Stress Kerja
Stress Kerja
Malvin Himawan
Pendahuluan
Gangguan kejiwaan yang berkaitan dengan emosi dan perilaku terjadi paling
sering pada usia produktif atau usia kerja. Gangguan kejiwaan tersebut termasuk stres,
depresi dan ansietas. Stres yang diakibatkan oleh pekerjaan, baik karena lingkungan
kerja, beban kerja baru, ketidakpuasan pada pekerjaan ataupun pada rekan kerja dan
beban pekerjaan yang terlalu berat termasuk dalam stres okupasi. Efek stres okupasi
pada produktivitas dan kualitas pekerja serta terhadap pekerjaannya telah banyak
diteliti. Diketahui berbagai gangguan kesehatan fisik dan mental dapat terjadi sehingga
menurunkan kualitas dan produktivitas pekerja tersebut.
Hal ini akan merugikan perusahaan secara material, baik jangka pendek saat
produktivitas pekerja menurun maupun jangka panjang bilamana stres okupasi
diabaikan. Kepedulian dan pengetahuan mengenai bahaya potensial psikososial
termasuk stres okupasi pada pekerja masih sangat kurang di negara-negara
berkembang, salah satunya Indonesia. Walaupun tidak terlihat, stres ataupun keadaan
psikologi seorang pekerja juga sangat penting dan turut mempengaruhi kualitas kerja
pekerja tersebut. Kesehatan kerja sendiri didefinisikan sebagai peningkatan dan
pemeliharaan kaum pekerja baik secara fisik, mental dan sosial pada derajat tertinggi.1,2
Skenario
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke klinik dengan keluhan mual berulang
sejak 1 bulan yang lalu.
Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Diagnosis Klinis
Anamnesis 1
Pada kasus ini dilakukan autoanamnesis terhadap pasien. Yang ditanyakan:
Keluhan utama : mual berulang sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
o frekuensi berapa kali sehari
o muncul secara tiba-tiba atau perlahan
o muncul sepanjang hari atau saat-saat tertentu
o muntah +/-
o faktor yang memperberat dan memperingan
o keluhan penyerta seperti begah, nyeri perut/uluhati (terutama kuadran kanan
atas) dan lainnya +/-
pusing,
susah tidur
o sudah melakukan pengobatan sebelumnya ? obat apa ? efeknya bagaimana?
control yang ketiga kalinya
Riwayat penyakit dahulu
o Sebelumnya sudah pernah mengalami hal serupa?
o Riwayat penyakit maag? dyspepsia?
Riwayat pekerjaan
o pekerjaan karyawan bagian administrasi
o sudah sejak kapan 1 bulan yang lalu
o waktu bekerja dalam sehari 8.00 – 17.00
o apakah pekerjaan ini dilakukan pasien atas keinginannya sendiri atau tidak?
adaakah hal-hal lain yang mempengaruhi?
o tugas-tugas seperti apa yang harus dikerjakan oleh pasien, seberapa banyak
o ada kesulitan-kesulitan yang dialami saat bekerja atau tidak? (misalnya
hubungan dengan atasan, rekan kerja, deadline, pekerjaan yang tidak sesuai,
pekerjaan yang monoton dll)
apakah pasien tidak mampu menyesuaikan diri?
apakah pasien tidak mampu mengatasi beban pekerjaan yang diberikan
kepadanya?
Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
o konsumsi alcohol, rokok, kafein
o kebiasaan olahraga
Pemeriksaan Fisik
Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan endoskopi sangat membantu dalam diagnosis. Yang perlu diperhatikan
warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang sering
ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus dan
parsdesenden, tumor jinak dan ganas. Pada endoskopi ditemukan kelainan baik di
esophagus, lambung maupun duodenum maka dapat dibuat diagnosis dispepsia
organik. Sedangkan bila ditemukan normal maka dapat dibuat diagnosis dispepsia
fungsional.3
Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis ditegakkan sebagai dispepsia fungsional jika pemeriksaan penunjang
mendukung (hasil pemeriksaan semuanya normal)
2. Pajanan
Faktor Fisik : -
Yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau
luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara,
kelembaban udara, tekanan udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang
elektromagnetis.2
Faktor Biologis : -
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling
sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tingkatannya.2
Faktor Kimia : -
Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah
satu atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan,
dan atau zat padat.2
Faktor Ergonomis atau fisiologis : -
Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti
konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja
yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.2
Sebenarnya, pembagian pola perilaku ini tidak menunjukkan ciri kepribadian yang
statis, akan tetapi lebih meng-gambarkan gaya perilaku yang disertai dengan beberapa
reaksi kebiasaan seseorang dalam menghadapi situasi disekitarnya. 6
GEJALA KLINIK
Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan
menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
a. Gejala Psikologis 5,6
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :
Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
Kehilangan spontanitas dan kreativitas
Menurunnya rasa percaya diri
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stress di tempat kerja secara menyeluruh tidak hanya
membutuhkan kooperasi dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi aktif organisasi
tempat kerja, melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal mungkin, menciptakan
manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara pekerja dan
pimpinan, memberikan tugas-tugas dan otoritas tugas yang jelas memberikan target-
target yang menantang tapi mudah dicapai, jadwal kerja yang fleksibel tapi terncana,
memberikan teguran pada pekerja yang salah secara wajar, adil tanpa kekerasan. 6,7
Medika Mentosa
1. Antasida
Golongan ini mudah didapat dan murah. Antasida akan menetralisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung natrium bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2,
dan magnesium trisiklat.
2. Antagonis resptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,
ranitidin, dan famotidin.
3. Proton pump inhibitor (PPI )
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeprazol,
lansoprazol, dan pantoprazol. 3
PENCEGAHAN
Untuk mencegah dan mengatasi stress dapat dilakukan dengan cara :
Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit (five level of prevention
diseases) pada penyakit akibat kerja.2 Peningkatan kesehatan (health promotion)
misalnya pendidikan kesehatan jiwa, meningkatkan gizi yang baik, pengembangan
kepribadian, lingkungan kerja yang memadai, rekreasi. Kemudian perlindungan
khusus (specific protection) misalnya imunisasi, hygiene perorangan, sanitasi
lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan
alat pelindung diri. 6
Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan yang tepat (early diagnosis and prompt
treatment) misalnya pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala,
pelayanan kesehatan/poliklinik dan kb, diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan
segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk terjadinya komplikasi. Membatasi
kemungkinan cacat (disability limitation) misalnya memeriksa dan mengobati tenaga
kerja secara komperhensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan
kesehatan. Pemulihan kesehatan (rehabilitation) misalnya rehabilitasi dan
mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. 6
Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat
di jabatan-jabatan yang sesuai.
KESIMPULAN
Berdasarkan langkah-langkah diagnosis okupasi didiagnosis mengalami stress yang
diperberat pekerjaan. Pajanan yang dialami berupa pajanan psikogis yang kemudian
menyebabkan keluhan mual-mual, pusing dan insomnia yang dirasakan. Pasien tidak
dapat beradaptasi stress dalam pekerjaan sehingga pasien mengalami gangguan
psikologis akibat tekanan tersebut.
Daftar Pustaka
1. Nasution K, Adi NP. Stres okupasi masalah kesehatan pekerja yang terabaikan.
J Indon Med Assoc 2011 Dec 61:12:471-3
2. Jeyaratnam J, Koh D. Buku ajar praktik kedokteran kerja. Jakarta: EGC.
2010.h.1-10
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Ed 5 (1). Jakarta: Interna Publishing; 2010. h. 25-7,529-33
4. Huang Z, Yang X, Lan L, Liu T, Liu C, Li J et al. Correlation between social
factors and anxiety-depression in function dyspepsia: do relationships exist?.
Gastroenterology Review. 2014;6:348-353.
5. Kandou JE. Gangguan Penyesuaian. Dalam: Elvira SD, Hadisukanto G,
editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK UI; 2010.
6. Walsh L, Turner S, Lines S, Huseey L, Chen Y, Agius R. the incidence of work-
related illness in the UK health and social work sector: The Health Occupation
Reporting network. 2002-2003. Occup Med J. 2005; 55: 262-7
7. Atkinson,R.L, Hilgard,E.R, dan Richard,C.A. 2008. Pengantar Psikologi.
Jakarta: Erlangga.
8. Maramis, W.F. & Maramis, A.A., 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi
2. Surabaya : Airlangga University Press.
9. Hawari, D., 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI