Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Psikolinguistik adalah teori antara psikologi dan linguistik. Dua teori tersebut
sagatlah berbeda, akan tetapi teori tersebut sangat berhubungan dalm meneliti
bahasa sebagai objek formal. Dalam psikologi membahas ilmu yang mengkaji jiwa
manusia, sedangkan teori psikolinguistik menekankan kajiannya pada hubungan
tingkah laku linguistik yang menandai tingkah laku tersebut (Crystal, 1985:251).
Seseorang menggunakan istilah kaidah kebahasaan yang berkaitan dengan teori dan
proses psikologi seperti kaidah kebahasaan yang berkaitan dengan memori, persepsi,
atensi, dan pembelajaran. Sementara ahli psikologi bahasa menekankan aspek
psikologis dalam penggunaan bahasa, seperti bagaimana memori mempengaruhi
produksi ujaran dan pemahaman.
Psikologi bahasa berkaitan dengan psikolinguistik dalam hal objek kajiannya.
Tiga komponen utama psikologi bahasa adalah komprehensi , produksi dam
pemerolehan bahasa (Clark & Clark, 1977:4). Ilmu psikololinguitik juga
mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa ittu diperoleh,
bahasa itu bekerja dan bahasa itu berkembang.
Pada perkembangan bahasa dimulai sejak dalam kandungan, manusia telah
terpajani bunyi bahasa. Janin merespon bunyi melalaui perubahan detak jantung,
serta lebih tanggap dari suara ibunya. Setelah bayi yang berada dalam kandungan
ibunya lahir, bayi mulai mengenal bahasa yang diperolehnya ketika daam
kandungan. Bayi juga memberikan respons negatif terhadap bahasa yang tidak
dikenalnya.
Pemerolehan bahasa juga melalui tahapan pragmatik. Pragmatk didefinsikan
sebagai studi tentang penggunaan bahasa yang dimaksudkan untuk berinteraksi
dengan orang lain (Levision 1983: 5). Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa
yang dimaksud orang di dalam suatu konteks tertentu dan bagaimana konteks itu
berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Kajian pemerolehan pragmatik dalam

1
psikoliguistik terkait dengan pemerolehan bahasa, dapat dikategorikan ke dalam
empat kategori utama, yakni interaksi non-verbal, komunikasi referensial, tindak
tutur, dan kesantunan. Kategori-kategori tersebut kemudian dapat diperluas hingga
wacan (Matthews, 2011: 7). Dalam perkembangan pragmatik mencakup periode-
periode: (1) sensorimotorik; (2) pra-oprasional; (3) operasional Konkret; (4)
operasional formal. Seorang anak dapat dikatakan menguasai kompetensi pragmatik
apabila ia mampu memahami makna dan maksud dari setiap tuturan yag didengar,
serta mampu menanggapi dengan tuturan atau tindak ekpresi wajah. Untuk
memperoleh kompetensi pragmatik tersebut anak harus menguasi komponen atau
aspek-aspeknya seperti makna dan referensi, kajian tindak tutur, presuposisi, dan
percakapan.
Dalam perkembangan pemerolehan bahasa anak, kajian pragmatik
mengolaborasi tentang kepatuhan empat maksim, juga dilakuan terhadap dalam
pelanggarannya, serta fungsi pelanggaran trsebut setelah paham prinsip kerjannya?
(Musfiroh, 2015) serta apakah anak-anak. Anak-anak memang suka berguarau,
membuat humor berbasis bunyi, tetapi apakah mereka melakukanya bermaksud
melucu dengan memberikan tuturan yang berlebihan, terlalu panjang, tidak relevan,
dan tidak logis?
Kemunculan pragmatik dalam psikolinguistik selalu dikaitkan dengan periode,
perkembangan. Periode yang dimaksud adalah periode sensori-mototik(usia 0-2
tahun): periode pra-oprasional ( 1,5-7,0 tahun), periode oprasiona formal (11tahun-
dewasa) . Periode pragmatik dalam Periode Oprasinal Formal ditandai dengan
percakapan yang semakin memenuhi prinsip kerjasam dan kesantunan.
Pelanggaran prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan oleh anak-anak terjadi dalam
kesadaran . artinya anak-anak sengaja melanggar prinsip-prinsip tersebut demi
tujuan tertentu. Yang dimana anak-anak tersebut bermaksud melucu, mem-bully,
atau menunjukan dominasi melalui bahasa. Yang menjadi maslah anak-anak
mampu menangkap bentuk fisik dari yang lucu, pura-pura jatuh, seperti mulut
mencong yang lucu, pura-pura jatuh ( Hoicka dalam Matthews, 2011:220-221) serta
pada usia 5 bulan bayi mulai meniru gerak-gerik orang, mempelajari bentuk
ekspresi wajah. Pada usia 6 bulan bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehingga

2
komunikasi menjadi komunikasi ibu,bayi dan benda-benda. Usia 7-12 bulan anak
menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan
berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa
ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan
satu suku kata. Usia 2 tahun anak kemudian memasuki tahap sinaksis dengan
mampu merangkai kalimat 2 kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk
dalam dialog singkat. Berdasarkan hal tersebut, perlu ditelusuri pemerolehan bahasa
pada anak usia dua tahun.Masalahnya difokuskan pada pemerolehan pragmatik.

B. Rumusan Masalah
Permasalan yang muncul dalam pembahasan :
i. Humor dalam bentuk pelanggaran apakah yang sengaja
dilakukan oleh anak-anak ?
ii. Gerakan atau tindakan apa saja yang anak-anak lakukan dalam
mencari perhatian?
iii. Apakah benar bahwa anak usia 5bln-2tahun sudah bisa mencari
perhatian ke orang dewasa ?
iv. Bagaimana ekspresi wajah anak-anak tersebut ketika tujuannya
untuk mendapatkan perhatian sudah tercapai?

C. Tujuan Penulisan Laporan


Laporan ini ditulis guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikolinguitik
tentang “Pemerolehan Humor Pragmatik Ekspresif Fisik pada Perkembangan Ujaran
Anak” pada anak usia 5bulan sampai dengan 2 tahun yang diampu oleh Raden Yusuf
Sidiq Asnawan, M.Pd.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. MATERI
a. Hakikat Pragmatik dalam Kajian Psikolinguistik
Pragmatik didefinisikan sebagai studi tentang penggunaan bahasa yang
dimaksudkan untuk berinterksi dengan orang lain (Levinsun, 1983: 5).
Pragmatik dibedakan dari kompetensi linguistik, kompetensi pragmatik

3
mencakup kemampuan berbahasa dan penggunaannya daam bentuk tindak ujar
(Travakoli, 2012: 277). Pada saat menggunakan bahasa, orang tidak hanya
merepresentasikan pikiran di dalam benaknya berkaitan dengan tujuan
penggunaan bahasa yang bersifat sosial. Contoh penggunaan bahasa yang
dimaksud adalah tindakan. Tindak tutur verbal “ Adek sudah makan?” direspon
denga tindak tutur non-verbal “tersenyum dan menganggukan kepala” dalam
bentuk verbal diartikan “iya atau sudah”.
Pemerolehan pragmatik dimulai ketika seorang bayi memiliki niatan
komunikasi dengan bentuk fisik. Niatan ini ditunjukan dengan pandangan,
senyum gerakan tangan, tanggapan ocehan, dan tangisan. Mulai usia 6 bulan
bayi mulai megembangkan kemampuan komuikasi melalui bunyi-bunyi bahsa
yangd dapat ditengarai sebagai panggialan ataupun sapaan.

