Anda di halaman 1dari 17

PRESENTASI KASUS

SCABIES

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Di RS PKU Muhammadiyah Jogjakarta

Diajukan Kepada Yth:

dr. Siti Aminah. TSE, Sp.KK.,

Disusun oleh

Tantari Rahmawati

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT dan KELAMIN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RS PKU MUHAMMADIYAH JOGJAKARTA

2016
BAB II

LAPORAN KASUS

I IDENTITAS

Nama : Sdr A
Usia : 16 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sayegan, Sleman

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Gatal-Gatal di tangan, dada dan leher

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien laki-laki usia 16 th datang ke poli kulit PKU Yogyakarta
dengan keluhan gatal di bagian dada dan leher sejak 2 minggu sebelum periksa ke RS. Menurut
pasien, awalnya terdapat bentol-bentol kemerahan kecil di daerah sela jari tangan dan kemudian
dada bagian depan kemudian bentol-bentol dirasakan semakin meluas ke bagian leher depan.
Keluhan terutama dirasakan memberat ketika malam hari dan ketika pasien berkeringat. Pasien
mengaku member caladyn lotion untuk meringankan gejala namun tidak ada perbaikan. Pasien
menyangkal adanya rasa nyeri, bengkak, dan demam.

Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengeluh gejala serupa. Riw asthma (-),
riw. alergi (-).

Riwayat Penyakit Keluarga : Kakak pasien yang tinggal serumah dengan pasien sebelumnya
mengeluh gejala serupa dan didiagnosa infeksi kutu.

Riwayat Personal Sosial : Pasien adalah seorang pelajar kelas 3 SMP, tidak ada temannya
yang mengeluh gejala serupa. Pasien tinggal serumah dengan keluarganya, kadang berganti-ganti
barang pribadi (handuk) dan suka tidur di tempat tidur kakaknya.

III. PEMERIKSAAN :
Kesan Umum : Baik. Kesadaran : compos mantis

Status Dermatologi : Tampak adanya papul hiperpigmentasi tersebar merata, multiple


bergerombol di daerah tangan dan sela jari tangan kanan dan kiri, dada dan leher bagian depan,

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Tidak dilakukan

V.DIAGNOSIS KERJA :

Scabies

VI. DIAGNOSIS BANDING

-Pioderma

-Dermatitis Atopi

-Insect Bite

VII. PENATALAKSANAAN

- Krim Permethrine 5% dioeleskan ke seluruh badan dan ditunggu selama 10 jam dan
kemudian dibilas dengan sabun
- Cetirizin 1x1

VII. EDUKASI :

- Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama dan alas tidur diganti
- Merendam semua pakaian dan peralatan tidur dalam air panas kemudian dicuci dengan
deterjen
- Krim yang diberikan dibalurkan ke seluruh tubuh setelah mandi saat malam hari
- Individu yang kontak dengan pasien terutama yang satu rumah diedukasi untuk diobati
juga

VIII. PROGNOSIS : Bonam

BAB I
PENDAHULUAN

Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu parasit obligat
pada manusia yaitu Sarcoptes scabei var hominis ke dalam lapisan epidermis. Penyakit ini
umumnya ditemukan di area urban yang padat penduduk atau ditempat-tempat seperti pesantren,
atau penjara yang mana hygine individu kurang diperhatikan.

Transmisi peyakit biasanya melalui kontak personal atupuan berganti-ganti barang


pribadi dengan penderita scabies. Manifestasi klinis biasanya gatal secara umum yang lebih
intens dirasakan saat malam hari dan saat berkeringat. Kutu ini membuat liang terowongan pada
stratum corneum dan melanjutkan siklus hidup di sana.

