Anda di halaman 1dari 15

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat

dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan

teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya

bisa ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi

budidaya kopi poliklonal (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1)

teknik penyediaan sarana produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik

penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem

pemasarannya. Keempat-empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan

yang harus diterapkan dengan baik dan benar poliklonal

(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).

Bagian dari buah kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang selanjutnya

diolah menjadi bubuk coklat yang biasa digunakan sebagai minuman penyegar

dan makanan ringan. Di Indonesia, pada tahun 1999 produksi kakao sebesar 417,5

ribu ton dan pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton. Produksi yang tinggi

menghasilkan kulit buah kakao sebagai limbah perkebunan meningkat. Limbah

kulit buah kakao yang dihasilkan dalam jumlah banyak akan menjadi masalahjika

tidak ditangani dengan baik. Produksi limbah padat ini mencapai sekitar 60 %dari

total produksi buah (Rosniawaty, 2005).

Pertanian organik merupakan suatu sistem yang hidup dan dinamis yang

menjawab tuntutan dan kondisi yang bersifat internal maupun eksternal. Para

pelaku pertanian organik didorong meningkatkan efisiensi dan produktifitas, tetapi


2

tidak boleh membahayakan kesehatan dan kesejahteraannya. Karenanya,

teknologi baru dan metode-metode yang sudah ada perlu dikaji dan ditinjau ulang.

Maka, harus ada penanganan atas pemahaman ekosistem dan pertanian yang tidak

utuh (Widodo, 2010).

Kompos kulit buah kakao mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman kakao, tetapi kandungan unsur haranya masih sedikit dan memiliki pH

yang rendah, sedangkan kascing selain mengandung unsur hara makro dan mikro,

dapat meningkatkan pH juga menghasilkan zat pengatur tumbuh untuk

merangsang pertumbuhan bibit kakao. Kombinasi keduanya diharapkan dapat

memberikan hasil terbaik terhadap perbaikan beberapa sifat kimia (Sudirja, 2005).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui peran

pemberian kompos kulit kakao terhadap pertumbuhan bibit kopi

(Coffea arabica L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilain di Praktikum Perkebunan C: Kopi,

Kakao, Teh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Klasifikasi ilmiah dari tanaman kopi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae, Subkingdom : Tracheobionta, Super Divisi : Spermatophyta,

Divisi : Dicotyledoneae, Kelas : Angiospermae, Sub Kelas : Asteridae,

Ordo : Rubiales, Famili : Rubiaceae, Genus : Coffea, Spesies : Coffea arabica L.

(Agromedia, 2007)

Bunga matahari mempunyai sistem akar tunggang, berwarna putih kotor.

Diameter akar tanaman ini tidak terlalu besar

Batang bunga matahari kuat, bulat, biasanya berdiameter 3 cm tetapi

kadang-kadang mencapai 10 cm, menghasilkan rambut-rambut kasar dan

memiliki punggung longitudinal yang ramping. Kayu bagian luar terisi kaku oleh

kambium dan semakin lama menjadi cekung oleh waktu. Unsur pokok dari batang

pada bunga matahari dari mesir memiliki 53 % selulosa, 17 % Lignin, 17 %

pentosan, 3 % protein kasar, dan 8 % abu

Daun biasanya berselang seling, sempat berlawanan pada batang terbawah

dan berselang diatas, besar, ovate, cordate, kebanyakan berat dan ditopang oleh

tangkai yang panjang. Daun tunggal berbentuk jantung sepanjang 15 sentimeter

panjang dan 12 sentimeter lebar dengan gagang daunnya yang panjang kemas

tersusun pada batang pokoknya yang keras dan berbulu

Bunga dari capitulum memiliki 2 tipe: sebaris luar yang memiliki warna

cerah, steril, bunga pita, yang biasanya berwarna kuning tetapi bisa berubah dari

kuning tua menjadi merah dan cokelat atau piringan bunga keunguan. Bunga bisa

menjadi 1000-4000 per bunga, yang tersusun atas lingkaran spiral yang teratur di
4

tengah dari bunga majemuk dan matang secara progresif dari bagian terluar ke

bagian tengan dari piringan

Buah pada Helianthus annuus L. kecil, bentuk tabung, diameter ± 3

mm,dan berwarna putih kotor. Sedangkan morfologi biji (Semen) pada Helianthus

annuus L memiliki ujung lancip, pipih, berbulu, bergaris putih, panjangi 10 mm,

lebar ± 7 mm, dan berwarna hitam

Biji bervariasi cukup besar pada ukuran dan berat, tetapi secara umum

padat, berbujur rata, dengan potongan kerucut atas dan tempat dasar, potongan

diamon yang kasar pada belahan dan biasanya pada kisaran panjang 10-25 mm,

lebar 7.5-15 mm dan ketebalan 3-7.5. berat 1000 biji berubah-ubah dari 50 g pada

berbagai waktu. Tentang perhitungan susunan minyak, muncul bahwa ada sedikit

perbedaan antara varietas berisi minyak rendah dengan minyak tinggi, tetapi total

isi biji tegantung dengan perhitungan susunan sel kotiledon

Syarat Tumbuh

Iklim

Bunga matahari memiliki daerah adaptasi yang luas dan membutuhkan

daerah yang panas dengan sinar matahari penuh, namun dalam pertumbuhannya

tidak dipengaruhi oleh fotoperiodisme. Pertumbuhan bunga matahari yang

optimal dicapai pada suhu di atas 10º C

Dengan ketinggian tempat sedang sampai tinggi. Di Indonesia tanaman ini

dapat tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1000 m dpl dengan curah hujan 50-

80 mm/bulan. Di Afrika Selatan tipe pendek ditanam pada lahan dengan curah

hujan 250 mm/tahun


5

Bunga matahari tumbuh dari daerah khatulistiwa sampai 55 º LS. Pada

daerah tropis tumbuh baik pada ketinggian sedang sampai tinggi, namun toleran

pada daerah dataran rendah kering dan tidak toleran terhadap naungan.

Tanah

Tanaman ini mempunyai sistem perakaran yang efisien sehingga dapat

tumbuh di area yang sangat kering. Bagi kebanyakan tanaman, cukup resisten

terhadap kekeringan kecuali selama pembungaan. Untuk tipe besar membutuhkan

kondisi yang lebih basah. Tanaman ini dapat ditanam pada rentang kondisi tanah

yang luas termasuk tanah miskinyang berdrainase baik

Bunga matahari merupakan tanaman semusim dengan masa tumbuh

bervariasi, antara 3 bulan dan 3.5-4.5 bulan, tergantung dari varietas. Di negara

empat musim, bunga matahari merupakan tanaman musim panas yang dalam

pertumbuhannya tidak dipengaruhi oleh fotoperiodisitas. Tanaman ini toleran

terhadap suhu panas maupun dingin, meskipun demikian ada beberapa varietas

yang mampu bertahan pada suhu yang lebih rendah.

Tanaman ini tidak dapat hidup di daerah yang tergenang air karena

perakarannya mudah membusuk, sehingga memerlukan drainase yang baik.

Kebutuhan air selama masa pertumbuhan tanaman umumnya berkisar antara 300

dan 700 mm, walaupun hal ini bergantung pada kultivar tanaman, tipe tanah dan

iklim.
6
7

PEMBERIAN KOMPOS KULIT KAKAO TERHADAP PERTUMBUHAN


BIBIT KOPI (Coffea arabica L.)

Pengertian Pupuk Organik

Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud

untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya

tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang

baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia

mennyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur hara. Sedangkan sifat biologis

menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah (Widodo, 2010).

Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar

haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk

kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut

kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan

limbah kota (Sitepu, 2011).

Menurut hasil penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16

unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur

tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan

13 unsur lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K),

Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau

Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn),

Boron (B), dan (Mo) (Aulia, 2013).

Kompos memberikan peningkatan kadar kalium pada tanah lebih tinggi

dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan


8

pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea),

menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK (Darmono, 1999).

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada

kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk

kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut

kelapa), (sampah) (Widodo, 2010).

Kompos Kulit Kakao

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran

bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai

macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau

anaerobic (Sitepu, 2011).

Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao.

Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan di

sekitarperkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah

dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman

(Darmono, 1999).

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan

pertumbuhan tanaman. Kompos memberikan peningkatan kadar kalium pada

tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar

fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini
9

menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica

oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK (Sitepu, 2011).

Limbah kakao mengandung sejumlah unsur hara penting. Jumlah unsur

hara pupuk pada daun gugur dan kulit buah dengan produktivitas 1000 kg biji

kering/ha yaitu 200 kg Urea, 75 kg TSP, 640 kg KCl, dan 210 kg Kiserit per ha.

Jika limbah ini dimanfaatkan sebagai pupuk, petani telah ikut berperan membantu

program pemerintah dalam hal penghematan penggunaan energi (pupuk buatan)

dan pembangunan berwawasan lingkungan (Nappu, 2011).

Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya Kalium

dan Nitrogen. Dilaporkan bahwa 61% dari total nitrogen buah kakao disimpan

dalam kulit buah. Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa kandungan hara

kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,62% C-organik,

0,31% P₂O₅, 6,08%K₂O, 1,22% CaO, 1,37% MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK.

Aplikasi kompos kulit kakao dapat meningkatkan produksi hingga 19,48% pada

tanaman (Tambak et al., 2013).

Pembuatan Kompos Kulit Kakao

Proses ekstraksi kompos limbah kulit buah kakao secara biologi dilakukan

dengan mencampur kompos organik yang telah matang dengan air (1 : 5) 1 bagian

kompos + 5 bagian air, kemudian dimasukkan dalam wadah fermentasi dengan

kondisi aerob dan waktu fermentasi 8 hari. Setelah fermentasi, kompos disaring

untuk memperoleh ekstrak kompos .Hasil ekstrak proses fermentasi dianalisis di

Laboratorium, untuk mengetahui kandungan N, P dan K (Darman, 2008).

Untuk dapat menjadi pupuk organik, limbah kakao harus mengalami

dekomposisi (pelapukan), melalui pemanfaatan mikro organisme tanah


10

(dekomposer). Beberapa Mikro Organisme Lokal (MOL) teridentifikasi potensial

sebagai dekomposer dan beberapa produk MOL sudah beredar/dipasarkan di

lapang dan di antaranya dapat dikembangkan secara sederhana oleh petani

(Nappu, 2011).

Prosedur pengolahan limbah kakao menjadi pupuk organik adalah sebagai

berikut : limbah kakao (dedaunan dan kulit buah) dikumpulkan pada tempat yang

sudah disiapkan, kemudian dicampurkan dengan kotoran. Limbah kakao

berukuran besar dan panjang dipotong-potong/ dicincang). Selanjutnya,

ditambahkan Mikro Organisme Lokal (MOL) yaitu produk mikroba pada setiap

tumpukan 30 cm hingga mencapai + 1 meter. Untuk 1 ton limbah kakao diberikan

aktivator 5 liter. (Tambak et al., 2013).

Wadah fermentasi dengan kondisi aerob dan waktu fermentasi 8 hari.

Setelah fermentasi selesai, kompos disaring untuk memperoleh ekstrak kompos

yang disebut dengan ekstrak proses fermentasi. Dari proses tersebut dihasilkan

kompos, kemudian disaring secara fisik dengan cara mengayak kompos.

Selanjutnya siap diaplikasikan pada tanaman. Sebelum diaplikasi kompos

dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan hara kompos kulit kakao

(Darman, 2008).

Limbah kulit kakao dikumpulkan pada tempat yang sudah disiapkan,

kemudian dicampurkan dengan kotoran. Kulit kakao berukuran besar dan panjang

dipotong-potong/ dicincang). Setelah fermentasi selesai, kompos disaring untuk

memperoleh ekstrak kompos yang disebut dengan ekstrak proses fermentasi. Hasil

ekstrak proses fermentasi dianalisis di Laboratorium, untuk mengetahui

kandungan N, P dan K (Nappu, 2011).


11

Cara Aplikasi Kompos Kulit Kakao

Kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman

dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai

bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang

sangat potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar

86%, dan kadar bahan organiknya sekitar 55,7% (Astria dan Suntari, 2017).

Dalam pembuatan media tanam, tanah diambil dari lapisan atas dengan

kedalaman 0- 20 cm. Kemudian tanah ditumbuk dan disaring dengan saringan

berukuran 2 mm lalu tanah ditimbang sebanyak 5 kg dan dimasukan ke dalam

polibag. Kemudian dicampurkan dengan kompos kulit kakao dan dicampur secara

merata (Tambak et al., 2013).

Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan

kakao.Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan di sekitar

perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah

dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman

(Darmono, 1999).

Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan

pertumbuhan tanaman. Kompos memberikan peningkatan kadar kalium pada

tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar

fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini

menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica

oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK (Sitepu, 2011).

Kulit buah kakao merupakan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam

bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan
12

organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat

potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar 86 %,

dan bahan organiknya (Astria dan Suntari, 2017)

Pemberian Kompos Kulit Kakao Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi


(Coffea arabica L.)

Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa kandungan hara kompos

yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81% N, 26,62% C-organik, 0,31%

P2O5, 6,08%K2O, 1,22% CaO. Aplikasi kompos kulit kakao dapat meningkatkan

produksi hingga 19,48% pada tanaman. Pada tanaman berumbi karena tingginya

kalium menyebabkan penyerapan air dan hara yang lebih baik dan translokai

karbohidrat lebih lancar sehingga mampu meningkatkan jumlah buah kopi

(Tambak et al., 2013).

Salah satu limbah pertanian yang baru sedikit dimanfaatkan adalah limbah

dari perkebunan kakao yaitu kulit buah kakao. Kulit buah kakao mengandung

protein 9,69%, glukosa 1,16%, sukrosa 0,18%, pektin 5,30%, dan Theobromin

0,20%. Kompos kulit kakao memberikan peningkatan kadar kalium pada tanah

lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK (Rosniawaty, 2005).

Kompos kulit buah kakao mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman umbi uwi dan merupakan pupuk organik yang digunakan untuk

memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga mampu menghasilkan

tekstur tanah yang baik dalam proses pembentukan buah kopi (Darmono, 1999).

Pupuk organik kompos yang diberikan mampu memacu metabolisme pada

tanaman kopi. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk organik berperan sebagai

penyusun protein sedangkan fosfor dan kalsium berperan dalam memacu


13

pembelahan jaringan meristem dan merangsang pertumbuhan akar dan

perkembangan daun yang. Akibatnya tingkat absorbsi unsur hara dan air oleh

tanaman sampai batas optimumnya yang akan digunakan untuk pembelahan,

perpanjangan dan diferensiasi sel (Sitepu, 2011).

Kulit buah kakao merupakan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam

bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan

organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat

potensial sebagai media tumbuh tanaman. Kadar air untuk kakao sekitar 86 %,

dan bahan organiknya (Rosniawaty, 2005).


14

KESIMPULAN

1. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,

seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.

2. Kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81%

N, 26,62% C-organik, 0,31% P₂O₅, 6,08%K₂O, 1,22% CaO, 1,37% MgO,

dan 44,85 cmol/kg KTK.

3. Untuk dapat menjadi pupuk organik, limbah kakao harus mengalami

dekomposisi (pelapukan), melalui pemanfaatan mikro organisme tanah

(dekomposer).

4. Cara aplikasi kompos kulit kakao yaitu dengan mencampurkannya pada

media tanam yang digunakan.

5. Kompos kulit kakao yang diberikan menyebabkan translokai karbohidrat

lebih lancar sehingga mampu membentuk kopi yang memiliki buah yang

banyak.
15

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, R. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Umbi.


Universitas Sumatera Utara, Medan.

Budiyah. 2004. Pemanfaatan Kompos dan Protein Jagung (Corn Gluten Meal)
Dalam Pembuatan Mie Jagung Instan. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Darmono dan Tri Panji. 1999. Penyediaan Kompos Kulit Buah Kakao Bebas
Phytophthora palmivora. Warta Penelitian Perkebunan.

Febriana, N. 2014. Pengaruh Defisit Evapotranspirasi Terhadap Pertumbuhan


Dan Efisiensi Penggunaan Air Pada Tiga Varietas Umbi Uwi.
Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Marianah, L. 2012. Teknologi Budidayah Umbi- Umbian. Balai Pelatihan


Pertanian (BPP),Jambi.

Mayasari, S. 2010. Kajian Karakteristik Kimia Dan Sensoris Sosis Tempe Umbi-
Umbian Dan Kacang Merah (Phaseolus vulgaris) Dengan Bahan Biji
Berkulit Dan Tanpa Kulit. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rahma, H. 2010. Karakterisasi Senyawa Bioaktif Isovlavon Dan Uji Aktivitas


Antioksidan Dari Ekstrak Etanoltempe Berbahan Baku Umbi-
Umbian Koro Hitam (Lablab purpureus. L.), Dan Koro Kratok
(Phaseolus lunatus. L.). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rosniawaty, S. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao Dan Kascing


Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacaoL.) Kultivar
Upper Amazone Hybrid (UAH). Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sembiring, A. 2014. Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogeal L.) dan
Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi pada
Sistem Pola Timpang Sari. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sitepu, D.S. 2011.ResponDua Varietas Tanaman Kedelai Hitam (Glycine soja)


Terhadap Pemberian Beberapa Jenis Pupuk Organik. Universitas
SumateraUtara, Medan.

Theodoric. 2014. Strategi peningkatan Produksi Umbi- Umbian. Universitas


Sumatera Utara, Medan.

Wibowo, A. 2014. Pertumbuhan Umbi-Umbian Yang Ditanam Secara


Tumpangsari. Fakultas Pertanian Gadjah Mada, Yogyakarta.

Widodo, R. 2010. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Dan Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Umbi Uwi. Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai