Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANALISIS PROTEIN OATS

Dosen Pembimbing :
Rastria Meilanda.Apt,.M.Sc

Disusun Oleh :
BELLIANA ANGGRAINI
(51502054)

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino
yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak
atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada
jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno,
1990).
Protein digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan enegi dalam tubuh
tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula mengatur berbagai
proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat-zat
pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur keseimbangan cairan dalam
jaringan dan pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh (Winarno,
1990).
Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Karena itu,
pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan. Secara umum analisa
protein dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode Kjeldahl, metode
Biuret, dan metode Lowry. Pada makalah ini analisa protein dilakukan dengan
metode Kjeldahl.
B. Tujuan
 Mahasiswa dapat menentukan protein dalam oatmeal yang berada pada
pasaran dengan menggunakan metode kjeldahl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Protein
Protein merupakan salah satu biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid,
dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama semua makhluk hidup. Pada
manusia protein menyumbang dari 20% berat total tubuh. Protein ibaratnya
seperti sebuah mesin, mesin yang menjaga dan menjalankan fungsi tubuh semua
makhluk hidup, Tubuh manusia terdiri dari sekitar 100 trilyun sel masing-masing
sel memiliki fungsi yang spesifik. Setiap sel memiliki ribuan protein berbeda,
yang bersama-sama membuat sel melakukan tugasnya.
B. Fungsi protein dalam tubuh

1. Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel


2. berfungsi Pembentukan dan perbaikan sel dan jaringan tubuh yang rusak.
3. Membuat hormon (sintesis hormon), yang membantu sel-sel mengirim
pesan dan mengkoordinasikan kegiatan tubuh
4. Membuat antibodi untuk sistem kekebalan tubuh kita.
5. Berperan Kontraksi otot - dua jenis protein (aktin dan myosin) yang
terlibat dalam kontraksi otot dan gerakan.
6. Membuat enzim. Suatu enzim memfasilitasi Reaksi biokimia seperti
mengikat hemoglobin, mengangkut oksigen melalui darah.
7. Sebagai cadangan dan sumber energi tubuh. Ada tiga jenis nutrisi penting
yang berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh
manusia: Protein, Karbohidrat, dan Lemak

C. Jumlah kebutuhan protein harian

Sampai saat ini masih terjadi pertentangan tentang Berapa banyak jumlah
kebutuhan protein harian.. Para ahli dari industri kesehatan, lembaga pemerintah,
serta organisasi perusahaan diet dan gizi memiliki daftar yang berbeda-beda.
Jumlah Kebutuhan protein harian individu tergantung pada beberapa faktor
berikut :
1. Umur - kebutuhan anak yang sedang tumbuh itu tidak akan sama dengan
orang dewasa
2. Jenis kelamin - laki-laki umumnya memerlukan lebih banyak protein dari
pada wanita terkecuali pada ibu hamil dan menyusui.
3. Berat badan - individu yang memiliki berat 80 kg akan membutuhkan
lebih banyak protein dibandingkan dengan seseorang yang memiliki berat
50 kg. Bahkan, studi terbaru menunjukkan bahwa berat badan lebih
penting daripada usia/ umur.
4. Jenis Pekerjaan - jumlah kebutuhan protein harian juga di pengaruhi oleh
tenaga yang dikeluarkan individu dalam beraktifitas.
5. Kesehatan - orang yang dalam masa penyembuhan setelah penyakit atau
prosedur medis mungkin membutuhkan lebih protein dari pada orang lain.

D. Definisi Oats

Haver (Avena sativa L.), dikenal pula sebagai oat, merupakan serealia yang
cukup penting di daerah beriklim subtropis dan sedang. Bulir yang dihasilkannya
(disebut haver pula) dimanfaatkan sebagai makanan serta pakan (terutama kuda).
Di Indonesia produknya dikenal dari sejenis bubur yang diintroduksi penjajah
Belanda, yang dikenal sebagai havermut.Haver merupakan bentuk domestikasi
dari jenis setengah liar Avena fatua yang telah dibudidayakan pada zaman
perundagian awal (zaman besi) dan merupakan sumber pangan pokok masa itu di
Asia Barat dan Eropa.

E. Asal Mula Oat

Asal muasal dari tanaman oat ialah tanaman liar (gulma) yang tumbuh di
daerah mediterania, seperti jenis A. byzantina merupakan hexaploid oat liar dari A.
sterilis. Bukti genetik menunjukkan bentuk leluhur A. sterilis tumbuh di Fertile
Crescent, daerah Timur Tengah. Pada masa tersebut, oat yang dibudidayakan
pertumbuhannya relatif lambat. Oat, seperti gandum, biasanya dianggap sebagai
tanaman sekunder, yaitu berasal dari gulma dari sereal utama domestikasi gandum
dan barley. Sereal ini menyebar ke daerah yang dingin dan basah, dan mungkin
disukai komponen oat gulma, yang mengarah ke domestikasi (Zhou et al., 1999).
Oat (Avena sativa) telah dibudidayakan sekitar 2000 SM. Gandum dengan
hexaploid ini berasal di wilayah Hindu Kush. Namun ada yang menganggap
bagian barat wilayah Mediterania (Maroko, Spanyol) sebagai pusat utama asal
gandum. Oat, yang lebih disesuaikan dengan kondisi dingin, berkembang di
lingkungan baru lintang, sementara gandum tidak dapat tumbuh. Oats pada
populasi campuran terdiri berbagai jenis spesies Avena. Selanjutnya, jenis A.
sativa, karena adaptasi yang lebih baik untuk iklim dingin, dengan seleksi alam
mengakibatkan bulirnya menonjol dan menjadi spesies oat yang paling banyak
dibudidayakan di Eropa utara. Oats pertama kali ditanam di Amerika Serikat pada
tahun 1602 oleh pemukim Skotlandia di sebuah pulau di lepas pantai
Massachusetts (Tiwari, 2014).
Oat yang tumbuh di daerah beriklim sedang memiliki persyaratan musim panas
yang lebih rendah dan toleransi yang lebih besar dari hujan dibandingkan sereal
lainnya, seperti gandum, rye atau barley, sehingga sangat mudah tumbuh di
daerah dingin atau musim panas yang basah. Oat merupakan tanaman tahunan,
dan dapat ditanam baik di musim gugur (untuk akhir panen musim panas) atau di
musim semi (untuk awal panen musim gugur).
F. Taksonomi Oat
Kerajaan : Plantae
Sub kerajaan : Tracheobionta
Super filum : Spermatophyta
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Poaceae
Genus : Avena
Spesies : Avena sativa
Tanaman oat, dalam fase pertumbuhan awal, dapat tegak, semi-tegak, atau
merunduk, pada umumnya membentuk roset. Jumlah anakan tergantung pada
kepadatan pembenihan tanaman tersebut, fitur genetik kultivar dan kondisi
pertumbuhan (misalnya dosis pupuk yang diberikan). Anakan berakhir dalam
perbungaan besar yang disebut malai.
Malai terdiri dari batang utama (rachis) dan cabang yang muncul dalam
uliran di node. Setiap malai utama dan lateral berakhir dalam spikelet (bunga);
spikelets juga ditanggung pada node dari rachis. Pada varietas yang dikuliti,
biasanya mengandung bulir tiga kuntum. Dalam gandum utuh, 3-7 kuntum dapat
diproduksi per gabah. Kuntum terdiri dari lemma dan palea, yang menyertakan
organ reproduksi (benang sari dan ovarium). Kernel oat (juga disebut Groat).
Kernel terdiri biji mantel lapisan, endosperm bertepung, dan embrio. Oat ini juga
luas diklasifikasikan jenisnya berdasarkan musim semi dan musim dingin
tergantung pada musim tanam (Tiwari, 2014)
Oat memiliki daun berbentuk pisau datar; perbungaan terbuka, yang
mengeluarkan, atau malai satu sisi dengan bulirnya. Peduncles di bagian bawah
malai biasanya bantalan lebih panjang beberapa bulir. Oat memiliki bulir besar,
satu sampai beberapa bunga, dan hermafrodit (Ladizinsky, G. 2012).
Spesies oat digolongkan sitologi sesuai dengan jumlah kromosom dalam sel
mereka: diploid (2n=14), tetraploids (2n=28), atau hexaploids (2n=42). Para
diploid dan tetraploids sering disebut spesies yang kecil karena dari kebutuhan
ekonomi jauh lebih sedikit daripada hexaploids di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Berdasarkan O'Mara (1961, dalam Coffman, 1977) spesies Avena dibagi
sebagai berikut:
Tabel 1.1 Pembagian Spesies Avena
Diploid (n = 7) Tetraploids (n = 14) Hexaploids (n = 21)
A. clauda A. barbata A. fatua
A. pilosa A. wiestii A. sativa
A. longiglumis A. vaviloviana A. nuda
A. ventricosa A. abyssinica A. sterilis
A. strigosa A, byzantina
A. orientalis
A. ludovician

G. Budidaya Oat
Oat ditanam sebagai tanaman pendamping dengan kacang-kacangan, dan
untuk mencegah erosi tanah. Oat tumbuh baik pada lempung berpasir sampai
tanah liat dengan drainase yang baik. Pada tanah asam, oat dapat bertahan hidup
lebih baik daripada sereal kecil-biji-bijian lain. Tanah salin dengan kadar Na yang
tinggi tidak cocok. Tingkat pembibitan oat bervariasi tergantung pada lokasi dan
tujuan dilakukannya tanaman yang dibudidayakan. Tingkat benih yang disemai
normalnya sekitar 125-175 kg/hektar. Tingkat pembenihan yang berlebihan akan
menumpuk yang menyebabkan penurunan hasil; meskipun sangat efektif
mencegah pertumbuhan gulma. Harga benih yang lebih rendah digunakan ketika
oat ditanam sebagai tanaman sela dengan kacang-kacangan.
Tingkat penggunaan pupuk biasanya tergantung pada tingkat hasil yang
diinginkan, kesuburan tanah, dan tanaman sebelumnya dibudidayakan. Secara
umum, oat membutuhkan lebih rendah dosis pupuk dari gandum. Dosis pupuk
nitrogen bervariasi dari 50 hingga 100 kg/hektar, sedangkan 30 sampai 40
kg/hektar fosfat, dan 15 sampai 30 kg/hektar kalium umumnya diberikan untuk
mendapatkan hasil yang baik. Dikarenakan pertumbuhan yang kuat, bisa
menyaingi pertumbuhan gulma, meskipun beberapa gulma berdaun lebar harus
dikontrol dengan herbisida yang sesuai (Tiwari, 2014).
H. Komposisi Zat Gizi dan Nutrisi Oats
Komposisi Zat Gizi Oats
Tabel 1.2 Komposisi Zat Gizi Oat per 100 gram

(Astawan dan Leomitro, 2009).

1. Protein
Dibandingkan dengan jenis serealia lainnya, kandungan protein pada Oat
merupakan termasuk yang paling tinggi, yaitu sekitar 15-20%. Protein dalam Oat
mengandung globulin, yang memiliki konsentrasi lisin dan asam amino esensial
lainnya yang lebih tinggi dibandingkan protein yang terkandung dalam komoditas
serealia lainnya, yaitu prolamin. ”High-lysine” pada komoditas serelia lainnya
seperti sorgum dan barli mengalami penurunan pada saat fraksinasi. Berbeda
dengan oat, yang memiliki prolamin yang rendah.
Para peneliti oat telah meneliti konsentrasi protein oat baik yang dihasilkan
dengan teknik basah maupun kering. Sehingga oat sangat baik digunakan sebagai
bahan pangan manusia mupun pakan ternak. Bahkan para peternak dapat
meningkatkan konsentrasi protein oat dengan cara hibridisasi dan seleksi
walaupun menekan peningkatan protein tidak menjadi sesuatu yang penting bagi
sebagian besar untuk program para peternak (Peterson, 2004).
2. Lemak
Lemak oat memiliki konsentrasi tertinggi sekitar 7% jika dibandingkan
dengan komoditas serelia lainnya. Lemak oat yang utama adalah asam palmitat
(16:0), asam oleat (18:1) dan asam linoleat (18:2) dengan proporsi variasi genotip
dan lingkungan pertumbuhan yang relatif. Konsentrasi asam oleat yang tinggi
pada lemak oat sangat baik digunakan untuk makanan yang berlemak jika
dibandingkan untuk pembuatan minyak kedelai dan minyak bunga matahari
karena dianggap baik sebagai minyak nabati untuk kesehatan. konsentrasi lemak
jenuh untuk produk oat yang dianjurkan oleh Food and Drug Administration
(FDA) adalah sebesar 0,7 g dari serat yang terlarut.
3. Karbohidrat dan Pati Oat
Karbohidrat atau pati merupakan komponen yang paling banyak dalam
komoditas serelia. Total karbohidrat yang dimiliki oleh Oat cukup tinggi bila
dibandingkan dengan serealia lainnya, yaitu sekitar 66%. Pati oat mengandung
amilosa sekitar 25-30%. Pati oat memiliki karakteristik gelatinisasi yang khas
tetapi sangat rentan dan cenderung menunjukkan reaksi seperti waxy starch.
Sebagian pati oat yang dihidrolisis (amilodekstrin terlarut) dapat dipakai sebagai
pembentuk komponen utama dari oatrim (Peterson, 2004).
4. β-Glukan
Oat dan Barli mempunyai konsentrasi ikatan β-glukan (serat terlarut) yang
tinggi sebagai komponen dari dinding sel endosperma. Adanya serat terlarut
tersebut memberikan tekstur seperti gum pada oat dan oat dapat berlaku seperti
lemak yang dapat membentuk gel pada suhu ruang dan mencair selama
pemasakan. Serat larut tersebut membantu menurunkan tingkat kolesterol dalam
darah. Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap manusia dan hewan
percobaan menunjukkan bahwa diet dengan menggunakan β-glukan oat dapat
menurunkan kolestrol sehingga akan mengurangi resiko penyakit liver. Beberapa
penelitian lain menunjukkan bahwa β-glukan yang terkandung dalam oat dapat
memperlambat peningkatan gula darah apabila dihubungkan dengan penyakit
diabetes (Bowers, 2005).
Secara signifikan, oats memiliki sifat hipokolesterolemik, menurunkan total
dan LDL-kolesterol hingga 2-23%. Hasil ini diperoleh dengan memberikan 35-
120 gram oat per hari dalam bentuk oat bran, oatmeal, oat atau permen karet
untuk laki-laki dan perempuan normocholesterolemic dan hiperkolesterolemia
berusia 20-70 tahun, dengan hasil hipokolesterolemik lebih besar pada subjek
dengan kadar kolesterol darah yang tinggi. Efek penurunan kolestrol oleh oat telah
diakui US Food and Drug Administration pada tahun 1997 setelah kajian yang
luas dari 42 uji klinis. Klaim kesehatan foodspecific pertama menyatakan bahwa
"Serat larut dari makanan seperti oat bran, gandum digulung atau oatmeal, dan
seluruh tepung oat, sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dan kolesterol,
dapat mengurangi risiko penyakit jantung". Asupan yang direkomendasikan ntuk
efek penurun kolesterol adalah 3 g oat beta-glucan per hari. Beta-glukan
merupakan komponen aktif utama gandum yang dapat mengurangi kolesterol.
Ketika beta-glukan diberikan dengan dosis yang tepat, pengurangan signifikan
pada kolesterol darah lebih besar dapat diamati sebagai nilai beta-glucan yang
naik (Katz, 2001).
Oat menurunkan kadar kolesterol darah melalui pembentukan gel kental
dengan serat larut oat. Cara kerjanya ialah mengikat asam empedu dan
meningkatkan ekskresi dalam feses. Serat larut juga dapat menunda pengosongan
lambung dan mengurangi konsentrasi insulin postprandial, yang juga menghambat
kolesterol biosinthesis. Dan telah ada beberapa indikasi bahwa serat larut oat
dapat mengurangi kolesterol dalam usus penyerapan (Katz, 2001).
Kandungan nutrisi yang cukup berbobot pada oat, menyebabkan oat dapat
dipandang sebagai salah satu serealia yang dapat dikonsumsi manusia. Hal ini
dikarenakan oat selama ini hanya digunakan sebagai pakan ternak. Biji oat kaya
akan berbagai macam nutrisi seperti, karbohidrat, lemak, vitamin E dan 9 mineral
termasuk kalsium.
Pada Tabel 1.3 ditunjukkan kandungan nutrisi dalam 100 gram oat.
Tabel 1.3 Kandungan nutrisi dalam 100 g oats
Nutrisi Jumlah % Kelebihan Kandungan Nutrisi
bila Dibandingkan Gandum
Energi 389 KCal 19 %
Total lemak 6,9 Gms 348 %
Vitamin E 1,09 mg Infinite
Thiamin 0,763 mg 99%
Riboflavin 0,139 mg 21 %
Folacin 56 mg 47 %
Potassium 429 mg 18 %
Kalsium 54 mg 86 %
Phospor 523 mg 82 %
Magnesium 177 mg 40 %
Zat besi 4,72 mg 48 %
Zinc 3,97 mg 50 %
Asam 1,349 mg 41 %
pantotenat
Copper 0,626 mg 44 %
Mangan 4,916 mg 23 %

I. PRODUK OLAHAN OAT


Oat sering dipakai sebagai bahan mentah untuk pembuatan berbagai macam
produk makanan seperti kue, roti, biskuit, makanan ringan (snack), minuman dan
sereal untuk sarapan pagi seperti oat flakes. Oat flakes dibuat dengan teknik
menggulung (rolled) atau dengan menggiling (milling) dari groat oat secara
keseluruhan. Bentuk sereal yang berasal dari oat dikategorikan menjadi tiga tipe
yaitu old fashioned oat flakes, quick oat flakes dan instant oat flakes. Semua
produk oat flakes pada umumnya hampir sama, tetapi yang membedakannya
adalah ketebalan yang dihasilkan dari tingkat karakteristik absorpsi sehingga
dapat dibedakan secara visual (North American Millers’ Association, 2006).
Quick oat flakes adalah flakes tipis dan dibuat dengan menggiling cut groat
dan disiapkan dengan pemasakan selama 5 menit. Instant oat flakes hampir sama
dengan quick oat tetapi dengan perlakuan tambahan, seperti penggabungan gum
untuk memperbaiki hidrasi. Untuk dapat dikonsumsi instant oat flakes hanya perlu
ditambahkan air panas tanpa adanya pengolahan lebih lanjut (Herbst, 1995)
Langkah utama dalam produksi oat flakes tradisional meliputi penerimaan biji
oat, pengeringan (drying), pembersihan (cleaning), penghilangan sekam (hulling),
steaming, flattening dan pengemasan
1. Penerimaan Biji Oat
Untuk mendapatkan kualitas hasil gilingan yang baik maka sebelum digiling
dilakukan pemeriksaan pada bahan mentah. Menurut Fast and Elwood (2000),
pemeriksaan tersebut meliputi test weight, sound count dan width test. Test
weight bertujuan untuk mengukur berat groat yang akan digiling nantinya. Berat
minimal yaitu 36 ponds per gantang. Karena bagian yang dikonsumsi dari oat
adalah groat, maka diharapkan rasio groat terhadap sekam lebih besar.
Berdasarkan penelitian perbandingannya bervariasi antara 67,4–74,2%. Sound
count didefinisikan sebagai biji standar, termasuk biji dan pecahan biji yang tidak
mengalami kerusakan karena cuaca, penyakit, pembekuan, pemanasan, hama,
jamur atau materi lain yang dapat menyebabkan kerusakan. Dan biji standar
tersebut tidak boleh kurang dari 96% dari bagian biji yang akan diolah.
Pengukuran width test juga sangat penting karena biji oat yang kurus mempunyai
kandungan groat yang rendah dan dapat hilang selama cleaning. Setelah dianggap
sesuai, dilakukan preliminary cleaning pada oat yaitu biji oat dilewatkan separator
atau vacuum cleaner yang cukup besar untuk menghilangkan jerami, gulma atau
biji–bijian lain selain oat, selanjutnya oat disimpan sesuai dengan kriteria giling.
2. Pengeringan (Drying)
Untuk melindungi biji dari kebusukan selama penyimpanan kadar air biji
tidak boleh lebih dari 16%, karenanya oat dikeringkan dahulu dengan udara panas
dengan suhu maksimal 40oC. Suhu pengeringan yang melebihi 40oC dapat
menyebabkan kekuatan biji akan hilang. Kemudian biji disimpan di silos sesuai
dengan kualitas giling. Kualitas giling tersebut termasuk hasil test weight dan
daerah asal oat. Data tersebut sangat diperlukan atas pertimbangan agar
didapatkan produk yang seragam dengan kualitas yang baik (Fast and Elwood,
2000). Selama dalam penyimpanan aerasi dalam silos harus dijaga dengan baik
dan suhu direkam setiap hari.
3. Pembersihan (Cleaning)
Cleaning bertujuan menghilangkan materi asing seperti debu, batang dan biji
gulma yang tidak hilang pada preliminary cleaning serta oat yang tidak sesuai
untuk digiling.
4. Penghilangan sekam (Hulling)
Kebanyakan proses penghilangan sekam (hulling) menggunakan impact
huller, dimana sekam dipisahkan dengan groat dengan cara dibenturkan. Cara
yang lain menggunakan tradisonal stone huller.
5. Steaming
Perlakuan pemanasan yang tidak tepat pada oat dapat merangsang ketengikan
oksidatif. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dapat ditambahkan antioksidan
untuk memperpanjang daya simpan sekitar 10–20%. Apabila penanganan sudah
tepat maka penambahan antioksidan tidak diperlukan lagi. Pemanasan
pendahuluan dalam rangka untuk meningkatkan aroma dapat membahayakan. Hal
ini karena panas yang dibutuhkan untuk mencapai aroma yang diinginkan dapat
merangsang ketengikan secara oksidatif. Ketika radikal bebas bereaksi maka tidak
akan diketahui kapan akan berhenti. Hal ini terus berlanjut ke semua bagian,
walaupun bagian tengah tidak dipanasi (Kobs, 1999).
6. Flattening
Kemudian produk yang dihasilkan akan masuk ke dalam sizing sistem
dimana biji digolong–golongkan berdasar ukurannya. Groat yang berukuran besar
kemudian masuk ke dalam aliran groat, sementara groat yang berukuran kecil dan
pecahannya masuk ke dalam sistem pemotongan. Pada sistem pemotongan ini
diproduksi jenis steel cut. Kemudian dari sistem ini produk diayak untuk
dipisahkan lagi. Potongan yang besar disebut large steel cut, potongan yang kecil
disebut baby steel cut, dimana baby steel cut diproduksi dari bahan ini, sedangkan
yang lain disebut regular steel cut (Clark, 2006). Kemudian flakes dibentuk
menjadi serpihan dengan cara digulung (rolled) dengan dua gulungan besi yang
seimbang secara cepat. Dari roller tersebut dihasilkan bentuk akhir produk quick
oat flakes lebih tipis daripada old fashioned oat flakes. Selain itu diungkapkan
oleh bahwa setelah mengalami rolling, groat dikeringkan dan dipanggang dalam
rotary atau conveyor ovens hingga kadar air mencapai 11%. Jika diinginkan groat
yang dilapisi gula atau aroma lain, maka groat dilewatkan drum yang berisi bahan
tersebut kemudian dikeringkan kembali (North American Millers’ Association,
2006).
7. Pengemasan (Packing)
Setelah melalui roller, produk didinginkan kemudian dikemas secara
otomatis. Menurut Fast and Elwood, 2000 Kemasan standart untuk produk quick
oat flakes dan old fashioned oat flakes berupa tabung fiber. Sedangkan untuk
instant oat flakes dikemas dalam karton. Oat sering dipakai sebagai bahan mentah
untuk pembuatan berbagai macam produk makanan seperti kue, roti, biskuit,
makanan ringan (snack), minuman dan sereal untuk sarapan pagi seperti oat
flakes. Oat juga bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak seperti burung.
BAB III

METODE PERCOBAAN

a. Alat dan bahan

b. Cara kerja
BAB IV
PENUTUP
 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum analisa kadar protein yang sudah dilakukan,
didapatkan bahwa metode Kjeldhal menghasilkan ketelitian yang rendah dan
semua komponen lain yang mengandung nitrogen ikut terhitung sebagai nitrogen
protein. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur tersebut
pun cukup lama. Kadar protein dalam “ Quaker Oatmeal”.
DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, Nuri. 2011. Analisis Pangan.Penerbit : Dian Rakyat, Jakarta.


Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro.Penerbit : Dian
Rakyat, Jakarta.
Kuswanto, Kapti Rahayu dan Slamet Sudarmaji. 1989. Mikrobiologi
Pangan.Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta : Universitas
Gajah Mada.
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga:Jakarta Sudarmadji,
Slamet. 2010. Analis Bahan Makanan dan Pertanian.Penerbit : Liberty,
Jakarta.
Tranggono, Setiaji B., Suhardi, Sudarmanto, Y. Marsono, Agnes Murdianti,
Indah S.U., dan Suparmo. Biokimia Pangan.Pusat Antar Universitas Pangan
dan gizi, UGM.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai