Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan

kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang

komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik

yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human

science and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klien

secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya

dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di

antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (Potter & Perry, 2006).

Cedera servikal merupakan cedera tulang belakang yang paling sering

menimbulkan kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian terdapat korelasi

antara tingkat cedera servikal dengan morbiditas dan mortalitas, yaitu semakin

tinggi tingkat cedera servikal semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya

(Milby, 2008; Ning GZ, 2011).

Sekitar 10% pasien dengan penurunan kesadaran yang dikirim ke Instalasi

Gawat Darurat akibat kecelakaan lalu lintas selalu menderita cedera servikal, baik

cedera pada tulang servikal, jaringan penunjang, maupun cedera pada cervical

spine. Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh adalah penyebab sebagian besar fraktur

tulang servikal. Trauma pada servikal subaksis (C3–7) lebih umum terjadi diban-

ding servikal C1 dan C2. Trauma servikal sering terjadi pada pasien dengan

riwayat kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi, trauma pada


wajah dan kepala, terdapat defisit neurologis, nyeri pada leher, dan trauma multi-

ple (Grundy, 2002; Weishaupt N., 2010).

Secara anatomis tulang belakang me-rupakan struktur fleksibel yang

dibentuk oleh tulang-tulang yang tidak beraturan yang disebut vertebra, masing-

masing vertebra dipisahkan oleh diskus intervertebralis. Kolumna vertebralis

adalah pilar utama tubuh, yang berfungsi melindungi medula spinalis dan

menunjang berat kepala dan batang tubuh yang diteruskan ke tulang-tulang paha

dan tungkai bawah (Stewart, 2002; Wadhwa, 2011).

Tulang servikal terdiri dari tujuh tulang vertebra yang dipisahkan oleh diskus

intervertebralis dan dihubungkan oleh jaringan ligamen yang komplek. Jaringan

ligamen tersebut menyebabkan tulang-tulang ini dapat bekerja sebagai satu

kesatuan unit yang utuh. Vertebra servikal memiliki karakter berupa tiap procesus

tranversus mempunyai foramen procesus tranversus untuk arteri dan vena

vertebralis, namun arteri vertebralis hanya melalui procesus transversus C1–6

saja (Stewart, 2002; Wadhwa, 2011).Susunan tulang pada manusia terdiri dari

berbagai macam tulang di antaranya tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal,

sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau

axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada bagain servikal akan

mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal merupakan

keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang

disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai

kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).

Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika

serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4

kasus dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa
muda.2 Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan

cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan

kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla spinalis mengakibatkan

defisit neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan terkadang

menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya

perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu

sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas diperkirakan 48% dalam 24 jam

pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).

Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah

penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat ±50 meningkat per 100.000 populasi

tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla spinalis,

2% karena multiple trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari

perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan

kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja.

Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan

C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3 (Emma, 2011).

Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia,

fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling

tinggi diantara fraktur lainnya yaitusekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengankasus

fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur

pada tulangfemur, 14.027 orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami

fraktur tibia, 9702 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan

336 orang mengalami fraktur fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan

ektremitas bawah sangat sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja

dapat menimbulkan adanya gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki. Di


Indonesia angka kejadian patah tulang atau insiden fraktur cukup tinggi,

berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar

delapan juta orang mengalami kejadian fraktur denganjenis fraktur yang

berbedadan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan

25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catatfisik, 15%

mengalami stress spikilogis seperti cemas atau bahkan 2 depresi, dan 10%

mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013).

Sedangkan menurutWorld Hearth Oraganization (WHO) tahun 2013

menyebutkan bahwa kecelakaan lalulintas mencapai 120.2226 kali atau 72%

dalam setahun.

Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki dari pada perempuan dengan

umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan

atau kecelakaan (Riskesdas, 2011). Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan

langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot

ekstrim (Brunner & Suddarth, 2011).

Terdapat komplikasi yang ditimbulkan akibat fraktur, seperti komplikasi awal

(syok, sindroma emboli lemak, sindroma kompartemen dan infeksi) dan

komplikasi lanjut (delayed union, non – union, kaku sendi lutut, refraktur) (Brunner

& Suddarth, 2001).


B. Tujuan Umum

Tujuan penulisan secara umum bertujuan untuk menganalisa secara umum

mengenai fraktur meliputi definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,

penatalaksanaan medik serta asuhan keperawatan yang timbul

C. Tujuan Khusus

a. menjelaskan konsep dasar dari fraktur servical yang terdiri dari pengertian,

anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medik dari fraktur

servical.

b. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan fraktur

servical.

c. Menganalisis masalah keperawatan yang muncul berdasarkan konsep.

d. Menganalisis tindakan latihan rentang pergerakan sendi dalam asuhan

keperawatan fraktur servical.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Klien

Diharapkan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dengan melakukan

latihan pergerakan rentang sendi sehingga proses rehabilitasi berjalan

dengan baik.

2. Bagi Instansi Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan khususnya para perawat dapat menambah ilmu

mengenai fraktur serta memberikan intervensi keperawatan kepada klien

sesuai dengan teori dan penelitian yang sudah ada


3. Bagi Pendidik Keperawatan

Diharapkan mampu menambah referensi pengetahuan mengenau kasus klien

dengan fraktur servical dengan asuhan keperawatan dan intervensi yang

telah dberikan.

E. Sistematika Penulisan

Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan

khusus, manfaat penelitian dan sistematika penelitian

BAB II : Tinjauan kasus keleloaan yang terdiri tinjauan teori dan tinjauan

kasus. Dimana tinjuan teori terdiri dari konsep dasar medis yaitu

pengertian, anatomi fisiologi etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan

medik. Dan konsep asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa

keperawatan yang lazim muncul (NANDA), intervensi (rencana, tujuan

dan rasional). Sedangkan tinjauan kasus terdiri dari pengkajian

(primary dan sekundary/rafid assesment), klasifikasi data, analisa

data, prioritas dan perumusan masalah, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi`

BAB III : membahas mengenai pembahasan kasus kelolaan

BAB IV : penutup terdiri dari simpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai