Anda di halaman 1dari 5

Istilah bersuci dalam syariat Islam disebut "thaharah",yang secara lughawi berasal dari kata "thahura-yath-huru-thuhran-wa thaharah" yang

berarti bersih atau suci. Selain kata "thaharah",dalam al-Qur'an atau hadits,banyak kata-kata lain yang merujuk kepada makna bersih atau suci,baik yang berhubungan dengan kebersihan fisik atau kesucian hati atau jiwa antara lain; "bara'ah, tazkiyah, dan nadzafah." Sedangkan menurut istilah Fiqih, yang dimaksud dengan "thaharah" adalah bersuci dengan alatalat dan cara-cara yang telah ditetapkan oleh syara' untuk menghilangkan segala najis dan hadats. Dalam hukum Islam, masalah bersuci menduduki tempat yang paling penting dan paling utama dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Sebagaimana halnya shalat yang tidak sah apabila dilakukan tanpa bersuci terlebih dahulu. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. al-Baqarah: 222) dalam hadits Rasulullah SAW menjelaskan: "Allah tidak akan menerima shalat yang tidak disertai dengan bersuci." (HR. Ahmad, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Usamah) Masalah bersuci dalam ajaran Islam tidak semata-mata menyangkut atau menunjuk pada beberapa perbuatan ibadah tertentu, akan tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan langsung dengan sang Khaliq ataupun sesama manusia. Islam sangat menekankan masalah kebersihan dan kesucian dalam kehidupan manusia. Sebab,kebersihan dan kesucian itu tidak hanya sebagai sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT, namun juga dalam rangka menjaga kebersihan hidup dengan pola hidup bersih. Islam adalah agama yang sangat memerhatikan perkara kebersihan. Jika ayat yang pertama kali turun berisikan perintah untuk membaca, maka ayat yang kedua turun mengandung perintah untuk memerhatikan kebersihan. firman Allah SWT: "dan pakaianmu bersihkanlah." (QS. al-Muddatsir: 4) Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kebersihan mulai dari hal-hal yang sepertinya sepele hingga yang sangat serius. Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi, maka disyariatkanlah siwak/menggosok gigi. Rasulullah SAW bersabda: "Siwak/menggosok gigi dapat membersihkan mulut dan memperoleh keridhaan Tuhan." (HR. Bukhari dan Ash-hab us Sunan dari 'Aisyah) bahkan dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda: "Sekiranya tidak memberatkan umatku, maka sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat." (HR. Jama'ah dari Abu Hurairah) Islam juga sangat memerhatikan pentingnya menjaga kebersihan makanan dalam rangka menjaga kesehatan. Maka disyariatkanlah supaya umat Islam menutup makanan dan minuman

agar tidak dihinggapi lalat atau kotoran. Pendek kata, Islam sangat memerhatikan perkara kebersihan. Segala sisi kehidupan manusia dan upaya-upaya untuk menjaga kebersihan telah dijelaskan dengan gamblang ole Islam. Sedemikian pentingnya kebersihan hingga Islam menjadikannya sebagai bagian terpenting dalam ibadah, bahkan menjadikannya sebagai pondasi agama. Bukankah orang yang hendak masuk Islam diharuskan mandi sebelum mengucapkan syahadat, dan agar shalat menjadi sah, harus didahului dengan wudhu atau tayyamum. Selain menekankan pentingnya kebersihan dan kesucian fisik, Islam juga sangat menekankan pentingnya menjaga kasucian psikis atau jiwa. Sebuah kesucian yang sangat vital dalam rangka menempatkan diri sebagai bagian dari orangorang yang beruntung di dunia dan akhirat kelak. firman Allah SWT: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. asy-Syams: 9-10) dan dalam firman-Nya yang lain: "(yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. asy-Syu'ara': 88-89)

Istilah bersuci dalam syariat Islam disebut "thaharah",yang secara lughawi berasal dari kata "thahura-yath-huru-thuhran-wa thaharah" yang berarti bersih atau suci. Selain kata "thaharah",dalam al-Qur'an atau hadits,banyak kata-kata lain yang merujuk kepada makna bersih atau suci,baik yang berhubungan dengan kebersihan fisik atau kesucian hati atau jiwa antara lain; "bara'ah, tazkiyah, dan nadzafah." Sedangkan menurut istilah Fiqih, yang dimaksud dengan "thaharah" adalah bersuci dengan alatalat dan cara-cara yang telah ditetapkan oleh syara' untuk menghilangkan segala najis dan hadats. Dalam hukum Islam, masalah bersuci menduduki tempat yang paling penting dan paling utama dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Sebagaimana halnya shalat yang tidak sah apabila dilakukan tanpa bersuci terlebih dahulu. Firman Allah SWT: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. al-Baqarah: 222) dalam hadits Rasulullah SAW menjelaskan: "Allah tidak akan menerima shalat yang tidak disertai dengan bersuci." (HR. Ahmad, Nasa'i, dan Ibnu Majah dari Usamah) Masalah bersuci dalam ajaran Islam tidak semata-mata menyangkut atau menunjuk pada beberapa perbuatan ibadah tertentu, akan tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan langsung dengan sang Khaliq ataupun sesama manusia. Islam sangat menekankan masalah kebersihan dan kesucian dalam kehidupan manusia. Sebab,kebersihan dan kesucian itu tidak hanya sebagai sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT,

namun juga dalam rangka menjaga kebersihan hidup dengan pola hidup bersih. Islam adalah agama yang sangat memerhatikan perkara kebersihan. Jika ayat yang pertama kali turun berisikan perintah untuk membaca, maka ayat yang kedua turun mengandung perintah untuk memerhatikan kebersihan. firman Allah SWT: "dan pakaianmu bersihkanlah." (QS. al-Muddatsir: 4) Islam sangat menekankan pentingnya menjaga kebersihan mulai dari hal-hal yang sepertinya sepele hingga yang sangat serius. Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi, maka disyariatkanlah siwak/menggosok gigi. Rasulullah SAW bersabda: "Siwak/menggosok gigi dapat membersihkan mulut dan memperoleh keridhaan Tuhan." (HR. Bukhari dan Ash-hab us Sunan dari 'Aisyah) bahkan dalam hadist lain Rasulullah SAW bersabda: "Sekiranya tidak memberatkan umatku, maka sungguh aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat." (HR. Jama'ah dari Abu Hurairah) Islam juga sangat memerhatikan pentingnya menjaga kebersihan makanan dalam rangka menjaga kesehatan. Maka disyariatkanlah supaya umat Islam menutup makanan dan minuman agar tidak dihinggapi lalat atau kotoran. Pendek kata, Islam sangat memerhatikan perkara kebersihan. Segala sisi kehidupan manusia dan upaya-upaya untuk menjaga kebersihan telah dijelaskan dengan gamblang ole Islam. Sedemikian pentingnya kebersihan hingga Islam menjadikannya sebagai bagian terpenting dalam ibadah, bahkan menjadikannya sebagai pondasi agama. Bukankah orang yang hendak masuk Islam diharuskan mandi sebelum mengucapkan syahadat, dan agar shalat menjadi sah, harus didahului dengan wudhu atau tayyamum. Selain menekankan pentingnya kebersihan dan kesucian fisik, Islam juga sangat menekankan pentingnya menjaga kasucian psikis atau jiwa. Sebuah kesucian yang sangat vital dalam rangka menempatkan diri sebagai bagian dari orangorang yang beruntung di dunia dan akhirat kelak. firman Allah SWT: "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. asy-Syams: 9-10) dan dalam firman-Nya yang lain: "(yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. asy-Syu'ara': 88-89)

Urgensi bersuci Kegiatan bersuci atau thaharah memiliki peran yang penting dalam syariat Islam, di antaranya: 1. Menjadi syarat sahnya shalat

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

"Tidak diterima shalat orang yang berhadats hingga dia berwudlu." (Muttafaq 'alaih)

Oleh karenanya, bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan fiqih karena thaharah (bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Sedangkan shalat adalah rukun Islam kedua sesudah dua kalimat syahadat. Jadi, syarat sahnya shalat tentu harus didahulukan pembahasannya daripada yang disyaratkan, yaitu shalat. Bab thaharah selalu didahulukan dalam pembahasan-pembahasan fiqih karena thaharah (bersuci) merupakan salah satu syarat sahnya shalat. Mengerjakan shalat dengan bersuci terlebih dahulu menunjukkan pengagungan kepada Allah. Sementara hadats dan junub -walau bukan najis yang terlihat- adalah najis maknawi yang menyebabkan kotornya sesuatu yang berhubungan dengannya. Keberadaannya bisa menghilangkan pengagungan kepada Allah dan menafikan prinsip kebersihan. 2. Allah memuji orang-orang yang bersuci

Firman Allah,

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. Al-Baqarah; 222) Allah juga memuji para penghuni masjid Quba' dalam firman-Nya,

"Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu bershalat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (QS. At-Taubah: 108) Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan hadits Abu Hurairah radliyallah 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "ayat ini diturunkan pada ahli Quba, "Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri". Beliau bersabda, "mereka beristinja' (bercebok) dengan air, maka diturunkanlah ayat ini menerangkan kondisi mereka." Dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan aktifitas thaharah yang dilakukan penduduk Quba' sehingga Allah memuji mereka. Lalu mereka menjawab, "demi Allah, wahai Rasulullah, kami tidak tahu apa-apa, kecuali kami memiliki tetangga dari kalangan Yahudi yang mencuci dubur mereka (bercebok dengan air) sehabis buang air, lalu kami bercebok sebagaimana yang mereka lakukan."

3. Kelalaian membersihkan diri dari najis menjadi salah satu sebab turunnya siksa kubur. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radliyallah 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati dua kubur lalu beliau bersabda:

"Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." (HR. Abu Dawud, an-Nasa'i, dan Ibnu Majah dengan sanad shahih). "Sesungguhnya penghuni dua kubur ini sedang di adzab. Dan tidaklah mereka berdua diadzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air kencingnya . . ." al-Hadits Jenis-jenis Thaharah Ulama membagi thaharah syar'iyah atau bersuci yang dituntunkan oleh syariat menjadi dua macam. Pertama, thaharah haqiqiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari najis yang terdapat pada tubuh, pakaian, dan tempat. Kedua, thaharah hukmiyah, yaitu thaharah atau bersuci dari hadats. Hal ini khusus pada badan. Thaharah jenis ini terbagi menjadi tiga macam: thaharah kubra, yaitu mandi; dan thaharah shughra, yaitu berwudlu; Tayamum sebagai pengganti keduanya bila tidak mampu melakukan keduanya.

Anda mungkin juga menyukai