PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1)
Bagian dari buah kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang selanjutnya
diolah menjadi bubuk coklat yang biasa digunakan sebagai minuman penyegar
dan makanan ringan. Di Indonesia, pada tahun 1999 produksi kakao sebesar 417,5
ribu ton dan pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton. Produksi yang tinggi
kulit buah kakao yang dihasilkan dalam jumlah banyak akan menjadi masalahjika
tidak ditangani dengan baik. Produksi limbah padat ini mencapai sekitar 60 %dari
Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang
menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para
teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang.
Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak
Kompos kulit buah kakao mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman kakao, tetapi kandungan unsur haranya masih sedikit dan memiliki pH
yang rendah, sedangkan kascing selain mengandung unsur hara makro dan mikro,
memberikan hasil terbaik terhadap perbaikan beberapa sifat kimia (Sudirja, 2005).
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
(Agromedia, 2007)
memiliki punggung longitudinal yang ramping. Kayu bagian luar terisi kaku oleh
kambium dan semakin lama menjadi cekung oleh waktu. Unsur pokok dari batang
dan berselang diatas, besar, ovate, cordate, kebanyakan berat dan ditopang oleh
panjang dan 12 sentimeter lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas
Bunga dari capitulum memiliki 2 tipe: sebaris luar yang memiliki warna
cerah, steril, bunga pita, yang biasanya berwarna kuning tetapi bisa berubah dari
kuning tua menjadi merah dan cokelat atau piringan bunga keunguan. Bunga bisa
menjadi 1000-4000 per bunga, yang tersusun atas lingkaran spiral yang teratur di
4
tengah dari bunga majemuk dan matang secara progresif dari bagian terluar ke
mm,dan berwarna putih kotor. Sedangkan morfologi biji (Semen) pada Helianthus
annuus L memiliki ujung lancip, pipih, berbulu, bergaris putih, panjangi 10 mm,
Biji bervariasi cukup besar pada ukuran dan berat, tetapi secara umum
padat, berbujur rata, dengan potongan kerucut atas dan tempat dasar, potongan
diamon yang kasar pada belahan dan biasanya pada kisaran panjang 10-25 mm,
lebar 7.5-15 mm dan ketebalan 3-7.5. berat 1000 biji berubah-ubah dari 50 g pada
berbagai waktu. Tentang perhitungan susunan minyak, muncul bahwa ada sedikit
perbedaan antara varietas berisi minyak rendah dengan minyak tinggi, tetapi total
Syarat Tumbuh
Iklim
daerah yang panas dengan sinar matahari penuh, namun dalam pertumbuhannya
dapat tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1000 m dpl dengan curah hujan 50-
80 mm/bulan. Di Afrika Selatan tipe pendek ditanam pada lahan dengan curah
daerah tropis tumbuh baik pada ketinggian sedang sampai tinggi, namun toleran
pada daerah dataran rendah kering dan tidak toleran terhadap naungan.
Tanah
tumbuh di area yang sangat kering. Bagi kebanyakan tanaman, cukup resisten
kondisi yang lebih basah. Tanaman ini dapat ditanam pada rentang kondisi tanah
bervariasi, antara 3 bulan dan 3.5-4.5 bulan, tergantung dari varietas. Di negara
empat musim, bunga matahari merupakan tanaman musim panas yang dalam
terhadap suhu panas maupun dingin, meskipun demikian ada beberapa varietas
Tanaman ini tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air karena
Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman umumnya berkisar antara 300
dan 700 mm, walaupun hal ini bergantung pada kultivar tanaman, tipe tanah dan
iklim.
6
7
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud
untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya
tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang
baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia
haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur
tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan
13 unsur lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K),
Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau
Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn),
dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao.
sekitarperkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah
dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman
(Darmono, 1999).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar
fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini
9
hara pupuk pada daun gugur dan kulit buah dengan produktivitas 1000 kg biji
kering/ha yaitu 200 kg Urea, 75 kg TSP, 640 kg KCl, dan 210 kg Kiserit per ha.
Jika limbah ini dimanfaatkan sebagai pupuk, petani telah ikut berperan membantu
Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya Kalium
dan Nitrogen. Dilaporkan bahwa 61% dari total nitrogen buah kakao disimpan
dalam kulit buah. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa kandungan hara
kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,62% C-organik,
0,31% P₂O₅, 6,08%K₂O, 1,22% CaO, 1,37% MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK.
Aplikasi kompos kulit kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48% pada
Proses ekstraksi kompos limbah kulit buah kakao secara biologi dilakukan
dengan mencampur kompos organik yang telah matang dengan air (1 : 5) 1 bagian
kondisi aerob dan waktu fermentasi 8 hari. Setelah fermentasi, kompos disaring
(Nappu, 2011).
berikut : limbah kakao (dedaunan dan kulit buah) dikumpulkan pada tempat yang
ditambahkan Mikro Organisme Lokal (MOL) yaitu produk mikroba pada setiap
yang disebut dengan ekstrak proses fermentasi. Dari proses tersebut dihasilkan
(Darman, 2008).
kemudian dicampurkan dengan kotoran. Kulit kakao berukuran besar dan panjang
memperoleh ekstrak kompos yang disebut dengan ekstrak proses fermentasi. Hasil
Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman
dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai
bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang
sangat potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar
86%, dan kadar bahan organiknya sekitar 55,7% (Astria dan Suntari, 2017).
Dalam pembuatan media tanam, tanah diambil dari lapisan atas dengan
polibag. Kemudian dicampurkan dengan kompos kulit kakao dan dicampur secara
perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah
dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman
(Darmono, 1999).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar
fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini
Kulit buah kakao merupakan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam
bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan
12
organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat
potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar 86 %,
yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,62% C-organik, 0,31%
P2O5, 6,08%K2O, 1,22% CaO. Aplikasi kompos kulit kakao dapat meningkatkan
produksi hingga 19,48% pada tanaman. Pada tanaman berumbi karena tingginya
kalium menyebabkan penyerapan air dan hara yang lebih baik dan translokai
Salah satu limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah
dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao. Kulit buah kakao mengandung
protein 9,69%, glukosa 1,16%, sukrosa 0,18%, pektin 5,30%, dan Theobromin
0,20%. Kompos kulit kakao memberikan peningkatan kadar kalium pada tanah
lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK (Rosniawaty, 2005).
Kompos kulit buah kakao mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman umbi uwi dan merupakan pupuk organik yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga mampu menghasilkan
tekstur tanah yang baik dalam proses pembentukan buah kopi (Darmono, 1999).
tanaman kopi. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk organik berperan sebagai
perkembangan daun yang. Akibatnya tingkat absorbsi unsur hara dan air oleh
Kulit buah kakao merupakan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam
bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan
organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat
potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar 86 %,
KESIMPULAN
1. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
2. Kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81%
(dekomposer).
lebih lancar sehingga mampu membentuk kopi yang memiliki buah yang
banyak.
15
DAFTAR PUSTAKA
Budiyah. 2004. Pemanfaatan Kompos dan Protein Jagung (Corn Gluten Meal)
Dalam Pembuatan Mie Jagung Instan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan.
Mayasari, S. 2010. Kajian Karakteristik Kimia Dan Sensoris Sosis Tempe Umbi-
Umbian Dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Dengan Bahan Biji
Berkulit Dan Tanpa Kulit. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sembiring, A. 2014. Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) dan
Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi pada
Sistem Pola Timpang Sari. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Widodo, R. 2010. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Umbi Uwi. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.