Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

KELENJAR TIROID

Penyakit akibat gangguan kelenjar tiroid umum terjadi, namun untungnya dapat

didiagnosa dengan cepat dan diobati dengan hasil yang sangat baik. Penyakit

tiroid timbul sebagai gangguan fungsi (hipofungsi atau hiperfungsi) atau sebagai

lesi massa (perbesaran neoplasma atau nonneoplastik, yang dikenal sebagai

goiter)

I. HIPERTIROIDISME

A. KONSEP DASAR MEDIS

PENGERTIAN

Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

kelebihan sekresi hormon tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manifestasi

klinis yang terjadi bila jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon ini.

Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah. Seperti

kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat

menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak

daripada pada pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan 40 tahun

(Hotman Rumahorbo, S.Kp., 2014).

Hipertiroidusme merupakan keadaan yang disebabkan kelenjar tiroid

memproduksi hormon tiroid berlebihan. Berbeda dengan hipertiroidisme,

tirotoksikosis adalah gejala klinis yang disebabkan peningkatan kadar hormon

tiroid di dalam darah. Penyakit graves (PG) merupakan penyebab


hipertiroidisme yang tersering. Sekitar 60-80% hipertiroidisme disebabkan oleh

PG. PG ditandai dengan adanya hipertiroidisme, struma difusa, dan oftalmopati

(Chris Tanto, dkk, 2014).

PATOFISIOLOGI

Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisi

yang kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal atau multipel

adenoma kanker tiroid. Juga pengobatan miksedema dengan hormon tiroid

yang berlebihan dapat menyebabkan hipertiroidisme. Bentuk hipertiroidisme

yang paling umum adalah penyakit Graves’ (goiter difus, toksik) yang

mempunyai tiga tanda penting : (1) hipertiroidisme, (2) perbesaran kelenjar

torid (goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata abnormal). Penyakit Graves’

merupakan kelainan autoimun yang dimediasi oleh antibodi IgG yang

berikatan dengan reseptor TSH aktif pada permukaan sel-sel tiroid.

Penyebab lain hipertiridisme dapat mencakup goiter nodular toksik,

adenoma toksik (jinak), karsinoma tiroid, tiroiditis subakut dan kronis, dan

ingesti TH.

Patofisiologi dibalik manifestasi penyakit hipertiroid Graves’ dapat dibagi

ke dalam dua kategori : (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih sistem

saraf adrenergik dan (2) yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang

bersirkulasi.

Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi

hormon tiroid (TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang,

maka terjadi hipermetabolisme, yang meningkatkan aktivitas sistem saraf


simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan

meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada

takikardia dan meningkatkan curah jantung, volume sekuncup, kepekaan

adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah

pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasil akhir

defisiensi nutrisi.

Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme

hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum

pubertas, akan terjadi penundaan perkembangan seksual pada kedua jenis

kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria

dan wanita. Setelah pubertas wanita akan juga menunjukkan ketidakteraturan

menstruasi dan penurunan fertilitas.

Manifestasi Klinis

Penyakit Graves’ terdiri atas komponen tirotoksikosis struma difus,

oftalmopati (NOSPECS), dermopati (myxedema lokal), dan akropakla,

walaupun kedua komponen terakhir sangat jarang ditemukan. Manifestasi

tirotoksikosis antara lain berupa hiperaktivitas, iritabilitas, disforia, tidak tahan

terhadap udara panas, berkeringat berlebihan, palpitasi, lelah, penurunan berat

badan namun nafsu makan meningkat), diare, polliuria, oligomenorea, dan

penurunan libido (Chris Tanto, dkk, 2014).

Adapula manifestasi klinis hipertiroidisme (Amin Huda Nurarif & Hardhi

Kusuma, 2015), yaitu:

1. Peningkatan frekuensi denyut jantung


2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap

katekolamin

3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,

intoleransi terhadap panas, keringat berlebihan

4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)

5. Peningkatan frekuensi buang air besar

6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid

7. Gangguan reproduksi

8. Tidak tahan panas

9. Cepat letih

10. Pembesaran kelenjar tiroid

11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan

zat di dalam orbit mata.

Pemeriksaan Penunjang:

1. TSH serum (biasanya menurun)

2. T3, T4 (biasanya meningkat)

3. Test darah hormon tiroid

4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)

Dampak hipertiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh adalah sebagai

berikut :

1. Sistem integumen seperti diaphoresis, rambut halus dan jarang dan kulit

lembab.
2. Sistem pencernaan seperti berat badan menurun, nafsu makan meningkat

dan diare

3. Sistem muskuloskletal seperti kelemahan

4. Sistem pernapasan seperti dispnea dan takipnea

5. Sistem kardiovaskuler seperti palpitasi, nyeri dada, sistolik meningkat,

tekanan nadi meningkat, takhikardi dan disritmia.

6. Metabolik seperti peningkatan laju metabolisme tubuh, intoleransi terhadap

panas dan suhu sub febris.

7. Sistem neurologi seperti mata kabur, mata lelah, insomnia, infeksi atau

ulkus kornea, sekresi air mata meningkat, konjungtiva merah, fotopobia,

tremor, hiperrefleks tendon.

8. Sistem reproduksi seperti amenore, volume menstruasi berkurang dan

libido meningkat.

9. Psikologis/emosi seperti gelisah, iritabilitas, gugup/nervous, emosi labil,

perilaku mania dan perhatian menyempit.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamin dan tempat tinggal

2. Riwayat penyakit dalam keluarga

3. Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktivitas dan mobilitas, pola

makan, penggunaan obat-obata tertentu, istirahat dan tidur


4. Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun nafsu makan

meningkat, diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak,

palpitasi dan nyeri dada

5. Pemeriksaan fisik :

a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya

kelainan pada mata seperti :

1) Opthalmopati yang ditandai :

 Eksoftalmus : bulbus okuli menonjol keluar

 Tanda Stellwag’s : mata jarang berkedip

 Tanda Von Graefes : jika klien melihat ke bawah maka

palpebra superior sukar atau sama sekali tidak dapat

mengikuti bola mata

 Tanda Mobieve : sukar mengadakan atau menahan

konvergensi

 Tanda Joffroy : tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat

ke atas.

 Tanda Rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup

2) Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita

dan penumpukan lemak di retro orbita

3) Juga akan dijumpai penurunan visus akibat penekanan saraf

optikus dan adanya tanda-tanda radang atau infeksi pada

konjungtiva dan atau kornea


4) Fotopobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan

merupakan tanda yang lazim.

b. Amati manifestasi klinis hipertiroidisme pada berbagai sistem

tubuh seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

c. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana

konsistensinya, apakah dapat digerakkan serta apakah nodul soliter

atau multipel.

d. Auskultasi adanya “bruit”

6. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi; iritabilitas;

perhatian yang menurun dan perilaku mania. Fluktuasi emosi

menyebabkan klien menjadi bertambah lelah.

7. Pemeriksaan diagnostik mencakup pemeriksaan kadar T3 T4 serum;

T3 ambilan resin T3 dan kadar TSH serum. Skanning tyroid, USG dan

pemeriksaan elektrokardiografi.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang utama dijumpai pada klien dengan

hipertiroidisme adalah :

1. Penurunan curah jantung yang behubungan dengan penurunan waktu

pengisian diastolik sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung

2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan efek hiperkatabolisme.

3. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan

gangguan perpindahan impuls sensoris akibat ofthalmopati.


Diagnosa keperawatan tambahan antara lain :

1. Diare yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas metabolik.

2. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan emosi yang

labil.

3. Intoleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan

akibat metabolisme yang meningkat.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat

akibat peningkatan metabolisme.

5. Gangguan proses berpikir yang berhubungan dengan emosi yang labil

dan perhatian yang menyempit.

III. INTERVENSI

IV. IMPLEMENTASI

V. EVALUASI

II. HIPOTIROIDISME

A. KONSEP DASAR MEDIS

PENGERTIAN

Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi

hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur (Amin Huda Nurarif,

S.Kep.,Ns. & Hardhi Kusuma, S.Kep.,Ns., 2015).


Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan

mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan

tubuh akan hormon-hormon tiroid (Hotman Rumahorbo, S.Kp., 2014).

ETIOLOGI

PATOFISIOLOGI

Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada

pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis

kelenjar tiroid dan atropi kelenjar yang bersifat idiopatik. Prevalensi penderita

hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat kali lipat angka

kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme kongenital

dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup. Jika produksi hormon

tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk

meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormon TSH.

Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme

basal yang akan mempengaruhi semua sistem tubuh. Proses metabolik yang

dipengaruhi antara lain :

a. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)

b. Penurunan motilitas usus

c. Penurunan detak jantung

d. Gangguan fungsi neurologik

e. Penurunan produksi panas

Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana

akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien


berpotensi mengalami atherosklerosis. Akumulasi proteoglicans hidrophilik di

rongga intertisial seperti rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda

dari mixedema. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari

menurunnya hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.

Dampak hipotiroidisme terhadap berbagai sistem tubuh adalag sebagai

berikut :

1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal;

pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal; rambut kering, kasar; rambut

rontok dan pertumbuhannya buruk.

2. Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi, dispnea

3. Sistem kardiovaskuler seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung,

toleransi terhadap aktivitas menurun, hipotensi.

4. Metabolik seperti penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,

intoleransi terhadap dingin.

5. Sistem muskuloskletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang

lambat.

6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat

dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau

somnolen, bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks

tendon.

7. Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi,

distensi abdomen.
8. Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi seperti amenore atau

masa menstruasi yang memanjang, infertilitas, anovulasi dan penurunan

libido. Pada pria: penurunan libido dan impotesia.

9. Psikologis/emosi; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku

mania.

10. Manifestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah seperti bulan (moon

face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensifitas

terhadap opioid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong,

lemah, haluaran urine menurun, anemi, mudah berdarah.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh

karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat

menggali sebanyak mungkin informasi antara lain :

1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita

penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama.

2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti

a. Pola makan

b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur)

c. Pola aktivitas

3. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.

4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;


a. Sistem pulmonari

b. Sistem pencernaan

c. Sistem cardiovaskuler

d. Sistem muskuloskletal

e. Sistem neurologik

f. Sistem reproduksi

g. Metabolik

h. Emosi/psikologis

5. Pemeriksaan fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya

edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta

roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien

sangat lamban. Postur tubuh kecil dan pendek. Kulit kasar, tebal

dan bersisik, dingin dan pucat.

b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.

c. Pembesaran jantung.

d. Disritmia dan hipotensi.

e. Parastesia dan reflek tendon menurun.

6. Pengkajian psikososial; klien sangat sulit membina hubungan sosial

dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga

mengeluh klien sangat malas beraktifitas, dan ingin tidur sepanjang

hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen

konsep diri.
7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4

serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer

akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder

kadar TSH dapat menurun atau normal).

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatn utama yang dapat dijumpai pada klien dengan

hipotiroidisme antara lain:

1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume

sekuncup sebagai akibat dari bradikardi; arteriosklerosis arteri

koronaria.

2. Pola napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan

tenaga/kelelahan; ekspansi paru yang menurun, obesitas dan

inaktivitas.

3. Gangguan proses pikir yang berhubungan dengan edema jaringan

serebral dan retensi air.

Diagnosa keperawatan tambahan antara lain:

1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan penurunan kebutuhan metabolisme; napsu makan yang

menurun.

2. Hipotermi yang berhubungan dengan laju metabolisme yang menurun.

3. Konstipasi yang berhubungan dengan penurunan motilitas usus.

4. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan nutrisi yang buruk

dan hipotermi.
5. Disfunfsi seksual yang berhubungan dengan depresi

6. Gangguan pola seksual yang berhubungan dengan efek penyakit,

kelelahan dan obesitas.

7. Gangguan mobilitas yang berhubungan dengan kelelahan, penurunan

kekuatan motorik, depresi, obesitas dan nyeri otot.

8. Perubahan citra diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan

fisik.

III. INTERVENSI

IV. IMPLEMENTASI

V. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai