Asriadi Asriadi
Nim: 1313141008 Nim: 1313141008
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan mahasiwa diharapkan mahir mengenai hal-hal berikut :
1. Cara penyusunan dan penggunaan alat yang diperlukan dalam senyawa
organik yang berwujud cair seperti refluks, ekstraksi pelarut, menggunakan
corong pisah, pengering, penyaring dan destilasi.
2. Asas-asas substitusi elektrofilik aromatik.
3. Perbedaan yang khas antar reaksi senyawa aromatik dan alifatik.
C. LANDASAN TEORI
Nitrobenzene merupakan salah satu senyawa organik yang biasanya
terkandung dalam limbah industri kimia dimana Nitrobenzene cukup sulit diolah
sebelum akhirnya dibuang karena sifatnya yang sangat kompleks. Limbah yang
mengandung nitrobenzene ini dapat ditemukan pada industri pestisida dan sabun.
Nitrobenzene disebut juga sebagai nitrobenzol yang merupakan senyawa organik
yang beracun dan dapat digunakan sebagai pelarut atau agent pengoksida.
Beberapa metode untuk meminimalkan ataupun menghilangkan kandungan
senyawa organik dalam limbah cair adalah dengan metode adsorpsi atau ion
exchange. Metode ion exchange sangat jarang dilakukan sebab membutuhkan
biaya yang mahal dan hanya digunakan pada skala yang kecil saja. Adsorpsi
adalah metode yang paling efektif dan efisien. Dalam proses adsorpsi, adsorbent
yang umum digunakan adalah karbon aktif, zeolit, aluminosilicate, ion exchange
resin (Levine,2002),(Wijaya,dkk, 2008:845).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Nitrobenzene merupakan senyawa organik
yang beracun dan dapat digunakan sebagai pelarut atau agent pengoksida dan
senyawa turunan benzene yang salah satu atom hidrogennya tersubtitusi oleh
gugus nitro.
Benzena merupakan senyawa aromatik karena benzena adalah konjugasi
siklik yang sangat satabil. Kata kearomatikan berarti kestabilan yang khusus yang
menyebabkan konjugasi siklik. Defenisi lain dari kearomatikan kadang-kadeang
dipakai bila kita memuasatkan perhatian pada beberapa sifat khusus yang lain
untuk benzena dan homolognya. Akan tetapi dalam peristiwa diatas dikhususkan
sebagai suatu sistem siklik planar yang mempunyai elektron pi yang
dideklokalisasikan pada cincin (Koesno, 1984:35). Senyawa aromatik adalah
cincin senyawa yang mengandung orbital delokal yang berbentuk cincin.
Banyaknya elektron yang terlihat dalam orbital delokal harus tunduk pada
rumus elektron = 4n + 2, dimana n=0,1,2...benzena (C6H6),semua atom C dalam
satu bidang. Semua atom C nya mempunyai orbital p yang tegak lurus pada
bidang. Hal ini terjadi karena atom C dalam bentuk hibridisasi sp 2. Sejalan dengan
konsep ikatan delokal maka benzena mempunyai orbital delokal yang berbentuk
cincin(Rasyid, 2009: 86). Jadi dapat simpulkan bahwa senayawa aromatik
mengandung orbital delokal yang terbentuk cincin dan kestabilan yang khusus
yang menyebabkan konjugasi siklik.
Stabilitas aromatik dari benzena menurunkan reakstivitas dari sistem nya
terhadap elektrofil dibandingkan dengan sistem pada alkena. Reaksi dengan
elektrofil secara keseluruhan menghasilkan substitusi sebab reaksi
mempertahankan aromatisitas pada produknya. Hal ini berlawanan dengan adisi
elktrofilik dari alkena. Hanya spesi yang sangat reaktif yang bereaksi dengan
benzena. Spesi ini umumnya dihasilkan karena kehadiran asam lewis. Kehadiran
pada awal reaksi menyebabkan pembentukan kompleks antara elektrofil dan
sistem aromatik(Harwood, dkk, 2004: 57). Aromatisitas benzena menyajikan
suatu kestabilan yang unik pada sistem pi, dan benzena tidak menjalani reaksi
yang khas bagi alkena. Namun pada kondisi yang tepat benzena bereaksi
substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi dimana suatu elektrofil disubtitusikan
untuk satu atom hidrogen pada cincin aromatik(Fessenden, 1991: 466-467). Jadi
dapat disimpulkan bahwa benzene memiliki kestabilan yang unik benzena
menurunkan reakstivitas dari sistem nya terhadap elektrofil dibandingkan
dengan sistem pada alkena. Reaksi dengan elektrofil secara keseluruhan
menghasilkan substitusi sebab reaksi mempertahankan aromatisitas pada
produknya.
Hidrokarbon alifatik dan alisiklik, benzena dan hidrokarbon aromatik lain
bersifat nonpolar, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic seperti
dietil eter, karbon tetra klorida, atau heksana. Benzena sendiri digunakan secara
meluas sebagai pelarut (Fessenden, 1986: 454). Benzena berupa cairan tidak
berwarna yang mudah terbakar. Sifat kimia benzena yang paling yang paling luar
biasa yaitu relatif inert. Walaupun mempunyai rumus empiris yang sama seperti
asetilena (CH) dan mempunyai derajak ketidak jenuhan yang tinggi, benzena jauh
kurang reaktif dibandingkan etilena atau asitilena. Kestabilan benzena merupakan
akibat dari delokalisasi elektronnya (Chang, 2004: 348). Jadi dapat disimpulkan
bahwa Sifat kimia benzena yang paling yang paling luar biasa yaitu relatif inert,
benzena dan hidrokarbon aromatik lain bersifat nonpolar, tidak larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organic.
Bebagai macam reaksi substitusi aromatik elektrofilik yaitu halogenasi,
alkilasi,asilasi, nitrasi dan sulfonasi. Halogenasi aromati dicirikan oleh brominasi
benzena dengan katalis FeBr3.Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus
alkil untuk sebuah hidrogen pada cincin. Asilasi yaitu substitusisuatu gugus asli
pada cincin aromatic oleh reaksi dengan suatu halida asam (Fessenden, 1986: 468-
471). Sulfonasi adalah penambahan gugus –SO3H ke dalam cincin aromatis
(handayani,Sholikh, dan Kusumaningsih, 2012: 14). Proses nitrasi adalah
masuknya gugus nitro ke dalam zat-zat organik atau kimia lainnya dengan
menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat (Purnawan, 2010 : 31).Jadi
dapat disimpulkan bahwa Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil
untuk sebuah hidrogen pada cincin dan proses nitrasi masuknya gugus nitro
kedalam zat organik.
Apabila toluena disenyawakan dengan asam nitrat diketahui bahwa
NO2+menyerang sebagian besar pada posisi orto dan para, sebaliknya hanya
sedikit yang menyerang pada posisi meta. Diketahui reaksi ini akan terbentuk zat
antara reaktip yang disebut ion benzenonium. Postulat Hammond menyatakan
bahwa arah dari reaksi ditentukan oleh kemantapan ion benzonium. Ion
benzonium pada penyerangan orto para mempunyai hibrida resonansi dengan
karbo kation tersier. Hal ini tak terjadi pada serangan meta (Rasyid, 2009: 96-98).
Energi pemantapan atau energi resonansi didefenisikan sebagai perbedaan antara
energi sebenarnya dari molekul yang sesungguhnya(hibrida resonansi) dengan
energi hasil perhitungan dari struktur penyumbang yang paling mantap. Benzena
dan senyawa aromatik lainnya akan bereaksi sedemikian rupa untuk
mempertahankan energi resonansinya. Hibrida resonansi selalu lebih mantap
dibandingkan dengan strukutur penyumbangnya. Reaksi yang paling umum pada
senyawa aromatik adalah substitusi atom atau gugus lain terhadap hidrogen pada
cincin. Kebanyakan reaksi-reaksi dilakukan pada suhu diantara 0 sampai 50 oC,
tetapi keadaannya dapat lebih ringan atau berat jika pada cincin benzena telah ada
substituen lain(Hart, 2003 : 99). Jadi dapat disimpulkan bahwa . Benzena dan
senyawa aromatik lainnya akan bereaksi sedemikian rupa untuk mempertahankan
energi resonansinya. Hibrida resonansi selalu lebih mantap dibandingkan dengan
strukutur penyumbangnya.
Nitrasi adalah salah satu contoh dari reaksi substitusi elektrofilik aromatik.
Dalam reaksi ini ,suatu gugus fungsi terikat secara langsung pada cincin aromatik
yakni gugus nitro (-NO2).Nitrasi dapat dilakukan dengan menggunakan HNO3 dan
H2SO4 pekat, atau larutan HNO3 dalam suasana asam asetat glasial.Pemilihan
suatu penetrasi tergantung pada antara lain kereaktifan senyawa yang akan
dinitrasi atau substrat dan kelarutannya dalam medium penetrasi. Dalam
percobaan ini nitrasi benzena dilakukan dengan menggunakan campuran HNO 3
pekat dan H2SO4 pekat pada suhu 50-60℃
NO2
+ HNO3 H2SO4 + H2O
Benzena Nitrobenzena
NO2 NO2
+ NO2 + +
+
E. PROSEDUR KERJA
1. Air sebanyak 4 mL ditempatkan dalam labu bundar 500 mL.
2. Asam nitrat sebanyak 25 mL (35 gram) dan 30 mL (55 gram) H2SO4 pekat
ditempatkan ke dalam labu bundar yang berisi air sambil dikocok.
3. Lalu ditambahkan 27 mL (23,5 gram) benzena sedikit demi sedikit (4-5 mL)
sambil dikocok dengan kuat dan labu didingikan di dekat pancaran air agar
suhu campuran selalu berada diantara 50-600C.
4. Bila seluruh benzena telah ditambahkan dan reaksi sudah berhenti ( suhu
campuran tidak naik lagi ) Kondensor refluks dipasang, lalu labu dipanaskan
menggunakan penangas air. Campuran direfluks selama 40 menit sambil
sesekali dikocok.
5. Campuran didinginkan pada suhu kamar. Isi labu dituangkan ke dalam corong
pisah 500 mL yang sudah diisi 250 mL air es.
6. Nitrobenzene dipisahkan dari lapisan air kemudian dicuci berturut-turut dengan
25 mL air, 25 mL larutan NaOH 5% dan 25 mL air.
7. Lapisan nitrobenzene yang telah dicuci, dipindahkan dengan hati-hati ke dalam
Erlenmeyer 100 mL yang telah diisi dengan 10 gram MgO.
8. Campuran dikocok hingga kekeruhan hilang.
9. Nitrobenzene disaring menggunakan corong biasa yang telah dilapisi kertas
saring.
10. Kemudian nitrobenzene ditampung ke dalam botol kecil.
E. HASIL PENGAMATAN
No Percobaan Hasil
.
1 4 ml aquades + 25 ml asam nitrat (HNO3) Larutan bening dan
pekat + 30 ml asam sulfat (H2SO4) pekat terasa panas
2 Penambahan 30 ml benzena, lalu dikocok. Larutan terasa panas,
Lalu didinginkan dengan kisaran suhu 50oC – menghasilkan gas.
60oC
3 Larutan direfluks selama 50 menit kemudian Mendidih pada menit ke
didinginkan dengan air mengalir 24 lapisan,
mengeluarkan bau
menyengat.
4 Hasil refluks +250 ml aquades dingin corong Terbentuk dua
pisah kocok lapisan :lapisan atas
(kuning bening), lapisan
bawah (kuning keruh).
5 lapisan bawah+25 ml aquades dingin corong Terbentuk dua
pisah kocok lapisan :lapisan atas
(kuning bening), lapisan
bawah (kuning keruh).
6 lapisan bawah+25 ml NaOH 5% (corong Terbentuk dua
pisah) kocok lapisan :lapisan atas
(coklat kemerahan ),
lapisan bawah (jingga).
7 lapisan bawah+25 ml (aquades) (corong Terbentuk dua
pisah) kocok lapisan :lapisan atas
(kuning bening), lapisan
bawah (kuning keruh).
8 lapisan bawah+5 ml gram MgO (corong Terbentuk dua
pisah) kocok lapisan :lapisan atas
(kuning bening), lapisan
bawah (kuning keruh).
9 Campuran disaring menggunakan kertas Residu tertinggal
saring dikertas saring,
diperoleh larutan kunig
jernih.
10. Larutan nitrobenzena ditimbang Diperoleh massa larutan
nitrobenzene 23,1 gram
dan volume larutan 20
ml sehingga massa jenis
yang diperoleh adalah
1,2 g/ml
F. ANALISIS DATA
Diketahui : Massa jenis Benzena : 0,90 g/mL
Massa jenis Nitrobenzena : 1,203 g/mL
Mr Benzena : 78 g/mol
Mr Nitrobenzena : 123 g/mol
Volume Nitrobenzena : 20 mL
Mr HNO3 : 63 g/mol
Ditanyakan : Rendemen = ......?
Penyeleseian:
Massa HNO3 =ρxV
= 1,4 g/mL x 25 mL
= 35 g
Massa Benzena = ρ x V
= 0,87 g/mL x 27 mL
= 23,49 g
gram 23,49 gram
Mol benzena = = =0,30 mol
Mr 78 gram/mol
gram 35 gram
Mol HNO3 = =¿ =0,56 mol
Mr 63 gram/mol
massa praktek 24 g
% Rendamen = = x 100 %=65,04 %
massa teori 36,90 g
G. PEMBAHASAN
O O
O
H+
H-O-+N H +O +N N+ + H2O
O
O
H O
2. Penyerangan elektrofil
3. Pembentukan karbokation H NO2
+ + +
NO2
H NO2
+
+ HSO4- + H2SO4 +H2O
H2SO4
+HNO3
b. Meta Nitrobenzena
NO2
NO2
H2SO4
+HNO3
NO2
c. 1,3,5 trinitrobenzena
NO2 NO2
H2SO4
+HNO3
NO2 NO2
NO2
d. H2O (air) dan sisa asam dari H2SO4
H. PENUTUP
2. KESIMPULAN
a. Pembuatan senyawa aromatik, misalnya pada pembuatan nitrobenzene dapat
dibuat dengan metode refluks, penyaringan, dan pemisahan menggunakan
corong pisah.
b. Reaksi substitusi elektrofilik terjadi pertukaran gugus bermuatan positif
parsial dengan salah satu atom, ion atau gugus dalam rangkaian tertutup
senyawa aromatik. Pada percobaan ini terjadi pembentukan elektrofil,
pembentukan ion benzenonium, pembentukan karbonium, dan terjadilah
ikatan delokal dalam cincin
c. Perbedaan yang khas antara senyawa aromatik dan alifatik adalah benzena
adalah pada senyawa aromatik cenderung bereaksi secara substitusi
sedangkan pada senyawa alifatik cenderung bereaksi secara adisi. Rendemen
nitrobenzena yang di peroleh pada percobaan adalah sebesar 45,64%.
3. SARAN
a. Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agat berhati – hati dalam
menuangkan larutan pekat dalam hal ini asam sulfat karena berbahaya bila
erkena kulit.
b. Diharapkan kepada asisten untuk tetap istiqomah membimbing dengan baik
c. Diharapkan kepada laboran agar menyediakan alat dan bahan yang memadai
demi keefektifan berjalannya praktikum agar praktikan tidak keteteran
mencari alat atau bahan yang kurang dan alat atau bahan yang ada dalam
lemari alat dan bahan yang disediakan hanya yang akan digunakan pada saat
melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, entaria Juli, dkk. 2008. Adsorbsi Zat Organik Nitrobenzena dari Larutan
dengan Menggunakan Bubuk Daun Intaran. Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. Vol 7, no. 3.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Zat pereaksi yang digunakan sebagai dasar dalam perhitungan adalah benzena,
menurut reaksi :
C6H6 + HNO3→ C6H6NO2 + H2O
gram 23,5 gram
Mol C 6 H 6 = = =0,30mol
Mr 78 gram/mol
gram 35 gram
Mol HN O3= = =0,56 mol
Mr 63 gram/mol
O
+ N+ +
O
c. Pebentukan karbokation
H NO2 H NO2 H NO2 H NO2
+ H2SO4
+ + H2
H NO2 NO2
FeCl3
+Cl2 +HCl
b. Brominasi
Br
FeBr3
+Br2 +HBr
c. Nitrasi
NO2
H2SO4 +H2O
+HNO3
d. Sulfonasi
SO3H
+H2SO4 +H2O
5. Posisi yang diserang jika senyawa dinitrasi oleh :
a. Fenol, bagian yang diserang adalah orto dan para karena fenol merupakan
gugus fungsi pengarah orto dan para
b. Toluena, bagian yang diserang adalah orto dan para karena toluena
merupakan gugus fungsi pengarah orto-, para-
c. Benzaldehid, bagian yang diserang adalah meta, karena benzaldehid
merupakan gugus fungsi pengarah meta.
6. Apabila benzena digunakan sebagai pelarut nitrasi fenol yang akan digunakan
asam nitrat pada suhu 5-100C, hal ini tidak dapat terjadi nitrobenzene dalam
reaksi ini karena suhunya terlalu rendah.
LAPORAN SEMENTARA
JURNAL PRAKTIKUM
MSDS
Tugas Respon
DOKUMENTASI