Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum kimia organik I dengan judul “ Kromatografi


Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis” yang disusun oleh :
Nama : FITRIYANI
Nim : 101314021
Kelas /Kelompok : B/ III
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten /Kordinator Asisten yang
bersangkutan dan dinyatakan diterima.

Makassar , Juni 2011


Kordinator Asisten Asisten

Ahmad Rante, S.Pd St. Hariani Buchari,S.Si


Dosen Penanggung Jawab

Iwan Dini,S.Si.,M.Si
NIP.1978 12 05 2006 04 1 002
I. JUDUL PERCOBAAN
Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis
II. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiswa harus mengerti mengenai :
a. Teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis
b. Prinsip dasar kromatografi
c. Prinsip dasar dari pengaruh substituent terhadap substitusi elektofil pada
senyawa aromatik
III. LATAR BELAKANG TEORI
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi
komponennya dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing
komponennya. Alat yang digunakan terdiri atas komponennya. Alat yang
digunakan terdiri atas kolom yang di dalamnya diisikan fasa stasioner
(padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke dalam kolom dari ujung satu
dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa
mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing
komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stasioner)
(Takeuchi Yoshito, 2009).
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik
langsung beberapa rapa sifat fisiknyasifat fisika umum dari molekuli molekul.
Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1) kecendrungan molekul untuk
melekat . Sifat utama yang terlibat langsung ialah: (1) kecendrungan molekul
untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi penyerapan), (2)
kecendrungan molekul untuk melarut dalam cairan (klerutan), dan (3)
kecendrungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap
(keatisirian). Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan
ditempatkan dalam keadaan demikian rupa sehingga kaomponen-
komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut
(Gritter,1991:1).
Komponen-komponen utama kromatografi adalah fasa stasioner dan
fasa mobil dan kromatogarfi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada
jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,seperti ditunjukkan pada table
dibawah ini
Kriteria Nama
Kromatografi cair, kromatografi gas
Fase mobil
kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
Kromatografi pertukaran ion, kromatografi
Mekanisme
gel
Kromatografi kolom, kromatografi lapis
Fase stasioner
tipis, kromatografi kertas
(Takeuchi, Yoshito, 2009).
Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan
bermigrasi sepanjang kolom (atau, seperti dalam kromatografi kertas atau
lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisaha terletak dalam
laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda. Kita boleh
menganggap laju perpindahan sebuah zat terlarut sebagia hasil dari dua faktor,
yang satu cendrung menggerakkan zat terlarut itu dan yang lain menahannya.
Dalam proses asli tswett, kecendrungan zat-zat terlarut untuk menyerap pada
fasa padat menahan pergerakan mereka, sementara kelarutannya dalam fasa
cair bergerak cendrung menggerakkan mereka. Perbedaan yang kecil antara
dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan dalam inetraksinya dengan
pelarut yang bergerak menajdi dasar pemisahan bila molekul-molekul zat
terlarut itu berulang kali menyebar di antara dua fasa itu ke seluruh panjang
kolom (Underwood, 2002:487).
Kromatografi kolom klasik merupakan yang tetua dari cara
kromatografi yang banyak itu dan seperti yang dipraktekkan secara tradisional
merupakan bentuk kromatografi cair. Fase diam, baik bahan yang jerap (kcp)
atau film zat cair pada penyangga (kcc), ditempatkan di dalam tabung kaca
berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan ketup atau keran, dan
fase gerak dibiarkan mengalir ke bawah melaluinya karena gaya berat
(Gritter, 1991:9),
Berbagai ukuran kolom dapat digunakan, dimana hal utama yang
dipertimbangkan adalah kapasitas yang mamadai untuk menerima sampel-
sampel tanpa melamapaui fasa diamnya. Merupakan aturan praktis yang
umum bahwa panjang kolom harus sekurang-kurangnya sepuluh kali ukuran
diameternya. Bahan pengemasnya, suatu adsorsben seperti alumina atau
mungkin suatu resin pertukaran ion, dimasukkan dalam bentuk suspense ke
dalam porsi fasa bergerak dan dibiarkan diam di dalam hamparan basah
dengan sedikit cairan tetap berada di atas permukaannya. Keran dibuka, dan
permukaan cairan dibiarkan turun sampai mencapai puncak permukaan
hamparan kemudian porsi kecil dari larutan sampel dipipet dengan hati-hati ke
atas puncak permukaan hamparan. Larutan efluen keluaran dikumpulkan
dalam sederatan fraksi volume yang tidak merepotkan. Larutan tersebut dapat
menetes jatuh ke dalam sebuah gelas beker atau tabung uji tiap kali telah
terkumpul sejumlah volume tertentu (Underwood, 2002:547).
Pada fenol, gugus OH mengaktifkan cincin benzena. Oleh karena itu,
pada nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran yang terdiri
dari o-nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenolerdiri dari o-nitrofenol
sebagai hasil utama,p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit dan sedikit
2,4-dinitrofenol setra 2,4,6-trinitrofenol. Bila campuran hasil nitrasi yang
masih kotor ini dimasukkan ke dalam kolom yang berisi alumina (Al2O3) dan
dielusi dengan metilen klorida, maka fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan,
dimana masing-masing fraksi mengandung satu komponen yang identitasnya
ditentukan dengan kromatografi lapis tipis (Tim Dosen , 2011:39-40).
Jika kita menangani senyawa tidak berwarna, efluen yang keluar dari
dasar yang keluar dari dasar kolom harus dipantau untuk mengetahui dimana
larutan itu berada. Ini dapat dilakukan secara terus-menerus dengan memakai
detector yang cocok atau menganalisanya, biasanya dengan KLT atau dengan
menimbang masing-masing fraksifraksi setelah pelarutnya diuapkan
(Gritter,1991:10).
Dalam kromatografi lapis tipis maupun kertas sedikit bahan di taruh
pada daerah terbatas di dekat ujung selembar kertas saring atau lapis tipis, dan
suatu pelaruting atau lapis tipis, dan suatu pelarut dibiarkan berdifusi dari
ujung kertaas atau lapis tipis oleh kerja kapiler; pada kondisi yang sesuai
setelah beberapa waktu, campuran akan dijumpai telah berpindah dari
penotolan tadi da telah terpisah seluruhnya atau sebagian menjadi komponen-
komponennya sebagai zona yang jelas. Zona-zona dalam bentuk noda-noda
atau pita-pita dapat ditentukan letaknya dengan penggunaan reagensia
kimiayang sesuai kepada kertas itu atau oleh pendarah fluor nitra-violet.
Difusi pelarut dan pemisahan yang dihasilkan menjadi noda-noda atau pita-
pita kadang-kadang diberi istilah pengembangan kromatografi; istilah ini
sedikti menyesatkan dan tak boleh dikelirukan bila digunakan dalam arti
tersebut di atas dengan proses identifikasi berikutnya dengan mana zona-zona
itu dibuat nampak jelas oleh pengolahan kertas atau lapis tipi situ dengan
berbagai reagensia (Svehla, 1979:535).
Harga Rf cukup konstan asal semua variable dikendalikan baik-baik.
Namun dijumpai bahwa laju-luju relatif gerakan itu konstan meskipun kendali
kurang ketat, sehingga memungkinkan identifikasi suatu pita pada sepotong
kertas berdasarkan posisi relatif pita itu terhadap pita-pita yang diketahui.
Lagi pula dengan besarnya jumlah uji ‘bercak’ yang tersedia untuk
mendeteksi ion-ion anorganik secara terpisah, keharusan mengenai harga Rf
secara cermat, telah berkurang. Jika kemurnian pelarut, temperature dan
penjenuhan atmosfernya benar-benar dijaga, maka harga Rf dipengaruhi
antara lain oleh faktor-faktor berikut : (a) kehadiran ion lain, misalnya adanya
klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat, (b)
keasaman larutan aslinya; ini dapat disebabkan oleh kebutuhan akan asam
dalam pembentukan kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk
mencegah hidrolisis garam, (c) waktu melakukan percobaan untuk sepotong
kertas; kadang-kadang harga-harga Rf mengikat dengan bertambahnya waktu
dan ini mungkin berpadanan dengan berkurangnya laju gerak garis depan
pelarut, (d) adanya kation-kation lain dan konsentrasi mereka
(Svehla, 1979:536).
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Kolom gelas 1 buah
2. Erlemeyer 250 ml 1 buah
3. Gelas ukur 10 ml 1 buah
4. Gelas kimia 50 ml 7 buah
5. Gelas kimia 100 ml 4 buah
6. Botol elusi/chamber 1 buah
7. Termometer 1000C 1 buah
8. Batang pengaduk
9. Corong pisah
10. Sendok panjang
11. Botol semprot
12. Bunsen, kaki tiga dan kasa asbes
13. Statif dan klem
14. Pipet tetes
B. Bahan :
1. Asam nitrat pekat
2. Fenol
3. Natrium sulfat anhidrat
4. Kloform
5. Kristal iod
6. Aquades
7. Silika gel TLC
8. Alumunium oksida
9. Pelat KLT
10. Es batu
11. Korek api
12. benzena
V. PROSEDUR KERJA
A. Nitrasi Fenol
1. Memasukkan 3 ml HNO3 pekat ke dalam 7 ml air, mendinginkan
sampai 50C.
2. Menambahkan campuran ini dengan 3 gram fenol di dalam erlemeyer
3. Sambil mengaduk, mengatur suhu campuran antara 20-50C selam 15
menit
4. Menambahkan 7 ml air es lalu mengekstrak dua kali dengan 10 ml
kloroform
5. Mencuci lapisan-lapisan organik yang telah digabung dua kali dengan
air
6. Mengeringkan dengan Na2SO4 anhidrat
7. Menyaring campuran untuk memperoleh hasil dari nitrasi.
B. Pembuatan Kromatografi Kolom
1. Menuangka perlahan-lahan kloroform ke dalam kolom gelas dan
menambahkan silika gel TLC
2. Melakukan berulang-ulang penambahan kloroform dan silika gel
sampai tidak ada lagi ruang untuk pengeluaran cairan
3. Menuang lagi kloroform ke dalam kolom gelas lalu mengelusi dengan
kloroform hingga lapisan bening habis.
4. Menampung hasil elusi lalu memasukkannya kembali ke dalam kolom
gelas dan mengaduknya hingga terbentuk dua lapisan
5. Membuang lapisan atas lalu memasukkan hasil nitrasi fenol
6. Menambahkan kloroform dan melakukan elusi
7. Mangatur pengeluaran kloroform dengan teratur
8. Satu pita kuning akan terlihat dengan jelas bila campuran bergerak
menuruni kolom
9. Menampung fraksi-fraksi eluen bila tetes-tetes kuning sudah mulia
keluar
C. Pemerikasaan Lapis Tipis
1. Masing-masing fraksi yang telah diperoleh di atas, meneteskannya
pada pelat lapis tipis silika gel.
2. Menempatkan pelat lapis tipis yang telah ditetesi fraksi tersebut secara
berdiri dalam chamber yang telah berisi benzena setinggi kira-kira 1
cm, lalu mengelusi dengan benzena
3. Tetesan noda awal jangan sampai terendam. Setelah selesai mengelusi,
kemudian mengeringakan di udara dan bercak-bercak hasil pemisahan
dapat dilihat setelah pelat disimpan dalam botol yang berisi uap iod
4. Menetukan harga Rf dari noda-noda yang diperoleh.a-noda yang
diperoleh.
VI. HASIL PENGAMATAN
A. Nitrasi Fenol
3 ml HNO3 + 7 ml H2O → larutan bening + 3 gram fenol → larutan hitam
𝑑𝑖𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
(panas)→ endapan hitam larutan merah + H2O dingin → endapan
𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖
hitam larutan merah + klorofrom → 2 kali denga 10 ml kloroform →
2 lapisan, lapisan bawah hitam, lapisan atas merah, lapisan bawah dicuci
dengan 10 ml H2O (dalam corong pisah) → 2 lapisan, lapisan bawah hitam
lapisan atas merah. Lapisan bawah + Na2SO4 → sampai larutan jenuh
𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
→ e ndapan putih larutan berwarna hitam.
B. Pembuatan Kromatografi Kolom
Silika gel TLC + kloroform (bening) → silika gel larut + silika gel TLC →
𝑑𝑖𝑒𝑙𝑢𝑠𝑖
terbentuk 2 lapisan, atas bening dibawah silika gel (fase diam) →
sampai larutan habis. Hasil penampungan masukkan kembali dalam
𝑑𝑖𝑎𝑑𝑢𝑘
kolom gelas → terbentuk 2 lapisan, lapisan atas bening, bawah bentuk
gel. Lapisan bening dibuang, lapisan gel + hasil nitrasi fenol → 2 lapisan,
atas hitam, lapisan bawah putih, keruh (padat) + kloroform →
mengmpulkan fraksi sampai 8 fraksi
C. Pemeriksaan Lapis Tipis
Hasil dari 8 fraksi ditetesi pada pelat KLT dengan menggunakan pipa
𝑑𝑖𝑢𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
kapiler → dengan gelas kimia yang berisi kristal iod yang telah
diuapkan. Menentukan Rf dengan cara mengeringkan di udara setelah
diuapkan dengan benzena
Diketahui : Jarak noda
Noda I = 0,50cm Noda V = 0,50 cm
Noda II = 0,55cm Noda VI = 0,50 cm
Noda III = 0,55cm Noda VII = 0,55 cm
Noda IV = 0,45cm Noda VIII = 0,55 cm
Jarak pelarut = 4 cm
Ditanyakan : Rf = ……………………….?
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑑𝑎 0,50
Penyelesaian : 𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐼 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 = = 0,13 (2,4,6-
4

trinitrofenol)
0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 II == = 0,1375 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 III = = 0,1375 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,45
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 IV == = 0,1125 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,50
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 V == = 0,125 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,50
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑉I == = 0,125 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 VII == = 0,1375 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 VIII == = 0,1375 (2,4,6-
4

trinitrofenol )
VII. ANALISIS DATA
Diketahui : Jarak noda
Noda I = 0,50cm Noda V = 0,50 cm
Noda II = 0,55cm Noda VI = 0,50 cm
Noda III = 0,55cm Noda VII = 0,55 cm
Noda IV = 0,45cm Noda VIII = 0,55 cm
Jarak pelarut = 4 cm
Ditanyakan : Rf = ……………………….?
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎 𝑘𝑒−𝑛 (𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛)
Penyelesaian : 𝑅𝑓 = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

n= fraksi ke I-VIII
Untuk fraksi I
0,50
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝐼 == = 0,13 (2,4,6-trinitrofenol)
4

Untuk fraksi II
0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 II == = 0,1375 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi III


0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 III = = 0,1375 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi IV
0,45
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 IV == = 0,1125 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi V
0,50
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 V == = 0,125 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi VI
0,50
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑉I == = 0,125 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi VII


0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 VII == = 0,1375 (2,4,6- trinitrofenol )
4

Untuk fraksi VIII


0,55
𝑅𝑓 𝑓𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 VIII == = 0,1375 (2,4,6- trinitrofenol )
4

VIII. PEMBAHASAN
Pada percobaan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis kita
melakukan 3 langkah umum yaitu nitrasi fenol, pembuatan kromatografi
kolom dan pengujian kromatografi lapis tipis. Ketiga tahapan ini saling
berkaitan satu sama lain.
Pada nitrasi fenol kita memasukkan HNO3 ke dalam air menyebabkan
larutan menjadi panas yang deisebabkan oleh sifat HNO3 yag pekat. Larutan
ini kemudian didinginkan hingga suhunya 50C. Larutan didinginkan hingga
suhunya 50C karena produk dari nitrasi fenol hanya akan terbentuk pada suhu
50C. Setelah didinginkan larutan ditambahkan dengan kristal fenol
menghasilkan larutan berwarna hitam kemudian didinginkan kembali hingga
suhunya 50C. Tujuan pendinginan kedua sama dengan yang pertama yaitu
agar produk nitrasi fenol terbentuk. Larutan ini kemudian diekstraksi dengan
kloroform di dalam corong pisah hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan atas
berwarna merah dan lapisan bawah berwarna hitam. Kedua lapisan ini dapat
terbentuk karena adanya perbedaan massa jenis dari kedua senyawa. Tujuan
penambahan klorofrom saaat ekstraksi adalah untuk memisahkan larutan
nitrofenol dengan air. Lapisan bawah larutan yang telah diekstraksi dicuci
dengan air yang kemudia ditambahkan dengan Na2SO4 anhidrat yang
bertujuan untuk mengikat air yang masih ada dalam larutan. Penambahan
Na2SO4 dilakukan hingga menghasilkan endapan putih. Kemudian diuapkan
untuk memperoleh hasil nitrasi fenol.
Tahap kedua pada percobaan ini yaitu pembuatan kromatografi
kolom dimana kolom gelas telah berisi silika gel TLC dan kloroform. Silika
gel TLc disini berperan sebagai fase diam (stasioner). Saat silika gel berperan
sebagai fase diam maka kita menambahnakan lagi kloroform sehingga
homogen dengan silika gel. Setelah silika gel larut maka ditambahkan lagi
silika gel agar terbentuk kembali fase diam pada bagian bawah dan bagian
atas berupa larutan bening. Kemudian kita memasukkan hasil nitrasi fenol
yang telah diuapkan dan ditambahkan dengan kloroform. Saat larutan
dimasukkan dalam kolom gelas larutan menjadi berwarna hitam pada bagian
atas dan keruh pada bagian bawah. Kita mengamati larutan hingga tampak
satu pita kuning kemudian menampung fraksi-fraksi eluen hingga diperoleh 8
fraksi. Fraksi-fraksi yang dihasilkan awal hingga fraksi 8 memiliki warna
yang semakin pekat.
Fraksi-fraksi eluen yang telah dihasilkan tadi kemudian ditetesi pada
pelat KLT dengan menggunakan pipa kapiler. Pelat KLT ini kemudian dielusi
dengan benzena, kemudian dikeringkan di udara. Setelah itu ditempatkan pada
gelas kimia yang berisi Kristal iod yang sebelumnya telah diuapkan. Saat
dimasukkan maka warna-warna dari setiap perembesan noda terlihat jelas.
Setelah Nampak jelas maka kita dapat menentukan Rfnya. Dari hasil
percobaan nilai Rf yang diperoleh yaitu farksi I= 0,13, fraksi II= 0,1375,
fraksi III= 0,1375, fraksi IV= 0,1125, fraksi V= 0,125, fraksi VI= 0,125,
fraksi VII= 0,1375 dan fraksi VIII= 0,1375. Dari nilai Rf ini dapat diketahui
bahwa campuran yang dihasilkan adalah 2,4,6 –trinitrofenol. Adapun
reaksinya yaitu :
OH OH
NO2 NO2

+HNO3

Fenol NO2
(2,4,6-trinitrofenol)
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yanh dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis adalah
pemisahan senyawa menjadi komponen-komponennya berdasarkan
perbedaan kecepatan perpindahan masing-masing komponen diantara
dua fasa
2. Pada kromatografi kolom diperoleh delapan fraksi eluen yang
memiliki warna fraksi yang semakin pekat dan pada kromatografi
lapis tipis diperoleh suatu campuran yaitu 2,4,6-trinitrofenol.
3. Substituen sangat berpenagruh pada reaksi substitusi elektrofil, hal ini
terbukti melalui hasil Rf yang di dapatkan.
B. Saran
1. Disarankan pada praktikan selanjutnya untuk memperhatikan suhu
campuran dan mengetahui dengan jelas prosedur kerja agar praktikum
dan hasil percobaan dapat sesuai dengan yang diharapkan
2. Sebelum praktikum sebaiknya telah mengetahui teori dasar dari
percobaan dan telah ada pembagian tugas agar waktu praktikum yag
digunakan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Gritter, Roy J, dkk. 1991. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB

JR, Ray,Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga

Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta : PT. Kalman Media Pusaka.

Takeuchi Yoshito. 03-01-2009. Kromatografi. Online. http://www.chem-is-


try.org/materi kimia/kimia dasar/pemurnian-material/kromatografi/ . Diakses
tanggal 14 Mei 2011.

Tim Dosen Kimia Organik . 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Makassar :
UNM
LAMPIRAN
JAWABAN PERTANYAAN

1. Dengan memperhatikan nilai Rf dari turunan fenol di atas dan mengetahui


pula prinsip kromatografi lapis tipis adalah partisi, bagaimana urutan
kepolaran fraksi fenol di atas? Ingat benzena digunakan sebagai pelarut
Jawaban :Uruatan kepolaran fraksi fenol dengan memperhatikan nilai Rf-nya
maka yang paling polar adalah o-nitrofenol
2. Sarankan suatu teknik penggunaan kromatografi lapis tipis untuk memperoleh
senyawa murni
Jawaban :Sebaiknya memilih pelarut yang memiliki kemurnian tinggi
sehingga menghasilkan nilai Rf yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai