Anda di halaman 1dari 5

WIDYA ANGGRAINI

072.15.119

MEKANIKA BATUAN

METODE SCANLINE

Salah satu cara untuk menampilkan objek 3 dimensi agar terlihat nyata adalah
dengan menggunakan shading. Shading adalah cara menampilkan objek 3 dimensi
dengan mewarnai permukaan objek tersebut dengan memperhitungkan efek-efek cahaya.
Efek-efek cahaya yang dimaksud adalah ambient, diffuse, dan specular. Metode shading
yang digunakan adalah Flat Shading, Gouraud Shading, dan Phong Shading. Untuk Flat
Shading, perhitungan warna dilakukan satu kali karena dalam 1 face tidak terjadi gradasi
warna, untuk Gouraud Shading, pewarnaan vertex dilakukan pada tiap vertex sehingga
tampak gradasi warnanya. Dan untuk Phong Shading, pewarnaan dilakukan pada tiap
garis hasil scanline pada face sehingga gradasi tampak lebih halus.

Aplikasi yang dibuat sebagai tugas akhir ini bertujuan untuk mewarnai objek 3
dimensi dengan 3 metode sehingga user yang menggunakan dapat melihat perbandingan
waktu maupun hasil antara metode yang satu dengan metode yang lain. Secara umum,
aplikasi ini membaca file retakan retakan retakan = 11 = 5 = 2 kekar/meter, kekar/meter,
kekar/meter, maka RQD = 69,90 % maka RQD = 90,9 % maka RQD = 98,2 % yang
berisi data mesh objek kemudian mewarnai objek tersebut sesuai dengan metode yang
dipilih. Aplikasi dibuat menggunakan Microsoft Visual C++ dan OpenGL. Dari hasil
implementasi dan pengujian sistem, Phong Shading merupakan metode yang terbaik
dikarenakan untuk mewarnai objek dilakukan scanline sehingga pada tiap face,
pewarnaan dilakukan tiap garis. Namun, proses pewarnaan yang dilakukan lebih lama
daripada yang lain akibat scanline yang dilakukan.
Algoritma Scan Line: melakukan scanning untuk setiap baris dari layar bidang
gambar untuk setiap permukaan objek pada ruang tiga dimensi dan menampilkan
hasilnya setelah melaksanakan proses setiap baris scanning-nya. Kedua algoritma ini
dibandingkan berdasarkan besar memori dan waktu yang dipergunakan oleh masing-
masing algoritma. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa algoritma Scanline
menggunakan memori yang lebih sedikit dari algoritma Z- Buffer, sedangkan dari segi
kecepatan algoritma Scan Line lebih unggul daripada algoritma Z Buffer bilamana objek
yang ditampilkan pada bidang gambar mengumpul pada baris y, sedangkan Z Buffer
lebih unggul dari Scan Line bila objek yang digambar menyebar dan menggunakan
keseluruhan baris pada bidang gambar dengan bidang permukaan yang digambar semakin
banyak.

METODE SCAN LINE Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode scanline sampling. Metode ini dapat digunakan
untuk mengetahui orientasi bidang diskontinuitas pada permukaan yang dianggap
mewakili orientasi bidang diskontinuitas batuan secara keseluruhan. Peralatan yang
dipakai berupa tali, kompas,clip board,dan penggaris. Cara pengambilan data dengan
metode scanline sampling adalah dengan mencatat semua karakteristik bidang
diskontinuitas yang memotong tali yang dibentangkan di sepanjang permukaan batuan
dengan batasan 30 centimeter ke atas dan 30 centimeter ke bawah dari garis pengamatan.
Arah dari scanline ini harus dicatat. Sedapat mungkin arah dari Scanline sama di semua
segmen untuk mengurangi bias pengukuran. Batas toleransi perbedaan arah scanline
adalah 20°, sehingga perbedaan tersebut masih dapat diabaikan. Data-data yang diambil
dalam penelitian ini, yang selanjutnya akan digunakan dalam analisis kinematik dan
klasifikasi massa batuan, berupa data diskontinuitas (lihat Lampiran B) baik yang
terbentuk secara primer maupun secara sekunder, JRC, SHV, dan kondisi keairan. Secara
sistematik, teknik pengambilan data dalam penelitian in meliputi :

a. Pengukuran panjang, arah kemiringan dan kemiringan scanline. 


b. Pengukuran arah dan kemiringan lereng. 


c. Pengukuran atribut diskontinuitas, yang terdiri dari orientasi diskontinuitas, panjang



diskontinuitas, jarak/spasi diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, dan lebar
bukaan 
diskontinuitas. 


d. Penentuan kondisi umum keairan. 


e. Penilaian koefisien kekasaran permukaan diskontinuitas (JRC). 


f. Pengujian Schmidt hammer untuk menentukan Schmidt Hammer Value (SHV). 


Teknik Pengolahan Data

Setelah melakukan pengumpulan data diskontinuitas dengan metode scanline


sampling, maka langkah selanjutnya adalah melihat penyebaran orientasi bidang
diskontinuitas pada bidang stereonet. Untuk mempermudah prosesnya digunakan
program aplikasi Stereonet dan Dips. Tujuan pengeplotan orientasi bidang diskontinuitas
pada stereonet adalah mendapatkan arah umum dari orientasinya. Dari hasil pengeplotan
didapatkan bahwa orientasi umum diskontinuitas terutama rekahan sangat dipengaruhi
oleh arah tegasan utama utara – selatan. Rekahan-rekahan tersebut memiliki arah umum
utara – selatan, baratlaut – tenggara, dan timurlaut – baratdaya. Berdasarkan arah dari
rekahan yang dikaitkan dengan arah tegasan utama, maka rekahan-rekahan yang berarah
utara – selatan dikelompokkan pada extension joints dan pasangan kekar berarah
baratlaut – tenggara dan timurlaut – baratdaya merupakan shear joints. Langkah
berikutnya adalah membuat set diskontinuitas dari contour plot tersebut. Penentuan
kelompok diskontinuitas dilakukan berdasarkan penyebaran orientasi bidang
diskontinuitas pada bidang stereonet. Bidang-bidang diskontinuitas yang membentuk satu
kelompok dapat dikelompokkan dalam satu set diskontinuitas.

Selanjutnya adalah pengujian sifat keteknikan dari batugamping (lihat Lampiran


C). Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kohesi residual, sudut geser dalam
residual, kekuatan batuan rata-rata dan densitas kering batugamping. Dari pengujian,
didapatkan hasil kohesi residual sebesar 2,059 MPa, sudut geser dalam residual sebesar
8,43°, kekuatan batuan rata-rata sebesar 25 MPa, dan densitas kering sebesar 22,5
kN/m3. Setelah didapatkan hasil kohesi residual, sudut geser dalam residual, JRC (lihat
Lampiran D), dan JCS (lihat Lampiran E), maka akan dapat diketahui nilai sudut geser
dalam efektif (lihat Lampiran F). Berikutnya adalah pengeplotan kedudukan-kedudukan
set diskontinuitas, muka lereng dan sudut geser dalam efektif masing-masing scanline
pada stereonet . Setelah itu didapatkan potensi keruntuhan lereng batuan pada masing-
masing scanline dari model pengeplotan tersebut.

PENGERTIAN RQD

Dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada
penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam
hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung
walaupunmempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai
RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan. Saan ini
RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti pemboran dan merupakan salah satu
parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan Q-system.

RQD didefinisikan sebagai:

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai berikut :

Metode RQD dan Prosedur Pengukuran Rock Quality Desgination (RQD)

Prosedur pengukuran RQD yang benar digambarkan dalam Gambar 1. Cara perhitungan
dengan gambar disajikan dalam SNI 03-2436. b. Korelasi asli RQD harus dicatat
berdasarkan atas pengukuran pada inti ukuran NX(Deere,1963) RQD dapat dihitung
berdasarkan inti yang mempunyai diameter minimal berukuran NX (Deere dan Deere,
1989 , pada Gambar 2) c. Inti pipa kawat yang menggunakan NQ, HQ, dan PQ dapat juga
diterima Ukuran BQ dan BX lebih kecil tidak dapat digunakan, sebab yang lebih kecil
dari NX sangat berpotensi mengalami kerusakan dan kehilangan inti.

Pengukuran panjang potongan intiPotongan inti yang sama dapat diukur dengan tiga cara,
yaitu sepanjang garissumbu, dari ujung ke ujung, atau sepanjang potongan laras lingkaran
penuh(Gambar 3. Pengukuran Panjang Inti dengan Penentuan RQD). Prosedur
yangdianjurkan adalah mengukur panjang inti sepasang garis sumbu. Lihat acua
TheInternasioanl Society for Rock Mechanics (ISRM), Commission onStandardization of
Laboratory and Field Test (1978, 1981) Pengukuran sepanjang garis sumbu lebih banyak
digunakan, karena:1. Menghasilkan RQD standar yang tidak bergantung pada diameter
inti.2. Menghindari ancaman serius kualitas batuan, jika keadaan retakan sejajarlubang
bor dan dipotong dengan pemasangan kedua.

Penilaian kekuatan batuan Potongan inti yang tidak keras dan tidak kuat, sebaiknya tidak
diperhitungkan untuk RQD, meskipun memenuhi syarat panjang 100 mm (3,94 in).
Persyaratan kekuatan dapat membantu menurunkan ketentuan syarat kualitas batuan jika
batuan telah

mengalami perubahan dan perlemahan, baik karena pelapukan permukaan ataupun


kegiatan hidrothermal. Keputusan penentuan tingkat perubahan kimiawi apakah sudah
cukup atau belum, biasanya harus dilakukan untuk mendapat persetujuan atau penolakan
dilakukannya potongan inti. Dua macam prosedur yang dapat digunakan untuk menilai
kekuatan batuan adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pertama dilakukan tanpa memperhitungkan potongan inti, karena adanya


keraguan mengenai syarat kekuatan yang harus dipenuhi (misalnya batasan
perubahanwarna atau pemutihan butiran, pencemaran berat, rongga, atau butiran
lemah). Prosedur ini bersifat konservatif dan meragukan penilaian kualitas batuan.

2. Prosedur kedua dilakukan dengan memasukkan batuan yang berubah persentase total
RQD nya dengan tanda bintang (RQD*) karena persyaratan kekuatan belum
terpenuhi. Metode RQD* dapat memberikan beberapa indikasi kualitas batuan
sesuai dengan tingkat retakan selama tidak kehilangan kekuatan. 


Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi
metode ini tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll,
sehingga metode ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang
sebenarnya

HUBUNGAN ANTARA SCAN LINE DAN RQD Scan Line

Yaitu dengan menentukan overlap interval untuk scanline yang melintasi area. Pada
umumnya, scanline digunakan pada paket aplikasi grafik untuk mengisi area polygon,
ellipse, lingkaran dan kurva lain yang sederhana. Fill area ini dimulai dari titik di dalam
dan bermanfaat untuk batas area yang kompleks.

Rock Quality Designation

Persentase termodifikasi dari perolehan inti dengan jumlah panjang potongan inti utuh
yang melebihi 100 mm (4 in) dan dibagi dengan panjang inti. Indeks kualitas batuan
tipikal dalam kondisi batuan yang mengalami pelapukan berat, lunak, retakan,
pergeseran, rekahan/pelipatan akan menyebabkan nilai RQD menurun. Secara sederhana
RQD merupakan ukuran persentase batuan yang terambil dari sebuah interval lubang bor.
Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan batuan yang
mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar) berdasarkan
rumus Hudson, (1979 dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) sebagai berikut:

RQD = 100 (0.1l + 1) e- 0.1l (l) adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan-
line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi retakannya kecil. Frekuensi
retakannya makin banyak, nilai RQD makin kecil.

Anda mungkin juga menyukai