Anda di halaman 1dari 13

Stress Kerja

Malvin Himawan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
email: malvinhmn@gmail.com

Pendahuluan
Gangguan kejiwaan yang berkaitan dengan emosi dan perilaku terjadi paling
sering pada usia produktif atau usia kerja. Gangguan kejiwaan tersebut termasuk stres,
depresi dan ansietas. Stres yang diakibatkan oleh pekerjaan, baik karena lingkungan
kerja, beban kerja baru, ketidakpuasan pada pekerjaan ataupun pada rekan kerja dan
beban pekerjaan yang terlalu berat termasuk dalam stres okupasi. Efek stres okupasi
pada produktivitas dan kualitas pekerja serta terhadap pekerjaannya telah banyak
diteliti. Diketahui berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental dapat terjadi sehingga
menurunkan kualitas dan produktivitas pekerja tersebut.
Hal ini akan merugikan perusahaan secara material, baik jangka pendek saat
produktivitas pekerja menurun maupun jangka panjang bilamana stres okupasi
diabaikan. Kepedulian dan pengetahuan mengenai bahaya potensial psikososial
termasuk stres okupasi pada pekerja masih sangat kurang di negara-negara
berkembang, salah satunya Indonesia. Walaupun tidak terlihat, stres ataupun keadaan
psikologi seorang pekerja juga sangat penting dan turut mempengaruhi kualitas kerja
pekerja tersebut. Kesehatan kerja sendiri didefinisikan sebagai peningkatan dan
pemeliharaan kaum pekerja baik secara fisik, mental dan sosial pada derajat tertinggi.1,2

Skenario
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke klinik dengan keluhan mual berulang
sejak 1 bulan yang lalu.
Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis 1
Pada kasus ini dilakukan autoanamnesis terhadap pasien. Yang ditanyakan:
 Keluhan utama : mual berulang sejak 1 bulan yang lalu.
 Riwayat penyakit sekarang :
o frekuensi berapa kali sehari
o muncul secara tiba-tiba atau perlahan
o muncul sepanjang hari atau saat-saat tertentu
o muntah +/-
o faktor yang memperberat dan memperingan
o keluhan penyerta seperti begah, nyeri perut/uluhati (terutama kuadran kanan
atas) dan lainnya +/-
 pusing,
 susah tidur
o sudah melakukan pengobatan sebelumnya ? obat apa ? efeknya bagaimana?
 control yang ketiga kalinya
 Riwayat penyakit dahulu
o Sebelumnya sudah pernah mengalami hal serupa?
o Riwayat penyakit maag? dyspepsia?
 Riwayat pekerjaan
o pekerjaan  karyawan bagian administrasi
o sudah sejak kapan  1 bulan yang lalu
o waktu bekerja dalam sehari  8.00 – 17.00
o apakah pekerjaan ini dilakukan pasien atas keinginannya sendiri atau tidak?
adaakah hal-hal lain yang mempengaruhi?
o tugas-tugas seperti apa yang harus dikerjakan oleh pasien, seberapa banyak
o ada kesulitan-kesulitan yang dialami saat bekerja atau tidak? (misalnya
hubungan dengan atasan, rekan kerja, deadline, pekerjaan yang tidak sesuai,
pekerjaan yang monoton dll)
 apakah pasien tidak mampu menyesuaikan diri?
 apakah pasien tidak mampu mengatasi beban pekerjaan yang diberikan
kepadanya?
 Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
o konsumsi alcohol, rokok, kafein
o kebiasaan olahraga

Pemeriksaan Fisik
Dalam batas normal

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis. Yang perlu diperhatikan
warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering
ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan
parsdesenden, tumor jinak dan ganas. Pada endoskopi ditemukan kelainan baik di
esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat diagnosis dispepsia
organik. Sedangkan bila ditemukan normal maka dapat dibuat diagnosis dispepsia
fungsional.3

Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan sebagai dispepsia fungsional jika pemeriksaan penunjang
mendukung (hasil pemeriksaan semuanya normal)

2. Pajanan
Faktor Fisik : -
Yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau
luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara,
kelembaban udara, tekanan udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang
elektromagnetis.2
Faktor Biologis : -
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling
sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tingkatannya.2
Faktor Kimia : -
Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah
satu atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan,
dan atau zat padat.2
Faktor Ergonomis atau fisiologis : -
Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti
konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja
yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.2

Faktor Mental dan Psikologis : ketidaksesuaian pekerjaan dengan pendidikan kuliah


Reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan
tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.
Pada kasus, pasien ini bekerja sebagai keryawan di bagian administrasi sejak 1 bulan
yang lalu. Sebelumnya pasien merupakan sarjana lulusan Sastra Inggris. Jam kerja
pasien yaitu 08.00 - 17.00. Perlu ditanyakan lebih lanjut tugas-tugas apa saja dan
seberapa banyak yang harus dikerjakan oleh pasien, apakah banyak deadlines, apakah
pasien merasa tidak cocok dengan pekerjaannya, apakah tidak mampu beradapatasi dan
mengatasi beban kerja yang diberikan, adakah hal ini menyebabkan hubungan pasien
dengan atasan maupun rekan kerja terganngu. 2

3. Hubungan Pajanan dengan Penyakit


faktor mental dan psikologis  mual, insomnia, pusing

Gangguan cemas dan depresi terbukti dapat menyebabkan gejala dispepsia


fungsional. Pada sebuah penelitian di China, 907 subyek dimasukkan kedalam
penelitian dan hasilnya 516 (56.89%) orang memiliki dispepsia fungsional. Jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, dan kondisi kesehatan memiliki efek yang
signifikan. 4

4. Besar Pajanan yang Dialami


 Waktu kerja pasien dari jam 08.00 – 17.00 yaitu sekitar 9 jam waktu bekerja,
yang mana pasien harus mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya. Dalam waktu 9 jam tersebut juga masih harus
dipertanyakan mengenai hal-hal yang membuat pasien tidak nyaman dengan
pekerjaannya saat ini. 5
5. Peranan Faktor Individu
 Perlu diketahui status kesehatan fisik pasien yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
 Perlu diketahui apakah sebelumnya pasien atau keluarga pasien memiliki
riwayat gangguan psikiatri.
 Perlu diketahui karakteristik kepribadian pasien, bertolak dari pendapat bahwa
individu memiliki ambang stres yang berbeda.
o Berdasarkan pada uraian Rosenman dan Friedman, dan Bortner dapat
diambil kesimpulan bahwa ciri seorang dengan kepribadian A adalah
memiliki sikap kompetitif yang tinggi, serius dalam mengerjakan tugas,
mengerjakan tugas dengan cepat, selalu terpacu dengan waktu, tidak
sabar menunggu, rentan terhadap stres, sering tergesa-gesa, agresif, mau
menentang terhadap yang lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan,
terburu-buru dalam menentukan sesuatu, asertif, perfeksionis,
polyphasic, ambisius, dan memiliki standart yang sangat tinggi terhadap
dirinya sendiri.6
o Sedangkan ciri-ciri seorang dengan kepribadian tipe B adalah lebih
santai dalam melakukan sesuatu, lebih sabar menunggu, kurang asertif,
non perfeksionis, non polyphasic, kurang memperhatikan waktu, kurang
memiliki sifat berkompetitif, kurang serius dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugas, dan kurang berambisi dalam mengerjakan sesuatu.
6

Sebenarnya, pembagian pola perilaku ini tidak menunjukkan ciri kepribadian yang
statis, akan tetapi lebih meng-gambarkan gaya perilaku yang disertai dengan beberapa
reaksi kebiasaan seseorang dalam menghadapi situasi disekitarnya. 6

6. Faktor Lain di Luar Pekerjaan


Meliputi kebiasaan individu sehari-hari (merokok, minum minuman beralkohol, jarang
makan makanan sehat), ada atau tidak adanya pajanan di rumah seperti masalah
keluarga (perceraian, kematian pasangan hidup, dll), masalah ekonomi, hobi individu,
apakah individu memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama.2
7. Diagnosis Okupasi
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan, maka penderita dapat diduga
mengalami stress kerja. Stress kerja adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh
kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang dan atau
kesehatan fisik dan jiwanya. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan
kondisi di tempat kerja yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja. 2
Stress yang diperberat oleh pekerjaan dapat terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya
agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi lingkungan
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan. 2

Jenis stresor dan hubungannya dengan spesifikasi jenis pekerjaan


Stresor seringkali berhubungan langsung dengan sistem tugas, volume pekerjaan,
lingkungan tempat kerja atau sebagai akibat ketidak-keharmonisan hubungan dengan
individu lain di tempat kerja serta faktor-faktor budaya organisasi tempat kerja,
beberapa stresor juga berhubungan pada identifikasi dari peranan seseorang di
organisasi tempat kerja.
Sistem tugas
a. Kerja lembur
Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering, apalagi tanpa
kontrol jumlah jam kerja yang berlebihan ternyata tidak hanya mengurangi
kuantitas dan kualitas hasil kerja, juga seringkali meningkatkan kuantitas absen
dengan alasan sakit/kecelakaan kerja. Misalnya: pekerja di industri pengemasan
buah kaleng yang biasanya banyak berhubugan dengan musim buah.6
b. Tugas kerja malam
Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi individu pekerja, seringkali
mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang tidur serta perubahan
tingkah laku yang dapat mendorong individu untuk penyalahgunaan alkohol dan
obat-obatan terlarang serta perubahan kebiasaan makan. 6
c. Gerakan yang berulang secara monoton
Pekerjaan yang memerlukan gerakan yang berulang secara monoton, kadang juga
disertai posisi kerja yang tidak nyaman, atau sambil membawa beban atau menahan
beban seringkali sangat memberatkan individu pekerja. Misalnya pekerjaan-
pekerjaan di industri penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan dan asembling
pada ban berjalan. 6
Walsh menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa pekerjaan yang banyak
menggerakkan tangan berulang dan membosankan seperti pada para pekerja
penggergajian kayu lebih banyak menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik
dan gejala-gejala stres mental lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti sakit.6
d. Kekangan-kekangan
Tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya tahapan-tahapan pekerjaan yang
mempunyai jadwal tugas yang ketat dan detail. Misalnya
pemeliharaan/perawatan/pengujian mesin kapal terbang yang harus
mengikuti/berdasarkan “checklist” yang ketat, pekerjaan mencocokkan/
memasang/merakit elemen-elemen jadi bangunan rumah/mesin-mesin, pekerjan
akunting.6
e. Komunikasi yang menjemukan/ membebankan
Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kontak yang memberatkan karena
memerlukan negosiasi untuk perihal yang sulit diterima atau tidak selaras dengan
kehendak lawan bicara. Misalnya manajer pemasaran, personil promosi obat-
obatan. 6
Volume Pekerjaan
a. Volume pekerjaan yang berlebihan, volume pekerjaan yang terlalu banyak, yang
dibatasi oleh waktu. Misalnya :
- Tergesa-gesa karena dibatasi oleh waktu, misalnya petugas pelayanan pelanggan
yang harus melayani pelanggan dengan antrian yang panjang untuk menunggu
pelayanan, sekretaris dengan tugas yang bertumpuk.
- Permintaan-permintaan untuk pengambilan keputusan yang rumit, misalnya
petugas kontrol kualitas, pekerjaan yang harus membutuhkan masukan informasi
yang banyak. 6
b. Volume pekerjaan yang sangat kurang, kurang rangsangan untuk bekerja, kurang
variasi, tidak ada kreativitas atau tuntutan untuk mengatasi masalah. Misalnya:
- Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi kurang rangsangan
untuk bekerja. Pekerja harus tetap waspada dan harus selalu siap untuk bereaksi
bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun keadaan tersebut jarang
sekali terjadi, seperti tugas pengawasan mesin dan peralatan pada penggunaan
reguler, tugas menjaga pintu kereta api. 6
- Tuntutan untuk membeda-bedakan secara tepat biasanya membutuhkan
konsentrasi, perasaan dan konsentrasi penglihatan yang intens.
- Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih, atau kemampuan kalah bersaing
dengan yang lain.

c. Kondisi fisik/lingkungan tempat kerja


Adanya ancaman terpapar kondisi fisik tempat kerja yang kurang menyenangkan
atau kontak dengan bahan-bahan beracun. Misalnya:
- Tempat kerja yang sunyi/terpencil, seperti pekerjaan-pekerjan menyendiri yang
tak mempunyai kesempatan berkomunikasi dengan orang lain atau pekerjan-
pekerjan yang pada situasi sulit atau terancam bahaya tak memungkinkan untuk
mencari pertolongan dari teman kerja atau siapapun. Misalnya: tugas-tugas
pengawasan/penjagaan yaitu penjaga mercu suar, tugas jaga malam, operator
telegraf, pekerjaan-pekerjaan yang tidak kontak langsung dengan langganan.
- Tempat kerja yang jauh atau sulit dijangkau 6
- Pemaparan di tempat kerja, umumnya pemaparan fisik dan pemaparan kimiawi,
seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, tempat kerja yang sempit
berdesakan, ventilasi buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi,
masalahmasalah ergonomi, tempat kerja yang bising, bau-bau yang tidak enak,
debu-debu kerja dan substansi kimia yang berbahaya. 6

Organisasi tempat kerja


a. Perubahan-perubahan
Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja merupakan salah satu penyebab
utama dari stres. Perubahan seringkali berarti terjadi suatu kehilangan, seperti
diberlakukan teknik yang baru di tempat kerja, ganti supervisor, restrukturisasi
organisasi, diberi tugas baru yang sukar dilaksanakan, pindah bagian, dan dibebas
tugaskan sebagai pimpinan. 6
b. Manajemen yang otokratis
Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya komunikasi atasan
dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Seringkali para pekerja dibebani oleh dua
perasaan yang berlawanan, yang mendorong timbulnya stres. Perasaan tersebut
biasanya timbul bila para pekerja mengerti apa yang mereka harus perbuat tetapi
pada kenyataannya hal itu tak dapat dilaksanakan.
Komunikasi yang buruk juga biasanya mencetuskan timbulnya perasaan ketidak
puasan, kurangnya penghargaan, konflik pada rantai komando atau konflik
perbedaan tuntutan para pekerja pada manajemen bisa menimbulkan konflik dengan
teman sekerja. Juga bila pekerja harus mengerjakan perintah yang tak disukainya
atau bila perintah tidak tercantum dalam deskripsi pekerjaan, kurangnya dukungan
dana atau fasilitas lainnya dari manajemen guna menyelesaikan tugas atau tidak
diberinya kekuasaan untuk memutuskan masalah dalam menyelesaikan tugas
merupakan stresor psikologis yang penting. 6
c. Pengembangan karir.
Ancaman dipecat, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini karena sakit, ada
hambatan untuk promosi atau mendapat promosi untuk pekerjaan yang kurang
dikuasai, dapat menimbulkan kecemasan yang hebat.6

GEJALA KLINIK
Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan
menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
a. Gejala Psikologis 5,6
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :
 Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
 Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
 Sensitif dan hyperreactivity
 Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
 Komunikasi yang tidak efektif
 Perasaan terkucil dan terasing
 Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
 Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
 Kehilangan spontanitas dan kreativitas
 Menurunnya rasa percaya diri

b. Gejala Fisiologis 5,6


Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:
 Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami
penyakit kardiovaskular
 Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)
 Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)
 Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan
 Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang
kronis (chronic fatigue syndrome)
 Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada
 Gangguan pada kulit
 Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot
 Gangguan tidur
 Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker

c. Gejala Perilaku 5,6


Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
 Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
 Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
 Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
 Perilaku sabotase dalam pekerjaan
 Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,
mengarah ke obesitas
 Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri
dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan
tanda-tanda depresi
 Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir
dengan tidak hati-hati dan berjudi
 Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas
 Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman
 Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stress di tempat kerja secara menyeluruh tidak hanya
membutuhkan kooperasi dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi aktif organisasi
tempat kerja, melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal mungkin, menciptakan
manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara pekerja dan
pimpinan, memberikan tugas-tugas dan otoritas tugas yang jelas memberikan target-
target yang menantang tapi mudah dicapai, jadwal kerja yang fleksibel tapi terncana,
memberikan teguran pada pekerja yang salah secara wajar, adil tanpa kekerasan. 6,7

Medika Mentosa
1. Antasida
Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2,
dan magnesium trisiklat.
2. Antagonis resptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,
ranitidin, dan famotidin.
3. Proton pump inhibitor (PPI )
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol,
lansoprazol, dan pantoprazol. 3

