditegakkan dengan semua rukun, sunnah dan adab
zhahir serta batin.
Karena amalan-amalan shalat yang bersifat lahiriyah masih tetap dilaksanakan
dengan baik oleh orang Muslim yang hidup di lingkungan Islam, maka pembahasan
disini akan dibatasi dengan menyebutkan adab-adab batin yang disebut dengan ilmul
khusyu.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu dalam shalatnya. (al-Muminun:1-2)
Khusyu merupakan manifestasi tertinggi dari sehatnya hati.
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaha:14).
Siapa yang lalai dalam semua shalatnya maka bagaimana mungkin dia bisa
mendirikan shalat untuk mengingat-Nya?
Para ulama sepakat bahwa seorang hamba tidak mendapatkan (nilai) shalatnya
kecuali apa yang disadarinya.
Kehadiran hati adalah ruh shalat. Batas minimal keberadaan ruh ini ialah
kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Semakin bertambah kehadiran hati semakin
bertambah pula ruh tersebut dalam bagian-bagian shalat.
Makna-makna batin yang dengannya tercapai kehidupan shalat :
1.Kehadiran hati.
Selagi pikiran tidak terpalingkan dari apa yang tengah ditekuninya sedangkan
hatinya masih tetap mengingat apa yang tengah dihadapinya dan tidak ada
kelalaian di dalamnya maka berarti telah tercapai kehadiran hati.
Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah (perhatian utama), karena
sesungguhnya hati mengikuti perhatian utama sehingga hati tidak akan hadir
kecuali berkaitan dengan hal-hal yang menjadi perhatian utama. Apabila hati tidak
hadir dalam shalat maka ia tidak akan pasif begitu saja tetapi pasti berkeliaran
mengikuti urusan dunia yang menjadi perhatian utama.
2.Tafahhum (kefahaman)
Yaitu pengetahuan tentang makna lafadz-lafadz shalat. Dari sinilah kemudian
shalat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar karena ia memahamkan banyak
hal yang pada gilirannya dapat mencegah perbuatan maksiat
Penyebab timbulnya tafahhum ialah senantiasa berfkir dan mengarahkan
pikiran untuk mengetahui makna.
3.Tazhim (rasa hormat)
Tazhim lahir dari dua marifat. Pertama, marifat akan kemuliaan dan
keagungan Allah. Kedua, marifat akan kehinaan diri dan statusnya sebagai hamba
yang tidak memiliki kuasa apa-apa.
4.Haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa hormat)
Haibah lahir dari marifat akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, pengaruh
kehendak-Nya.
5.Raja (harap)
Penyebab timbulnya raja ialah kelembutan Allah, kedermawanan-Nya, keluasan
nimat-Nya, keindahan ciptaan-Nya dan pengetahuan akan kebenaran janji-Nya.
6.Haya (rasa malu)
Haya akan muncul melalui perasaan serba kurang sempurna dalam beribadah
dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah.
1.A.IV. SHALAT-SHALAT SUNNAT
1.Shalat Qiyam al-Lail
Salim bin Abdullah bin Umar ra. berkata: Ayah bercerita kepada saya
bahwa Rasulullah saw. berkata: Sebaik-baik orang Abdullah, andaikan ia
suka shalat malam. Berkata Salim: Maka sejak itu Abdullah tiada tidur
malam kecuali sedikit sekali. (Bukhari,Muslim)
Rasulullah saw. bersabda: Seutama-utama puasa sesudah puasa
Ramadhan ialah puasa sunnat pada bulan Muharram, dan seutama-
utama shalat sesudah shalat fardhu, ialah shalat sunnat di waktu
malam (Muslim)
Kalian harus shalat lail, sebab itulah jalan para sholihin, itulah
pendekatan diri pada Rabb kalian, penghapus kesusahan dan pemusnah
dosa-dosa (HR Turmudzi)
Aisyah ra. berkata: Biasa Rasulullah saw. shalat malam sebelas rakaat,
sujud satu kali sama dengan orang membaca lima puluh ayat dari
Quran, dan itu belum mengangkat kepala dari sujudnya, kemudian
shalat dua rakaat sebelum fajar (shalat subuh), kemudian berbaring
pada pinggang kanannya, hingga datang muadzdzin memberitahu akan
iqomat untuk shalat. Yani untuk shalat Subuh. (HR. Bukhari)
2.Shalat Sunnat Dhuha
Aisyah ra. berkata: Adalah Rasulullah saw. jika tidak shalat malam
karena sakit atau lain-lainnya, maka dibayarnya dengan shalat pada
siang harinya dua belas rakaat. (Muslim)
Umar bin Alkhotthob r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Siapa yang
ketiduran hingga tidak membaca wiridnya atau suatu kebiasaan amal
kebaikan, lalu dibacanya di antara Subuh dan Dhuhur, maka tertulis
baginya sama dengan dibacanya pada waktu malam. (HR. Muslim)
3.Shalat Sunnat Tahiyatul Masjid
Jika salah seorang diantara kalian masuk masjid, maka janganlah
duduk sehingga melaksanakan shalat dua rakaat.(HR. Muslim)
4.Shalat Sunnat Syukrul Wudhu
Rasulullah berkata kepada Bilal, Ceritakanlah kepadaku amal apa yang
amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua
sandalmu di surga? Bilal menjawab; Tidak ada amal ibadah yang
paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam
aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka (HR. Bukhari)
5.Shalat Sunnat Menunggu Khutbah Jumat
Barangsiapa yang mandi pada hari Jumat dan dia gosokkan dari
wangi-wangian isterinya jika ada padanya, lalu dipakainya yang bagus,
kemudian itu dia pun keluar sehingga datang ke mesjid, lalu dia
sembahyang (sunnat) sesenangnya dan tidak dia mengganggu barang
seorang pun, kemudian dia duduk diam; apabila Imamnya telah keluar,
sampai dia sembahyang; semuanya itu akan menjadi penebus dosanya
diantara Jumatnya itu dengan Jumat yang lain (HR. Imam Ahmad)
Maraji
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf Annawawy, Tarjamah Riadhus Shalihin
Said bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu
Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah : Petunjuk Praktis Mencapai Derajat
Taqwa
Drs. Miftah Faridl : Pokok-Pokok Ajaran Islam

Anda mungkin juga menyukai