Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah : Seminar Teori Perencanaan

Nomor Tugas : 02
Tanggal Penyerahan : 4 Maret 2018
Dosen : IR. Supratignyo Aji, MT.

THEORY OF PLANNING DAN THEORY IN PLANNING


Tugas ini disusun guna memenuhi nilai mata kuliah Seminar Teori Perencanaan

Disusun Oleh :
Kelompok A-17

Ega Iqbal Repiana 153060018


Fauzi Adam Kusnadi 153060036
Muhammad Wazir 153060048

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
A. Filsafat Perencanaan................................................................................................. 3
B. Teori Perencanaan .................................................................................................... 4
C. Teori Perencanaan Wilayah dan Kota .................................................................... 6
D. Theory in planning .................................................................................................... 6
E. Theory Of planning................................................................................................... 9
1. Planning Proses ................................................................................................... 10
2. Planning Approach ............................................................................................. 12
3. Planning Ethics.................................................................................................... 12
4. Planning Value .................................................................................................... 13
Filsafat Perencanaan

1. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan suatu kumpulan dari pengetahuan yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
2. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan
3. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang
yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan
ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
4. Filsafat sebagai Ilmu Pengetahuan
Filsafat berarti mengandung arti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana
(menjadi kata sifat) bisa juga berarti teman kebijaksanaan (kata benda) atau induk
dari segala ilmu pengetahuan.
Berfilsafat dapat diartikan sebagai berfikir. Seseorang filsafat dapat
dikatakan sebagai filsuf dikarenakan pemikiran-pemikirannya yang radikal, artinya
radikal yaitu berfikir mencari suatu permasalahan sampai pada akarnya. Seorang
filsuf mempunyai cara berfikir dan padangan yang hebat
Berikut adalah ciri berfikir dari seorang filsafat:

1. Radikal: berfikir radikal artinya berfikir sampai keakar permasalahannya.


2. Sistematik, berfikir yang logis, sesuai aturan, langkah demi langkah,
berurutan, penuh kesadaran, dan penuh tanggung jawab.
3. Universal, berfikir secara menyeluruh tidak terbatas pada bagian tertentu
tetapi mencakup seluruh aspek.
4. Spekulatif, berfikir spekulatif terhadap kebenaran yang perlu pengujian
untuk memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.
5. memberikan bukti kebenaran yang difikirkannya.
5. Landasan Filsafat Ilmu
a. Landasan Ontologis
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno
danberasal dari Yunani. Kajian tersebut membahas tentang keberadaan sesuatu yangbersifat
konkret.
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos
berartisesuatu yang berwujud (being) dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi adalah
bidangpokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala sesuatu yang adamenurut
tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab akibat yaitu adamanusia, ada alam,
dan ada kausa prima dalam suatu hubungan yang menyeluruh,teratur, dan tertib dalam
keharmonisan (Suparlan Suhartono, 2007)
b. Landasan Epistomologi
Epistomologi berasal dari bahasa Yunani ”episteme” dan
”logos”.“Episteme” berarti pengetahuan (knowledge), “logos” berarti teori. Dengan
demikian epistomologi secara etimologis berarti teori pengetahuan. (Rizal,2001:
16). Epistomologi mengkaji mengenai apa sesungguhnya ilmu, darimana sumber
ilmu, serta bagaimana proses terjadinya
c. Landasan Aksiologis
Secara etimologis, istilah aksiologis berasal dari bahasa Yunani Kuno,
terdiri dari kata “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” yang berarti teori. Jadi,
aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Secara singkataksiologi
adalah teori nilai. Dalam Encyclopedia of Philosophy (dalam Bakhtiar, 2006)
dijelaskkan,aksiologi disamakan dengan Value dan Valuation.
Landasan aksiologi ilmu menyangkut permasalahan pertama, apakah ilmu
mendekatkan manusia pada kebenaran Tuhan itu sendiri. Kedua, apakah
ilmubermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri. Ketiga, apakah ilmu itu
bebasnilai atau tidak bebas nilai, sebab nilai-nilai menyatu dengan ilmu itu sendiri.
Makna aksiologi ilmu bisa diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh
A. Teori Perencanaan
Teori secara terminologis bermakna sebagai anggapan-anggapan yang dike-
mukakan sebagai suatu penjelasan berdasar alasan yang dilandasi seperangkat
fakta. Selain itu dapat berarti sebagai suatu cara untuk memahami tentang sesuatu
hal mela-lui suatu kerangka berfikir, yang dapat menginterpretasi fakta dan
pengalaman (Webster, 1959)
1. Memiliki prosedur atau langkah-langkah sistematis
2. Ada perspective origins (hasil pemikiran yang orisinil)
3. Memiliki representation form
Secara umum teori merupakan serangkaian konsep yang dapat diuji dan
dapat menyatakan keabsahan suatu fakta. Teori didapatkan dari suatu penelitian
atau pengamatan atas suatu kejadian (fenomena). Fenomena yang terjadi bisa
menjadi akibat dari suatu fenomena dan merupakan penyebab bagi munculnya
fenomena-fenomena lain. Seringkali rangkaian dari fenomena yang terjadi akan
membentuk suatu pola, sehingga dengan penggunaan suatu teori tertentu dapat
diprediksi kecenderungan apa yang akan terjadi setelah fenomena yang sama
terjadi. Untuk memastikan kejadian suatu fenomena diperlukan sebuah pengujian
teori. Jadi teori tidak akan dinyatakan benar dan sesuai untuk suatu kasus jika teori
itu sendiri belum dibuktikan hubungannya dengan suatu fenomena. Dengan proses
pembuktian akan didapatkan hasil prediksi. Dari hasil prediksi tersebut dapat
diambil kesimpulan penyebab dan apa yang akan disebabkan oleh suatu fenomena

Sehingga bisa dikatakan bahwa suatu teori adalah suatu kerangka kerja konseptual
untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa
tindakan selanjutnya.
Menurut filsafat, salah satu karakteristik dari ilmu pengetahuan adalah dapat diuji
kebenarannya dengan kata lain bahwa terdapat suatu teori yang dapat diuji kebenarannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka perencanaan pun memiliki teori. Teori –
teori berkaitan dengan perencanaan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu theory of
planning dan theory in planning.
Perencanaan mempunyai banyak definisi dan arti. Kata perencanaan itu
sendiri dapat diasosiasikan pada aktivitas, suatu proses, sebuah profesi, dan sebagai
disiplin (Dempster, 1998).
Perencanaan merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang dimana
perencanaan merupakan suatu tindakan/upaya memanfaatkan sumber daya dengan
metode tertentu untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Ilmu
perencanaan tidak berdiri sendiri (stand alone), di dalam ilmu perencanaan sendiri
terdapat berbagai disiplin ilmu yang dipelajari (multi disiplin) seperti ilmu
demografi, geologi, ilmu ekonomi, dan lain sebagainya. Sebagai sebuah ilmu,
perencanaan pun memiliki ciri – ciri sebagaimana yang sudah disebutkan, yaitu
sistematis (perencanaan memiliki proses didalamnya yang meliputi dari perumusan
masalah hingga implementasi secara sistematis), memiliki metode ilmiah (memiliki
analisis dengan metode ilmiah tertentu, seperti analisis kesesuaian lahan), dan juga
dapat diuji. Adapun dari fungsinya, perencanaan cenderung berfungsi sebagai
pengendali (control) dari suatu fenomena walaupun didalamnya perencanaan
melakukan eksplanasi dan prediksi (proyeksi).
Hubungan antara teori dan perencanaan dapat ditunjukkan dari teori dalam
perencanaan dan teori perencanaan. Teori perencanaan berarti suatu anggapan
untuk dapat menginterpretasi fakta dan pengalaman menjadi konsep dan rencana;
sedang-kan teori dalam perencanaan mengandung makna sebagai cara untuk
menginterpretasi sehingga dapat menyusun tujuan-tujuan pada masa mendatang
dengan cara memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada, serta memperhatikan
keterbatasan dan atau kendala yang ada, agar dapat dicapai suatu basil secara
optimal.
B. Teori Perencanaan Wilayah dan Kota
Perencanaan Wilayah dan Kota dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
perencanaan yang merupakan fokus kegiatan dengan wilayah dan kota sebagai
lokus.
C. Theory in planning
Dalam melakukan perencanaan diperlukan sumbangan ilmu lain yang
secara metodologi dapat dipergunakan untuk mengukur keabsahan hasil rencana.
Seperti halnya hasil pemikiran filosof bidang ilmu matematika, fisika, geografi,
geodesi, arsitektur, sosial, ekonomi, politik, hukum, dan lingkungan sangat
mewarnai bentuk disiplin ilmu perencanaan yang saat ini dikenal banyak orang.
Proses ini ditangkap oleh Minett sebagai theory in planning (Minett, 1972 dalam
Faludi, 1973). Penyerapan substansi metode dari disiplin ilmu lain sering disebut
sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal dengan theory in
planning.
Teori ini menekankan pada proses perencanaan dan teori prosedural. Teori
in planning merupakan teori substantif dari berbagai disiplin ilmu yang relevan
dengan bidang perencanaan.Teori atau substansi apa yang perlu diketahui oleh
perencana untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Archibugi (2008) berdasarkan penerapan teori perencanaan
wilayah dapat dibagi atas empat komponen yaitu :
1. Physical Planning (Perencanaan fisik).
Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara
komprehensif. Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang
aspek lingkungan.
 Land Use Teori
Von Thunen menggambarkan negeri yang terisolasi dengan iklim dan
tanah yang seragam, topografi yang seragam dan datar, serta alat-alat
transportasi yang seragam yang hanya dilayani oleh kereta yang ditarik oleh
hewan atau ternak.
 Teori Geologi
Kaitan Penataan Ruang dengan Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007
tentang penanggulangan bencana dijelaskan pada pasal 35 huruf f
mengenai pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang dan dalam pasal
38 huruf d tentang penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal
1 dijelaskan bahwa bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Geologi Tata Lingkungan merupakan media dalam penerapan informasi
geologi melalui penataan ruang dalam rangka pengembangan wilayah dan
pengelolaan lingkungan, yaitu memberikan informasi tentang karakteristik
lingkungan geologi suatu lokasi/wilayah berdasarkan keterpaduan dari
aspek sumber daya geologi sebagai faktor pendukung dan aspek bencana
geologi sebagai faktor kendala. Selanjutnya hasil kajian geologi lingkungan
menggambarkan tingkat keleluasaan suatu wilayah untuk dikembangkan.
 Teori Pola Lokasi Kota
Menurut Truman Hartshorn bahwa pola lokasi kota dibagi menjadi 3 yaitu
linerar pattern, cluster pattern, dan hierarchical pattern. Dimana linear
pattern yaitu kota-kota yang mengikuti jalur transportasi, cluster pattern
adalah kota yang relatif besar yang mengelompok bersama, dan hierarchical
pattern adalah beberapa kota dengan ukuran yang berbeda-beda tertata
dalam suatu wilayah.
2. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro).
Dalam perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah. Mengingat
ekonomi wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi
makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi,
pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan,
konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan
membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang pertumbuhan ekonomi
wilayah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas
lembaga keuangan, kesempatan kerja, tabungan).
 Teori Ekonomi
Abraham Maslow menyatakan bahwa pengertian ekonomi adalah suatu
bidang keilmuan yang dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan
manusia lewat sumber ekonomi yang tersedia berdasarkan pada teori dan
prinsip dalam suatu sistem ekonomi yang memang dianggap efisien dan
efektif.
Johs Stuar Mill menyatakan bahwa pengertian ekonomi adalah ilmu
praktis yang telah mempelajari tentang penagihan dan pengeluaran.
3. Social Planning (Perencanaan Sosial).
Perencanaan sosial membahas tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial,
kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal.
Perencanaan sosial diarahkan untuk membuat perencanaan yang menjadi dasar
program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah
kebijakan demografis.
 Ilmu Kependudukan dan Demografi
Donald J. Bogue di dalam bukunya yang berjudul Principles of
Demography memberikan definisi Demografi sebagai berikut:
“Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik
tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-
perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi
yaitu Kelahiran (Fertilitas), Kematian (Mortalitas), Perkawinan, Migrasi,
dan Mobilitas Sosial”.
4. Development Planning (Perencanaan Pembangunan).
Perencanaan ini berkaitandengan perencanaan program pembangunan secara
komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.

D. Theory Of planning
Teori ini menekankan pada proses perencanaan dan teori prosedural.
Contoh dari teori ini adalah rational comprehensive planning
Dalam teori ini menjelaskan prinsip-prinsip, prosedur dan langkah-langkah
normatif yang seharusnya/sebaiknya dijalankan dalam proses perencanaan untuk
menghasilkan output dan outcomes yang efektif.
Menurut J.Brian McLoughlin (1968) dalam bukunya “system approach” to
urban and regional planning , mengusulkan suatu pandangan dari planning theory
didasarkan pada “teori lokasi”, seperti apa yang dikenal sebagai theory in planning.
Namun ia juga memberi pernyataan mengenai theory of planning. Dimana ia
mengusulkan bahwa proses perencanaan harus mempunyai bentuk yang sama
dengan proses pada mana manusia merubah lingkungannya. Dengan demikian
theory of planning menjadi kesimpulan atau akibat dari theory in planning. “Theory
of planning” berasal dari issue-issue, hal ini mencerminkan pengetahuan kita
berkaitan dengan lingkungan dan sehingga seterusnya merupakan bagian dari
“theory in planning”.
Gambar 1. Proses pembentukan theory of Planning

Dalam melakukan perencanaan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan


meliputi :

 Planning Proses
 Planning approach
 Planning ethich
 Planning value

1. Planning Proses
Proses perencanaan merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dimasa yang
akan dating secara efektif dan efisien.
Bagi perencana, haruslah jelas step by step yang dilakukan dalam
mengeluarkan output tersebut sehingga ketiga proses tersebut dijabarkan kembali.
Terdapat 8 proses yang terjadi dalam proses perencanaan.

1. Identifikasi Masalah
Masalah merupakan suatu situasi dimana terdapat
ketimpangan/penyimpangan antara kondisi eksisting (das sein) dengan
kondisi yang diharapkan (das sollen). Suatu situasi dikatakan sebagai
masalah ketika sudah dihubungkan dengan suatu nilai yang salah satunya
adalah cita – cita atau keinginan. Tahap ini merupakan hal yang menentukan
mengenai fokus dan lokus akan perencanaan yang akan dilakukan.
2. Perumusan Tujuan dan Sasaran
Tujuan adalah suatu hal/kondisi yang harus dicapai, sedangkan
sasaran adalah cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perumusan ini harus
berkaitan dengan penyelesaian masalah yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Tujuan yang ditentukan haruslah SMART (Specific,
Measureable, Achieveable, Relevant, dan Time Bound).
3. Perumusan Sasaran
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan.
Sasaran tersebut haruslah menjadi kerangka acuan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam pemenuhan sasaran, terdapat satuan – satuan
waktu sebagai acuannya.
4. Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data
ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu survey primer dan survey sekunder.
Survey primer merupakan cara mengambil data primer atau langsung yang
berarti bahwa data tersebut menggambarkan kondisi eksistingnya. Data
primer bisa didapat dengan cara observasi langsung, wawancara,
penyebaran kuisioner, dan sebagainya, Survey sekunder merupakan cara
mengambil data sekunder yang berarti bahwa data tersebut didapat dari
instansi terkait, literatur, maupun kajian sebelumnya.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data
adalah:
a. Jenis - jenis data.
b. Tempat diperolehnya data
c. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang
memadai(cukup, seimbang, dan tepat / akurat).
5. Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian akan diolah melalui
pemilahan data dan analisis data. Data – data tersebut dipilah untuk dicari
yang relevan dengan tujuan dan sasaran yang sudah dirumuskan. Setelah
itu, datanya diolah agar menjadi suatu informasi yang memiliki nilai lebih.
6. Penyusunan Alternatif
Dari hasil analisis tersebut, disusunlah alternatif – alternatif untuk
menyelesaikan masalah yang ada. Alternatif – alternatif tersebut disusun
agar perencana memiliki back up jika salah satu rencananya tidak dapat
dilakukan.
7. Pemilihan Alternatif
Setelah alternatif disusun, maka selanjutnya akan diseleksi alternatif
yang paling tepat. Alternatif ini dipilih berdasarkan keefektifan dan efisiensi
dalam menyelesaikan masalah.
8. Implementasi
Alternatif yang dipilih sebelumnya merupakan rencana yang siap
untuk dilaksanakan. Permasalahannya adalah sikap dari para perencana
yang umumnya berfikir bahwa setelah rencana tersebut terbentuk maka
selesailah tugas mereka. Tentu saja tidak. Oleh karena itu, rencana yang
disusun haruslah rencana yang logis dan rasional agar bisa dilaksanakan.
9. Monitoring dan Evaluasi
Rencana yang diimplementasikan tidak mungkin dibiarkan begitu
saja. Rencana tersebut harus diawasi progress-nya apakah sesuai dengan
yang direncanakan atau malah menyimpang. Jika terdapat suatu
penyimpangan, maka ada evaluasi untuk memperbaiki penyimpangan
tersebut.

2. Planning Approach
Pendekatan perencanaan adalah sudut pandang dalam proses penetapan tujuan agar
tujian dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendekatan perencaan ini meliputi :
 Rational Comprehensive
 Disjointed Incremental Planning
 Mixed Scanning Planning
 Pendekatan Perencanaan Advokasi
 Development From Above
 Development From Below
 Local Economic Development
3. Planning Ethics
Etika dalam perencanaan diartikan sebagai batasan-batasan sistem dan tata nilai
minimum dalam ruang, waktu dan kondisi tertentu yang dipersyaratkan untuk
menjamin keberlangsungan proses perencanaan guna mencapai tujuan. Pada
hakikatnya, etika perencanaan sangat diperlukan oleh setiap perencana sebagai
pengendali prilaku pihak yang terlibat dalam perencanaan dan mengikatnya agar
bertanggung jawab pada ranah publik.

4. Planning Value
Pada hakikatnhya, nilai-nilai perencanaan itu sifat dinamis, yang dimaksud dengan
sifat dinamis adalah sifat yang terus tumbuh dan berkembang dengan seiringnya
waktu.
Nilai perencanaan dapat dibedakan dalam beberapa aspek, yaitu meliouti :
 Nilai keamanan
 Nilai social
 Nilai ekonomi
 Nilai estetika
 Nilai Enginering
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
 Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES
 Truman Asa Hartshorn, Interpreting The City, John Wiley & Sons, New York,
USA, 1980

Internet :
 Tinjauan Pustaka, BAB II. Universitas Sumatera Utara
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28086/Chapter%20II.pdf?
(Diakses Pada Tanggal 17 Februari 2018, pukul 0.15 WIB)
 Hudson, Barclay M. 1979. “Comparison of Current Planning Theories:
Counterparts and Contradictions”. APA Journal, October 1979, pp. 387-398.
(Diakses Pada Tanggal 18 Februari 2018, pukul 17.45 WIB)
 Inskeep, Edward. (1991). Tourism Planning: An Integrated and Sustainable
Development Approach. New York : Van Nostrand Reinhold. (Diakses Pada
Tanggal 18 Februari 2018, pukul 17.03 WIB)
 Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Pemerintah Kota Medan. 2016. Geologi
Lingkungan Untuk Penataan Ruang. http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-
856-geologi-lingkungan-untuk-penataan-ruang.html. (Diakses Pada Tanggal
18 Februari 2018, pukul 18.06 WIB)

Anda mungkin juga menyukai