Non Medika Mentosa


Guna mendorong terjadinya perubahan perilaku kerja dan persepsi terhadap
respon biologis, pasien diminta untuk datang bimbingan dan konseling oleh dokter
perusahaan, terutama untuk kasus-kasus dengan akar masalah psikologis seperti
kesulitan-kesulitan interpersonal atau perilaku ketergantungan alkohol/obat-obat
terlarang.8
Penelitian oleh Walsh pada tahun 2005 melaporkan bahwa bimbingan dan
konseling yang dilakukan dokter perusahaan pada karyawan kantor pos di Ingris
berhasil mengurangi cuti sakit dan secara bermakna dapat mengatasi gejala-gejala
kecemasan, depresi dan dapat meningkatkan harga diri.9
Pelatihan Manajemen Stres dapat dilaksanakan secara berkelompok 6 sampai 12
pekerja yang mempunyai gejala-gejala stres akibat kerja. Materi-materi pelatihan yang
perlu diajarkan seperti: teknik fisiologis untuk mengurangi serangan stres misalnya
teknik relaksasi, biofeedback, meditasi atau latihan pernafasan, teknik psikologis dan
kognitif pembentukan diri kembali, macam-macam keterampilan kerja misalnya
manajemen waktu, skala prioritas, keterampilan interpersonal misalnya pelatihan
berpidato, presentasi, tatacara mengikuti rapat, dan lain-lain.8,9
Pasien perlu dianjurkan untuk menciptakan keseimbangan stres di tempat kerja,
dengan demikian gaya hidup yang sehat dan aktivitas relaksasi di tempat kerja sangat
dibutuhkan. Beberapa teknik relaksasi di tempat kerja dapat dianjurkan, seperti istirahat
pendek tapi sering misalnya 5 menit setiap jam kerja lebih berguna daripada istirahat
panjang tapi jarang, dan sedikit latihan fisik secara reguler sangat berguna pada pekerja
komputer.
Gaya hidup yang sehat di luar tempat kerja harus dianjurkan seperti: olah raga rutin,
makanan sehat, berhenti merokok dan minum alkohol, penyaluran hobi serta pasien
dianjurkan memperbanyak berkomunikasi dengan keluarga dan teman-temannya.
Penatalaksanaan stres di tempat kerja secara menyeluruh tidak hanya membutuhkan
kooperasi dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi aktif organisasi tempat kerja,
seperti: melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal mungkin, menciptakan
manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara pekerja dan
pimpinan, memberikan tugas-tugas dan otoritas tugas yang jelas, memberikan target-
target yang menantang tapi mampu dicapai, jadwal kerja yang fleksibel tapi terencana,
memberikan teguran pada pekerja yang salah secara wajar, adil tanpa kekerasan.7

PENCEGAHAN
Untuk mencegah dan mengatasi stress dapat dilakukan dengan cara :
Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention
diseases) pada penyakit akibat kerja.2 Peningkatan kesehatan (health promotion)
misalnya pendidikan kesehatan jiwa, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, lingkungan kerja yang memadai, rekreasi. Kemudian perlindungan
khusus (specific protection) misalnya imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan
alat pelindung diri. 6
Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan yang tepat (early diagnosis and prompt
treatment) misalnya pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala,
pelayanan kesehatan/poliklinik dan kb, diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan
segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk terjadinya komplikasi. Membatasi
kemungkinan cacat (disability limitation) misalnya memeriksa dan mengobati tenaga
kerja secara komperhensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan
kesehatan. Pemulihan kesehatan (rehabilitation) misalnya rehabilitasi dan
mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. 6
Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat
di jabatan-jabatan yang sesuai.

KESIMPULAN
Berdasarkan langkah-langkah diagnosis okupasi didiagnosis mengalami stress yang
diperberat pekerjaan. Pajanan yang dialami berupa pajanan psikogis yang kemudian
menyebabkan keluhan mual-mual, pusing dan insomnia yang dirasakan. Pasien tidak
dapat beradaptasi stress dalam pekerjaan sehingga pasien mengalami gangguan
psikologis akibat tekanan tersebut.

Daftar Pustaka

1. Nasution K, Adi NP. Stres okupasi masalah kesehatan pekerja yang terabaikan.
J Indon Med Assoc 2011 Dec 61:12:471-3
2. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC.
2010.h.1-10
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Ed 5 (1). Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 25-7,529-33
4. Huang Z, Yang X, Lan L, Liu T, Liu C, Li J et al. Correlation between social
factors and anxiety-depression in function dyspepsia: do relationships exist?.
Gastroenterology Review. 2014;6:348-353.
5. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,
editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI; 2010.
6. Walsh L, Turner S, Lines S, Huseey L, Chen Y, Agius R. the incidence of work-
related illness in the UK health and social work sector: The Health Occupation
Reporting network. 2002-2003. Occup Med J. 2005; 55: 262-7
7. Atkinson,R.L, Hilgard,E.R, dan Richard,C.A. 2008. Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga.
8. Maramis, W.F. & Maramis, A.A., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi
2. Surabaya : Airlangga University Press.
9. Hawari, D., 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai