Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum. Bank Umum sering disebut bank
Komersil. Tugas pokok bank umum adalah menghimpun dana dari masyarakat, memberikan
pinjaman kepada masyarakat, dan memberikan jasa melalui mekanisme keuangan kepada
masyarakat.

Pengertian lain bank umum adalah bank yang mengkhususkan dirinya pada kegiatan
tertentu. Misalnya, melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan dalam
mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah,
pengembangan ekspor nonmigas, dan pengembangan pembangunan perumahan. Menurut
undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana yang telah di ubah dengan
undang-undang No. 10 tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa ada dua kegiaatan pokok dari bank, yaitu
pertama, kegiatan pengumpulan dana atas dasar kepercayaan dari masyarakat. Kegiatan
kedua adalah penyalur dana kepada masyarakat dalam rangka mengangkat taraf hidup
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari bank ?
2. Apa saja pengertian dan ruang lingkup Bank Umum ?
3. Apa pengertian dan ruang lingkup Bank Perkreditan Rakyat (BPR)?
4. Apa saja sumber-sumber dana dari bank ?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami apa itu bank dan ruang lingkup didalam bank.
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana ruang lingkup didalam Bank Perkreditan
Rakyat(BPR).
3. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami dari mana saja sumber-sumber dana dari
bank.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank


Asal dari kata bank adalah dari bahasa Italia yaitu bancayang berarti tempat penukaran
uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang
umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang,
dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote.
Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
1998 dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,
menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan
dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan
pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang
menabung. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat.
Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama
tersebut.
Jenis-jenis Bank

1. Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam
sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi
uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya.

2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan
berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari
menciptakan sendiri uang giral.

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

4. Bank Syariah, yaitu bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil (sesuai kaidah
ajaran islam tentang hukum riba).

Fungsi Bank
1. Penghimpun dana Untuk menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana maka bank
memiliki beberapa sumber yang secara garis besar ada tiga sumber, yaitu:

2
a. Dana yang bersumber dari bank sendiri yang berupa setoran modal waktu
pendirian.
b. Dana yang berasal dari masyarakat luas yang dikumpulkan melalui usaha
perbankan seperti usaha simpanan giro, deposito dan tabanas.
c. Dana yang bersumber dari Lembaga Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana
yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Money (dana yang sewaktu-waktu dapat
ditarik oleh bank yang meminjam) dan memenuhi persyaratan. Mungkin Anda
pernah mendengar beberapa bank dilikuidasi atau dibekukan usahanya, salah satu
penyebabnya adalah karena banyak kredit yang bermasalah atau macet.

2. Penyalur dana-dana yang terkumpul oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk
pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga, penyertaan, pemilikan harta tetap.

3. Pelayan Jasa Bank dalam mengemban tugas sebagai “pelayan lalu-lintas pembayaran uang”
melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu
kredit dan pelayanan lainnya.

2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Umum


A. pengertian bank umum
Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh
bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank
umum sering disebut bank komersial(commercial bank).

B. Fungsi bank umum


1. mengumpulkan dana yang sementara menganggur untuk dipinjamkan pada pihak lain
atau membeli surat berharga
2. mempermudah dalam lalu lintas pembayaran uang
3. menjamin keamanan uang sementara tidak digunakan, misalkan menghindari resiko
hilang atau kebakaran
4. menciptakan kredit yaitu dengan cara menciptakan demand deposit dan kelebihan
cadangan

C. tugas bank umum


Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum memiliki bentuk hukum yaitu:
perseroan terbatas (PT), koperasi, atau perusahaan daerah. Adapun tugas bank umum tertuang
dalam Pasal 6 UU No.10 Tahun 1998 yang berbunyi sebagai berikut.
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
b. Memberikan kredit.
3
c. Menerbitkan surat pengakuan utang.
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas
perintah nasabahnya.
e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.
f. Menempatkan dana pada peminjam atau meminjamkan dana pada bank lain baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan cek atau sarana lainnya.
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan atau antarpihak ketiga.
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposit box).
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
k. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit, dan kegiatan wali amanat.
l. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
Selain tugas bank umum di atas, sesuai dengan Pasal 7 UU No. 10 Tahun 1998, Bank Umum
dapat pula melakukan kegiatan berikut ini.
a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang
keuangan. Contohnya sewa guna usaha, modal ventura perusahaan efek, asuransi, serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpangan dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
c. Melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit, dengan
syarat harus menarik kembali penyertaannya dan memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Bank Umum
dilarang melakukan kegiatan sebagai berikut.
a. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998.
b. Melakukan usaha perasuransian.
c. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pasal 6 dan 7
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
Kepemilikan bank umum yaitu:
a. bank umum yang dimiliki pemerintah, misalnya: BNI 1946, BRI, Bank Mandiri.
b. bank umum yang dimiliki swasta, contoh: Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank Mega,
Bank Niaga, dan lain-lain
c. bank umum milik koperasi, seperti Bukopin (Bank Umum Koperasi Indonesia).

4
2.3 Pengertian dan Ruang Lingkup Bank Perkreditan Rakyat
a. pengertian BPR
BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan
menyalurkan dana sebagai usaha BPR.Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung
Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat
Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa
(BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tatacara yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa
lembaga-lembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta
masih diperlukan oleh masyarakat, makd keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena
itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga
dimaksud. Untuk menjamin kesatuan can keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan,
maka persya-ratan dan tatacara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.

Fungsi BPR
a. Penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
b. Memberikan kredit
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah

Usaha BPR
Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga.
Adapun usaha-usaha BPR adalah :
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah
sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami
over likuiditas.

Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan BPR


Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR.
Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

5
a. Menerima simpanan berupa giro.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
c. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
d. Melakukan usaha perasuransian.
e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam
usaha BPR.

Alokasi Kredit BPR


Dalam mengalokasikan kredit, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :
1. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan perjanjian.
2. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau sekelompok peminjam yang terkait, termasuk
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan BPR tersebut. Batas
maksimum tersebut adalah tidak melebihi 30% dari modal yang sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan Bank Indonesia.
3. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai batas
maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat
dilakukan oleh BPR kepada pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih
dari modal disetor, anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga),
pejabat BPR lainnya, serta perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan
pihak pemegang saham (dan keluarga) yang memiliki 10% atau lebih dari modal disetor,
anggota dewan komisaris (dan keluarga), anggota direksi (dan keluarga), pejabat BPR
lainnya. Batas maksimum tersebut tidak melebihi 10% dari modal yang sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Perijinan BPR
1 Usaha BPR harus mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan, kecuali apabila kegiatan
menghimpun dana dari masyarakat diatur dengan undang-undang tersendiri.
2. Ijin usaha BPR diberikan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia.
3. Untuk mendapatkan ijin usaha, BPR wajib memenuhi persyaratan tentang susunan
organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, kelayakan rencana kerja,
hal-hal lain yang ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank
Indonesia, dan memenuhi persyaratan tentang tempat kedudukan kantor pusat BPR di
kecamatan. BPR dapat pula didirikan di ibukota kabupaten atau kotamadya sepanjang di
ibukota kabupaten Jan Kotamadya belum terdapat BPR.
4. Pembukaan kantor cabang BPR di ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota kabupaten, dan
kotamadya hanya dapat dilakukan dengan ijin Menteri Keuangan setelah mendengar

6
pertimbangan Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut
ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
5. Pembukaan kantor cabang BPR di luar ibukota negara, ibukota propinsi, ibukota Kabupaten,
dan kotamadya serta pembukaan kantor di bawah kantor cabang BPR wajib dilaporkan
kepada Bank Indonesia. Persyaratan dan tatacara pembukaan kantor tersebut ditetapkan
Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia.
6. BPR tidak dapat membuka kantor cabangnya di luar negeri karena BPR dilarang rnelakukan
kegiatan usaha dalam valuta asing (transaksi valas).

Bentuk Hukum BPR


Bentuk hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah (Badan Usaha Milik Daerah), Koperasi
Perseroan Terbatas (berupa saham atas nama), dan bentuk lain yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.

Kepemilikan BPR
1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum
Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat
dimiliki bersama di antara warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
2. BPR yang berbentuk hukum koperasi, kepemilikannya diatur berdasarkan ketentuan dalam
undang-undang tentang perkoperasian yang berlaku.
3. BPR yang berbentuk hukum perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam
bentuk saham atas nama.
4. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.
5. Merger dan konsolidasi antara BPR, serta akuisisi BPR wajib mendapat ijin Merited
Keuangan sebelumnya setelah mendengar pertimbangan Bank Indonesia. Ketentuan
mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi ditetapkan clengan Peraturan Pemerintah.
2.4 sumber-sumber dana bank
Sumber-sumber dana bank berasal dari :
1. Dana yang berasal dari bank itu sendiri
Sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri. Modal sendiri maksudnya
adalah modal setoran dari para pemegang sahamnya sendiri. Apabila saham yang terdapat dalam
portepel belum habis terjual, sedangkan kebutuhan dana masih perlu, maka pencariannya dapat
dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lama. Akan tetapi jika tujuan
perusahaan untuk melakukan ekspansi, maka perusahaan dapat mengeluarkan saham baru dan
menjual saham baru tersebut dipasar modal. Disamping itu pihak perbankan dapat pula
menggunakan cadangan-cadangan laba yang belum digunakan.
Secara garis besar dapat disimpulkan pencarian dana sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham

7
b. Cadangan-cadangan bank, maksudnya adalah cadangan-cadangan laba pada tahun lalu
yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan
untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang memang belum dibagikan pada
tahun yang bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara
waktu.Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang
relatif besar daripada jika meminjam ke lembaga lain.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan
merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.
Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya
dan pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan
fasilitas menarik lainnya menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian
sumber dana dari sumber dana ini relatif lebih mahal jika dibandingkan dari dana sendiri.
Adapun sumber dana dari masyarakat luas dapat dilakukan dalam bentuk :
a. Simpanan Giro
Menurut Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan.Sedangkan pengertian simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan atau yang dapat dipersamakan dengan itu.Pengertian dapat ditarik setiap saat
maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali
dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus
memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.Sedangkan pengertian
penarikan adalah diambilnya uang tersebut dari rekening giro sehingga menyebabkan gito
tersebut berkurang, yang ditarik secara tunai maupun ditarik secara non tunai (pemindahan-
bukuan). Penarikan secara tunai adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai
adalah dengan menggunakan bilyet giro (BG).
b. Simpanan Tabungan
Menurut UU Perbankan No.10 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro dan atau lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat
antara bank dengan si penabung. Selain itu harus sesuai dengan perjanjian sebelumnya.
Kemudian dalam hal sarana atau alat penarikan juga tergantung dengan perjanjian antara
keduanya yaitu bank dan penabung.
c. Simpanan Deposito
Menurut UU Perbankan No.10 1998 yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu ter tentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank.
Artinya jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang
tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut tanggal
jatuh tempo.

8
Sarana atau alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat tergantung dari jenis
depositonya. Artinya setiap jenis deposito mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan
sarana yang berbeda pula.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya
Sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam
pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas. Pencarian sumber dana ini relatif mahal dan
sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari sumber dana ini relatif
lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. Kemudian dana yang diperoleh dari
sumber dana ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu.
Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari :
a. kredit likuiditas dari Bank Indonesia, merupakan kredit yang diberikan Bank
Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit
likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor tertentu.
b. Pinjaman antar bank, biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang
mengalami kalah kliring didalam lembaga kliring. Pinjaman ini bersifat jangka
pendek dengan bunga yang relatif tinggi.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh
perbankan dari pihak luar negeri.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan
SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan
keuangan maupun non keuangan.

9
STUDI KASUS

KASUS PENGGELAPAN PAJAK BANK CENTRAL ASIA (BCA)

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku masih terus mendalami


kasus dugaan korupsi terkait dikabulkannya keberatan pajak yang diajukan Bank Central
Asia (BCA) kepada Direktorat Jenderal Pajak yang saat itu dijabat Hadi Poernomo.

Kepala Bagian Pemberitaan dan Publikasi KPK, Priharsa Nugraha, menegaskan,


pihaknya telah memiliki sejumlah bukti jika BCA diuntungkan dari skandal korupsi yang
dilakukan Hadi Poernomo.

Forum ekspos internal KPK pun memutuskan telah terjadi dugaan tindak pidana korupsi
atas keberatan pajak BCA yang dikabulkan Hadi.

"Dalam forum ekspose sebelumnya sudah diputuskan bahwa ada dugaan tipikor," ujar
Priharsa saat dikonfirmasi oleh wartawan, di Jakarta, Senin (25/52015).

Priharsa membenarkan, BCA bisa terjerat dari sisi korporasi. Terlebih, jika ditemukannya
motif jahat dan adanya tindakan yang dilanggar.

KPK memastikan akan menindaklanjuti kasus tersebut, termasuk mengusut tuntas


keterlibatan Bank BCA dalam kasus yang lebih dulu menjadikan Hadi sebagai tersangka.
"Penyidikan masih terus dikembangkan dan didalami," jelasnya.

Di tempat terpisah, Plt Wakil Ketua KPK Johan Budi menambahkan, pihaknya dapat
menjerat BCA dari segi korporasi. Namun, Johan masih belum mau membeberkan lebih
rinci apakah Bank BCA bakal dijerat dari korporasi."Kalau bisa ya bisa, cuma sampai
saat ini belum ada," singkat Johan.

10
Pada Jumat 22 Mei 2015, bos Bank BCA Jahja Setiatmadja juga diperiksa oleh KPK.
Pemanggilan yang kedua kalinya itu dilakukan oleh KPK karena diduga kuat, Jahja
mengetahui rentetan skandal korupsi yang dilakukan Hadi.

Sejak penetapan mantan Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan ini sebagai tersangka
korupsi persetujuan surat keberatan transaksi non-performasce loan (NPL), atau kredit
macet sebesar Rp5,7 triliun diajukan BCA, KPK yakin bakal memeriksa sejumlah pihak
termasuk bos BCA, Jahja Setiaatmadja.

KPK menjerat Hadi dengan dua pasal penyalahgunaan wewenang, yakni Pasal 2 Ayat (1)
dan atau Pasal 3 UU 31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
UU 20/2001 tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHPidana.

Perbuatan melawan hukum dilakukan Hadi Poernomo yaitu melakukan penyalahgunaan


wewenang dalam menerima seluruh permohonan keberatan wajib pajak atas SKPN PPH
PT BCA Tbk tahun pajak 1999 diajukan pada 17 Juli 2003. Padahal saat itu bank lain
juga mengajukan permohonan sama tapi semuanya ditolak.

Hadi selaku Dirjen Pajak 2002 sampai 2004 mengabulkan permohonan keberatan pajak
BCA melalui nota dinas bernomor ND-192/PJ/2004/ pada 17 Juni 2004. Menurut Hadi,
BCA dianggap masih memiliki aset dan kredit macet yang ditangani Badan Penyehatan
Perbankan Nasional sehingga koreksi Rp5,5 triliun itu dibatalkan. Akibat pembatalan
tersebut, negara kehilangan pajak penghasilan dari koreksi penghasilan BCA sebesar
Rp375 miliar.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bank umum adalah bank yang hanya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak yang berorientasi laba secara konvesional. Bank umum
menurut kepemilikan modalnya dibedakan menjadi bank umum milik negara, bank
umum milik swasta, dan bank umum milik koperasi.
Fungsi dan peran bank umum dalam perekonomian sangat penting dan strategis.
Bank umum sangat penting dalam hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem
pembayaran. Fungsi – fungsi bank umum meliputi, Penciptaan uang, mendukung
kelancaran mekanisme pembayaran, penghimpunan dana simpanan masyarakat,
mendukung kelancaran transaksi internasional, penyimpanan barang-barang berharga,
pemberian jasa-jasa lainnya. Kegiatan yang dilakukan bank umum sebagai penghimpun
dana, menyalurkan dana dan juga memberikan jasa – jasa bank lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulia Nasution 2000, Ekonomi Moneter Uang dan Bank, penerbit Djambatan, Jakarta
Kasmir 2003, edisi 6, cetakan ketujuh, bank dan lembaga keuangan lainnya, PT. Raya Grafindo
Persada, Jakarta
Boediono 2001, Edisi 3, Cetakan kesebelas, seri sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5
Ekonomi Moneter, BPFE UGM, Yogyakarta
Perry Warjiyo 2004, Edisi I, Bank Indonesia, Pusat Pendidikan Kebanksentralan

13

Anda mungkin juga menyukai