A. Etiologi
G.A. HANSEN pada tahun 1874 di Nerwegia, yang sampe sekarang belum juga
ukuran 3 – 8 µm x 0,5 µm, tahan asam dan alkohol serta positif-Gram. (Kosasih
Kusta tampil dalam dua jenis bentuk klinis utama, yaitu kusta bentuk
kering atau tuberkuloid,dan kusta bentuk basah, disebut juga kusta lepromatosa.
Bentuk ketiga yaitu bentuk peralihan (borederline). (Amin dan Hardhi 2013).
1. Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan
sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul dipipi, punggung, pantat,
paha, atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama
sekali.
diselaput lendir hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak
kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan berminyak,
dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar dibadan,
muka dan daun telingga. Disertai rontoknya alis mata, menebalnya daun
telingga.
3. Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.
Pengobatan tipe ini dimaksudkan kedalam jenis kusta basah. (Amin dan
Hardhi, 2013).
B. Patofisiologi
M. Leprae adalah organisme tahan asam intrasel yang sangat sulit tumbuh
ini tumbuh lebih lambat dari pada mikobakterium lain dan tumbuh paling subur
pada suhu 320C sampai 340C, yakni suhu kulit manusia dan suhu tubuh inti
virulensinya didasarkan pada sifat dinding selnya. Dinding selnya cukup mirip
Leprae. Antibodi ini biasanya tidak bersifat protektif, tetapi dapat membentuk
kompleks imun dengan gen antigen bebas yang dapat menyebabkan eritema
Kusta tuberkuloid berawal dari lesi lokal yang mula – mula datar dan
peninggian, tepi hiperpigmentasi dan bagian tengah yang pucat dan cekung
(penyembuhan disentral). Kelainan saraf mendominasi gambaran kusta
saraf menyebabkan anastesi kulit serta atrofi kulit dan otot menyebabkan
autoamputasi jari tangan atau kaki. Kelainan saraf wajah dapat menyebabkan
paralisis kelopak mata, disertai keratitis dan ulkus kornea. Pada pemeriksaan
yang ditemukan pada tuberkulosis, dan basil hampir tidak pernah ditemukan.
hingga berpuluh – puluh tahun, sebagian besar pasien meninggal bersama kusta
saluran napas atas (hingga laring), testis, tangan dan kaki. Organ vital dan
susunan saraf pusat jarang terkena, mungkin karena suhu inti tubuh terlalu
magrofat penuh lemak (sel kusta), yang sering terisi oleh masa basil tahan
singa”) yang khas.sebagian besar lesi kulit hipoestetik atau anestetik. Lesi
penuh basil. Saraf perifer, terutama nervus ulnaris dan pereneus dibagian yang
penyakit tahap lanjut, agregat magrofag juga terbentuk di pulpa merah limpa
dan hati. Testis biasanya banyak mengandung basil, disertai dektruksi tubulus
Malu
Resti infeksi
infeksi
Malu
Hipertermi
D. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta dapat menyerang semua
usia, jenis kelamin, rasio, pria dan wanita 2,3 : 1,0, paling sering terjadi pada
daerah dengan sosial ekonomi yang rendah dan insidensi meningkat pada
daerah tropis/ subtropics. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien
2. Keluhan Utama
bercak putih yang tidak terasa atau dating dengan keluhan kontraktur pada
jari- jari
3. Penyakit Sekarang
Pada melakukan anamnesa pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur
keluhan, gatal, nyeri, panas, atau rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah
memakai obat kulit yang dioles atau diminum ? pada beberapa kasus, reaksi
rasakan. Jika sudah pernah,obat apa yang di minum? Teratur atau tidak.
4. Penyakit Dahulu
Salah satu factor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang
menurun. Akibatnya m.leprae dapat masuk ke dalam tubuh . oleh karena itu
perlu di kaji adakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah
di derita.
5. Penyakit Keluarga
tetangga menderita penyakit kusta, resiko tinggi tertular sangat tinggi terjadi.
Perlu di kaji adakah anggota keluarga lain yang menderita atau memiliki
keluan yang sama, baik yang masi hidup maupun sudah meninggal.
6. Riwayat Psikososial
itu perlu di kaji bagaimna konsep diri klaen dan respon masyarakat di
sekitar klien.
7. Kebiasaan Sehari-hari
perlu mengkaji setatus gizi pola makan/ nutrisi nklien . hal ini sangat penting
karena factor gizi berkaitan erat dengan siste imun. Apa bila sudah ada
dikaji aktivitas yang di lakukan klien sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan
2009)
E. Diagnosis Keperawatan
Respon nonverbal terhadap Mendeskripsikan secara actual - Dorong klien mengungkapkan perasaannya
perubahan actual pada tubuh (mis : perubahan fungsi tubuh - Identifikasi arti pengurangan melalui alat
melaporkan tantangan situasional saat Resolusi berduka :penyusuaian Body image enhancement counseling
ini terhadap harga diri dengan kehilangan actual atau - Menggunakan proses pertolongan interaktif
Ekspresi ketidakberdayaan kehilangan yang akan terjadi yang berpokus pada kebutuhan, masalah,
Ekspresi ketidakbergunaan Penyusuaian psikososial atau perasaan pasien dan orang terdekat
Menunjukkan penilaian pribadi untuk meningkatkan atau mendukung
Verbalisasi meniadakan diri
tentang harga diri koping, pemecahan masalah
Menungkapkan penerimaan diri
kemunikasi terbuka
Mengatakan optimism masa
depan
3 Hipertermia NOC NIC
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas Thermoregulation Fever treatment
kisaran normal Thermoregulation : neonate - Monitor suhu sesering mungkin
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : - Monitor IWL
Konvulsi Suhu tubuh dalam rentang - Monitor warna dan suhu kulit
Kulit kemerahan normal - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Peningkatan sushu tubuh Nadi dan RR dalam rentang - Monitor penurunan tingkat kesadaran
Takikardia Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor intake dan output
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik Joint Movement: Active Exercise therapy: ambulation
tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum/sesudah
mandiri dan terarah. Self Care: ADLs latihan dan lihat respon pasien saat
Kesulitan membolak-balik posisi Klien meningkat dalam tentang rencana ambulasi sesuai dengan
pengganti pergerakan Mengerti tujuan dari - Bantu klien untuk menggunakan tongkat
Dispnea setelah beraktivitas peningkatan mobilitas saat berjalan dan cegah terhadap cedera
Perubahan cara berjalan Memverbalisasikan perasaan - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
Keterbatasan kemampuan melakukan dan kemampuan berpindah - Kaji kemampuan pasien dalam
Keterbatasan kemampuan melakukan Bantu untuk mobilisasi (walker) kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
Intoleransi aktivitas
Ansietas
Gangguan kognitif
Konstraktur
sesuai usia
Gangguan musculoskeletal
fisik
Ketidaknyamanan
H. Evaluasi
adalah masalah dapat diatasi masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi,
atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan
pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang
http://rionaldocapelo.blogspot.co.id/2014/11/asuhan-keperawatan-lepra.html
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif pada
klien dengan penyakit morbus hansen atau yang sering kita dengar dengan
penyakit lepra dan kusta.
b. Tujuan Khusus
Tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memahami konsep dasar penyakit morbus Hansen
2) Mampu melakukan pengkajian dan membuat asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan
intervesi keperawatan.
4) Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
klien morbus hansen.