b. Aspek Perkembangan Motorik dan Kogitif pada anak usia 5bulan-


2tahun
Pada perkembangan anak usia 5 bulan- 2 tahun, inilah bisa dikatakan
sebagai perkembangan bentuk primitif. Anak melakukan komunikasinya dengan
bentuk tangisan, jeritan, dan ketawa yang bisa dianggap sebagai ‘kata’.
Komunikasi tersebut berkembang melalui bentuk verbal dan non-verbal yang
mengisyaratkan maksut tertentu untuk mendapatakan perhatian dan tanggapan
dalam bentuk fisik ataupun non-fisik.
Pada tahapan ini sensori-motorik awal, tangisan menjadi alat
komunikasi. Menurut Scrovel (1997: 8-10), menangis digunakan bayi pada
komunikasi pertamanya untuk menyamaiakn maksudnya seperti ketidak
nyamanannya yang dirasakan.
Tahapan niatan komunikasi menjadi lebih jelas ketika anak-anak
menunjukan respons terhadap stimulus ataupun sebaliknya. Pemerolehan humor
pragmatik, pada masa ini disebut pemerolehan niatan komunikatif yang ditandai
dengan berbagai perilakunya, di antaranya tersenyum ketika dipanggil,
menanggapi bila diberi sesuatu atau memberi sesuatu kepada orang lain dan
mencari perhatian orang lain. Semua ini ditunjukan pada masa pra-vokalisasi.

4
Setelah perkemangan biologisnya memungkinkan, anak menunjukan niat
kominkatifnya dalam bentuk bunyi (Dardjowidjojo, 2003: 266)
Pola vokalisasi dan gestur dipakai oleh anak pada periode sensori-
motorik sudah membentu pola-pola yang disebut Primitiv Speech Acts (PSA atau
tindak tutur awal). Meskipun maksud yang tersebut menggantung pada gestur,
bukan pada kalimat, tetapi perilaku tersebut memiliki fungsi yang sama dalam
tindak tutur (speech act) orang dewasa. Seperti tindakan seorang anak untuk
mencari perhatian dan bertujuan untuk melucu supaya mereka mendapat
perhatian penuh.

c. Aspek Pragmatik dalam Periode Operasional Formal


Pada periode oprasional formal ditandai dengan percakapan yang
semakin memenuhi prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan. Entailment
bahkan mejadi bahan diskusi, seperti humor dan teknik-tekniknya mulai
dipelajari oleh anak usia 5 bulan – 2 tahun. Pada usia inilah pelanggaran prinsip
kerjasama dan prinsip kesantunan oleh anak-anak pada periode operasaional
formal tejadi dalam kesadaran. Artinya, pada periode ini anak-anak sengaja
melanggar prinsip-prinsip tersebut demi tujuan tertentu. Anak-anak bermaksud
untuk mendapatkan perhatian orang seperti orang tuanya ataupun orang lain,
dengan tindakan mungkin melucu dengan melakukan gerakan atau tindakan-
tindakan yang dianggapnya lucu seperti pura-pura jatuh dan bisa menarik
perhatian. Bahkan dengan ekspresi wajah lucu mereka seperti senyum,
meringgis, mata genit yang mana akan menunjukan ke humoran bayi tersebut.
Ataupun menujukan dominasi bahasa mereka melalui bahasa yang keluar dari
mulutnya dan mengakibatkan orang lain tertawa dan tujuan mereka pun tercapai
untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari orang terdekat mereka.
Humor periode formal oprsional secara bertahap masuk kewilayah orang
dewasa, seperti humor akademis, plesetan, humor kritis, humor-telling (seperti
standup-comedy) (Musfiroh, 2017: 94–95). Dalam percakapan bukan hanya
sekadar mendapatkan perhatian dan memancing tawa disitulah perkembangan
anak dalam memperoleh humor paragmatik. Maksim-maksim Grice tidak lagi

5
dilanggar tapi sudah disimpangkan bisa dikatakan bahwa yang dilakuknan oleh
anak usia 5bulan – 2 tahun merupakan perkembangan bahasa oleh anak dalam
bentuk fisik atau non-verbal dalam proses pemerolehan humor pragmatik dalam
perkembangan ujaran bahasa anak.

B. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori pemerolehan bahasa seorang anak bukan
hanya bersifat verbal saja akan tetapi juga didukung melalui perkembangan fisik
atau non–verbal untuk proses perkembangan ujaran bahasa anak. Seiring dengan
hal tersebut juga terdapat prinsip kerjasama dalam pragmatik seperti yang
dijelaskan pada buku (Musfiroh, 2017) serta journal Abdul Wahab dosen
Psikolinguitik STAIN Sultan Qaimuddin Kendari. Kemudian, komponen tuturan
atau ujaran dari orang tua atau penutur juga berpengaruh dalam terjadinya
pemerolehan perkembangan humor pragmatik dalam ujaran bahasa anak.
Hipotesis ini merupakan hasil sementara yang menjadi acuan serta motivasi
untuk membutikan lebih lanjut mengenai hasil yang sesuai dengan hasil data.

C. Metode Penelitian
Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengamati bagaimana si
anak dalam berinteraksi dengan orang tua. Selain itu bertanya langsung
dengan ibunya dengan teknik , foto, simak dan catat. Hasil data foto dan
simak serta catat apakah sudah sesuai dan terbukti dengan hasil penelitian
yang tertera pada buku (Musfiroh, 2017: 94–95) dan jounal Abdul Wahab
Dosen Psikolinguitik STAIN Sultan Qaimuddin Kendari, tentang
“Pemerolehan Humor Pragmatik Ekspresif Fisik pada Perkembangan Ujaran
Anak”.

D. Objek, Tempat Waktu Penelitian

6
Narasumber dalam penelitian ini adalah balita berusia 5bulan– 2tahun.
Dengan total enam anak, diantaranya :
– 5–6bulan 2 anak bernama, Viko Rayyan Saputra (L) dan Yasmina Labibah
Valen Azzahra (P).
– 1 tahun 2 anak bernama, Devano Rangga Bagaskara (L) dan Mirza Adipta
Yuhanto (L).
– 2 tahun 2 anak bernama Ayudia Inara Lara Sati (P) dan Belicia Velda
Fernanda (P).
Pengamatan dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 25 November
2017 sampai dengan tanggal 26 November 2017. Dari enam anak diatas
merupakan anak dari tetangga saya yang beralamat di Desa Sasak RT 01/
RW 06, Kecamatan Boja Kab Kendal.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi
Seperti landasan teori diatas pembuktian teori Musfioh dan Abdul Wahab
sebelumnya, tentang pemerolehan humor pragmatik dalam perkembangan ujaran
bahasa anak bukan hanya berbentuk verbal saja, akan tetapi juga non– verbal
atau fisik. Pada usia tertentu anak akan memulai mencari perhatian untuk
mengembangkan ujaran bahasanya dengan lungkungan sekitar baik orang tua
ataupun orang yang mungkin tidak asing bagi mereka, seperti halnya mereka

7
mencari perhatian dengan tingkah lucu mereka menunjukan ekpresi humor
mereka yang menjadikan kita tertawa ataupun mereka tertawa sendiri.
Contohnya mereka menunjukan ekpresi wajah mereka ketika ditanya cantiknya
mana dia menunjukan ekpresi kedipan mata ataupun mereka mengambil benda
dengan di lempar lalu ketawa sendiri.
Berikut ini adalah hasil laporan hasil pengamatan penelitian
pemerolehan humor pragmatik dalam perkembangan ujaran bahasa anak usia 5
bulan – 2 tahun:
1. 5–6 bulan 2 anak bernama, Viko Rayyan Saputra (Laki) dan Yasmina
Labibah Valen Azzahra (Perempuan).
Pada perkembangn dua anak ini memang sudah terlihat seperti
yang tertera pada teori Musfiroh dan Abdul Wahab, namun sudah anda
tingkah laku mereka yang mengambarkan humir pragmatik dari ekspresi
wajah mereka. Akan tetapi karater anak juga mempengaruhi keberhasilan
mengenai pembuktian tentang perkembangan seorang bayi untuk
memperoleh humor pragmatik.
Dilihat dari hasil observasi, dari dua anak tersebut antara balita
yang bernama Viko memang sudah terbiasa menunjukan karakter
kelucuan dari dalam dirimya, apalgi juga dipengaruhi oleh orang tuanya
yang sering mengajak berbicara dan menggoda balita ini. Jadi ketika
saya observasi ketika mendatangi rumahnya beruntungnya bayi tersebut
sedang bercanda dengan ibunya. Bayi tersebut sudah menujukan bahwa
dia sudah mulai mendapatkan perkembangan humor pragmatik yang
terlihat dari ekpresi wajah dan teriakan serta tingkah laku dari bayi ini
dan tidak takut ketika ada orang asing atau bukan dari keluarganya
mendatanginya. Balita ini mengambil benda dan menjatuhkan lalu ia
tertawa kemudian ia mengkode orang untuk mengambilkan barang
tersebut tersebut dan kemudian menjatukan kembali.
Selanjutnya pada balita yang bernama Yasmin ini memang
memiliki karakter pendiam susah tertawa kalau digoda, karena balita ini

8
merupakan anak dari kakak saya, jadinya saya paham bahwa balita ini.
Ketika saya amati memang balita ini juga terkadang mencari perhatian ke
orang tuanya ataupun keluarga, ia tertawa ketika ia di goda oleh
kakaknya. Pemerolehan humor pragmatik juga sudah mulai muncul
ketika ditanya “ cantiknya mana dek balita ini menunjukan ekpresi
wajahnya dengan mengedipkan mata”. Bukan hanya itu balita ini juga
memperlihatkan ekpresi mulut dan tangan apalagi balita ini suka dengan
musik dangdut jadi ketika ibunya atau bapaknya memutar musik, balita
ini langsung joget yang menjadikan orang yang berda di dekatnya
tertawa karena tingkah lucunya.
Jadi hasil obsevasi saya dari dua balita ini yang berusia 5–6bulan
sudah membuktikan bahwa anak pada umur tersebut sudah menunjukan
ujaran bahasa dalam bentuk fisik bukan hanya berbentuk verbal saja.

2. 1 tahun 2 anak bernama Devano Rangga Bagaskara (Laki) dan Mirza


Adipta Yuhanto (Laki).
Pada perkembangan dua balita ini memang memiliki kesamaan,
dua balita ini memang masih keluarga dan rumahnya berdampingan serta
dua balita ini lahir hanya selang satu minggu. Ketika saya observasi
balita ini sangat mendukung langkah observasi saya karena tingkah laku
mereka berdua, observasi saya tentang pembuktian mengenai teori
Musfiroh dan Abdul Wahab berjalan dengan lancar. Memang saya ketika
observasi dua balita ini sedang tidak bersamaan, namun hasil
pengamatan saya sudah membuktikan bahwa teori Musfiroh dan Abdul
Wahab memang benar terbukti bahwa balita umur 1 tahun itu juga
mengalami fase perkembangan humor pragmatik mengenai ujaran
bahasa.
Dibuktikan dengan hasil observasi seperti balita yang bernama
Vano ini suka mencari perhatian dari orang terdekatnya, ia menolak
ketika diajak dengan mengoyangkan badan serta menganggukkan kepala

9
namun ketika orang yang membujuknya untuk mengajak sudah
mengulurkan tanganya namun ia malah menangis. Alhasil antara
goyangan badan dan angukkan kepalanya malah meimbulkan tawa, dan
ia malah menangis lalu tertawa. Bukan hanya itu balita ini juga mencari
perhatian ketika di gendong oleh ibunya balita ini menggerkakkan
badanya seperti berniatan untuk mengkode orang yang didepanya untuk
menggendongnya namun ketika mau digendong menolak, malah balita
tersebut tertawa.
Balita selanjutnya yang bernama Mirza ini juga hampir mirip
dengan balita yang satunya, lebih lucunya lagi balita ini diam namun
ketika ia melihat binatang seperti kucing ia langsung menunjukan bahwa
ia suka dengan binatang itu, apalgi balita seumuran itu sudah bisa
merangkak. Balita itu mengejar dengan merangkak lalu memegang
buntutnya lalu ia ketawa sambil ada sentikan menangis. Bukan demikian
ketika saya mengajak balita ini dengan membawa makanan ringan (ciki)
dan teman saya yang membantu saya ketika observasi hanya membawa
permen saja, bayi tersebut dengan lucunya memilih ciki selang kemudian
meminta permen. Yang mana menjadikan saya serta teman dan ibunya
tertawa karena kelucuannya.
Jadi dua balita ini yang berumur 1 tahun lebih satu Minggu dan
lebih dua Minggu ini juga sudah membuktikan bahwa pemerolehan
humor pragmatik pada perkembangan ujaran anak juga memang terbukti
bahwa anak yang berusia 1 tahun juga mengalami sifat humor yang
menjadikan alat komunikasi mereka degan mitra tuturnya atau pun
penuturnya dengan ekspresi wajah mereka mengenai humor penolakkan
ataupun humor kesetujuan.

3. 2 tahun 2 anak bernama Ayudia Inara Lara Sati (Perempuan) dan Belicia
Velda Fernanda (Perempuan).

10
Kelanjutan dari pembuktian teori Musfiroh dan Abdul Wahab
mengenai pemerolehan humor prakmatik ekspresi perkembangan ujaran
bahasa anak. Pada balita berumur 2 tahun memang bisa dikatkan sebagai
pertumbuhan balita yang sedang lucu dan lagi mengeksplore apa saja
yang dia anggap itu asing bagi ia. Pada kasus balita yang berjenis
kelamin perempuan ini sangatlah menarik bahwa sanya balita ini juga
sangat aktif.
Balita ini biasa dipanggil Ara, bisa di katakan bahwa balita ini
bisa dikatan balita cerdas, balita ini beda dengan balita pada umumnya
yang berada dalam lingkungan tempat tinggal saya. Ketika saya
observasi bukan hanya saya mengamati mengenai tingkah lakunya akan
tetapi juga mengenai saya mengajak bicara ballita ini. Ketika itu saya
bertanya dengan balita ini mengenai Ayahnya dimana dan saya bertanya
tentang urutan angka penjumlahan , dan saya memberi pertanya ia makan
apa dan saya bertanya tentang anggota tubuh yang ada di bagian wajah.
Kemudian balita ini menjawab.
Rio : “Ara Ayah dimana Nok?”
Ara : “ yah keja.” ( Ayah kerja )
Rio : “ Nok habis 1 berapa Nok?”
Ara : “waa, gaa” ( jawaban balita )
Rio : “ Nok, nok 1+1 berapa ?”
Ara : “ waaaa.”
Itu merupakan sedikit hasil selingan saya untuk mendapatkan
hasil yang sesuai. Setelah saya bertanya balita itu tiba –tiba mencari
perhatian dengan mengambil sepada hasil ia mendapatkan juara sebagai
balita aktif tingkat Kec. Boja. Balita ini llu pura –pura menabrak
kemudian saya purapura kesakitan lalu ia tertawa yang menggambarkan
bahwa ia senang. Kemudian ia ketika bermaian dengan ibunya atau
ayahnya balita ini menunjukan kebolehannya bernyanyi yang
menimbulkan tawa untuk orang lain dan dirinya. Karena saya penasaran

11
fakta atau penyebab yang menunjang putrinya bisa tumbuh dengan
cerdas. Ibunya menjawab dengan singkat yaitu komunikasi. Yang
dimaksud komunikasi oleh ibu dari balita ini adalah ketika dalam
mengandung sewaktu Ara masih berda dalam perutnya ternya ibunya
serng mengajak ia mengobrol dan mendengarkan musik serta lantunan
ayat suci Alqur’an. Menurut saya pada balita ini sudah membuktikan
tentang pemerolehan humor pragmatik pada perkebangan bahasa anak.
Selanjutnya pada balita yang biasa dipanggil Bel –Bel, balita ini
juga aktif namun balita ini hanya dengan orangorang tertentu yang ia
anggap tidak asing alias orang yang berda pada lingkungannya saja.
Ketika saya observasi balita ini malah menangis yang mana menjadikan
saya harus mencari ide bagaiman ia bisa aktif sepertii yang di sampaikan
ibunya, kemudian saya membeli roti dan ternyata benar untu
mendapatkan hasil dari datanya harus merayunga terlebih dahulu dengan
membawakan jajan, bertujuan untuk perkanalan dengan balita ini. Balita
ini juga menunjukan perkembanagn humor pragmatik yang berada dalam
dirinya yaitu iamencari perhatian dengan memakai kacamata dan
menunjukan kecentilanyya yang mana menimbulkan orang yang
melihatnya tertawa dan ia jug tertawa. Bukan hanya itu balita ini juga
menunjukan keasikannya ketik diajak menaiki sepeda, balita ini senyum
dengan sumringah sambil melambaikan tanganya seperti menandakan
bahwa ia suka menaiki sepeda.

B. Simpulan
Pemerolehan humor pragmatik ekspresif perkembangan pada balita
berusia 5bulan – 2 tahun menurut teori buku Musfiroh dan journal Abdu Wahab
memang terbukti. Sebagaimana yang sudah saya buktikan dan cara observasi
mengenai kebenaran dari teori tersebut. Dari hasil observasi saya selama dua
hari untuk mendapatkan data dari balita terbukti dengan ke enam balita yang

12
memiliki tingkatan usia. Mulai dari usia 5 bulan – 6 bulan dan usia 1 tahun serta
usia 2 tahun. Hasil observasi saya membuktikan bahawa seorang anak pasti
memiliki sifat humor pragmatik yang niatnya hanya untuk mendapatkan
perhatian dan mendapatkan respon dari lawan tuturnya. Bukan hanya itu balita
yang saya observasi masing–masing memiliki karakter yang berbeda–beda.
Dari hasil observasi saya antara balita yang berusia 5bulan–6bulan
menunjukan memang benar terbuktinya teori Musfiroh dan Abdul Wahab namun
belum begitu sempurna akan tetapi sudah ada kemiripan atau tanda–tanda
dengan kebenaran teori. Selanjutnya antara balita umur 1 tahun dengan balita
umur 2 tahun yang saya observasi sudah menunjukan hasil yang sesuai dengan
teori ahli tersebut. Bahwasanya memang pada usia 1 tahun– 2tahun memang
sudah memperoleh humor pragmatik ekspresif dalam perkembangan bahasa ujar
anak.
Selain itu juga ditemukannya pada tahapan ini sensori-motorik awal,
yaitu tangisan menjadi alat komunikasi. Menurut Scrovel (1997: 8-10),
menangis digunakan bayi pada komunikasi pertamanya untuk menyampaikn
maksudnya seperti ketidak nyamanannya yang dirasakan. Seperti balita yang
berusia 1 tahun dan 2 tahun yang saya temukan. jadi kebenaran teori Musfiroh
dan Abdul Wahab memang sudah benar menurut saya dari hasil observasi yang
saya lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Musfiroh, Tadkiroatun. (2017). Psikolinguistik Edukasional. Yogyakarta: Tiara


Wacana.
Wahab, Abdul. (2013). Pemerolehan Pragmatik pada Anak Usia 2 Tahun. Kendari.
Dardjowijojo, Soejono, (2000). Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
Jakarta: Grasindo.

13
LAMPIRAN
1. Balita usia 5 bulan
a. Nama : Viko Rayyan Saputra
Usia : 6 Bulan
Jenis Kelamin : laki
Nama orang tua :
Ibu : Devi Ariyani
Ayah : Septian

14
b. Nama : Yasmina Labibah Valen Azzahra
Usia : 7 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama orang tua :
Ibu : Ratna Sari
Ayah : Sarko Riyadi

15
2. Balita usia 1 tahun
a. Nama : Devano
Usia : 1 tahun 1 Minggu
Jenis Kelasmin : Laki
Nama Orang Tua :
Ibu : Hanawati

16
Ayah : Dewangga

b. Nama : Mirza Adipta Yuhanto


Usia : 1 tahun 2 Minggu
Jenis Kelasmin : Laki
Nama orang tua :

17
Ibu : Yulia Indri Maulina
Ayah : Rudi Yuhanto

3. Balita Usia 2 Tahun


a. Nama : Ayudia Inara Larasati
Usia : 2 tahun kurang 2 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Orang Tua :
Ibu : Riska Cahyaning Wulandari Amd.Kep

18
Ayah : Bagus

b. Nama : Belicia Velda Fernanda


Usia : 2 tahun kurang 3 bulan
Jenis Kelamin :
Nama orang tua :
Ibu : Nanda Mikadila Andriyani
Ayah : Wahyu

19
20

Anda mungkin juga menyukai