Anda di halaman 1dari 19

BAB II

A. Etiologi

Kuman penyebab adalah Myicobacterium leprae yang ditemukan oleh

G.A. HANSEN pada tahun 1874 di Nerwegia, yang sampe sekarang belum juga

dapat dibiakan dalam media artifisial. M. Leprae berbentuk kuman dengan

ukuran 3 – 8 µm x 0,5 µm, tahan asam dan alkohol serta positif-Gram. (Kosasih

dan Sri Linuwih 2010).

Kusta tampil dalam dua jenis bentuk klinis utama, yaitu kusta bentuk

kering atau tuberkuloid,dan kusta bentuk basah, disebut juga kusta lepromatosa.

Bentuk ketiga yaitu bentuk peralihan (borederline). (Amin dan Hardhi 2013).

1. Kusta bentuk kering : tidak menular, kelainan kulit berupa bercak keputihan

sebesar uang logam atau lebih besar, sering timbul dipipi, punggung, pantat,

paha, atau lengan. Bercak tampak kering, kulit kehilangan daya rasa sama

sekali.

2. Kusta bentuk basah : bentuk menular karena kumamnya banyak terdapat

diselaput lendir hidung, kulit dan organ tubuh lainnya, dapat berupa bercak

kemerahan, kecil – kecil tersebar diseluruh tubuh atau berupa penebalan

kulit yang luas sebagai infiltrate yang tampak mengkilap dan berminyak,

dapat berupa benjolan merah sebesar biji jagung yang tersebar dibadan,

muka dan daun telingga. Disertai rontoknya alis mata, menebalnya daun

telingga.
3. Kusta tipe peralihan : merupakan peralihan antara kedua tipe utama.

Pengobatan tipe ini dimaksudkan kedalam jenis kusta basah. (Amin dan

Hardhi, 2013).

B. Patofisiologi

M. Leprae adalah organisme tahan asam intrasel yang sangat sulit tumbuh

dalam biakan, tetapi dapat ditumbuhkan dalam almadilo (trenggileng), kuman

ini tumbuh lebih lambat dari pada mikobakterium lain dan tumbuh paling subur

pada suhu 320C sampai 340C, yakni suhu kulit manusia dan suhu tubuh inti

armadilo, seperti M. Tuberkulosis M. Leprae tidak mengeluarkan toksin, dan

virulensinya didasarkan pada sifat dinding selnya. Dinding selnya cukup mirip

dengan dinding M. Tuberkulosis sehingga imunisasi dengan basil Calnette –

guerin sedikit banyak memberi perlindungan terhadap infeksi M. Leprae.

Imunitas seluler tercermin oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap

penyuntikan ekstrak bakteri yang disebut lepromin kedalam dermis.

Pada sebagian kasus, terbentuk antibodi terhadap respon antigen M.

Leprae. Antibodi ini biasanya tidak bersifat protektif, tetapi dapat membentuk

kompleks imun dengan gen antigen bebas yang dapat menyebabkan eritema

nodosem, vaskulitis dan glomerulonefritis. (Robbins dan Cotran. 2009).

Kusta tuberkuloid berawal dari lesi lokal yang mula – mula datar dan

merah, tetapi kemudian membesar dan membentuk ireguler disertai indurasi,

peninggian, tepi hiperpigmentasi dan bagian tengah yang pucat dan cekung
(penyembuhan disentral). Kelainan saraf mendominasi gambaran kusta

tuberkuloid. Saraf terbungkus oleh reaksi peradangan granulomatosa dan, jika

cukup kecil (misalnya cabang perifer), akan mengalami kerusakan. Degenerasi

saraf menyebabkan anastesi kulit serta atrofi kulit dan otot menyebabkan

pasien mudah mengalami trauma di bagian yang terkena, disertai kulit

pembentukan ulkus kulit indolen. Dapat terjadi kontraktur, paralisis dan

autoamputasi jari tangan atau kaki. Kelainan saraf wajah dapat menyebabkan

paralisis kelopak mata, disertai keratitis dan ulkus kornea. Pada pemeriksaan

mikroskopik, semua lesi memperlihatkan lesi granulotoma mirip dengan lesi

yang ditemukan pada tuberkulosis, dan basil hampir tidak pernah ditemukan.

Adanya granuloma dan ketiadaan bakteri mencerminkan imunitas sel T yang

kuat. Karena kusta memperlihatkan perjalanan penyakit yang sangat lambat,

hingga berpuluh – puluh tahun, sebagian besar pasien meninggal bersama kusta

dan bukan disebabkan olehnya.

Kusta lepramatosa mengenai kulit, saraf perifer, kamera anterior mata,

saluran napas atas (hingga laring), testis, tangan dan kaki. Organ vital dan

susunan saraf pusat jarang terkena, mungkin karena suhu inti tubuh terlalu

tinggi untuk tumbuhnya M.leprae. lesi lepramatosa mengandung agregat

magrofat penuh lemak (sel kusta), yang sering terisi oleh masa basil tahan

asam. Kegagalan menahan infeksi membentuk granuloma memcerminkan

rendahnya respon TH1. Terbentuk lesi makuler, papular, noduler diwajah,

telingga, pergelangan tangan, siku dan lutut. Seiring dengan perkembangan


penyakit, lesi nodular menyatu untuk menimbulkan fasies leonina (“muka

singa”) yang khas.sebagian besar lesi kulit hipoestetik atau anestetik. Lesi

dihidung dapat menyebabkan peradangan persisten dan pembentukan duh yang

penuh basil. Saraf perifer, terutama nervus ulnaris dan pereneus dibagian yang

dekat kulit, diserang mikobakteri disertai reaksi peradangan minimal.

Hilangnya sensibilitas dan kelainan – kelainan trofik ditangan dan kaki

mengikuti lesi saraf. Kelenjar limfe memperlihatkan agregat magrofag berbusa

didaerah parakorteks (sel T), disertai pembesaran sentrum germinativum, pada

penyakit tahap lanjut, agregat magrofag juga terbentuk di pulpa merah limpa

dan hati. Testis biasanya banyak mengandung basil, disertai dektruksi tubulus

seminiferus dan sterilitas. (Robbins dan Cotran. 2009).


C. Phat Way

Mikrobakterium leprae Resiko trauma Sensabilitas


M.tuberculoid
Mikrobakterium leprae
M.tuberculoid

Menyerang kulit dan Menyerang syaraf tepi Neuritis


syaraf tepi sensorik & motorik

Macula, nodula, papula Ulkus Menyerang syaraf


ulnaris,cnervus
popliteus, nervus
Kulit terlihat rusak Keganasan cancer aurikularis, nervus
epidemoid radialis

Malu

Metastase Kelumpuhan otot


Inefektif koping individu

Kontruksi otot &


sendi
Amputasi
Gangguan citra tubuh
Harga diri rendah
situasional Gangguan aktifitas
Gg rasa nyaman
Nyeri Akut
Resti cidera
Hambatan
Infasif bakteri
mobilitas fisik

Resti infeksi
infeksi
Malu

Hipertermi
D. Pengkajian Keperawatan

1. Biodata

Kaji secara lengkap tentang umur, penyakit kusta dapat menyerang semua

usia, jenis kelamin, rasio, pria dan wanita 2,3 : 1,0, paling sering terjadi pada

daerah dengan sosial ekonomi yang rendah dan insidensi meningkat pada

daerah tropis/ subtropics. Kaji pula secara lengkap jenis pekerjaan klien

untuk mengetahui tigkat sosial ekonomi, resiko trauma pekerjaan, dan

kemungkinan kontak penderita kusta.

2. Keluhan Utama

Pasien sering datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan adanya

bercak putih yang tidak terasa atau dating dengan keluhan kontraktur pada

jari- jari

3. Penyakit Sekarang

Pada melakukan anamnesa pada pasien, kaji kapan lesi atau kontraktur

tersebut, sudah berapa timbulnya dan bagaimana proses perubahannya, baik

warna kulit maupun keluhan lainnya. Pada beberapa kasus ditemukan

keluhan, gatal, nyeri, panas, atau rasa tebal. Kaji juga apakah klien pernah

menjalani pemeriksaan laboratorium. Ini penting untuk mengetahui apakah

klien pernah menderita penyakit tertentu sebelumnya, pernahkan klien

memakai obat kulit yang dioles atau diminum ? pada beberapa kasus, reaksi

beberapa obat juga dapat menimbulkan perubahanwarna kulit dan reaksi


elergi yang lain.perlu juga di tanyakan Apakah keluhan ini pertama kali di

rasakan. Jika sudah pernah,obat apa yang di minum? Teratur atau tidak.

4. Penyakit Dahulu

Salah satu factor penyebab penyakit kusta adalah daya tahan tubuh yang

menurun. Akibatnya m.leprae dapat masuk ke dalam tubuh . oleh karena itu

perlu di kaji adakah riwayat penyakit kronis atau penyakit lain yang pernah

di derita.

5. Penyakit Keluarga

Penyakit kusta bukan penyakit keturunan,tetapi jika anggota keluarga atau

tetangga menderita penyakit kusta, resiko tinggi tertular sangat tinggi terjadi.

Perlu di kaji adakah anggota keluarga lain yang menderita atau memiliki

keluan yang sama, baik yang masi hidup maupun sudah meninggal.

6. Riwayat Psikososial

Kusta terkenal sebagai penyakit yang menakutkan dan menjijikan. Ini di

sebabkan adanya deformitas atau kecacatan yang di timbulkan. Oleh karena

itu perlu di kaji bagaimna konsep diri klaen dan respon masyarakat di

sekitar klien.

7. Kebiasaan Sehari-hari

Pada saat melakukan anamnesis tentang pola kebiasaan sehari-hari perawat

perlu mengkaji setatus gizi pola makan/ nutrisi nklien . hal ini sangat penting

karena factor gizi berkaitan erat dengan siste imun. Apa bila sudah ada

deformitas atau kecacatan, maka aktifitas dan kemampuan klien dalam


menjalankan kegiatan sehari-hari dapat terganggu. Di samping itu,perlu

dikaji aktivitas yang di lakukan klien sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan

kemungkinan terjadinya cidera akibat anestasia. (Loelfia Dwi Rahariyani,

2009)

E. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis Keperawatan yang sering muncul, yaitu :

1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses


inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
jaringan
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidak
mampuan dan kehilangan fungsi tubuh
F. Rencana Keperawatan

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN NOC NIC


1 Gangguan citra tubuh b/d penyakit NOC NIC
Definisi : konfusi dalam gambaran mental  Body image Body image enhancement
tentang diri-fisik individu  Self esteem - Kaji secara verbal dan non verbal respon
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : klien terhadap tubuhnya
 Prilaku mengenali tubuh individu  Body image positif - Monitor frekuensi mengkritik dirinya
 Prilaku menghindari tubuh individu  Mampu mengidentifikasi - Jelaskan tentang pengobatan, perawatan,
 Prilaku memamntau tubuh individu kekuatan personal kemajuan dan prognosis penyakit

 Respon nonverbal terhadap  Mendeskripsikan secara actual - Dorong klien mengungkapkan perasaannya

perubahan actual pada tubuh (mis : perubahan fungsi tubuh - Identifikasi arti pengurangan melalui alat

penampilan, struktur, fungsi)  Mempertahankan interaksi sosial bantu

 Mengungkapkan perasaan yang - Fasilitasi kontak dengan individu lain

mencerminkan perubahan dalam kelompok kecil

pandangan tentang tubuh individu


(mis : penampilan, struktur, fungsi)
 Mengungkapkan persepsi yang
mencerminkan perubahan individu
dalam penampilan
Objektif
 Perubahan actual pada fungsi
 Perubahan dalam keterlibatan sosial
2 Harga diri rendah situasional b/d NOC NIC
gangguan citra tubuh  Body image, disiturbed Self esteem enhancement
Definisi : perkembangan persepsi negative  Coping, ineffective - Tunjukkan rasa percaya diri terhadap
tentang harga diri sebagai respons terhadap  Personal identity, disturbed kemampuan pasien untuk mengatasi situasi
situasi saat ini (sebutkan)  Health behavior, risk - Dorong pasien untuk mengidentifikasi
Batasan krakteristik  Self esteem situasional, low kekuatan dirinya
 Evaluasi diri bahwa individu tidak Kriteria hasil : - Ajarkan keterampilan prilaku yang positif
mampu menghadapi peristiwa  Adaptasi terhadap - Buat statement positif terhadap pasien
 Evaluasi diri bahwa individu tidak ketunandayaan fisik : respon - Monitor frekuensi komunikasi verbal
mampu menghadapi situasi adaptif klien terhadap tantangan pasien yang negative
 Prilaku bimbang fungsional penting akibat - Dukung pasien untuk menerima tantangan

 Prilaku tidak asertif secara verbal ketunandayaan fisik baru

melaporkan tantangan situasional saat  Resolusi berduka :penyusuaian Body image enhancement counseling
ini terhadap harga diri dengan kehilangan actual atau - Menggunakan proses pertolongan interaktif

 Ekspresi ketidakberdayaan kehilangan yang akan terjadi yang berpokus pada kebutuhan, masalah,

 Ekspresi ketidakbergunaan  Penyusuaian psikososial atau perasaan pasien dan orang terdekat
 Menunjukkan penilaian pribadi untuk meningkatkan atau mendukung
 Verbalisasi meniadakan diri
tentang harga diri koping, pemecahan masalah
 Menungkapkan penerimaan diri
kemunikasi terbuka
 Mengatakan optimism masa
depan
3 Hipertermia NOC NIC
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas Thermoregulation Fever treatment
kisaran normal Thermoregulation : neonate - Monitor suhu sesering mungkin
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : - Monitor IWL
 Konvulsi  Suhu tubuh dalam rentang - Monitor warna dan suhu kulit
 Kulit kemerahan normal - Monitor tekanan darah, nadi dan RR
 Peningkatan sushu tubuh  Nadi dan RR dalam rentang - Monitor penurunan tingkat kesadaran

 Kejang normal - Monitor WBC, Hb, dan Hct

 Takikardia  Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor intake dan output

 Takipnea dan tidak ada pusing - Berikan antipiretik


- Berikan pengobatan untuk mengatasi
 Kulit terasa hangat
penyebab demam
- Selimuti pasien
- Kalaborasi pemberian cairan intravena
Temperature regulation
- Monitor suhu minimal 2 jam
- Rencanakan monitoring suhu tubuh
secara kontinyu
- Monitor TD, nadi, dan RR
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
- Tingkatkan intake, cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan
4 Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami peningkatan resiko  Immune status Infection Control (kontrol infeksi)
terserang organisme patogenik  Knowledge : infection control - Bersihkan lingkungan setelah diapakai
Factor-faktor resiko :  Risk control pasien lain
 Penyakit kronis Kriteria hasil - Pertahankan teknik isolasi
 Pengetahuan yang tidak cukup untuk  Klien bebas dari tanda dan gejala - Batasi pengunjung bila perlu
menghindari pemanjanan pathogen infeksi - Instrusikan pada pengunjung untuk
 Pertahanan tubuh primer yang tidak  Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
adekuat penularan penyakit, factor yang berkinjung meninggalkan pasien
- Merokok mempengaruhi penularan serta - Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci
- Kerusakan integritas kulit penatalaksanaanya tangan
- Trauma jaringan  Menunjukkan kemampuan untuk - Cuci tangan setiap sesudah tindakan
- Pemajaman terhadap pathogen mencegah timbulnya infeksi keperawatan
- Prosedur invasive  Jumlah leukosit dalam batas - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Malnutrisi normal pelindung
 Menunjukkan prilaku hidup - Pertahankan lingkungan aseptic selama
sehat pemasangan alat
- Monitor tanda gejala infeksi sistemik dan
local
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Intruksikan pasien untuk minum antibiotic
sesuai resep
5 Hambatan mobilitas fisik NOC NIC

Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik  Joint Movement: Active Exercise therapy: ambulation

tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara  Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum/sesudah

mandiri dan terarah.  Self Care: ADLs latihan dan lihat respon pasien saat

Batasan karakteristik:  Transfer performance latihan

 Penurunan waktu reaksi Kriteria Hasil: - Konsultasikan dengan terapi fisik

 Kesulitan membolak-balik posisi  Klien meningkat dalam tentang rencana ambulasi sesuai dengan

 Melakukan aktivitas lain sebagai aktivitas fisik kebutuhan

pengganti pergerakan  Mengerti tujuan dari - Bantu klien untuk menggunakan tongkat

 Dispnea setelah beraktivitas peningkatan mobilitas saat berjalan dan cegah terhadap cedera

 Perubahan cara berjalan  Memverbalisasikan perasaan - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan

 Gerakan bergetar dalam meningkatkan kekuatan lain tentang teknik ambulasi

 Keterbatasan kemampuan melakukan dan kemampuan berpindah - Kaji kemampuan pasien dalam

 Memperagakan penggunaan mobilisasi


keterampilan motorik halus alat - Latih pasien dalam pemenuhan

 Keterbatasan kemampuan melakukan  Bantu untuk mobilisasi (walker) kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai

keterampilan motorik kasar kemampuan

 Keterbatasan rentang pergerakan sendi - Damping dan bantu pasien saat

 Tremor akibat pergerakan mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan

 Ketidakstabilan postur ADLs ps.

 Pergerakan lambat - Ajarkan bagaimana merubah posisi dan

 Pergerakan tidak terkoordinasi berikan bantuan jika diperlukan

Faktor yang berhubungan:

 Intoleransi aktivitas

 Perubahan metabolism selular

 Ansietas

 Gangguan kognitif

 Konstraktur

 Kepercayaan budaya tentang aktivitas

sesuai usia

 Fisik tidak bugar


 Penurunan ketahanan tubuh

 Penurunan kendali otot

 Penurunan massa otot

 Gangguan musculoskeletal

 Gangguan neuromuscular, nyeri

 Penurunan kekuatan otot

 Kurang pengetahuan tentang aktivitas

fisik

 Ketidaknyamanan

 Disuse, kaku sendi

 Kerusakan integritas struktur tulang

 Program pembatasan gerak

 Keengganan memulai pergerakan


G. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat

bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi

dan dimonitor kemajuan kesehatan klien

H. Evaluasi

Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan

pelaksanaan sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi

adalah masalah dapat diatasi masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi,

atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan

hasil. Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan

terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan

pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang

ada pada tujuan.


DAFTAR PUSTAKA
Kosasih. I made Wisnu. Emmy S Sjamsoe – Daili dan Sri Linuwih Menaldi. 2010.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Ed. 6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Media Aesculapius.
Jakarta.
Rahariyani, Loelfia Dwi. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Sistem Integumen. EGC. Jakarta.
Robbins dan Cotran. 2009. Dasar Patalogis Penyakit. Ed. 7. EGC. Jakarta.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi , Penularan , pencegahan, dan
Pemberantasannya. Ed. 2. Erlangga. Semarang.
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc. Jakarta: EGC.

http://rionaldocapelo.blogspot.co.id/2014/11/asuhan-keperawatan-lepra.html

Chandrasoma, Parakrama dan Clive R. Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi


Edisi 2. Jakarta : EGC
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Morbus Hansen atau biasa disebut sebagai lepra, kusta adalah penyakit
infeksi kronis yg disebabkan oleh Mycobacterium leprae, pertama kali
menyerang saraf tepi, setelah itu menyerang kulit dan organ-organ tubuh lain
kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium Leprae ditemukan pertama kali
oleh akmuer Hasen di norwegia dan memiliki sifat 1 Basil tahan asam dan
tahan alkohol, 2 Obligat intraseluler, 3 Dapat diisolasi dan diinokulasi, tetapi
tidak dapat dibiakkan, 4 Membelah diri antara 12-21 hari, 5 Masa inkubasi
rata-rata 3-5 tahun (Asing, 2010). Lepra merupakan penyakit yang
menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi, dan
deformitas (Djuanda, 2005).
Diperkirakan penderita didunia ± 10.596.000 dan di Indonesia ±
121.473 orang (data tahun 1992).Insiden dapat terjadi pada semua umur, tapi
jarang ditemukan pada bayi, laki-laki lebih banyak dibanding
wanita.Penularan Mycobacterium Leprae belum diketahui dengan jelas, tetapi
diduga menular melalui saluran pernapasan (droplet infection), kontak
langsung erat dan berlangsung lama. Faktor- faktor yang mempengaruhi
penularan penyakit morbus hansen adalah umur, jenis kelamin, ras, genetik,
iklim, lingkungan/sosial ekonomi (Asing, 2010).
Penyebaran penyakit kusta dari suatu tempat ke tempat lain sampai
tersebar diseluruh dunia, tampaknya disebabkan oleh perpindahan penduduk
yang terinfeksi penyakit tersebut. Maka sebagai perawat profesional harus
memiliki kompetensi yang baik dalam menanggulangi kejadian penyakit
morbus hansen untuk memperbaiki mutu kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif pada
klien dengan penyakit morbus hansen atau yang sering kita dengar dengan
penyakit lepra dan kusta.

b. Tujuan Khusus
Tujuan kami membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memahami konsep dasar penyakit morbus Hansen
2) Mampu melakukan pengkajian dan membuat asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien sesuai dengan
intervesi keperawatan.
4) Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
klien morbus hansen.

Anda mungkin juga menyukai