Anda di halaman 1dari 25

BAB I.

PENDAHULUAN

Seperti organisme hidup lainnya, mikroorganisme membutuhkan kondisi


tertentu untuk tumbuh dan bereproduksi. Pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan peetambahan protoplasma dan komponen seluler lainnya meliputi
proses kimia termasuk asimilasi (anabolisme) dan desimilasi (katabolisme). Hasil
dari proses ini disebut metabolisme. Mikroorganisme ini terdiri dari bakteri,
mikoplasma, fungi, khamir, protozoa, riketsia, klamidia dan virus.
Pembelajaran mengenai bagaimana mikroorganisme, dalam hal ini
khususnya bakteri, bagaimana cara mereka tumbuh, bereproduksi, dan mengolah
proses metabolisme dalam kehidupannya dipelajari dalam ilmu fisiologi bakteri.
Dengan mempelajari fisiologi bakteri, kita dapat mengetahui berbagai fungsi
yang berjalan dalam tubuh bakteri sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu
manusia membiakkan bakteri yang menguntungkan dan memberantas bakteri
patogen dengan cara sedemikian rupa, baik itu pembiakkan bakteri, sampai
rekayasa genetika sekalipun.
Dengan demikian, dalam makalah fisiologi bakteri ini akan dibahas hal-hal
sebagai berikut :
1) Pertumbuhan bakteri,
2) dinamika populasi bakteri,
3) faktor yang memperngaruhi pertumbuhan bakteri,
4) pembiakan bakteri, dan
5) metabolisme bakteri.
BAB II. PEMBAHASAN

FISIOLOGI BAKTERI

2.1 PERTUMBUHAN BAKTERI

2.1.1 Definisi Pertumbuhan Bakteri


Pertumbuhan adalah peningkatan secara teratur jumlah semua
komponen suatu organisme. Jadi, peningkatan ukuran yang terjadi ketika
sebuah sel mengambil air atau menyimpan lipida atau polisakarida bukanlah
pertumbuhan yang sebenarnya. Multiplikasi sel merupakan akibat dari
pertumbuhan; pada organisme uniseluler, pertumbuhan mengarah pada suatu
peningkatan dalam jumlah individu-individu yang menghasilkan suatu
populasi atau kultur.
Dengan kata lain, pertumbuhan bakteri tidak seperti pertumbuhan
yang diapahami secara umum sebagai proses pertambahan ukuran sel, karena
pada dasarnya hal ini tidak dapat mengukur pertumbuhan bakteri. Lebih jauh
lagi, dalam pertumbuhan di laboratorium terukur sebagai pertambahan total
sejumlah sel atau pertambahan populasi sel.

2.1.2 Pengukuran Konsentrasi Mikroba


Konsentrasi mikroba dapat diukur dalam istilah konsentrasi sel
(jumlah sel yang dapat hidup per volume unit kultur) atau konsentrasi
biomasa (berat kering sel-sel per volume unit kultur). Dua parameter ini
tidak selalu ekuivalen, karena rata-rata berat kering sel bervariasi pada derajat
yang berbeda-beda dalam sejarah suatu kultur. Keduanya memiliki arti yang
berbeda; dalam studi-studi genetik mikrobia atau inaktivasi sel-sel,
konsentrasi sel merupakan kuantitas yang berarti, dalam studi-studi biokimia
atau nutrisi mikrobia, konsentrasi biomassa merupakan kuantitas yang berarti.
a. Konsentrasi sel : jumlah sel yang dapat hidup biasanya diperkirakan
sebagai ukuran konsentrasi sel. Namun untuk beberapa maksud kekeruhan
kultur diukur oleh rata-rata fotoelektrik, mungkin berhubungan dengan
perhitungan sel yang dapat hidup dalam membentuk kurva standar.
b. Densitas Biomasa : pada prinsipnya, biomasa dapat diukur secara
langsung dengan menentukan berat kering kultur mikrobia setelah kultur
mikrobia dicuci dengan air suling. Prosedur ini tidak praktis dan peneliti
perlu mengetahui pola kurva standar yang menghubungkan berat kering
dengan kekeruhan. Alternatifnya, konsentrasi biomasa dapat diperkirakan
secara langsung dengan pengukuran sebuah komponen seluler yang
penting seperti protein atau dengan menentukan volume yang ditempati
sel-sel setelah suspensi dikocok.

2.1.3 Kurva Pertumbuhan Bakteri


Jika suatu media cair diinokulasi dengan sel-sel mikrobia yang
diambil dari kultur yang sebelumnya telah tumbuh sampai jenuh dan
jumlah sel yang dapat hidup per mililiter ditentukan secara periodik dan
diplot, biasanya akan didapatkan kurva. Kurva akan dibahas dalam
beberapa fase berikut.
a. Fase Lag
Fase lag mewakili periode waktu dimana sel kehilangan
metabolisme dan enzim sebagai akibat kondisi tidak menguntungkan yang
dipertahankan pada akhir sejarah kultur mereka sebelumnya, beradaptasi
terhadap lingkungan baru mereka, intermediate dibentuk dan
berakumulasi hingga mereka sekarang berada pada kondisi yang
membolehkan pertumbuhan dilanjutkan kembali.
Sel-sel yang diambil dari media yang berbeda, akan sering
mengalami ketidakmampuan tumbuh secara genetika dalam media baru.
Pada beberapa kasus, lag yang panjang mungkin terjadi, menunjukkan
periode yang penting bagi sebagian kecil mutan pada inokulum untuk
berkembang biak secukupnya guna peningkatan jumlah sel dalam
jaringan.

b. Fase Eksponensial
Selama fase eksponensial, sel berada dalam keadaan yang tetap.
Material sel baru disintesis dengan kecepatan konstan, tetapi material baru
mengkatalitik dirinya sendiri dan peningkatan massa terjadi secara
eksponensial. Hal ini berlanjut sampai satu dari dua hal terjadi; satu atau
lebih nutrien dalam medium habis atau akumulasi hasil metabolik toksik
dan menghambat pertumbuhan.

c. Fase Stasioner
Kekurangan nutrien atau akumulasi produk toksik menyebabkan
pertumbuhan sama sekali berhenti. Pada sebagian besar kasus pergantian
sel menempati fase stasioner: dimana terdapat kehilangan sel perlahan-
lahan melalui kematian yang diimbangi oleh pembentukan sel baru melalui
pertumbuhan dan pembelahan. Pada saat hal ini terjadi, jumlah sel total
secara perlahan meningkat walaupun jumlah sel yang dapat hidup tetap
konstan.
d. Fase Penurunan (Fase Kematian)
Setelah periode waktu pada fase stationer, yang bervariasi pada
tiap organisme dan kondisi kultur, kecepatan kematian meningkat sampai
mencapai tingkat yang tetap. Matematika kematian pada keadaan yang
tetap akan dibahas di bawah ini. Seringkali setelah mayoritas sel mati,
kecepatan kematian menurun secara drastis, sehingga sejumlah kecil sel
yang hidup akan bertahan selama beberapa bulan atau tahun. Persistensi
ini mungkin pada beberapa kasus mencerminkan pergantian sel, sebagian
kecil sel tumbuh dengan memakai nutrien yang dilepaskan dan sel yang
lain mati dan lisis.

2.2 REPRODUKSI BAKTERI


Bakteri termasuk kedalam kelompok organisme uniseluller.Bakteri akan
berkembang biak dengan reproduksi seksual dan aseksual. Pembelahan biner
merupakan jenis reproduksi bakteri secara aseksual. Cara reproduksi juga dapat
dilakukan pertukaran genetik yang prosesnya seperti konjugasi, transduksi dan
transformasi adalah proses reproduksi seksual yang utama. Dalam kondisi
optimal bakteri daapt membagi dengan cepat. Bakteri dapat meningkatkan
populasi mereka setiap 9,8 menit. Reproduksi bakteri dapat dilihat melalui fase
yang berbeda.

2.2.1 Proses Reproduksi Aseksual Bakteri


Perkembangbiakan bakteri dengan cara reproduksi aseksual disebut
pembelahan biner, karena setiap satu bakteri akan membelah menjadi dua
individu. Dalam satu bakteri, kromosom tunggal menggandakan diri.
Kemudian, dihasilkan dua kromosom melekat di bagian dalam membran
plasma. Sel memanjang dan memisahkan menjadi dua helai. Akhirnya,
membran sel tumbuh ke dalam, dinding sel memisah menjadi dua sel anak
dengan sebuah kromosom di dalamnya.
Reproduksi Aseksual Reproduksi Seksual

2.2.2 Proses Reproduksi Seksual Bakteri


Cara lainnya adalah cara reproduksi seksual. Reproduksi seksual
pada bakteri meliputi:
a. Konjugasi adalah proses di mana sel jantan lewat DNA menuju
ke sel betina melalui tabung konjugasi. Dalam konjugasi terjadi
kontak fisik antara kedua bakteri yang melibatkan transfer
informasi genetik dari satu sel bakteri yang lain. Dalam proses
ini, satu bakteri menempel pada bakteri lain melalui tabung
seperti struktur yang dikenal sebagai pili seks. Bahan genetik
tersebut kemudian dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri yang
lain.
b. Transformasi adalah metode lain reproduksi seksual di mana
bakteri mengambil DNA dari lingkungan sekitarnya. Dalam hal
ini, sebuah fragmen DNA dari donor mati menempel pada
dinding sel bakteri hidup. DNA baru kemudian mengikat bakteri
penerima dan terjadi rekombinasi genetik. Teknik ini sangat
sering digunakan dalam bidang bioteknologi. Ketika suatu
plasmid asing diperkenalkan ke dalam bakteri, bakteri akan
menguatkan dan membuat banyak salinan. Salinan plasmid ini
kemudian digunakan untuk tujuan eksperimen.
c. Transduksi adalah proses di mana bakteriofag membawa DNA
dari satu sel ke sel yang lain. Pertukaran DNA bakteri ini melalui
virus yang menginfeksi bakteri (bakteriofag) dikenal sebagai
Transduksi dan merupakan jenis rekombinasi. Transduksi adalah
dua macam, tranduksi umum dan transduksi khusus.
Virus yang menginfeksi bakteri (bakteriofag) menyusup ke
dalam genom bakteri ketika menempel pada bakteri. Kemudian,
genom virus, enzim, dan komponen virus yang direplikasi dan
dirakit di dalam bakteri inang. Bentuk baru bakteriofag
kemudian membelah bakteri dan melepaskan virus yang
direplikasi.

Selain itu, beberapa bakteri gram positif pada keadaan tertentu membentuk
resting cells yang disebut endospora (spora). Pembentukan spora terjadi jika
nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan
bakteri (sporulasi ). Apabila keadaan menjadi baik kembali atau nutrisi esensial
telah terpenuhi maka akanberubah menjadi bakteri lagi ( germinasi ).

Sporulasi
Komponen unik bakteri tertentu (contoh Bacillus dan Clostridium)
adalah kemampuannya untuk membentuk endospora. Pada beberapa
titik dalam siklus sel vegetatif bakteri pembentukspora, pertumbuhan
diistirahatkan dan sel berubah secara progresif mengakibatkan
pembentukan endospora. Spora merupakan struktur dorman yang
mampu bertahan dalam periode yang lama dan dibantu dengan kapasitas
untuk membentuk kembali tahap vegetatif pertumbuhan di bawah
kondisi lingkungan yang sesuai. Proses yang dilibatkan dalam sporulasi,
juga pemecahan spora dorman dan tahap munculnya sel vegetatif,
menyajikan suatu contoh primitif dari diferensiasi uniseluler.
Pembentukan endospora terjadi selama fase stationer pertumbuhan
setelah terjadi penurunan nutrien tertentu dalam medium biakan atau
lingkungan. Spora tunggal dihasilkan dalam satu sel vegetatif dan
berbeda dari sel induknya dalam hal morfologi dan komposisi,
peningkatan resistensi terhadap lingkungan yang merugikan, dan
ketiadaan kemampuan mendeteksi aktivitas metabolik. Resistensi spora
terhadap panas menjadi perhatian utama dalam bidang kesehatan, tetapi
peningkatan resistensi spora terhadap pengeringan, pembekuan, radiasi
dan pengrusakan oleh senyawa kimia, merupakan faktor yang sangat
penting dalam lingkungan alaminya. Nilai selektif primer spora terletak
pada panjang usianya dalam tanah berpasangan dengan kemampuan
untuk bergerminasi di bawah kondisi lingkungan yang sesuai.
2.3 Faktor Pertumbuhan Bakteri
2.3.1 Nutrien
Nutrien dibutuhkan oleh setiap organisme untuk memenuhi segala
aktivitas seluler di dalam tubuhnya. Nutrien ini akan diserap kedalam sel
melalui penyerapan pasif (osmosis dan difusi) dan penyerapan aktif.
Setelah diserap ke dalam sel, nutrisi akan digunakan oleh sel melalui
proses metabolisme.
Nutrien dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Nutrien essensial ; merupakan nutrien utama yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan sel.
b. Nutrien tambahan/supplement ; merupakan nutrien pelengkap.
Nutrien-nutrien yang dibutuhkan bakteri:
1. Air
2. Sumber energi dan donor electron
3. Sumber nitrogen
4. Sumber aseptor electron
5. Mineral
6. Factor tumbuh
Nutrien masuk ke dalam sel melalui membrane sel yang bersifat
selektif permeable. Nutrien dapat masuk ke dalam sel bila ada kekuatan
yang menyebabkan terjadinya pergerakan melalui membrane sel.
Kekuatan tersebut dapat berasal dari perbedaan potensi kimia atau kadar
nutrien yang ada di luar sel dan di dalam sel. Proses pergerakan tersebut
memelukan energi.
Proses penyerapan nutrien pada sel dibagi menjadi:
o Penyerapan pasif, yaitu osmosis dan difusi.
o Penyerapan aktif yang memerlukan energi,
Contohnya: penyerapan laktosa pada E. coli serta penyerapan glukosa
pada azotobacter.
1. Air
Merupakan bagian terbesar dari sel, (70-58%), berperan dalam semua
proses reaksi kimia sel, dan sumber O2 dari bahan organik sel. Selain itu
bertindak juga sebagai pelarut nutrien, sehingga dapat diserap sel serta
berfungsi menyerap panas yang dihasilkan selama metabolisme
berlangsung.
2. Sumber Karbon
Kebutuhan jasad renik akan karbon dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
- Karbon Anorganik: Karbondioksida, karbonat
- Karbon Organik: C
Berdasarkan kebutuhan karbon, bakteri dibedakan menjadi:
1. Bakteri Autotrop: bakteri yang menggunakan karbon organik.
2. Bakteri Heterotrop: bakteri yang menggunakan CO2 sebagai sumber
karbon satu-satunya untuk tumbuh.
3. Sumber Nitrogen
Nitrogen diserap dalam bentuk organic dan anorganik. Sumber nitrogen
organik adalah purin, pirimidin, asam amino, dan protein, sedangkan
sumber nitrogen anorganik adalah amoniak (NH3) dan nitrat (HNO3)
4. Sumber Aseptor Elektron
Dalam bioenergi, diperlukan aseptor elektron (penerima elektron). Bila
aseptor tidak ada maka proses akan terhambat.
Contoh aseptor electron:
- Oksigen
- Senyawa anorganik (Nitrit, Nitrat, Fe3+)
- Senyawa organik.
5. Mineral
Mineral-mineral yang dibutuhkan oleh bakteri terdiri dari dua kelompok,
yaitu:
a. Makronutrien: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan
diperlukan untuk menyusun bahan-bahan seluler. Contoh: kalium
magnesium, kalsium, natrium, besi.
b. Mikronutrien: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, biasanya
diperlukan sebagai factor dari beberapa enzim. Contoh: Mn, Co, Zn,
Cu, and Mo.

2.3.2 Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)


pH adalah ukuran dari ion hidrogen yang aktif dalam suatu larutan
atua bisa disebut algoritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen. Setiap
unit pH merepresentasikan sepuluh kali lipat perubahan dalam konsentrasi
ion hidrogen. pH amat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Setiap jenis
memiliki jarak pertumbuhan pH dan pertumbuhan pH optimum.
Diantaranya adalah asidofil (0 - 5,5), neutrofil (5,5 - 8,0), dan alkalofil (8,5
- 11,5), namun ada juga alkalofil yang memiliji perumbuhan pH
maksimum saat 10 atau lebih.
Mikroorganisame biasa tumbuh dalam jangkauan pH yang luas dan
jauh dari nilai optimumnya, namun ada batas tertentu untuk batas mereka.
Perubahan drastis dalam pH sitoplasma dapat menghancurkan
mikroorganisme dengan mengganggu membran plasma atau menghambat
aktivitas enzim dan transpor protein membran. Prokariot dapat mati saat
pH dibawah 5,0-5,5.
Mikroorganisme harus beradaptasi terhadap perubahan pH untuk
bertahan. Seperti bakteri, potassium/proton dan sodium/proton dan
membenarkan sedikit variasi dalam pH. Jika pH berubah menjadi terlalu
asam, mekanisme lainnya akan terhenti. Jika pH turun hingga sekitar 5,5-
6,0, Salmonella typhimurium dan E. coli akan mensintesis protein baru
sebagai bagian dari respon toleransi asam mereka.
Sering kali mikroorganisme merubah pH lingkungn mereka sendiri
dengan memproduksi asam atau produksi metabolis berlebih mereka.
Mikroorganisme yang terfermentasi merubah asam organik dari
karbohidrat. Beberapa mikroorganisme membuat lingkuat mereka menjadi
lebih alkaline dengan menaikkan amonia melalui degradasi asam amino.
2.3.3 Temperatur
Mikroorganisme, termasuk bakteri, dapat dikelompokkan
berdasarkan jangkauan temperatur dimana mereka dapat tumbuh dengan
baik, yaitu:
1) Psikrofilik;tumbuh pada temperatur yang rendah dengan temperatur
optimum antara 10-150 C dan suhu minimum 2-40 C. Organisme ini
bertambah banyak dengan lambat pada temperator refrigerator
menyebabkan makanan menjadi busuk dalam beberapa minggu.
2) Mesofilik; temperatur optimum untuk mikroorganisme ini adalah 25-
400 C. Banyak organisme mesofilik yang menyebabkan penyakit pada
manusia, memiliki jangkauan suhu yang sempit, 35-370 C untuk
tumbuh.
3) Termofilik; mikroorganisme ini tumbuh pada temperatur 50-600 C.
Referensi lain menggolongkan mikroorganisme menurut temperatur
tumbuhnya dalam lima jenis sebagai berikut.
1) Psikrofilik, suhu optimalnya < 15O C, maksimal 20O C
2) Fakultatif psikrofilik, bisa 0 – 7 O
C, optimal 20-30O C, maksimal
35O C
3) Mesofilik, suhu optimal 20-45 O
C, minimum 15 – 20 O
C,
maksimum sekitar 45O C
4) Termofilik, suhu optimal 55-65O C, minimal 45O C
5) Hipertermofilik, suhu optimal 80-113O C, minimal 55O C

2.3.4 Konsentrasi Oksigen


Dilihat dari kemampuan dapat tidaknya bertahan hidup dengan oksigen,
organisme dibagi menjadi dua golongan,yaitu organisme aerob yang
membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya, dan organisme anaerob
yang tidak memerlukan oksigen untuk bertahan hidup. Hampir semua organisme
multiselular membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Berikut adalah
golongan-golongan organisme aerob dan anaerob:
a. Obligate aerobes
Memerlukan oksigen sebaga i akseptor elektron untuk pembentukkan
ATP, contoh: Mycobacterium tuberculosis
b. Facultative anaerobes
Tidak membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya tetapi pertumbuhan
akan berlangsung lebih baik apabila ada oksigen. Jika terdapat oksigen,
pernapasan aerob akan digunakan.
c. Aerotolerant anaerobes
Tidak membutuhkan oksigen sama sekali dalam pertumbuhannya.
Meskipun terdapat oksigen di lingkungan sekitarnya, oksigen tidak akan
digunakan untuk pertumbuhan. Contoh: Enterococcus faecalis .
d. Strict or Obligate anaerobes
Tidak bisa hidup apabila terdapat oksigen di lingkungannya. Organisme
jenis ini memperoleh energi dari proses fermentasi yang diperoleh dari
pernapasan anaerob. Contoh: Bacteroides, Fusabacterium, Clostridium
pasteurianum, Methanococcus .
e. Microaerophiles
Tidak bisa hidup pada kadar oksigen atmosfir normal (20%).
Membutuhkan oksigen pada kadar 2-10% untuk hidup.

2.3.5 Tekanan Osmotik


Pada umumnya mikrobia terhambat pertumbuhannya di dalam larutan
yang hipertonis. Karena sel-sel mikrobia dapat mengalami plasmolisa.
Didalam larutan yang hipotonis sel mengalami plasmoptisa yang dapat di
ikuti pecahnya sel. Beberapa mikrobia dapat menyesuaikan diri terhadap
tekanan osmose yang tinggi; tergantung pada larutanya dapat dibedakan jasad
osmofil dan halofil atau halodurik. Medium yang paling cocok bagi
kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika
bakteri di tempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik terhadap isi sel,
maka bakteri akan mengalami plasmolisis. Larutan garam atau larutan gula
yang agak pekat mudah benar menyebabkan terjadinya plasmolisis ini.
Sebaliknya, bakteri yang ditempatkan di dalam air suling akan kemasukan air
sehingga dapat menyebabkan pecahnya bakteri, dengan kata lain, bakteri
dapat mengalami plasmoptisis. Berdasarkan inilah maka pembuatan suspense
bakteri dengan menggunakan air murni itu tidak kena, yang digunakan
seharusnyalah medium cair.
Perubahan nilai osmosis larutan medium tidak terjadi dengan cepat,
akan tetapi perlahan-lahan sebagai akibat dari penguapan air, maka bakteri
dapat menyesuaikan diri, sehingga tidak terjadi plasmolisis secara mendadak.

2.3.6 Konsentrasi Ion


Ion-ion yang dimaksud adalah logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au,
Zn, Li, dan Pb. Walaupun pada kadar sangat rendah akan bersifat toksis
terhadap mikroorganisme karena ion-ion logam berat dapat bereaksi dengan
gugusan senyawa sel. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut
daya ologodinamik. Anion seperti sulfat tartratklorida, nitrat dan benzoat
mempengaruhi kegiatan fisiologi mikroorganisme. Karena adanya perbedaan
sifat fisiologi yang besar pada masing-masing mikroorganisme maka sifat
meracun dari anion tadi juga berbeda-beda. Sifat meracun alakali juga
berbeda-beda, tergantung pada jenis logamnya. Ada beberapa senyawa asam
organik seperti asam benzoat, asetat dan sorbet dapat digunakan sebagai zat
pengawet didalam industry bahan makanan. Sifat meracun ini bukan
disebabkan karena nilai pH, tetapi merupakan akibat langsung dari molekul
asam organik tersebut terhadap gugusan didalam sel.

2.3.7 Radiasi (Sinar Gelombang Pendek)


Sinar-sinar yang mempunyai panjang gelombang pendek (misalnya
sinar, sinar Ultra violet, sinar gama), mempunyai daya penetrasi yang cukup
besar terhadap mikribia. Sinar-sinar tersebut dapat menyebabkan kematian.
Perubahan genetik (mutasi) atau penghambatan pertumbuhan mikrobia.
Sinar-sinar tersebut banyak digunakan di dalam praktek sterilisasi dan
pengawetan bahan makanan. Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan
fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya.
Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara
390 m μ sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar
yang lebih pendek gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m μ
sampai 300 m μ. Lampu air rasa banyak memancarkan sinar bergelombang
pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk. Dengan penyinaran pada
jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada jarak yang
agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu.
Spora-spora dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar
ultra-ungu biasa dipakai untuk mensterilkan udara, air, plasma darah dan
bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah bahwa bakteri atau
virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar
dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus
makanan, ruang-ruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan,
gedunggedung bioskop dan sebagainya pada waktu-waktu tertentu
dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu. Sinar X dan sinar radium yang
bergelombang lebih pendek daripada sinar ultra-ungu juga dapat membunuh
mikroorganisme, akan tetapi memerlukan lebih banyak dosis daripada sinar
ultra-ungu. Bakteri yang disinari dengan sinar X kerap kali mengalami
mutasi. Aliran listrik tidak nampak berbahaya bagi kehidupan bakteri. Jika
ada bakteri yang mati karenanya, hal ini di sebabkan oleh panas atau oleh zat-
zat yang timbul di dalam medium sebagai akibat daripada arus listrik, seperti
ozon dan klor (chlor).

2.4 Metabolisme Bakteri


Metabolisme didefinisikan sebagai semua reaksi kimia yang terjadi dalam
sel. Metabolisme terdiri dari dua proses yang berlawanan yang terja secara
simultan.Reaksi tersebut adalah:
1. Sintesis protoplasma dan penggunaan energi yang disebut sebagai
Anabolisme.
2. Oksidasi subsstrat diiringi dengan terbentuknya energi disebur dengan
Katabolisme.
Bakteri mendapatkan energi melalui proses oksidasi-reduksi.
Oksidasi adalah proses pelepasan elektron sedang reduksi adalah proses
penangkapan elektron. Karena elektron tidak dapat berada dalam bentuk
bebas, maka setiap reaksi oksidasi selalu diiringi oleh reaksi reduksi. Hasil
dari reaksi oksidasi dapat terbentuknya energi.
Fosforilasi Oksidatif. Pada umumnya reaksi oksidasi secara biologi
dikatalisis oleh enzim dehidrogenase. Enzim tersebut memtransfer elektron
dan proton yang dibebaskan kepada aseptor elektron intermedier seperti
NAD+ dan NADP+ untuk dibentuk menjadi NADH dan NADPH. Fosforilasi
oksidasi terjadi pada saat elektron yang mengandung energi tinggi tersebut
ditransfer ke dalam serangkain transpor elektron sampai akhirnya di tangkap
oleh oksingen atau oksidan anorganik lainnya sehingga oksigen akan
tereduksi menjadi H2O.
1. Tranfer elektron menuju oksigen melalui berbagai carier seperti
flavoprotein,quinon maupun sitokrom.
2. Adanya tranfer elektron ini mengakibatkan aliran proton (H+)dari sito
plasma ke luar sel. Jadi arah aliran adalah dari dalam ke luar. Hal ini akan
menimbulkan peredaan konsentrasi proton atau dikenal dengan gradien pH.
3. pH pada umunnya 7,5. Gradien pH terjadi jika pH di luar sel lebih kecil
dari 7,5. Selanjutnya gradien pH bersama dengan potensial membenuk
protonmotive force. Kekuatan (protonmotive force) inilah yang menarik
proton dari luar sel kembali ke dalam sel. Bersamaan dengan masuknya
kembali proton tadi terbentuk energi yang digunakan untuk berbagai
aktifitas sel.
4. Para membran terdapat enzim spesifik disebut dengan ATPase. Energi
yang di sebabkan pada saat masuknya kembali proton tadi akan
digunakan oleh ATPase untuk forforilasi ADP menjadi ATP. Energi ini
disimpan dalam bentuk ikatan fosfat yang selanjutnya dapat di gunakan
untuk aktifitas sel. Reaksinya adalah:
Adenosin -P ~ P + Pi. ……energi…… Adenosin- P~ P~ P

Hal yang perlu dimengerti mengenai metabolisme bakteri adalah:

2.4.1 Respirasi
Respirasi didefenisikan sebagai penggunaan serangkaian transfor elektron
untuk mentrasnfer elektron menuju aseptor elektron terakhir. Energi diperoleh
melalui fosporilasi oksidatif tetapi dalam prosesnya bisa menggunakan oksigen
sebagai aseptor elektron terakhir (respirasi aerob) atau senyawa anorganik lain
(resfirasi anaerob).

Resfirasi Aerob
Banyak organisma yangn mampu menggunakan oksigen sebagai aseptor
elektron terakhir. Dalam hal ini tidak diperlukan reduksi senyawa intermediator
sebagaimana dalam permentasi. Hasilnya senyawa-senyawa intermediate tersebut
dapat dioksidasi sempurna menjadi karbon dioksida dan air. Ini merupakan
keuntungan yang sangat besar bagi organisme akarena jumlah energi yang
dihasilkan dari oksidasi sempurna satu molekul glukosa jauh leb besar bila
dibandingkan melalui permentasi.
Hal ini disebabkan rangka aliran elektron dari NADH ke O2 melalui
serangkaian karir Cytocrom menghasilkan 3 ATP. Energi tersebut, bersama
dengan energi yang diperoleh dari oksidasi Virupat menjadi asetil COA
menghasilkan 36 ATP yang dihasilkan dari metabolisma glukosa menjadi CO2
dan H2O. Jika kita bandingkan dengan dua ATP yang dibentuk dari satu molekul
glukosa melalui fermentasi alkohol atau asam laktat, maka metabolisme aerob
jauh lebih efesien dibanding dengan fermentasi.
Bagaimana Peruvat diubah menjadi CO2 dan H2O dan bagimana prosses
tersebut menghasilkan sejumlah besar energi untuk sel ? Hal ini dipenuhi melalui
proses degradasi disebut tricarboxylic Acid Cycle (TCA Cycle) atau dikenal
dengan siklus asam sitrat maupun siklus Krebs. Setiap kali oksalo asetat
bergabung dengan asetil COA yang berasal dari Piruvat masuk kedalam siklus
akan membentuk senyawa 6 karbon yang dikenal dengan asan sitrat sehingga
dinamakan siklus asam sitrat. Dalam setiap putaran menghasilkan serangakaian
oksidasi menyebabkan terjadinya reduksi NAD atau FAD dan membebaskan 2
molekul CO2. jadi senyawa 6 karbon asam sitrat kembali ke bentuk semula yaitu
senyawa 4 karbon oksalo asetat yang siap bergabung kembali dengan asetat / astil
COA.
Akhirnya semua senyawa NADH dan FADH mengalami posforilasi
oksidatif dengan melepaskan elektron melalui serangkain cyticrom ke oksigen
menghasilkan air dan 3 molekul ATP untuk setiap pasang elektron dari NADH.
Jumlah energi yang diperoleh dari fermentasi dan respirasi dari satu molekul
glokosa adalah sebagai berikut :
Glikolisis Anaerob / Fosforilasi substrat 2 ATP
Metabolisme Aerob / Fosforilasi oksidatif :
Dari glikosis 6 ATP
Metabolisma asrtil COA (2NADH) 6 ATP
TCA cycle;
Metabolisma suksinil COA 2 ATP
Oksidasi 6 NADH 18 ATP
Oksidasi 2 FADH 4 ATP
Total Energi 38 ATP

Resfirasi Anaerob
Disamping metabolisma aerob, dan permentasi terdapat metabolisma lain
yang pada umumnya bersifat anarob. Akan tetapi mikro organisma tersebut tidak
melakukan permentasi. Bakteri tersebut menggunakan senyawa anorganik sebagai
aseptor elektron terakhirnya. Organisma tersebut dapat dibagai dalam 3 kelompok
yaitu : reduser sulfat, reduser nitrat dan bakteri metan. Yang perlu diingat bahwa,
meskipun tipr metabolismenya adalah anaerob, elektron yang dibebaskan melalui
reaksi oksidasi ditrasnsfer melalui serangkaian ternasfer elektron dan energi
dihasilkan melalui fosforilasi oksidatif. Letak perbedaan antara resfirasi aerob dan
anerob adalah bahwa pada respiriasi anaerob yang berperan sebagai aseptor
elektron terkahir adalah senyawa anorganik, bukan oksigen.

Sulfat Reducer
Kelompok bakteri yang mereduksi sulfat adalah desulfofibrio dan desulfhoto
maculum yang merupakan bakteri pembentiuk spora. Kedua bakteri tersebut
merupakan organisma anaeorob obligat diamana yang berperan sebagai aseptor
elektron terkahir adalah sulfat yang mereduksi menjadi sulfit. Reaksnya adalah :
SO 4 2- + 8 e- + 8 H+ …………….S2- + H2 O
Organisme ini membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon. Oleh
karena itu disebut dengan organisma heterotrop.

Nitrat Reduser
Kebanyakan mikroorganisme yang dapat menggunakan nitrat sebagai aseptor
elektron terakhir adapat dikatakan sebagai fakultatif. Jadi dalam keadan anaerob
dapat menggunakan nitrat jika tersedia. Jika tidak, mikroorganisma akan
melakukan metabolisma aerob ataupun permetasi. Kelompok bakteri ini antara
lain;
Escherichia, Enterobakter, Bacillus, Pseudomonas, Mikrocoocus dan Rhizobium.
mikroorganisam tersebut nmereduksi nikrat menjadi nitrogen bebas.
2NO3
- + 12 e- + 12 H + …………..N2 + 6 H2 0
Proses in disebut dengan Denitrifkasi yang merupakan masalah serius bagi
pertanian karena menyebabkan hilangnya nitrat dari tanah. Akan tetapi proses
tersebut sangat bermanfaat untuk mengambil nitrogen dari lembah tinja atau
lembah yang lain.

Bakteri Metan
Kelompok bakteri ini dapat menggunakan CO2 sebagai aseptor elektron dan
mereduksinya manjadi metan.
CO2 + 8 e- + 8 H + …………..CH4 + 2 H4O
Organisma ini terdapat dalam usus binatang ruminamsia. Bakteri ini dapat
mengahasilakn gas metan sebanyak 60 L setiap hari.

2.4.2 Fermentasi
Organisme anaerobik dapat menghasilkan energy melalui reaksi
fermentasi yang menggunakan bahan organic sebagai donor dan akseptor elektron.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi
anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Salah satu contohnya, Streptococcus lactis, bakteri yang
menyebabkan masamnya susu, menguraikan glucose menjadi asam laktat, yang
berakumulasi di dalam medium sebagai produk fermentasi satu-satunya.
Bagaimana terjadinya?

Melalui glikolisis, satu molekul glikose diubah menjadi dua molekul asam piruvat
disertai dengan pembentukan dua NADH + H+. Asam piruvat tersebut diubah
menjadi asam laktat dalam
reaksi berikut:

Energi yang dihasilkan dari


reaksi ini tidak cukup untuk melangsungkan sintesis ATP. Pada tipe-tipe
fermentasi karbohidrat lainnya, tahap awal disimilase glucose seringkali, tetapi
tak selalu, mengikuti glikolisis. Perbedaan dalam tipe-tipe fermentasi biasa
terletak pada penggunaan asam piruvat yang terbentuk. Jadi asam piruvat adalah
“pusat” fermentasi karbohidrat. Gambar berikut menggambarkan berbagai ragam
produk yang dihasilkan dari metabolism asam piruvat.

Kebanyakan bakteri heterofilik menghasilkan beberapa produk akhir dari


disimilasi glucose, yang tipe-tipe nya diperlihatkan pada gambar di atas, tetapi
kesemua produk ini tidak dihasilkan oleh satu spesies. Melainkan, tipe-tipe yang
terdaftar itu merupakan suatu rangkuman dari apa yang dapat diharapkan apabila
seseorang menginventarisasikan produk-produk akhir disimilasi glucose yang
dapat dihasilkan oleh semua heterotof. Sesungguhnya mikroorganisme dapat
dikelompokkan berdasarkan pada produk-produknya fermentasi (kelompok
bakteri asam laktat atau bakteri asam propionate, misalnya). Nama-nama tersebut
diberikan berdasarkan produk akhir utama fermentasi karbohidrat.
Bakteri dikelompokkan menurut produk-produk disimilasi glucose :
Dari sini jelaslah bahwa tidak semua mikroorganisme memetabolisme substrat
yang sama dengan cara yang tepat sama. Misalnya, Streptococcus lactis dan
Escherichia coli keduanya memfermentasikan glucose, tetapi melalui lintasan-
lintasan
fermentasi yang
amat berbeda,
seperti bada
gambar di
bawah ini:
Beberapa makanan hasil fermentasi dan bakteri yang berperan:

Nama produk atau Bahan


No. Bakteri yang berperan
makanan baku

Lactobacillus bulgaricus dan


1. Yoghurt susu
Streptococcus thermophilus

2. Mentega susu Streptococcus lactis

3. Terasi ikan Lactobacillus sp.

buah-
4. Asinan buah-buahan Lactobacillus sp.
buahan

5. Sosis daging Pediococcus cerevisiae

Fermentasi dan bakteri yang terlibat.


Ragam produk fermentasi sangatlah banyak dan beragam baik yang berasal dari
Indonesia ataupun dari berbagai negara. Tiap produk melibatkan satu atau lebih
mikroorganisme. Apabila lebih dari satu mikrobia maka akan terjadi suatu
kondisi yang saling mendukung untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan manusia. Berikut beberapa produk fermentasi dan bakteri yang terlibat
di dalamnya dengan beberapa peran yang telah diketahui.

* Fermentasi Asam Asetat


Bakteri Acetobacter aceti merupakan baktei yang mula pertama diketahui
sebagai penghasil asam asetat dan merupakan jasad kontaminan pada pembuatan
wine. Saat ini bakeri Acetobacter aceti digunakan pada produksi asam asetat
karena kemampuanya mengoksidasi alkohol menjadi asam asetat.

* Fermentasi Asam Laktat


Fermentasi asam laktat banyak terjadi pada susu. Jasad yang paling
berperan dalam fermentasi ini adalah Lactobacillus sp. Laktosa diubah menjadi
asam laktat. Kini asam laktat juga digunakan untuk produksi plastik dalam bentuk
PLA

* Fermentasi Asam Glutamat


Asam glutamat digunakan untuk penyedap makanan sebagai penegas rasa.
Mula pertama dikembangkan di Jepang. Organisme yang kini banyak digunakan
adalah mutan dari Corynebacterium glutamicum.

* Fermentasi Yogurt
Produksi yogurt dimulai dengan kondisioning susu. Kandungan air pada
susu mula pertama diturunkan hingga 25% dengan evaporasi vacuum dan
ditambahkan 5% susu bubuk. Sebagai tahap akhir kondisioning, susu dipanaskan
pada suhu 86 – 930C selama 30 – 60 menit. Hal ini akan menyebabkan beberapa
protein mengalami pemecahan dan mikrobia kontaminan akan terbunuh. Setelah
itu didinginkan pada suhu 450C dan ditambahkan campuran Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus dalam perbandingan 1:1.

* Fermentasi Kefir
Kultur starter kefir disebut butiran kefir, mengandung mikrobia yang
terdiri dari bakteri dan khamir yang masing-masing berperan dalam pembentukan
cita rasa dan struktur kefir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam sedangkan
khamir menyebabkan terjadinya pembentukan alkohol dan CO2 pada proses
fermentasi. Hal inilah yang membedakan rasa yoghurt dan kefir. Komposisi
mikrobia dalam butiran kefir dapat bervariasi sehingga hasil akhir kefir kadang
mempunyai aroma yang bervariasi. Spesies mikrobia dalam bibit kefir diantaranya
Lactocococcus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus kefir,
Lactobacillus kefirgranum, Lactobacillus parakefir. Semua mikrobia yang
tersebut tadi mempunyai fungsi dalam pembentukan asam laktat dari laktosa.
Lactobacillus kefiranofaciens sebagai pembentuk lender (matriks butiran kefir),
Leuconostoc sp. Membentuk diasetil dari sitrat dan Candida kefir pembentuk
etanol dan karbondioksida dari laktosa. Selain itu juga ditemukan Lactobacillus
brevis dan khamir (Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii).

* Fermentasi Nata deCoco


Nata de coco sebenarnya adalah selulosa murni produk kegiatan mikrobia
Acetobacter xylinum. Mikrobia ini dapat merubah gula menjadi selulosa. Jalinan
selulosa inilah yang membuat nata terlihat putih. Sebagai makanan berserat, nata
de coco memiliki kandungan selulosa ± 2,5 % dan lebih dari lebih dari 95 %
kandungan air. Nata de coco memiliki kandungan serat kasar 2,75 %, protein 1,5
– 2,8 %, lemak 0,35 % dan sisanya air

Anda mungkin juga menyukai