Banyak obat-obatan terutama golongan insektisida yang digunakan dalam terapi scabies
pada abad 20 namun kebanyakan obat tersebut bersifat toksik. Adanya resistensi terhadap obat
yang sudah ada, derajat keparahan penyakit telah mendorong strategi pengobatan dan antiparasit
baru untuk manajemen yang lebih optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Merupakan infeksi parait yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabeii var
hominis. Infeksi ini terjadi karena kontak langsung dari kulit ke kulit ataupun kontak
tidak langsung (melalui benda isalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll)
B. EPIDEMIOLOGI
Scabies dapat menyerang semua ras dan semua kelas sosial di seluruh dunia,
tetapi gambaran yang akurat mengenai prevalensinya sulit ditemukan. Studi yang
dilakukan oleh Downs et al dengan data yang dikumpulkan di Inggris menunjukkan
insiden yang tinggi pada akhir tahun 1960-an sampai 1970 an dan menurun pada 1980 an
dan meningkat kembali pada tahun 1990 an dimana prevalensi yang lebih tinggi
ditemukan di area urban, lebih banyak wanita dan anak-anak. Ada banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini antara lain : kebersihan yang buruk, kesalahan
diagnosis dan perkembangan demografik serta ekologi.
Scabies paling sering ditemukan pada wanita dewasa muda dan anak-anak tetapi
dapat menyerang semua umur dan di Inggris pada beberapa tahun terakhir ini lebih sering
ditemukan pada lansia di tempat-tempat perawatan. Insiden seks secara keseluruhan
mungkin sama sedangkan terdapa beberapa kelompok ras yang lebih berhubungan
dengan kebiasaan dan faktor kebersihan yang buruk.
C. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit sarcoptes scabeii var hominis.Kutu scabies
memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang. Secara morfologik merupakan tungau kecil bentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih
kotor dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 150-200
mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di depan untuk melekat dan
2 pasang di belakang dengan rambut. Sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keeempat dengan alat perekat.

D. PATOGENESIS
Kutu scabies betina menggali terowwongan pada lapisan stratum corneum dengan
kecepatan 2 mm perhari dan meletakkan 2 atau 3 telur setiap hari. Telur akan menetas
setelah 3 hari dan menjadi larva yang akan membentuk kantong dangkal di stratum
corneum dimana larva akan bertransformasi dan menjadi dewasa dalam waktu 2 minggu.
Kutu ini kawin di dalam kantong, dimana kutu jantan akan mati dan kutu betina yang
telah dibuahi menggali terwongan dan melanjutkan hidupnya. Setelah invasi pertama dari
kutu ini diperlukan waktu 4-6 minggu untuk timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal
akibat kutu ini. Sikus hidup ini menjelaskan kenapa pasien mengalami gejala selama bula
pertama setelah pasien kontak dengan penderita scabies. Setelah sejumlah kutu telah
dewasa dan telah menyebar dengan cara migrasi migrasi atau karena garukan pasien, hal
ini akan berkembang dari pruritus yang terlokalisir menjadi puritus generalisata.
Selama siklus hidup ini, terowongan yang terbentuk meluas dari beberapa
millimeter menjadi beberapa sentimeter. Terowongan tidak meluas ke lapisan bawah
epidermis kecuali pada kasus hyperkeratosis scabeii Norwegian dimana terdapat kult
yang bersisik, menebal, terjadi imunosupresan atau pada orang dengan jumlah kutu
ribuan. Telur-telur akn dikeluarjkan dengan kecepatan 2-3 telur per hari dan masa feses
( skibala) terdeposit pada terowongan dan dapat menyebabkan pruritus.
Tungau scabies lebih suka memili area tertentu untuk memuat terowongan dan
menghindari area yang memiliki banyak pilosebaseus. Biasanya satu individu terdapat
kurang dari 20 tungau di tubuhnya. Orang tua dengan imunodefisiensi atau yang sedang
mengkonsumsi imunosupresan mempunyai risiko tinggi untuk terinfeksi Norwegeian
scabeii.
Reaksi hipersensitivitas akibat adanya benda asing mungkin merupakan penyebab
lesi. Titer igE dapat terjadi pada beberapa pasien scabies bersama dengan eosinofilia dan
reaksi hipersensitivitas tipe langsung akibat reaksi dari tungau betina ini. Kadar igE dan
eosinofil menurun setelah 1 th dilakukan perawatan. Fakta bahwa gejala yang timbul jah
lebih cepat ketika terjadi reinfeksi mendukung pendapat bahwa gejala dan lesi adalah
hasil dari reaksi hipersensitivitas.
E. DIAGNOSIS
1. Gambaran Klinis
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infeksi sarcoptes scabeii bervariasi.
Meskipun demikian kita data menemukan gambaran klinis berupa keluhan subjektif da
objektif yang spesifik. Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada scabies :
a. Prurigo nocturia
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau scabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6-8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan
ruam dan gatal yang timbul selama beberapa hari. Gatal terutama dirasakan pada
malam hari karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab
dan panas. Sensasi gatal dapat menyebabkan gangguan tidur.
b. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secraa berkelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga . Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduk. Di dalam kelompok mungkin akan ditemukan
penderita hiposensitivitas sehingga meskipun terinfeksi tetapi tidak mengelgkan
gejala.
c. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup tungau bergantung pada kemampuan meletakkan telur, larva
dan nimfa dalam stratum corneum. Oleh karena itu tungau menyukai bagian kulit
yang memiliki stratum corneum yang relative longgar dan tipis. Lesi yang timbul
berupa eritem, krusta, ekskoriasi papul dan nodul yang sering diteukan di daerah
sela jari, pergelangan tangan bagian depan, siku, aksilar, ksrotum, penis dan
areola wanita. Bila ada lesi sekunder ruam menjadi polimorfik (pustule,
ekskoriasi, dll). Erupsi eritem dapat tersebar di badan sebagai reaksi
hipersensitivitas pada antigen tungau. Lesi patognomonis adalah terowongan tipis
dan kecil seperti benang, berstruktur linear ukuran 1-10 mm, warna puih abu-abu
dan pada ujung terowongan terdapapt paul atau vesikel yang merupakan hasil
pergerakan ke stratum corneum. Terwongan telihat jelas di sela jari, siku dan
pergelangan tangan namun pada awal infeksi sulit ditemukan karena aktivitas
menggaruk pasien yang hebat.
d. Menemukan Sarcoptes scabeii
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh maka kemungkinan
dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan inimerupakan
hal paling diagnostic. Akan tetapi kriteria keempat akan susah ditemukan karena
hampir sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat
variatif dan tidak spesifik. Diagnosa positif didapatkan bila menemukantungau
dengan kaca pembesar, biasanya posisis tungau determined dalam liang, dapat
menggunakan pisau untuk teknik irisan ataupun dengan menggunakan jarum
steril. Pada anak-anak tungau banyak ditemukan di bawah kuku karea aktivitas
menggaruk.

2. Bentuk Klinis
Selain bentuk abses yang klasik, terdapat pula berbagai bentuk yang tidak khas meskipun
jarang ditemukan. Berbagai bentuk scabies anatar lain :
a. Skabies pada bayi dan anak
Pada anak yang kurang dari 2 th, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit kepala
sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Nodul pruritus eritem keunguan
dapat ditemukan di aksila dan daerah lateral badan anak. Vesikel dan bula timbul
terutama pada telapak tangan dan jari. Lesi scabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada bayi
lesi terdapat di wajah yang timbul dalam bentuk vesikel, pustule dan nodul dan
sering dikaburkan dengan dermatitis atopic. Rasa gatal bisa sangat hebat sehingga
anak irritable dan kurang nafsu makan.
b. Skabies nodular
Terjadi sekitar 7 % dari kasus scabies dimana lesi berupa nodul merah kecoklatan
ukuran 2-20 mm yang sangat gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup
terutama genitalia, unguinal dan aksila.
c. Norwegian Scabies ( Skabies berkrusta)
Merupakan scabies berat yang ditandai dengan lesi klinis generalisata berupa
krusta dan hyperkeratosis dengan tempat predileksi pada kulit kepala berambut,
telinga, bokong, telapak tangan dan kaki , siku, lutut dapat pula disertai kuku
distrofik. Bentuk ini sangat menular tetapi gatal sangat sedikit. Dapat ditemukan >
1 juta tungau di kulit. Bentuk ini ditemukan pada penderia immunocompromised.

3. Pemeriksaan Penunjang
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis scabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita sering
datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnsosis sulit ditegakkan. Pada umumnya
diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 cardinal sign. Beberapa cara yang
dapat digunakan yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10%, lau dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang
bertujuan mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan
diletakkan di atas gelas objek dan ditutu dengan kaca penutup lalu diperiksa di
bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jaru suntik yang runcing dimasukkan ke dalam
terowongan yang utuh dan digeakkan secara tangensial ke ujuang lainnya
kemudian dikeluarkan. Bila positif unau terlihat di ujung jarum sebagai parasit
yang sangatkecil dan transparan.
c. Tes tinta pada Burrow ( Burrow ink Test)
Papul scabies ditetesi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah
tinta cina dibersihkan dengan kapas alcohol, terowongan akan kelihatan lebh
gelap dibandingkan dengan kulit sekitarnya karena kaumulasi tinta di
terowongan. Tes positif bila terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa
garis menerupai bentuk S.
d. Membuat bipsi irisan
Dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian
dibuat irisan tipis dan dilakukan irisan superficial menggunakan pisau
usahakan tidak berdarah. Kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi
dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi
irisan dengan pewarnaan hematosiklin dan Eosin.

e. Uji Tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli.
Setelah diberssihkan, dengan menggunakan sinar UV lampu Wood,
tetrasiklin akan menujukkan efloresensi warna kuning keemasan pada
kanalikuli.
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Insect Bite
Karakteristik berupa urtikaria papul eritem 1-4 mm, berkelompok dan tersebar di
seluruh tubuh. Sedangkan tungau scabies lebih suka memilih area yang punya banyak
folikel pilosebasea. Pada umumnya papul urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan
serangga tetapi area lesi hanya berbatas pada area gigitan sedangkan scabies
ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti benang putih abu-abu
pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel.
2. Dermatitis Atopik
Radang kulit berulang dan kronis dengan disertai gatal. Keluhan biasanya hilang
timbul dan memberat di malam hari. Terdapat riwayat atopi pada pasien atau
keluarga.Tempat predileksi pada remajaadalah lipat siku, lutut, sekitar bibir, biasanya
berupa plak popular eritem, skuama, likenfikasi, erosi dan kadang disertai pustulasi.
G. PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk scabies yang mempunyai tingkat keefektivitasan
yang bervariasi. Pada pasien dewasa, skabisid topical dioleskan ke seluruh permukaan
tubuh kecuali area wajah dan kulit kepala, difokuskan di sela jari, inguinal, genital, area
lipatan kulit sekitar kuku dan area belakang telinga. Pada pasien anak dan scabies
berkrusta, area wajah an kulit kepala juga harus dioleskan skabisid. Pasien harus
diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisid yang adekuat, ruam dan
gatal dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika tidak diberikan penjelasan pasien akan
beranggapan bahwa pengobatan tidak berhasil.
1. Penatalaksanaaan secara umum :
Edukasi pasien :
a. Mandi dengan air hangat dan keringkan badan
b. Pengobatan meliputi seluruh bagian tubuh baik yang terkena scabies maupun
yang tidak terkena
c. Pengobatan dilakukan dengan dioleskan dan sebaiknya malam hari sebelum tidur
d. Ganti pakaian, handuk dan sprei yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan
rendam dengan air panas
e. Setiap orang yang tinggal di dalam satu rumah sebaiknya mendapat penanganan
di waktu yang sama
f. Control setelah satu minggu
2. Penatalaksanaan khusus
Ada banyak cara pengobatan khusus pada pengobatan scabies yaitu dapat diberikan
topical maupun oral, antara lain :
a. Permethrin 5%
Merupakan sintesa dari pyrethnoid yang sifat skabisidnya sangat baik. Obat
ini merupaka pilihan pertama dalam pengpbatan scabies karena efek toksisitas
terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat salah dalam
penggunaan sangat kecil. Hal ini karena hanya sedikit yang terabsorbsi dan cepat
dimetabolisme di kulit dan diekskresikan di urin. Tersedia dalam dosis tunggal
digunakan selama 8-12 jam, dugunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2
minggu. Perethrin tidak dapat diberikan pada bayi < 2 bulan, wanita hamil dan
menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih dan gatal.
Pemetrin bekerja pada smua tahapan kutu ( telur,nimfa, larva)
b. Presipitat Sulfur 2-10%
Merupakan antiskabetik tertua yang telah lama digunakan. Preparat sulfur
yang tersedia dalam bentuk salep 2-10%. Cara aplikasi salep sangat sederhana yakni
mengoleskn salep ke seluruh tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut .
keuntungannya adalah harga yang murah. Bila kontak dengan jaringan yang hidup
preparat akan membentuk hydrogen sulfide dan penthatonic acid ( CH2S5O6) yang
bersifat germisid dan fungisid. Secara umum sukfur bersifat aman bila digunakan
anak-anak, wanita hamil dan menyusui serta efektif dalam kondisi 2,5% pada bayi.
Kerugiannay berupa bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang menimbulkan
iritasi.
c. Lindane
Dikenal juga sebagai hexacloride gamma benzene yang bekerja pada SSP
tungau. Lindane diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus dan selpaut
lendir kemudian keseluruh bagiantubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada
jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi dan
kematian tungau.Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel tidak berbau dan
tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan cara mengoleskan ke seluruh
tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion.
Setelah pemakaian dapat dicuci bersih dan bisa diulang setelah 1 minggu. Efek
samping linden antara lain menyebabkan toksisitas SSP, kejang dan bahkan
kematian anak atau bayi walau jaang terjadi. Tanda klinis toksisistas SSP setelah
penggunaan linden adalah sakit kepala, mual, pusing, mutah, gelisah, gagal nafas
dan bahkan kematian.
d. Krotamiton Cream
Digunakan sebagai krim 10% atau lotion. Tingkat keberhasilan bervariasi
antara 50-70% . Hasil terbaik diperoleh bila diaplikasikan 2x/hari selama 5 hari
berturut-turutsetelah mandi dan berganti pakaian dari leher ke bawah selama 2
malam setelah aplikasi kedua dicuci. Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini
tidak direkomendasikan karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang
tingkat keracunan terhadap obat tersebut.
f. Ivermectin
Merupakan bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotic makrolid namun tidak
mempunyai aktifits sebagai antibiotic, diketahui aktif melawan ekto dan endo
parasit. Diberikan secara oral , dosis tunggal 200mikrogram/kgBB dan dilaporkan
efektif untuk scabies. Digunakan pada umur > 5 th . Efek samping yang sering
adalah kontak dermatitis. Menurut New England Journal, berikut tabel obat anti
scabies :

Jenis obat dosis keterangan

Krim permethrin 5% Dioleskan selama 8-14 Terapi lini 1 di US dan


jam. Diulang selama 7 kehamilan kategori B
hari

Lotion Lindan 1% Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan


setelah itu dibersihkn, pada anak < 2 th, wanita
olesankedua diberikan hamil dan menyusui
seminggu kemudian

Cream crotamiton 10% Doels selama 2 hari Punya efek anti pruritus
berturut-turut, lalu tetapi efektifitasannya
diulanhg dalam 5 hari tidak sebaik topical lain

Ivermectine Dosis tunggal oral, bisa Punya efektifitasan yang


200mikrogram/kgBB diulang 10-14 hari tinggi dan aman. Biasa
digunakan dalam kasus
scabies berkrusta dan
scabies resisten.

Pengobatan Simptomatik
Obat anti pruritus mungin mengurangi gatal yang secara karakteristik menetap
selama beberapa minggu setelah terapi anti scabies yang adekuat. Setelah pengobatan
berasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat bertahan selama 6 minggu sebagai
eksematous. Paisen dapat diobati dengan pengobatan eksem biasa dengan emolien da
steroid topical dengan atau tanpa antibiotic tergantung adanya infeksi sekunder.

H. KOMPLIKASI
Di utara Australia dilaporkan angka kematian meningkat 50% selama lebih dari 5
th dengan penyebab utama infeksi bakteri skeunder yang sering disebabkan oleh s.
aureus. Impegtignisasi sekunder sering ditemukan dan berespon baik dengan antibiotic
oral maupun topical.
I. PROGNOSIS
Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa bulan bahkan tahun.
Pada individu yang immunokompeten jumlah tungau akan berkurang seiring waktu .
investasi scabies dapat disembuhkan dan memiliki prognosis yang baik jika dilakukan
perawatan.

BAB IV

PEMBAHASAN
Skabies merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabeii var
hominis yang invasinya berbatas di lapisan epidermis tepatnya di stratum corneum. Lesi
awalnya berbentuk papul kecil-kecil multiple dan disertai terowongan kecil yang ujungna
berupa papul. Keluhan utama biasanya gatal terutama di malam hari dan lebih sering
meyerang individu yang hidup berkelompok karena parasit ini mudah menular.
Pasien laki-laki usia 16 th didiagnosa mengalami infeksi scabies seeelah dari
anamnesis didapatkan 2 dari 4 tanda cardinal yaitu gatal di malam hari dan tinggal
bersama dalam satu keluarga dimana kakak pasien belum lama mengalami keluhan
serupa. Selain itu dari pemeriksaan didaptkan papul hiperpigmentasi, multiple, tersebar di
daerah tangan dan sela jari tangan, dada dan leher depan. Kmduian pasien diberikan
scabimite yang berisi krim permethrin 5% dan terapi oral berupa antihistamin untuk
mengurangi pruritus. Terapi ini sudah sesuai dengan guideline serta diberkan edukasi
mengenai cara penularan dan cara mematikan tungau di barang-barang pribadi.

BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus scabies pada anak usia 16 th. Diagnosis scabies
ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama didapatkan gatal
pada sela jari tangan, leher bagian depan dan dada. Effloresensi dijumpai sesuai
gambaran klinis scabies. Pemeriksaan penunjang tidak dilaukan. Pasien diterapi dengan
kombinasi antihistamin oral dan skabisid topical. Terapi yang diberikan sudah cukup
adekuat sehingga diharapkan dapat efektif untuk kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

1. Stone S.P, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites and pedisulosis in : Wolff K,
Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine 4th edition. United States fof America. Mc Graw-Hills,2008.p. 834-841

2. Chosidow O.Scabies. New England J.Med, 2006 p : 1718-1723

3. PERMENKES RI nomor 5 th 20014


4. Syamsuri, Nurul Fajri. Pemeriksaan dan Penanganan pada Skabies. 20013 . Makassar :
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

5. Goldhust, Muhammad. Treatment of Scabies : The Topical Ivermectin vs Permethrine


2,5% Cream. Journal of Polish Parasitological Society. 2013.

Anda mungkin juga menyukai

  • Preskas Word
    Preskas Word
    Dokumen27 halaman
    Preskas Word
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Kasus
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Morning Report Obsgyn
    Morning Report Obsgyn
    Dokumen11 halaman
    Morning Report Obsgyn
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Adb
    Adb
    Dokumen7 halaman
    Adb
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Kasus
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Morning Reort
    Morning Reort
    Dokumen6 halaman
    Morning Reort
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Cholecystitis
    Cholecystitis
    Dokumen7 halaman
    Cholecystitis
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Homevisit
    Homevisit
    Dokumen6 halaman
    Homevisit
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Adb
    Adb
    Dokumen7 halaman
    Adb
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Format THT
    Lapsus Format THT
    Dokumen1 halaman
    Lapsus Format THT
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Format Anes
    Lapsus Format Anes
    Dokumen1 halaman
    Lapsus Format Anes
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Anti Psikotik
    Anti Psikotik
    Dokumen19 halaman
    Anti Psikotik
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Cakas DR Iqbal
    Cakas DR Iqbal
    Dokumen1 halaman
    Cakas DR Iqbal
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Lap Pagi Interna (CKD)
    Lap Pagi Interna (CKD)
    Dokumen15 halaman
    Lap Pagi Interna (CKD)
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Homevisit
    Homevisit
    Dokumen6 halaman
    Homevisit
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tutorial DM
    Tutorial DM
    Dokumen28 halaman
    Tutorial DM
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Internsip DHF
    Presentasi Kasus Internsip DHF
    Dokumen34 halaman
    Presentasi Kasus Internsip DHF
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Morpot Ortho
    Morpot Ortho
    Dokumen26 halaman
    Morpot Ortho
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen10 halaman
    Presentasi Kasus
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Tutorial DM
    Tutorial DM
    Dokumen28 halaman
    Tutorial DM
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen15 halaman
    Presentasi Kasus
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Homevisit
    Homevisit
    Dokumen6 halaman
    Homevisit
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus
    Presentasi Kasus
    Dokumen15 halaman
    Presentasi Kasus
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Kasus Laporan Pagi 1
    Kasus Laporan Pagi 1
    Dokumen2 halaman
    Kasus Laporan Pagi 1
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • JAPONICUM
    JAPONICUM
    Dokumen1 halaman
    JAPONICUM
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Homevisit
    Homevisit
    Dokumen6 halaman
    Homevisit
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Soal Postest Materi 3
    Soal Postest Materi 3
    Dokumen3 halaman
    Soal Postest Materi 3
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Post Test
    Post Test
    Dokumen1 halaman
    Post Test
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat
  • Soal Latihan SPSS
    Soal Latihan SPSS
    Dokumen5 halaman
    Soal Latihan SPSS
    Tantari Rahmawati
    Belum ada peringkat