Anda di halaman 1dari 10

PEMBELAJARAN BENTUK DAN FUNGSI GIGI KEPADA SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN SIKLUS BELAJAR 3E

Oleh :

Gusti Ayu Putu Yanthi Widyantini NIM 1613041027

Novia Rahmawati NIM 1613041042

I Putu Astawa Wiraguna NIM 1613041046

Lila Cita Arum Sari NIM1613041050

Ni Ketut Anggraini NIM 1613041052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Strategi dan Desain Pembelajaran. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yang diberikan oleh
dosen pengampu mata kuliah Strategi dan Desain Pembelajaran.
Makalah ini dibuat berdasarkan buku dan juga internet sebagai referensi. Dengan
adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu memahami materi yang diberikan dalam
makalah ini dan mengetahui bagian-bagian pada lidah yang peka terhadap rasa.
Sebagai penulis tentu kami membutuhkan saran dan kritikan dari pembaca karena
kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak sekali kekurangan dan jauh dari
kata sempurna, tentunya agar di masa depan kami dapat memperbaikinya menjadi lebih baik
lagi.
Demikianlah, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua dan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata.

Om Santih, Santih, Santih Om

Singaraja, 01 Mei 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Judul ...........................................................................................................i

Kata Pengantar ...........................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5
1.3 Tujuan ............................................................................................................5

BAB II Pembahasan ...................................................................................................6

2.1 Learning Cycle 3E ........................................................................................6


2.2 Proses Pendekatan Siklus Belajar 3E ............................................................6
2.3 Manfaat Pendekatan Belajar Siklus 3E .........................................................8

BAB III Penutup ........................................................................................................9

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................9


3.2 Saran ..............................................................................................................9

Daftar Pustaka ............................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siklus belajar merupakan pendekatan pembelajaran sains yang dikembangkan oleh


Robert Karplus dan selanjutnya disempurnakan oleh Charles R. Barman (Carin, 1993).
Melalui siklus belajar, siswa dapat memahami sains secara lebih kompehensif, yaitu siswa
dapat memahami sains , menerapkan konsep-konsep yang dipelajari, dan menjelajahi alam
secara langsung. Dalam pendekatan pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator,
pemandu, informan bagi siswa.

Piaget sebagai tokoh pelopor konstruktivisme berpendapat bahwa anak membangun sendiri
pengetahuannya dari pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan. Dalam pandangan
Piaget pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan kognitif sebagaian besar
bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya.

Menurut Piaget proses belajar dinyatakan sebagai hasil dari tiga proses mental yang
berbeda, yaitu: asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi yang terjadi secara bersiklus. Tahap
asimilasi adalah suatu tahapan saat pebelajar memperoleh masukan dari lingkungannya(
sumber belajar). Informasi yang diterima melalui sensor indra diteruskan ke otak tempat
informasi itu diproses. Tahap akomodasi adalah suatu tahapan saat terjadinya penyesuaian-
penyesuaian informasi yang masuk dengan informasi yang telah dimiliki atau yang telah ada
sebelumnya. Konstruktivisme yakni bahwa kepala pebelajar tidaklah kosong melainkan
sudah berisi sejumlah informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya.

Proses akomodasi menimbulkan berbagai alternatif,antara lain informasi baru sesuai


dengan informasi yang telah dimiliki, informasi baru berhubungan dengan informasi
sebelumnya tetapi tidak persis sama, dan informasi baru sangat jauh atau berbeda dengan
informasi sebelumnya. Hal tersebut di tunjukan oleh respon pebelajar terhadap informasi.
Apabila informasi yang diterima tersebut sesuai, maka pebelajar tidak akan mengalami
masalah. Apabila informasi berhubungan tetapi tidak persis, maka pebelajar akan berusaha
menghubungkan dengan informasi sebelumnya. Apabila informasi sangat berbeda atau tidak
berhubungan dengan informasi sebelumnya, maka pebelajar tidak akan mencerna. Sebagai
akibatnya mereka bisa acuh,tidak termotivasi atau berusaha menghafal karena tuntutan mata

4
pelajaran. Dalam hal ini tugas guru sebagai fasilitator dan mediator proses pembelajaran
sangat dibutuhkan terutama ketika siswa mengalami ketidakseimbangan dalam pemrosesan
informasi. Oleh karena itu, pelajaran atau informasi baru harus selalu dikaitkan dengan
informasi sebelumnya.

Tahap ekuilibrasi adalah suatu tahapan saat terbentuknya pengetahuan baru. Setelah
melalui pembelajaran, informasi yang diterima secara ragu-ragu karena tidak persis dengan
informaasi yang dimiliki sebelumnya menjadi informasi yang diyakini. Setelah siswa yakin
terhadap informasi baru, maka terjadi proses pengembangan pengethuan dan siswa tidak
ragu-ragu lagi. Dengan kata lain mereka mencapai keadaan keseimbangan baru dalam
pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu learning cycle 3E?
2. Bagaimana proses pendekatan siklus belajar 3E?
3. Manfaat Pendekatan Belajar Siklus 3E

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa itu learning cycle 3E
2. Menjelaskan bagaimana proses pendekatan siklus belajar 3E
3. Menjelaskan manfaat Pendekatan Belajar Siklus 3E

5
BAB II

Pembahasan

2.1 Learning Cycle 3E

Model siklus belajar pertama kali dikembangkan oleh Robert Karplus dari Universitas
California, Barkley tahun 1970-an. Karplus mengidentifikasi adanya tiga fase yang
digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary exploration, invention, dan
discovery. Berkaitan dengan tiga fase dalam learning cycle, Charles Barman dan Marvin
Tolman menggunakan istilah exploration,concept introduction, dan concept application.
Joseph Abruscato menggunakan istilah exploration, concept acquisition, dan concept
application. Sedangkan Edmund Marek menggunakan istilah exploration, term introduction,
dan concept application. Walaupun disebutkan dengan istilah yang berbeda, namun pada
dasarnya mempunyai makna yang sama menurut Purwanti (2012). Model siklus belajar
adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga fase, yaitu fase eksplorasi,
pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kegiatan pembelajarannya dilakukan baik secara
individual maupun berkelompok. Namun, secara umum langkah-langkah pembelajarannya,
meliputi :

1. Menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal, untuk membawa siswa pada
identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki (fase eksplorasi)
2. Mendiskusikan konsep-konsep yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki
(fase pengenalan konsep).
3. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang
telah diperkenalkan untuk penyelidikan lebih lanjut (fase aplikasi konsep), (Wena :
2011).

2.2 Proses Pendekatan Siklus Belajar 3E

Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan siklus belajar terdiri dari tiga


fase antara lain:

1. Fase Eksplorasi
Pada fase ini guru mengidentifikasi pengetahuan awal siswa yang
bertujuan untuk menggali fakta-fakta dan konsep yang telah dimiliki siswa.
Siswa belajar melalui kenyataan-kenyataan yang ada di sekitar mereka. Pada

6
fase ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan
pengalaman atau hal-hal nyata yang sering mereka temukan dalam kehidupan
mereka sehari-hari, kemudian menarik suatu kesimpulan dari hal-hal yang
mereka alami. Ide-ide itu didapat berdasarkan kenyataan-kenyataan yang
terjadi di sekitar mereka. Contohnya siswa menceritakan mengenai
pengelaman mereka yang pernah mengalami sakit gigi/ gigi yang copot pada
waktu kecil. Atau siswa menceritakan mengenai gigi-gigi yang terdapat pada
hewan-hewan yang pernah dilihat.

2. Fase Pengenalan Konsep


Pada tahap ini guru memperkenalkan suatu konsep yang berkaitan
dengan fenomena yang diselidiki dan didiskusikan selama fase eksplorasi.
Guru mengumpulkan informasi dari siswa yang berkaitan dengan pengalaman
mereka pada fase ekplorasi. Gagasan-gagasan atau istilah-istilah baru
disampaikan dalam fase ini. Siswa mempunyai kesempatan untuk berinteraksi
dengan gagasan atau istilah baru dengan guru serta dengan teman-teman
mereka. Interaksi itu cukup membantu siswa mengasimilasi gagasan yang
dipelajari siswa. Contohnya guru memberikan penjelasan bahwa gigi yang
copot itu merupkan gigi susu yang kemudin akan tumbuh menjadi gigi. Guru
memberikan penjelasan bahwa gigi yang terdapat padda hewan-hewan yang
pernah dilihat oleh siswa memiliki fungsi yang berbeda, misalnya gigi taring
yang dimiliki oleh kucing.

3. Fase Aplikasi Konsep


Pada konsep ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan konsep-konsep yang telah diperoleh pada fase pengenalan
konsep untuk menyelidiki konsep tersebut lebih lanjut. Guru menciptakan
suatu masalah yang dapat dipecahkan berdasarkan fase eksplorasi dan
pengenalan konsep, kemudian siswa berusaha untuk memecahkan masalah
tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Sehingga dengan
begitu siswa dapat memahami sendiri konsep yang disampaikan.

7
2.4 Manfaat Pendekatan Belajar Siklus 3E
Adapun manfaat pendekatan siklus belajar adalah:
1. Pendekatan siklus belajar memberikan suatu format untuk perencanaan
pembelajaran yang dimulai dengan pengalaman langsung yang diakhiri
dengan penguasaan konsep ilmiah dan diakhiri dengan pengayaan konsep.
2. Pendekatan siklus belajar menggunakan tipe empirik-induktif dalam
pengajaran yang menggambarkan sebuah strategi yang dapat memberi siswa
kesinambungan terhadap konsep-konsep yang menjembatani disiplin IPA dan
teknologi.
3. Pendekatan siklus belajar memberikan pengalaman konkrit pada siswa yang
diperlukan untuk mengembangkan penguasaan konsep.
4. Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan teman-temannya.
5. Pendekatan siklus belajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan konsep atau gagasan yang telah mereka miliki dan menguji
serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka.
6. Pendekatan siklus belajar memudahkan siswa memahami konsep yang
diajarkan. Mereka memperoleh pengalaman nyata yang diperlukan untuk
mengembangkan konsep tersebut lebih lanjut.

8
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Proses siklus belajar merupakan suatu siklus belajar yang diawali dengan
menggali konsep awal yang dimiliki siswa (Fase Eksplorasi) kemudian mengenalkan
konsep yang berhubungan dengan hal yang didiskusikan pada fase eksplorasi, dan
menggunakan konsep yang diperoleh pada fase pengenalan konsep untuk
mengembangkan konsep tersebut lebih lanjut

3.2 Saran

Setelah mempelajarari tentang makalah ini semoga kita dapat memanfaatkan


semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat mengerti dan memahami tentang
“Pembelajaran Bentuk dan Fungsi Gigi Kepada Siswa dengan Menggunakan Siklus
Belajar 3E”. Semoga materi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk
pembaca. Karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna, Kritik dan saran kami
harapkan untuk perbaikan.

9
Daftar Pustaka

Ali. 1993. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani.

Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.

Callahan, J . F. et al. (1992). Teaching in The Midle and Scondary Schools. New York:
Macmillan Publishing Company.

Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai