OLEH
KELOMPOK III
Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat
serta rahmat-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah Analisa Program
Puskesmas sebagai salah satu target kompetensi praktik keperawatan komunitas.
Kelompok banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam proses
penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat.
Kelompok sadar bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan.Oleh karena itu, kritik
dan saran pembaca sangat diharapkan kelompok demi perbaikan makalah ini. Akhirnya
kelompok berharap semoga analisa program puskesmas di bidang Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Menular (P2M) ini dapat bermanfaat bagi Puskesmas dan dunia
keperawatan
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 4
C. Manfaat ...................................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
Analisa Program Pengendalian Penyakit Menular........................................... 21
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 29
B. Saran............................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling
dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit
pelayanan kesehatan lainnya (Rumah sakit Negeri maupun Swasta). Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2014).
Unit pelayanan teknis yakni Puskesmas berperan dalam menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknik operasional Dinas Kesehatan Kota dan merupakan unit
pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan 2016-2019 yaitu terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Tujuan dalam
melaksanakan perencanaan tersebut adalah meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terjadi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Masyarakat memiliki kemampuan dalam memanfaatkan serta menggunakan
pelayanan kesehatan bermutu (Rencana Stategi Kementerian Kesehatan, 2016).
Pelayanan kesehatan melaksanakan peran dalam pembangunan kesehatan yaitu
dengan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dilakukan pada semua siklus
kehidupan yaitu bayi, balita, anak sekolah, remaja, kelompok usia kerja, dan kelompok
lansia. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama terdiri atas upaya
kesehatan masyarakat esensial dan pengembangan, upaya kesehatan masyarakat esensial
meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan KIA dan KB, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan gizi serta pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
sedangkan upaya kesehatan masyarakat pengembangan terdiri atas pelayanan kesehatan
jiwa, pelayanan gigi masyarakat, pelayanan kesehatan tradisional komplementer,
1
2
pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya. Hasil observasi didapatkan
terdapat jentik nyamuk di tempat penampungan air.
Salah satu penyakit menular yang merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi adalah penyakit demam berdarah dengue
(DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di wilayah
tropis. Indonesia merupakan sebagian besar wilayahnya adalah daerah endemis. Penyakit
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti lingkungan domestik maupun iklim, demografi, sosial ekonomi dan perilaku.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Puskesmas Harapan Raya, salah
satu kegiatan program P2M DBD yaitu pembagian bubuk abate kepada masyarakat dan
penyebarannya belum merata. Disamping itu, juga dilakukan kegiatan foging. Namun,
kegiatan pemberantasan sarang dan jentik-jentik nyamuk belum dilakukan secara rutin.
Selain itu pihak Puskesmas juga menyebarkan brosur pencegahan DBD (3M plus) dan
mengadakan penyuluhan tentang pengetahuan DBD, baik di dalam gedung dan diluar
gedung.
Pengendalian penyakit menular langsung dengan sasaran menurunnya angka
kesakitan dan kematian akibat penyakit menular langsung dengan indikator persentase
cakupan penemuan kasus baru kusta. Berdasarkan data dari Puskesmas Harapan Raya
didapatkan 1 orang yang menderita kasus baru kusta basah di Kelurahan Tangkerang
Selatan, tidak ada yang menderita kasus baru kusta kering dan kusta basah di Kelurahan
Tangkerang Utara, Kelurahan Tangkerang Labuai, dan Kelurahan Simpang Tiga.
Indikator keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif (Success Rate) minimal 85%.
Upaya pemerintah untuk menanggulangi penyakit TB Paru setiap tahunnya semakin
menunjukkan kemajuan. Keberhasilan pengobatan TB Paru ditentukan oleh kepatuhan
dan keteraturan dalam berobat, pemeriksaan fisik dan laboratorium. Berdasarkan data
dari Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2016 terdapat 193 orang yang didiagnosa
suspek TB paru dan 33 orang yang BTA (+) yang diobati, dan 12 orang (36,36%)
menunjukkan angka kesembuhan.
Persentase angka kasus HIV di Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2016,
terdapat 41 orang termasuk kasus yang ditemukan di RS. Upaya pelayanan kesehatan
dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS di samping ditunjukkan pada
penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui
penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya
penemuan-penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap donor
darah, pemantauan pada kelompok berisiko penderita penyakit menular seksual.
4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi program pengendalian dan pencegahan penyakit menular (P2M) di
Puskesmas Harapan Raya Kelurahan Tangkerang Selatan Kecamatan Bukit Raya
Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan program pengendalian dan pencegahan penyakit menular (P2M)
menurut Kementrian Kesehatan.
b. Mengidentifikasi program pengendalian dan pencegahan penyakit menular (P2M)
di Puskesmas Harapan Raya Kelurahan Tangkerang Selatan Kecamatan Bukitraya
Pekanbaru.
c. Membandingkan program pengendalian dan pencegahan penyakit menular (P2M)
menurut Kementrian Kesehatan dan Puskesmas Harapan Raya Kelurahan
Tangkerang Selatan Kecamatan Bukitraya Pekanbaru.
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu pengetahuan
dan gambaran, pelaksanaan salah satu program dari 6 program pokok puskesmas yaitu
pengendalian dan pencegahan penyakit menular (P2M) pada salah satu puskesmas di
Pekanbaru dan proses pembelajaran mengenai pelaksanaan program puskesmas
berdasarkan data di lapangan yang didapatkan.
5
2. Bagi Puskesmas
Analisa Program Puskesmas ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
meningkatkan pencapaian program upaya promotif kesehatan dan preventif, serta
panduan untuk mengetahui hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program
P2M serta solusi yang dapat dijadikan referensi dalam mencegah dan memberantas
penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru.
3. Bagi Pemegang Program Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
Sebagai masukan dan saran dalam pelaksanaan program puskesmas untuk
mencapai kinerja yang optimal di seluruh wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya.
4. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan kesehatan dengan memanfaatkan puskesmas untuk
rujukan pelayanan kesehatan dasar dalam mencegah dan menurunkan kejadian
penyakit menular serta pengobatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang puskesmas
menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pusat kesehatan masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki upaya kesehatan (Permenkes, 2014). Upaya
Kesehatan, ada dua yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya kesehatan perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan (Permenkes, 2014).
2. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
merupakan gambaran masyarakat Kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Indikator kecamatan Sehat:
a) Lingkungan sehat
b) Perilaku sehat
c) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
3. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
6
7
tersebut adalah:
a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di
bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandiria nuntuk hidups ehat.
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat berserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memeliharadan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan
yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan
puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan
(Kemenkes RI, 2009).
4. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Permenkes No 75 tahun 2014 menjelaskan prinsip penyelenggaraan
puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam
upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandiriran masyarakat
8
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersediadi masing-
masing puskesmas. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan terdiri dari:
(a) Pelayanan kesehatan jiwa
(b) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
(c) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
(d) Pelayanan kesehatan olahraga
(e) Pelayanan kesehatan indera
(f) Pelayanan kesehatan lansia
(g) Pelayanan kesehatan kerja
(h) Pelayanan kesehatan lainnya.
b) Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat pertama
Meliputi:
(1) Rawat jalan
(2) Pelayanan gawat darurat
(3) Pelayanan satu hari (one day care)
(4) Home care
Perawatan yang diberikan kepada lanjut usia yang tidak sepenuhnya
mampu merawat dirinya sendiri, hidup sendiri atau bersama keluarga
namun tidak ada yang mengasuh. Perawatan diberikan oleh care giver
informal atau professional, dengan home nursing (kunjungan rumah) oleh
perawat profesional.
(5) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan yang dijelaskan diatas, puskesmas
harus menyelenggarakan:
(a)Manajemen puskesmas
(b)Pelayanan kefarmasian
(c)Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
(d)Pelayanan laboratorium.
Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang
mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang
terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup.
2. Macam Penyakit-Penyakit Menular
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
a. Penyakit menular potensial mewabah
Pada kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular berikut:
1) Diare
2) Demam berdarah dengue
3) Malaria (di daerah endemik tinggi)
4) Filariasis (di daerah endemik tinggi)
b. Penyakit menular endemik tinggi
Penyakit yang termasuk kedalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit
berikut:
1) Tuberkulosis paru
2) Lepra (Morbus Hansen)
3) Patek (Framboesia)
4) Anjing gila (Rabies)
5) Antraks
c. Penyakit menular penting lain
Penyakit yang termasuk kedalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit
berikut:
1) Penyakit menular seksual
a) Sifilis (Raja Singa)
b) Gonorhoe (kencing nanah)
c) HIV/ AIDS
2) Penyakit menular lain
a) Hepatitis-B
b) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
3. Cara Penularan Penyakit Menular
a. Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung
(benda-benda bekas dipakai pasien).
b. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar.
c. Penularan melalui vector.
d. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato.
4. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
Surveilans epidemiologi suatu penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan
pengumpulan data/ informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan/ kematian dan
penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secar sistematik, terus
menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil
program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan
Data/ Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For Action). Untuk dapat
memonitor/ mengamati distribusi penyakit menular di dalam masyarakat wilayah
12
TARGET PENCAPAIAN
INDIKATOR
INDIKATOR
Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang
91,5%
mendapat imunisasi dasar lengkap
Persentase kabupaten/kota yang melakukan
50%
pengendalian vektor terpadu
Persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49
62%
per 100.000 penduduk
Persentase kabupaten/kota yang eliminasi rabies 40
Persentase cakupan penemuan kasus kusta baru
85%
tanpa cacat
Persentase kabupaten/kota dengan angka
keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif 81%
(Success Rate) minimal 85%
Persentase angka kasus HIV yang diobati 47%
Persentase kabupaten/kota yang 50%
Puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tata 30%
laksana Pneumonia melalui program MTBS
Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan
kegiatan deteksi dini Hepatitis B pada kelompok 10%
beresiko
Persentasedesa/kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos PembinaanTerpadu (Posbindu) 20%
PTM
13
14
15
a. Promosi Kesehatan
b. Kesehatan Lingkungan
c. Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
dimasyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olahraga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Jiwa
g. Upaya Kesehatan Mata
h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
i. Upaya Kesehatan Pengobatan Tradisional (Kemenkes, 2014)
E. Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M)
yang dilaksanakan di Puskesmas Harapan Raya
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai banyak kegiatan pokok yang harus dilakukan, salah
satunya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) bertujuan menurunkan
angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.
1. Pembinaan imunisasi
Persentase anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Berdasarkan cakupan imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 tahun pada
tahun 2016 di Puskesmail Harapan Raya imunisasi BCG sebanyak 95,59%,
imunisasi DPT I-HB-Hib1 sebanyak 95,47%, imunisasi DPT I-HB-Hib1 sebanyak
91,1%, imunisasi Polio IV sebanyak 0 %, imunisasi campak sebanyak 91,02%,
imunisasi dasar lengkap sebanyak 91,0%.
2. Penyakit bersumber binatang
Persentase kabupaten/kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu
Persentase kota yang melakukan pengendalian vektor terpadu di Puskesmas
Harapan Raya tidak didapatkan oleh mahasiswa.
Persentase insiden rate (IR) DBD < 49 orang/100.000 penduduk
16
Berdasarkan jumlah kasus penderita DBD pada tahun 2016 yang ditemukan
di Puskesmas Harapan Raya sebanyak 88 orang. Pada kelurahan Tangkerang Utara
sebanyak 15 orang (17,1%), kelurahan Tangkerang Selatan sebanyak 27 orang
(30,7%), kelurahan Tangkerang Labuai sebanyak 20 orang (22,7%), kelurahan
Simpang Tiga sebanyak 26 orang (29,5%).
Persentase Case Fatality Rate (CFR) DBD < 1 %
Berdasarkan jumlah penderita DBD pada tahun 2016 yang berobat di
Puskesmas Harapan Raya didapatkan hasil tidak ada penderita DBD yang meninggal
di wilayah Kelurahan Tangkerang Selatan, Kelurahan Tangkerang Utara, Kelurahan
Tangkerang Labuai, dan Kelurahan Simpang Tiga.
Persentase angka bebas jentik > 95 %
Berdasarkan cakupan rumah yang diperiksa oleh kader kesehatan pada tahun
2016 di Puskesmas Harapan Raya, dari 24.955 jumlah rumah yang terdapat di
wilayah Puskesmas Harapan Raya, 1760 rumah yang telah dilakukan pemeriksaan
jentik dan ditemukan 237 rumah dengan jentik. Berdasarkan cakupan rumah yang
bebas jentik di Puskesmas Harapan Raya sebanyak 86,5 %. Pemeriksaan Angka
bebas jentik rutin dilakukan langsung oleh kader kesehatan di wilayah Puskesmas
Harapan Raya.
Persentase angka eliminasi rabies
Persentase kota yang menunjukkan angka eliminasi rabies untuk kasus
gigitan hewan penular rabies (HPR) sebanyak 20 orang di Puskesmas Harapan Raya.
3. Pengendalian penyakit menular langsung
Persentase angka Kasus Kusta tanpa cacat
Berdasarkan cakupan penemuan kasus Kusta baru tanpa cacat di Puskesmas
Harapan Raya pada tahun 2016 sebanyak 1 kasus di Kelurahan Tangkerang Selatan,
dan tidak terdapat kasus Kusta pada Kelurahan Tangkerang Utara, Tangkerang
Labuai dan Simpang Tiga.
Persentase angka keberhasilan pengobatan TB Paru BTA positif
Berdasarkan cakupan angka keberhasilan Pengobatan TB Paru BTA positif
tahun 2016 di Puskesmas Harapan Raya adalah menunjukkan jumlah penderita
dengan BTA (+) diobati sebanyak 33 orang dengan angka kesembuhan sebanyak
36,36%, angka pengobatan lengkap sebanyak 0 %, angka keberhasilan pengobatan
sebantak 36,36 %, dan jumlah kematian selama pengobatan sebanyak 0 %.
Persentase angka Kasus HIV yang diobati
Persentase angka deteksi HIV pada tahun 2016 di Puskesmas Harapan Raya
adalah sebanyak 41 orang.
17
MTBS
8 Persentasedesa/kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Pos
20% 75% Tercapai
PembinaanTerpadu (Posbindu)
PTM
9 Persentase kabupaten/kota yang Data Pencapaian
Tidak dapat
melakukan pengendalian vektor 50% dari puskesmas
di nilai
terpadu tidak di dapat
10 Data Pencapaian
Persentase kabupaten/kota yang Tidak dapat
40 dari puskesmas
eliminasi rabies di nilai
tidak di dapat
11 Data yang
Persentase cakupan penemuan didapatkan tidak Tidak dapat
85%
kasus kusta baru tanpa cacat dapat di nilai
dipersentasekan
12 Persentase kabupaten/kota yang
Data Pencapaian
melaksanakan kegiatan deteksi Tidak dapat
10% dari puskesmas
dini Hepatitis B pada kelompok di nilai
tidak di dapat
beresiko
13 Persentase perempuan usia 30 Data yang
sampai 50 tahun yang dideteksi didapatkan tidak Tidak dapat
20%
dini kanker serviks dan dapat di nilai
payudara dipersentasekan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil analisa program puskesmas dalam upaya pengendalian dan pencegahan
penyakit menular (P2M) yang dijalankan di Puskesmas Harapan Raya pada tahun 2016,
terdapat beberapa kegiatan yang belum terjalankan secara optimal, hal tersebut dikarenakan:
1. Pembinaan imunisasi
a. Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap
Menurut Rencana Strategi Kemenkes Tahun 2015 target indikator persentase
anak usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap adalah sebanyak
91,5% dan berdasarkan cakupan imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 tahun pada
tahun 2016 di Puskesmas Harapan Raya didapatkan sebanyak 91,0% yang berarti
target pencapaian indicator imunisasi lengkap anak di Puskesmas Harapan Raya
belum tercapai.
Faktor pendukung:
1) Jumlah posyandu yang terdapat di kecamatan Bukitraya sebanyak 58 (aktif dan
berjalan) dengan pembagian 3 strata posyandu yaitu 15 posyandu strata mandiri,
39 posyandu strata purnama, dan 4 posyandu strata madya serta layanan
kesehatan lain seperti rumah sakit yang menyediakan fasilitas imunisasi yang
memudahkan dalam pemberian imunisasi pada anak.
2) Kegiatan imunisasi berjalan apabila ada vaksin dan petugas kesehatan.
3) Pemberian penyuluhan kesehatan pada orang tua balita saat posyandu,
penyuluhan kesehatan pada kader kesehatan serta penyuluhan kesehatan pada
pihak sekolah saat akan diadakannya BIAS (bulan imunisasi anak sekolah).
Kegiatan ini rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan motivasi
orang tua dalam membawa anak untuk diberikan imunisasi.
Faktor penghambat:
Masih terdapat orang tua yang memiliki anak usia 0-11 bulan memiliki
kesadaran yang kurang akan pentingnya imunisasi dan orang tua yang antivaksin.
Rencana tindak lanjut:
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dengan
berbagai cara, seperti penyebaran leaflet dan poster serta melakukan penyuluhan
kesehatan.
2) Mengingatkan kembali pada kader-kader posyandu agar tetap melaksanakan
posyandu dengan sistem dan proses yang baik sehingga masyarakat tetap
21
22
Selatan, dan Kelurahan Tangkerang Labuai, dan Kelurahan Simpang Tiga. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa indikator yang ditargetkan tercapai di wilayah kerja
Puskesmas Harapan Raya.
Faktor Pendukung:
Tenaga kesehatan di Puskesmas Harapan Raya sudah melakukan prosedur
pengobatan untuk DBD dengan baik sehingga angka kematian akibat DBD tidak
terjadi.
Rencana Tindak Lanjut:
Pihak puskesmas tetap melanjutkan prosedur pengobatan untuk DBD dengan
baik sehingga angka kematian akibat DBD tidak terjadi pada tahun berikutnya.
d. Persentase angka bebas jentik > 95 %
Target pencapaian angka bebas jentik berdasarkan Rencana Strategi Kemenkes
RI Tahun 2015 adalah >95% dan dari data Puskesmas Harapan Raya didapatkan
cakupan rumah yang bebas jentik adalah sebanyak 88,5%. Hal ini menunjukkan
bahwa cakupan rumah yang bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya
masih belum tercapai.
Pencapaian indikator angka bebas jentik yang masih kurang tercapai
menggambarkan kemampuan tenaga kesehatan beserta kader yang ada masih perlu
ditingkatkan untuk meningkatkan angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas
Harapan Raya.
Faktor Pendukung:
1) Adanya 1 kader jumantik di setiap rumah untuk memantau keberadaan jentik-
jentik nyamuk dan melakukan pemeriksaan jentik secara rutin.
2) Adanya pembagian kartu pemeriksaan jentik kepada seluruh masyarakat untuk
memantau jentik-jentik nyamuk setiap rumah secara rutin.
Faktor Penghambat:
Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi lingkungan rumah mereka
dan rendahnya kemandirian masyarakat untuk aktif memantau keberadaan jentik-
jentik nyamuk secara rutin.
Rencana Tindak Lanjut:
1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bahaya jentik nyamuk jika
tidak segera diatasi melalui penyuluhan dan media seperti leaflet.
2) Meningkatkan andil dari aparat desa untuk mendukung program 1 rumah 1 kader.
3) Mengaktifkan kembali kader jumantik dengan pembagian kertas jumantik.
4) Memantau dan mendata secara rutin kondisi lingkungan masyarakat dengan kartu
pemeriksaan jentik nyamuk oleh pihak puskesmas, RW, RT dan Kader Jumantik
24
rumit oleh pihak puskesmas. Untuk penderita yang positif langsung dirujuk ke
Rumah Sakit, sedangkan untuk penderita yang negatif diberikan latihan dan
bimbingan.
Faktor Penghambat:
Sebagian masyarakat belum melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi HIV,
karena perasaan malu dan takut untuk menyampaikan keluhannya.
Rencana Tindak Lanjut:
1) Melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan melalui pembuatan media benner,
spanduk mengenai HIV.
2) Memotifasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan VCT jika terdapat tanda
dan gejala HIV.
d. Persentase Kabupaten/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan pemeriksaan
dan tatalaksana Pneumonia melalui MTBS
Menurut rencana strategi Kemenkes RI tahun 2015 target pencapaian indikator
Puskesmas yang melakukan pemeriksaan dan tatalaksana Pneumonia melalui MTBS
adalah 30%. Dari data Puskesmas Harapan Raya didapatkan sebanyak 119 orang
kasus pneumonia yang ditemukan dan secara keseluruhan kasus didapatkan melalui
pemeriksaan dan tatalaksanan pneumonia melalui MTBS adalah 60%. Hal ini
menunjukkan bahwa indikator puskesmas yang melakukan pemeriksaan dan
tatalaksana pneumonia melalui MTBS tercapai.
Faktor pendukung:
1) Pencapaian indikator Puskesmas yang melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
Pneumonia melalui MTBS menunjukkan bahwa manajemen pemeriksaan dan
tatalaksana pneumonia melalui MTBS di puskesmas Harapan Raya sudah baik.
2) Pihak Puskesmas sudah melakukan pemeriksaan dan pemberian tatalaksana
kepada seluruh penderita pneumonia sesuai dengan MTBS.
3) Pelaksanaan kegiatan ini sudah didukung dengan pencatatan dan sarana yang
sudah lengkap.
4) Pihak Puskesmas sudah melakukan kunjungan ke rumah kepada seluruh penderita
pneumonia.
Faktor penghambat:
Kurangnya tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan tentang
MTBS untuk melakukan pemeriksaan melalui MTBS khususnya menghitung nafas
terhadap seluruh anak sakit yang berobat ke Puskesmas, sehingga diagnosa yang
ditegakkan bisa tidak tepat.
Rencana tindak lanjut:
27
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada program pengendalian dan
pencegahan penyakit menular di Puskesmas Harapan Raya, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat 8 program yang dapat dilakukan penilaian di Puskesmas Harapan Raya
dari 13 Program pengendalian dan pencegahan penyakit menular berdasarkan Kemenkes
RI. Namun, 3 program puskesmas tidak di dapat data pencapaian , 2 program puskesmas data
yang didapatkan tidak dapat dipersentasekan. Program yang dapat dilakukan penilaian
tersebut yaitu Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap, Persentase kabupaten/kota dengan IR DBD < 49 per 100.000 penduduk,
Persentase Case Fatality Rate (CFR), Persentase kabupaten/kota dengan angka
keberhasilan pengobatan TB paru BTA positif (Success Rate) minimal 85%, Persentase
angka kasus HIV yang diobati, Persentase kabupaten/kota yang 50% Puskesmasnya
melakukan pemeriksaan dan tata laksana Pneumonia melalui program MTBS,
Persentasedesa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM. Namun, pada keadaan yang ditemukan dilapangan masih terdapat
adanya kendala dalam pelaksanaan program sehingga belum berjalan secara maksimal.
Hal ini terkait dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya hidup sehat. Kendala lainnya adalah kurangnya minat dan
partisipasi masyarakat juga menjadi kendala yang menjadi kelemahan dalam berjalannya
program ini. Kurangnya tenaga puskesmas untuk melakukan kunjungan rumah dan terjun
ke lapangan dalam rangka meninjau kesehatan masyarakat di Kecamatan Bukit Raya.
B. Saran
1. Pihak Puskesmas Harapan Raya
Untuk lebih mengkoordinasi pelaksanaan program sesuai dengan program
Kemenkes RI dan target yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.
2. Penanggung Jawab Program
Analisa program puskesmas diharapkan dapat meningkaykan motivasi pada
Ketua RT dan RW, serta kader posyandu untuk lebih mensosialisasikan informasi
terkait untuk mencegah masalah kesehatan yang lebih lanjut.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Rencana Strategi Kementrian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Diperoleh pada tanggal 11 Desember 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf.