Anda di halaman 1dari 10

Sedian Obat Semi-solid

Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk tujuan

pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat bervariasi tergantung

bahan pembawa (basis) yang digunakan.

I. Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk

pemakaian topical pada kulit atau selaput lendir (Depkes, Farmakope Indonesia

IV).

Aturan umum pembuatan salep

 Bagian-bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak

yamg diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan

di dalamnya.

 Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila

banyak nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut

oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula

dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula

dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.

 Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat

larut harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar

ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat

sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau


setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian

sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan

sebagian demi sebagian.

 Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya

harus diaduk sampai dingin.

Penggolongan salep

A. Berdasarkan aksi terapi

 Salep epidermis

 Salep endodermis

 Salep diadermis

B. Berdasar komposisi (dasar salep)

Berdasarkan komposisi dasar salep dapat digolongkan sebagai

berikut

1. Dasar salep hidrokarbon,yaitu terdiri dari antara lain:

 Vaselin putih,Vaselin kuning

 Campuran Vaselin dengan malam putih, malam

kuning

 Parafin encer, Parafin padat

 Minyak tumbuh-tumbuhan

2. Dasar salep serap,yaitu dapat menyerap air terdiri antara

lain:

 Adeps lanae

 Unguentum Simplex
 Campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian

minyak wijen

3. Dasar salep dapat dicuci dengan air

 “Dasar salep” tipe emulsi M/A = Vanishing cream

 Emulsiflying ointment BP

 Hyrophilik ointment

4. Dasar salep larut dalam air

 Polyethylenglycol ointment USP

 Tragacanth

 PGA

C. Berdasar fisik-konsistensi (viskositas = kekentalan)

1. Cairan kental/encer : linimentum

2. Setengah padat : cream – unguentum – pasta

3. Lebih bersifat padat : sapo medicatus, emplastrum

Zat-zat yang dapat dilarutkan dalam dasar salep

Umumnya kelarutan obat dalam minyak lemak lebih besar daripada dalam

vaselin. Champora, Mentholum, Phenolum, Thymolum dan Guayacolum lebih

mudah dilarutkan dengan cara digerus dalam mortir dengan minyak lemak. Bila

dasar salep mengandung vaselin, maka zat-zat tersebut digerus halus dan

tambahkan sebagian (+ sama banyak) Vaselin sampai homogen, baru

ditambahkan sisa vaselin dan bagian dasar salep yang lain.

Champora dapat dihaluskan dengan tambahan Spiritus fortior atau eter

secukupnya sampai larut setelah itu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit,

diaduk sampai spiritus fortiornya menguap.


Bila zat-zat tersebut bersama-sama dalam salep, lebih mudah dicampur

dan digerus dulu biar meleleh baru ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

Zat-zat yang mudah larut dalam air

Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang

tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam sebagian dulu dalam air dan

dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air, setelah seluruh obat

dalam air terserap, baru ditambahkan bagian-bagian lain dasar salep, digerus dan

diaduk hingga homogen.

Dasar salep yang dapat menyerap air antara lain ialah Adeps lanae,

Unguentum Simplex, hydrophilic ointment. Dan dasar salep yang sudah

mengandung air antara lain Lanoline (25% air), Unguentum Leniens (25%),

Unguentum Cetylicum hydrosum (40%).

Zat-zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep

Zat-zat ini diserbukkan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no.100.

setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan

salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan

terlebih dahulu, setelah itu sisa bahan-bahan yang lainditambahkan sedikit demi

sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Untuk pencegahan

pengkristalan pada waktu pendinginan, seperti Cera flava, Cera alba,

Cetylalcoholum dan Paraffinum solidum tidak tersisa dari dasar salep yang cair

atau lunak.

Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep


Balsem-balsem dan minyak atsiri, balsam merupakan campuran dari

damar dan minyak atsiri, jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya

sedangkan minyak atsirinya akan menguap.

Kualitas salep yang baik yaitu memiliki sifat seperti:

 Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak

terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.

 Lunak,semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus,

dan seluruh produk harus lunak dan homogen.

 Mudah dipakai atau mudah dioleskan.

 Dasar salep yang cocok.

 Dapat terdistribusi merata.

II. Krim (Cream)

Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan

setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan

dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk

sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut

Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa

emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan

untuk pemakaian luar.

Komposisi Formula Krim


Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgit, lemak bulu

domba, setaseum, setilalkohol, steril alcohol, terietanolaminil stearat, dan

golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun.

Basis Krim/Cream

Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2

tipe, tipe minyak dalam air (m/a) yaitu mengandung banyak air dan

minyak terbagi rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu

mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.

1. Tipe M/A Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai

pembawa dipakai pengemulsi campuran surfaktan. Sistem surfaktan ini

juga bisa mengatur konsistensi.

Sifat Emulsi M/A:

Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas.

Untuk mencegah terjadinya pengendapan zat maka ditambahkan zat yang

mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap (propilen glikol).

Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan

senyawa pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit. Contohnya:

sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.

2. Tipe A/M

Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps

lanae, wool alcohol, atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam

lemak dengan logam bervalensi dua.


Sifat Emulsi A/M:

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan

minyak merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung

kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian besar fase

minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak,

akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci dengan air. Contohnya: Sabun

monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na

lauril sulfat, kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid.

Pembuatan Krim

Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda.

1. Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam

minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air

pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur, dan bahan-

bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih

dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai

semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus

kuat sampai terbentuk massa krim.

2. Metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase

air dicampurkan untuk dilebur di atas penangas air sampai

lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk

massa krim. Baik metode pertama maupun metode kedua,

sama-sama menghasilkan sediaan krim yang stabil, bila

proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam


mortar yang panas sampai terbentuk massa krim. Tetapi

dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan

yang lebih sedikit daripada metode pertama.

III. Pasta

Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk

pemakaian luar. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan

obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin

atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang

dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun. Digunakan sebagai

antiseptik atau pelindung kulit.

Komposisi Formula Pasta

Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk

serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau

dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,

musilago, atau sabun.

Macam-macam Basis Pasta:

1. Basis Hidrokarbon

Karakteristik :

 Tidak diabsorpsi oleh kulit

 Inert

 Tidak tercampurkan dengan air

 Daya absorbs air rendah


 Menghambat kehilangan air pada kulit dengan

membentuk lapisan tahan air & meningkatkan hidrasi

sehingga meningkatkan abbsorbsi obat melalui kulit

2. Basis Absorpsi

Karakteristik: bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah

tertentu air dan larutan cair.

 Non emulsi: wool fat, wool alcohol, Bees wax,

kolesterol.

 Emulsi A/M: Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.

3. Larut Air

contoh : PEG

Cara pembuatan pasta

Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih

dulu, baru dicampur dengan bahan padat dalam keadaan panas

agar lebih tercampur dan homogen.

Pembuatan pasta baik dalam ukuran besar maupun kecil dibuat

dengan dua metode:

1. Pencampuran Komponen dari pasta dicampur bersama-sama

dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

2. Peleburan. Semua atau beberapa komponen dari pasta

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan

pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-

komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada


campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan

diaduk.

IV. CERATA

Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari

lilin sehingga keras dan titik lebur tinggi

V. JELLY/Gel

Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung

sedikit atau tanpa lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai

pelicin atau dasar salep obat, dapat dicuci dengan air.

Pustaka:

1. Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

2. Depkes. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

3. Depkes. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

4. Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and

Febiger, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai