PENDAHULUAN
FISIOLOGI BAKTERI
b. Fase Eksponensial
Selama fase eksponensial, sel berada dalam keadaan yang tetap.
Material sel baru disintesis dengan kecepatan konstan, tetapi material baru
mengkatalitik dirinya sendiri dan peningkatan massa terjadi secara
eksponensial. Hal ini berlanjut sampai satu dari dua hal terjadi; satu atau
lebih nutrien dalam medium habis atau akumulasi hasil metabolik toksik
dan menghambat pertumbuhan.
c. Fase Stasioner
Kekurangan nutrien atau akumulasi produk toksik menyebabkan
pertumbuhan sama sekali berhenti. Pada sebagian besar kasus pergantian
sel menempati fase stasioner: dimana terdapat kehilangan sel perlahan-
lahan melalui kematian yang diimbangi oleh pembentukan sel baru melalui
pertumbuhan dan pembelahan. Pada saat hal ini terjadi, jumlah sel total
secara perlahan meningkat walaupun jumlah sel yang dapat hidup tetap
konstan.
d. Fase Penurunan (Fase Kematian)
Setelah periode waktu pada fase stationer, yang bervariasi pada
tiap organisme dan kondisi kultur, kecepatan kematian meningkat sampai
mencapai tingkat yang tetap. Matematika kematian pada keadaan yang
tetap akan dibahas di bawah ini. Seringkali setelah mayoritas sel mati,
kecepatan kematian menurun secara drastis, sehingga sejumlah kecil sel
yang hidup akan bertahan selama beberapa bulan atau tahun. Persistensi
ini mungkin pada beberapa kasus mencerminkan pergantian sel, sebagian
kecil sel tumbuh dengan memakai nutrien yang dilepaskan dan sel yang
lain mati dan lisis.
Selain itu, beberapa bakteri gram positif pada keadaan tertentu membentuk
resting cells yang disebut endospora (spora). Pembentukan spora terjadi jika
nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan
bakteri (sporulasi ). Apabila keadaan menjadi baik kembali atau nutrisi esensial
telah terpenuhi maka akanberubah menjadi bakteri lagi ( germinasi ).
Sporulasi
Komponen unik bakteri tertentu (contoh Bacillus dan Clostridium)
adalah kemampuannya untuk membentuk endospora. Pada beberapa
titik dalam siklus sel vegetatif bakteri pembentukspora, pertumbuhan
diistirahatkan dan sel berubah secara progresif mengakibatkan
pembentukan endospora. Spora merupakan struktur dorman yang
mampu bertahan dalam periode yang lama dan dibantu dengan kapasitas
untuk membentuk kembali tahap vegetatif pertumbuhan di bawah
kondisi lingkungan yang sesuai. Proses yang dilibatkan dalam sporulasi,
juga pemecahan spora dorman dan tahap munculnya sel vegetatif,
menyajikan suatu contoh primitif dari diferensiasi uniseluler.
Pembentukan endospora terjadi selama fase stationer pertumbuhan
setelah terjadi penurunan nutrien tertentu dalam medium biakan atau
lingkungan. Spora tunggal dihasilkan dalam satu sel vegetatif dan
berbeda dari sel induknya dalam hal morfologi dan komposisi,
peningkatan resistensi terhadap lingkungan yang merugikan, dan
ketiadaan kemampuan mendeteksi aktivitas metabolik. Resistensi spora
terhadap panas menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan, tetapi
peningkatan resistensi spora terhadap pengeringan, pembekuan, radiasi
dan pengrusakan oleh senyawa kimia, merupakan faktor yang sangat
penting dalam lingkungan alaminya. Nilai selektif primer spora terletak
pada panjang usianya dalam tanah berpasangan dengan kemampuan
untuk bergerminasi di bawah kondisi lingkungan yang sesuai.
2.3 Faktor Pertumbuhan Bakteri
2.3.1 Nutrien
Nutrien dibutuhkan oleh setiap organisme untuk memenuhi segala
aktivitas seluler di dalam tubuhnya. Nutrien ini akan diserap kedalam sel
melalui penyerapan pasif (osmosis dan difusi) dan penyerapan aktif.
Setelah diserap ke dalam sel, nutrisi akan digunakan oleh sel melalui
proses metabolisme.
Nutrien dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Nutrien essensial ; merupakan nutrien utama yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel.
b. Nutrien tambahan/supplement ; merupakan nutrien pelengkap.
Nutrien-nutrien yang dibutuhkan bakteri:
1. Air
2. Sumber energi dan donor electron
3. Sumber nitrogen
4. Sumber aseptor electron
5. Mineral
6. Factor tumbuh
Nutrien masuk ke dalam sel melalui membrane sel yang bersifat
selektif permeable. Nutrien dapat masuk ke dalam sel bila ada kekuatan
yang menyebabkan terjadinya pergerakan melalui membrane sel.
Kekuatan tersebut dapat berasal dari perbedaan potensi kimia atau kadar
nutrien yang ada di luar sel dan di dalam sel. Proses pergerakan tersebut
memelukan energi.
Proses penyerapan nutrien pada sel dibagi menjadi:
o Penyerapan pasif, yaitu osmosis dan difusi.
o Penyerapan aktif yang memerlukan energi,
Contohnya: penyerapan laktosa pada E. coli serta penyerapan glukosa
pada azotobacter.
1. Air
Merupakan bagian terbesar dari sel, (70-58%), berperan dalam semua
proses reaksi kimia sel, dan sumber O2 dari bahan organik sel. Selain itu
bertindak juga sebagai pelarut nutrien, sehingga dapat diserap sel serta
berfungsi menyerap panas yang dihasilkan selama metabolisme
berlangsung.
2. Sumber Karbon
Kebutuhan jasad renik akan karbon dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
- Karbon Anorganik: Karbondioksida, karbonat
- Karbon Organik: C
Berdasarkan kebutuhan karbon, bakteri dibedakan menjadi:
1. Bakteri Autotrop: bakteri yang menggunakan karbon organik.
2. Bakteri Heterotrop: bakteri yang menggunakan CO2 sebagai sumber
karbon satu-satunya untuk tumbuh.
3. Sumber Nitrogen
Nitrogen diserap dalam bentuk organic dan anorganik. Sumber nitrogen
organik adalah purin, pirimidin, asam amino, dan protein, sedangkan
sumber nitrogen anorganik adalah amoniak (NH3) dan nitrat (HNO3)
4. Sumber Aseptor Elektron
Dalam bioenergi, diperlukan aseptor elektron (penerima elektron). Bila
aseptor tidak ada maka proses akan terhambat.
Contoh aseptor electron:
- Oksigen
- Senyawa anorganik (Nitrit, Nitrat, Fe3+)
- Senyawa organik.
5. Mineral
Mineral-mineral yang dibutuhkan oleh bakteri terdiri dari dua kelompok,
yaitu:
a. Makronutrien: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan
diperlukan untuk menyusun bahan-bahan seluler. Contoh: kalium
magnesium, kalsium, natrium, besi.
b. Mikronutrien: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, biasanya
diperlukan sebagai factor dari beberapa enzim. Contoh: Mn, Co, Zn,
Cu, and Mo.
2.4.1 Respirasi
Respirasi didefenisikan sebagai penggunaan serangkaian transfor elektron
untuk mentrasnfer elektron menuju aseptor elektron terakhir. Energi diperoleh
melalui fosporilasi oksidatif tetapi dalam prosesnya bisa menggunakan oksigen
sebagai aseptor elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anorganik lain
(resfirasi anaerob).
Resfirasi Aerob
Banyak organisma yangn mampu menggunakan oksigen sebagai aseptor
elektron terakhir. Dalam hal ini tidak diperlukan reduksi senyawa intermediator
sebagaimana dalam permentasi. Hasilnya senyawa-senyawa intermediate tersebut
dapat dioksidasi sempurna menjadi karbon dioksida dan air. Ini merupakan
keuntungan yang sangat besar bagi organisme akarena jumlah energi yang
dihasilkan dari oksidasi sempurna satu molekul glukosa jauh leb besar bila
dibandingkan melalui permentasi.
Hal ini disebabkan rangka aliran elektron dari NADH ke O2 melalui
serangkaian karir Cytocrom menghasilkan 3 ATP. Energi tersebut, bersama
dengan energi yang diperoleh dari oksidasi Virupat menjadi asetil COA
menghasilkan 36 ATP yang dihasilkan dari metabolisma glukosa menjadi CO2
dan H2O. Jika kita bandingkan dengan dua ATP yang dibentuk dari satu molekul
glukosa melalui fermentasi alkohol atau asam laktat, maka metabolisme aerob
jauh lebih efesien dibanding dengan fermentasi.
Bagaimana Peruvat diubah menjadi CO2 dan H2O dan bagimana prosses
tersebut menghasilkan sejumlah besar energi untuk sel ? Hal ini dipenuhi melalui
proses degradasi disebut tricarboxylic Acid Cycle (TCA Cycle) atau dikenal
dengan siklus asam sitrat maupun siklus Krebs. Setiap kali oksalo asetat
bergabung dengan asetil COA yang berasal dari Piruvat masuk kedalam siklus
akan membentuk senyawa 6 karbon yang dikenal dengan asan sitrat sehingga
dinamakan siklus asam sitrat. Dalam setiap putaran menghasilkan serangakaian
oksidasi menyebabkan terjadinya reduksi NAD atau FAD dan membebaskan 2
molekul CO2. jadi senyawa 6 karbon asam sitrat kembali ke bentuk semula yaitu
senyawa 4 karbon oksalo asetat yang siap bergabung kembali dengan asetat / astil
COA.
Akhirnya semua senyawa NADH dan FADH mengalami posforilasi
oksidatif dengan melepaskan elektron melalui serangkain cyticrom ke oksigen
menghasilkan air dan 3 molekul ATP untuk setiap pasang elektron dari NADH.
Jumlah energi yang diperoleh dari fermentasi dan respirasi dari satu molekul
glokosa adalah sebagai berikut :
Glikolisis Anaerob / Fosforilasi substrat 2 ATP
Metabolisme Aerob / Fosforilasi oksidatif :
Dari glikosis 6 ATP
Metabolisma asrtil COA (2NADH) 6 ATP
TCA cycle;
Metabolisma suksinil COA 2 ATP
Oksidasi 6 NADH 18 ATP
Oksidasi 2 FADH 4 ATP
Total Energi 38 ATP
Resfirasi Anaerob
Disamping metabolisma aerob, dan permentasi terdapat metabolisma lain
yang pada umumnya bersifat anarob. Akan tetapi mikro organisma tersebut tidak
melakukan permentasi. Bakteri tersebut menggunakan senyawa anorganik sebagai
aseptor elektron terakhirnya. Organisma tersebut dapat dibagai dalam 3 kelompok
yaitu : reduser sulfat, reduser nitrat dan bakteri metan. Yang perlu diingat bahwa,
meskipun tipr metabolismenya adalah anaerob, elektron yang dibebaskan melalui
reaksi oksidasi ditrasnsfer melalui serangkaian ternasfer elektron dan energi
dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif. Letak perbedaan antara resfirasi aerob dan
anerob adalah bahwa pada respiriasi anaerob yang berperan sebagai aseptor
elektron terkahir adalah senyawa anorganik, bukan oksigen.
Sulfat Reducer
Kelompok bakteri yang mereduksi sulfat adalah desulfofibrio dan desulfhoto
maculum yang merupakan bakteri pembentiuk spora. Kedua bakteri tersebut
merupakan organisma anaeorob obligat diamana yang berperan sebagai aseptor
elektron terkahir adalah sulfat yang mereduksi menjadi sulfit. Reaksnya adalah :
SO 4 2- + 8 e- + 8 H+ …………….S2- + H2 O
Organisme ini membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon. Oleh
karena itu disebut dengan organisma heterotrop.
Nitrat Reduser
Kebanyakan mikroorganisme yang dapat menggunakan nitrat sebagai aseptor
elektron terakhir adapat dikatakan sebagai fakultatif. Jadi dalam keadan anaerob
dapat menggunakan nitrat jika tersedia. Jika tidak, mikroorganisma akan
melakukan metabolisma aerob ataupun permetasi. Kelompok bakteri ini antara
lain;
Escherichia, Enterobakter, Bacillus, Pseudomonas, Mikrocoocus dan Rhizobium.
mikroorganisam tersebut nmereduksi nikrat menjadi nitrogen bebas.
2NO3
- + 12 e- + 12 H + …………..N2 + 6 H2 0
Proses in disebut dengan Denitrifkasi yang merupakan masalah serius bagi
pertanian karena menyebabkan hilangnya nitrat dari tanah. Akan tetapi proses
tersebut sangat bermanfaat untuk mengambil nitrogen dari lembah tinja atau
lembah yang lain.
Bakteri Metan
Kelompok bakteri ini dapat menggunakan CO2 sebagai aseptor elektron dan
mereduksinya manjadi metan.
CO2 + 8 e- + 8 H + …………..CH4 + 2 H4O
Organisma ini terdapat dalam usus binatang ruminamsia. Bakteri ini dapat
mengahasilakn gas metan sebanyak 60 L setiap hari.
2.4.2 Fermentasi
Organisme anaerobik dapat menghasilkan energy melalui reaksi
fermentasi yang menggunakan bahan organic sebagai donor dan akseptor elektron.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Salah satu contohnya, Streptococcus lactis, bakteri yang
menyebabkan masamnya susu, menguraikan glucose menjadi asam laktat, yang
berakumulasi di dalam medium sebagai produk fermentasi satu-satunya.
Bagaimana terjadinya?
Melalui glikolisis, satu molekul glikose diubah menjadi dua molekul asam piruvat
disertai dengan pembentukan dua NADH + H+. Asam piruvat tersebut diubah
menjadi asam laktat dalam
reaksi berikut:
buah-
4. Asinan buah-buahan Lactobacillus sp.
buahan
* Fermentasi Yogurt
Produksi yogurt dimulai dengan kondisioning susu. Kandungan air pada
susu mula pertama diturunkan hingga 25% dengan evaporasi vacuum dan
ditambahkan 5% susu bubuk. Sebagai tahap akhir kondisioning, susu dipanaskan
pada suhu 86 – 930C selama 30 – 60 menit. Hal ini akan menyebabkan beberapa
protein mengalami pemecahan dan mikrobia kontaminan akan terbunuh. Setelah
itu didinginkan pada suhu 450C dan ditambahkan campuran Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus dalam perbandingan 1:1.
* Fermentasi Kefir
Kultur starter kefir disebut butiran kefir, mengandung mikrobia yang
terdiri dari bakteri dan khamir yang masing-masing berperan dalam pembentukan
cita rasa dan struktur kefir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam sedangkan
khamir menyebabkan terjadinya pembentukan alkohol dan CO2 pada proses
fermentasi. Hal inilah yang membedakan rasa yoghurt dan kefir. Komposisi
mikrobia dalam butiran kefir dapat bervariasi sehingga hasil akhir kefir kadang
mempunyai aroma yang bervariasi. Spesies mikrobia dalam bibit kefir diantaranya
Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus kefir,
Lactobacillus kefirgranum, Lactobacillus parakefir. Semua mikrobia yang
tersebut tadi mempunyai fungsi dalam pembentukan asam laktat dari laktosa.
Lactobacillus kefiranofaciens sebagai pembentuk lender (matriks butiran kefir),
Leuconostoc sp. Membentuk diasetil dari sitrat dan Candida kefir pembentuk
etanol dan karbondioksida dari laktosa. Selain itu juga ditemukan Lactobacillus
brevis dan khamir (Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii).