Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN

Oleh:

Rus Meliana 1613041013

Novia Rahmawati 1613041042

Ni Made Astari Pebrianti 1613041048

Lila Cita Arum Sari 1613041050

Ni Ketut Anggraini 1613041052

Kelas : IV A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKA GANESHA

TAHUN 2018
Kegiatan 5

Potensial Osmotik

I. Tujuan
1. Mengamati potensial osmotic cairan vakuola Rhoeo discolor dengan cara plasmolisis

II. Landasan Teori


Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dan dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola ( Salisbury dan Ross, 1992). Plasmolisis
menunjukkan bahwa sel mengalami sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu
zat/materi bisa keluar dari sel, dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini
bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam, tetapi dinamis dengan lingkungannya jika
memerlukan materi dari luar maka ia harus mengambil materi itu dengan segala cara,
yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa
masuk.

Proses plasmolisis dapat diketahui dengan membran protoplasma dan sifat


permeabelnya. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel
yang terplasmolisis. Jika pada mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang warna
kebiru-biruan berarti ruang bening diantara dinding dengan protoplas di isi udara. Jika
isinya air murni maka sel tidak akan mengalammi plasmolisis. Molekul gula dapat
berdifusi melalui benang-benang protoplasma yang menembus lubang-lubang kecil pada
dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana
diameternya lebihbesar daripada molekul tertentu sehingga molekul gua dapat masuk
dengan mudah (Salisbury, 1995). Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan
protoplasma agar tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja
akan berakibat lepasnya protoplasm dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini
disebut plasmolisis insipient. Plasmolisis insipient terjadi pada jarinan yang separuh
jumlah sel yang mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena di dalam sel = 0. Potensial
osmotic larutan penyebab plasmolisis insipient setara dengan potensial osmotic di dalam
sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai

plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. Potensial osmotiklarut
an penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam selsetelah kes
eimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992).

Dalam sel tumbuhan ada tiga factor yang menentukan nilai potensial airnya, yaitu
matriks sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini
menyebabkan potensal air dalam sel tumbuhandibagi menjadi 3 komponen yaitu
potensial matriks potensial osmotic dan potensial tekanan. Sel yang isinya air murni tidak
mengalami plasmolisis. Jika suatu sel dimasukkaan ke dalam air murni maka struktur sel
itu terdapat potensial air yang nilainya tinggi (=0), sedangkan di dalam sel terdapat nilai
potensial air yang lebih rendah (negative). Hal ini menyebabkan air akan bergerak dri
luar sel masuk ke dalam sel sampai tercapau keadaan setimbang.

Potensial osmotic disebut juga potensial linarut terjadi karena adanya unsur
terlarut.potnsial osmotic selalu negtif (atau nol pada air murni). Unsur terlarut yang
ditambahkan selalu menurunkan potensial air sampai di bawah potensial air murni.
Potensial osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan status larutan, dan status larutan
dapat kita nyatakan dalam konsentrasi satuan tekanan, atau satuan energi.

III. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Mikroskop
2. Jarum bertangkai
3. Silet
4. Pipet
5. Kaca objek dan kaca penutup
6. Kuas gambar
7. Botol vial
b. Bahan
1. Larutan sukrosa 0,26; 0,24; 0,22; 0,20; 0,18; 0,16; dan 0,14 M
IV. Cara Kerja
1. Siapkan 7 botol vial dan isi masing-masing dengan larutan sukrosa dengan
konsentrasi yang berbeda.
2. Buat sayatan permukaan bagian bawah daun Rhoeo discolor, paling sedikit
mengandung 25 buah sel berwarna merah-ungu.
3. Masukan 3 sayatan ke dalam masing-masing botol vial yang sudah berisi larutan
sukrosa.
4. Biarkan sayatan dalam larutan selama 30 menit.
5. Setelah 30 menit, periksa sayatan epidermis tersebut di bawah mikroskop dengan
menggunakan reagen larutan sukrosa dimana sayatan tadi disimpan.
6. Amati jumlah atau proentase sel yang berploasmolisis pada masing-masing
konsentrasi sukrosa.
7. Plotlah data persentase sel yang berplasmolisis terhadap konsentrasi sukrosa
(molar) carilah konsentrasi sukrosa dimana 50%dari jumlah sel epidermis
terplasmolisis keadaan ini disebut insipient plasmolysis. Nilai potensial osmotic
larutan ini dianggap sama dengan potensial osmotic cairan vakuola pada sel.
8. Hitunglah nilai potensial osmotic pada keadaan insipien plasmolisis dengan
menggunakan rumus berikut.
Ѱs = -CiRT
V. Hasil
Tabel 5.1 Gambar epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang dimasukkan dalam
larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda.
No Gambar Keterangan
1

Konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M

Konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M

Konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M

Konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M


5

Konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M

Konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M

Konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M

Tabel 5.2 Pengamatan sel epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang berplasmolisis
Konsentrasi (M) Jumlah keseluruhan sel Jumlah sel yang
yang teramati mengalami plasmolisis
0,14 M 83 0
0,16 M 73 15
0,18 M 101 24
0,20 M 72 34
0,22 M 66 60
0,24 M 105 105
0,26 M 80 80

Konsentrasi saat terjadi plasmolisis insipient (C) : 0,20 M


Temperatur ruangan (T) : 250C + 273 = 2980K
Konstanta ionisasi (i) :1
Konstanta gas (R) : 0,082

Perhitungan Potensial Osmosis:

Pada konsentrasi 0,20 M:

Ѱs = -CiRT
= - 0, 20 × 1 × 0,082 × 298
= - 4,8 atm

VI. Pembahasan

Pada praktikum pengukuran tekanan osmotic, bahan yang digunakan adalah sel epidermis
daun Rhoeo discolor yang dikupas bagian lapisan epidermisnya dengan memakai larutan sukrosa
pada konsentrasi yang berbeda. berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada konsentrasi
sukrosa 0,14 , 0,16, 0,18, 0,20, 0,22, 0,24, 0,26 M diperoleh bahwa perlakuan pada larutan
sukrosa 0,24 dan 0,26 M memiliki ± 50% sel yang terplasmolisis yang disebut plasmolisis
insipient. Tekanan yang mendorong terjadinya difusi ini dinamakan tekanan osmosis atau
osmotic pressure. Tekanan yang menjadi penentuan dalam pencarian suatu larutan dengan
tekanan osmosis yang sama dengan cairannya disebut dengan tekanan difusi. Karena konsentrasi
larutan gula berperan dalam lasmolisis sel, maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak sel
yang terplasmolisis. Hal tersebut dapat kita lihat dengan adanya suatu biintik atau titik yang
berada ditengah-tengh sel tanaman tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1992), larutan yang
didalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipient. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa
tekanan.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi nilai molaritas
suatu larutan sukrosa, maka sel akan semakin cepat terplasmolisis. Hal ini terbukti dengan
keberadaan senyawa antosianin berwarna keunguan yang terkandung dalam daun Rhoeo
discolor. Semakin turun kadarnya jika dimasukkan secara bertahap kedalam larutan sukrosa yang
berbeda – beda tingkat atau nilai molaritasnya. Akibatnya, akan semakin banyak sel yang
keriput. Setiap kenaikan 0,02 M, maka persentase plasmolisis sel akan meningkat sebanyak
10%. Namun ada beberapa larutan sukrosa dengan nilai molaritas tinggi namun tidak mengalami
peningkatan, hal ini terjadi kekeliruan beberapa hasil pengamatan yang tidak sesuai dengan
literartur bisa saja disebabkan kurang teilitinya dalam membuat larutan sukrosa.

Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar tetap menempel pada
dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma dari
dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipient. Plasmolisis insipient
ini terjadi pada jaringan yang separuh=0. Potensial osmotic larutan penyebab plasmolisis
insipient setara dengan potensial osmotic di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan
tercapai.

VII. Jawaban Pertanyaan


1. Kegunaan mengetahui potensial osmotik suatu larutan adalah untuk mengetahui
seberapa konsentrasi, tekanan atau energi yang dimiliki oleh suatu larutan sehingga
bisa dimanfaatkan untuk keperluan dalam kehidupan, dalam hal ini dalam mempelajari
fisiologi pada tumbuhan.
2. Potensial osmotik nilainya berkisar dari negatif sampai nol karena air cenderung
bergerak menyebrangi membrane semi permeable dari air murni menuju air yang
mengandung zat terlarut dan karena air pelarut dalam larutan itu melakukan kerja
kurang dari air murni sehingga tekanan pada larutan meningkat, kemampuan pelarut
untuk melakukan kerja(potensial air larutan) juga meningkat.
3. Hubungan antara potensial air, potensial tekanan, potensial osmotik adalah potensial
air meliputi potensial osmotik, potensial tekanan dan potensial matriks. Tetapi dalam
hal ini potensial matriks di abaikan karena nilainya sangat kecil. Jadi potensial air
merupakan penjumlahan dari potensial osmotik dengan potensial tekanan sel
tumbuhan.

VIII. Kesimpulan

Sel tumbuhan yang dimasukan dalam larutan sukrosa akan mengalami


plasmolisis, dan semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis Plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,24 M dan 0,26 M.

IX. Daftar Pustaka


Djiwoseputro. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Haryadi,Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama:
Salisbury, frank B & Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 1. Bandung: ITB.
Sasmitradiharja, Dardjat & Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
ITB.

Anda mungkin juga menyukai