Anda di halaman 1dari 12

higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya

kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan, dan penjamah/operator terhadap air minum

agar aman dikonsumsi.

2.3.2 Persyaratan higiene sanitasi DAM

Persyaratan higiene sanitasi DAM atau DAMIU tercantum dalam Permenkes No. 43

Tahun 2014. Persyaratan higiene sanitasi DAM ada tiga, yaitu tempat, peralatan, dan

penjamah/operator.

1. Tempat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi tempat adalah sesuatu

yang dapat digunakan untuk meletakkan, menyimpan, dan lain-lain. Persyaratan higiene

sanitasi pada aspek tempat terdiri dari beberapa ketentuan, yaitu:

1) Lokasi

Lokasi adalah suatu tempat yang dijadikan sebagai usaha atau kegiatan usaha

tersebut dilakukan (Swastha, 2002). Syarat-syarat lokasi DAM berada pada daerah

yang terbebas dari sumber pencemaran lingkungan dan penularan penyakit, misalnya

dekat dengan pembuangan sampah sementara. Lokasi depot tidak berada pada daerah

yang tergenang air dan rawa, tidak dekat dengan tempat pembuangan kotoran, tidak

dekat dengan penumpukan barang bekas dan bahan berbahaya dan beracun (B3), serta

tidak pada daerah yang dapat menimbulkan pencemaran pada air minum (Depkes RI,

2010).

2) Bangunan

Bangunan adalah tempat atau ruangan yang digunakan untuk melakukan

kegiatan produksi, penyimpanan dan pembagian air minum (Depkes RI, 2010).

Bangunan terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah

pemeliharaannya seperti terbuat dari batu bata/batako yang diplester.


3) Lantai

Lantai merupakan sebuah batas bawah bagi sebuah ruangan. Lantai

terbentang secara horizontal. Syarat lantai pada DAM harus kedap air, permukaan

rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta

kemiringan cukup landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan

air. Selain itu, lantai dalam keadaan bersih dan tidak berdebu (Depkes RI, 2010).

4) Dinding

Dinding adalah sebuah elemen yang dijadikan sebagai pembatas antar

ruangan. Dinding DAM harus kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah.

Dinding juga harus dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian

tergantung (Depkes RI, 2010).

5) Atap dan langit-langit

Atap dan langit-langit merupakan bagian yang terbentang secara horizontal

dan terletak pada bagian teratas sebuah bangunan. Atap dan langit-langit pada DAM

harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan

berwarna terang, serta mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya

pertukaran udara yang cukup atau lebih tinggi dari ukuran tandon air. Tinggi langit-

langit minimal 2,4 meter dari lantai (Depkes RI, 2010).

6) Pintu

Pintu adalah bukaan tempat keluar masuk orang. Pintu dari bahan yang kuat

dan tahan lama, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan, dan

pemasangannya rapih sehingga dapat menutup dengan baik (Depkes RI, 2010).

7) Tata ruang
Tata ruang merupakan sebuah wujud ruang yang tersruktur dan berpola

(Undang-Undang No. 26 Tahun 2007). Tata ruang usaha DAM paling sedikit terdiri

dari: ruangan proses pengolahan, ruangan tempat penyimpanan, ruangan tempat

pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung (Depkes RI, 2010).

8) Pencahayaan

Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Kepmenkes No.1405 Tahun

2002). Syarat pencahayaan pada depot, yaitu cukup terang untuk bekerja, tidak

menyilaukan dan tersebar secara merata. Pencahayaan minimal 10-20 foot candle atau

100-200 lux (Depkes RI, 2010). Pencahayaan yang menyilaukan dan tidak tersebar

secara merata dapat mengakibatkan gangguan pada penglihatan, yaitu menurunnya

kemampuan penglihatan, keletihan pada mata, perasaan kurang nyaman, dan

berkurangnya semangat kerja (Wahyuni, et al, 2014). Pengukuran cahaya dilakukan

dengan menggunakan lightmeter dengan cara sebagai berikut :

a. Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari luas ruangan

b. Waktu pengukuran dilakukan siang hari

c. Cara pengukuran dilakukan sesuai instruksi/petunjuk penggunaan sebelum alat

dioperasikan

d. Pengoperasian alat :

a) Letakan alat ada tempat kegiatan pengelola/pemilikan DAM dilaksanakan

b) Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

e. Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung, bila satuan alat dalam

food candle, maka perlu dikonversi pada lux dimana 1 lux = 10 FC

9) Ventilasi
Ventilasi merupakan tempat bertukarnya udara dari dalam ruangan keluar

ruangan. Untuk menjaga kenyamanan DAM harus diatur ventilasi yang dapat menjaga

suhu yang nyaman dengan cara: menjamin terjadi pertukaran/peredaran udara dengan

baik. Tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum. Menjaga suhu tetap

nyaman dan sesuai kebutuhan (Depkes RI, 2010).

10) Kelembaban udara

Kelembaban udara adalah jumlah kandungan uap air yang terdapat dalam

udara. Kelembaban udara dapat mendukung kenyamanan dalam melakukan

pekerjaan/aktivitas. Pengukuran kelembaban dilakukan dengan hygrometer dengan

cara sebagai berikut :

a. Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari luas ruangan

b. Waktu pengukuran dilakukan pada siang hari

c. Cara pengukuran dilakukan sesuai instruksi/petunjuk penggunaan sebelum alat

dioperasikan

d. Pengoperasian alat :

a) Letakkan alat pada dinding ruang atau dapat menggunakan tripot

b) Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

e. Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung

11) Akses fasilitas sanitasi dasar

Akses terhadap fasilitas santasi dasar merupakan suatu jalan masuk bagi

penjamah/operator maupun konsumen sehingga mereka dapat memanfaatkan fasilitas

tersebut dengan baik. Depot air minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi sebagai berikut: tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun

pembersih dan saluran air; fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan); tempat sampah
yang memenuhi persyaratan; dan menyimpan contoh air minum yang dihasilkan

sebagai sampel setiap pengisian air baku (Depkes RI, 2010).

12) Bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus dan kecoa.

Kondisi tempat DAM yang kebersihannya tidak terjaga dengan baik dikhawatirkan

debu udara secara langsung dapat mencemari air minum, apabila debu tersebut mengandung

debu patogen, maka dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau secara tidak langsung dapat

menjadi sumber adanya penularan penyakit pada saluran pernafasan (Suprihatin dan Adriyani,

2008)

2. Peralatan

Syarat higiene sanitasi pada aspek peralatan, paling sedikit meliputi:

1) Bahan dan Kelengkapan Peralatan

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air

baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikrofilter, wadah/galon

air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran pencucian/pembilasan

wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan desinfeksi harus terbuat dari bahan tara

pangan (food grade), misalnya terbuat dari bahan stainless steel atau poly-vinyl-

carbonate atau tidak menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat,

tahan pencucian dan tahan desinfeksi ulang.

Mikrofilter adalah saringan yang berbahan dasar dari polyprophylene yang

berguna untuk menyaring partikel air (Agustin, 2015). Ukuran mikrofilter pada depot

air minum isi ulang berjenjang mulai dari 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron, dan 0,4

mikron (Permenkes No. 43 Tahun 2014). Kegunaan dari ukuran yang berjenjang ini

adalah air minum tersebut agar memenuhi syarat kualitas air minum (Agustin, 2015).

Apabila pada depot air minum isi ulang tidak menggunakan mikrofilter yang

berjenjang, maka hal ini dapat menimbulkan/mengakibatkan partikel halus atau


bakteri pada air tidak tersaring dengan baik, karena semakin banyak ukuran

mikrofilter berjenjang yang digunakan dapat membantu dalam penyaringan partikel

yang lembut (Purwadi, 2003).

Menurut Kepmenperindag Nomor 651/MPP/kep/10/2004 Tentang

Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, dijelaskan bahwa

desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman patogen. Proses desinfeksi dengan

menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki atau alat pencampur ozon lainnya

dengan konsentrasi ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian

berkisar antara 0,06 - 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat

dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254

nm atau kekuatan 2537 0 A dengan intensitas minimum 10.000 mw detik per cm2.

Penyebab adanya bakteri pada air minum, yaitu terjadinya pencemaran pada proses

pengolahan baik di filtrasi maupun desinfeksinya yang kurang sempurna (Athena, et

al. 2004).

Fasilitas pencucian botol (galon) adalah sarana pencucian botol untuk

membersihkan botol yang terdapat pada depot, dengan cara memutarkan botol/galon

secara bersamaan dengan menyemprotkan air produk selama 15 detik. Sebelum

dilakukan pencucian penjamah/operator memeriksa kondisi fisik luar botol/galon,

apakah ada kebocoran, apakah umur botol/galon masih dalam batas aman, dan lain

lain.

Umur botol/galon dapat dibaca pada bagian bawah, yang menunjukkan bulan

dan tahun pembuatan. Apabila lebih dari 5 tahun, maka dapat disarankan untuk

mengganti botol/galon tersebut dengan yang baru. Penjamah/operator juga wajib

memeriksa botol/galon terhadap bau apapun, apabila didapati bahwa botol/galon

berbau, maka segera disarankan ke pelanggan untuk menggati dengan yang tidak
berbau dan apabila ditemukan indikasi adanya kotoran, maka botol/galon dapat disikat

terlebih dahulu dengan mesin sikat yang dilengkapi dengan pembilasan menggunakan

air produk. Penggunaan mesin sikat ini harus berhati-hati dan hanya sekitar 30 detik.

Hal ini untuk menghindari tergoresnya bagian dalam botol/galon Fasilitas pembilasan

botol (galon) adalah sarana pembilasan botol untuk membilas bagian dalam botol. Air

yang digunakan untuk membilas adalah air minum (air produk depot) dengan

penyemprotan air produk selama 10 detik.

Sistem pencucian terbalik (back washing) adalah cara pembersihan tabung

filter dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik sehingga kotoran atau

residu yang selama ini tersaring dapat terbuang keluar. Untuk DAM yang tidak

menggunakan sistem back washing maka harus memiliki jadwal penggantian tabung

mikrofilter secara rutin

2) Masa pakai mikrofilter dan peralatan desinfeksi

Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa pakai ini biasanya

sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro filter (Permenkes No.

43 Tahun 2014). Pengusaha atau pemilik depot air minum isi ulang harus

memperhatikan waktu penggantian peralatan desinfeksi yang digunakan khususnya

depot yang menggunakan alat desinfeksi lampu Ultra Violet (UV). Cara pemantaun

masa pakai lampu UV dengan mencatat tanggal pembelian lampu UV dan mencatat

jumlah volume air yang di produksi, sehingga pengusaha atau pemilik depot dapat

memperkirakan waktu penggantian alat desinfeksi tersebut (Rahayu, et al. 2016).

3) Kondisi tandon air baku

Tandon air baku adalah tempat penampungan air baku. Tandon air baku

harus tertutup dan terlindung dari sinar matahari. Bak penampung harus dibuat dari
bahan tara pangan (food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari

air (Kepmenperindag No. 651 Tahun 2004).

4) Wadah/galon

Wadah adalah tempat untuk mewadahi air minum dari bahan tara pangan
o
(food grade), tahan suhu minimal 60 C, dan tidak bereaksi terhadap bahan pencuci

dan desinfektan (Kepmenperindag No.651 Tahun 2004). Wadah/galon untuk air baku

atau air minum sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan dengan cara dibilas

terlebih dahulu dengan air produksi paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan

setelah pengisian diberi tutup yang bersih. Wadah/galon yang telah diisi Air Minum

harus langsung diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM

lebih dari 1x24 jam.

Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara langsung

kepada konsumen dilokasi depot dengan cara mengisi wadah yang dibawa oleh

konsumen atau disediakan depot. Depot Air Minum dilarang memiliki “stock’ produk

air minum dalam wadah yang siap dijual. Depot Air minum hanya diperbolehkan

menyediakan wadah tidak bermerek atau wadah polos. Depot Air Minum wajib

memeriksa wadah yang dibawa oleh konsumen dan dilarang mengisi wadah yang

tidak layak pakai. Depot Air Minum harus melakukan pembilasan dan atau pencucian

dan atau sanitasi wadah dan dilakukan dengan cara yang benar. Tutup wadah yang

disediakan oleh Depot Air Minum harus polos/tidak bermerek. Depot Air Minum

tidak diperbolehkan memasang segel/shrink wrap’ pada wadah (Kepmenperindag

No.651 Tahun 2004).

3. Penjamah/operator

Pada aspek penjamah/operator, syarat higiene sanitasi, paling tidak terdiri dari:

1) Sehat
Penjamah/operator DAM seharusnya bebas dari penyakit menular serta tidak

menjadi pembawa kuman patogen (carrier). Selain itu, penjamah/operator bebas dari

luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran

terhadap air minum (Kepmenperindag No. 651 Tahun 2004).

2) Berperilaku higienis dan saniter

Perilaku higieneis dan saniter yang perlu diterapkan oleh penjamah/operator

DAM setiap melayani konsumen, antara lain penjamah/operator bagian produksi

(pengisian) diharuskan menggunakan pakaian kerja, tutup kepala dan sepatu yang

sesuai. Penjamah/operator harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan,

terutama pada saat penanganan wadah dan pengisian. Penjamah/operator tidak

diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan tindakan lain selama

melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran terhadap air minum.

Penjamah/operator tidak diperbolehkan dalam tempat pengisian kecuali yang

berwenang dengan pakaian khusus untuk melakukan pengujian atau pekerjaan yang

diperlukan.

Perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun dapat mengurangi

adanya kontaminasi bakteri dibandingkan mencuci tangan hanya dengan dengan air

saja. Titik kritis dari sumber kontaminasi adalah tangan penjamah/operator. Cara

mengendalikan kontaminasi bakteri dapat dilakukan dengan higiene perorangan yang

baik khususnya cuci tangan dengan menggunakan sabun seblum dan sesudah

melayani pembeli (Prihatini, 2012).

4. Air baku

Air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air bersih

yang memenuhi persyaratan mutu sesuai Peraturan Kesehatan untuk diolah menjadi

produk air minum (Kepmenperindag No.651 Tahun 2004).


1) Sumber

Depot Air Minum dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM

yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga (Kepmenperindag No.651

Tahun 2004).

2) Kualitas air

Bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum harus memenuhi

persyaratan kualitas air bersih sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas

Air Bersih (Permenkes No. 43 Tahun 2014). Menurut Kepmenperindag No. 651

Tahun 2004, bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber

yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk

menjamin mutu air baku meliputi :

a. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang

bersifat merusak/mengganggu kesehatan

b. Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik (bau, rasa,

warna), fisika, kimia dan mikrobiologi

Perusahaan pengangkutan air harus memberikan hasil uji lab air baku ke pada

DAM setiap 3 bulan sekali. Menurut Kepmenperindag No. 651 Tahun 2004, bahwa

Depot Air minum harus melakukan pengawasan secara periodik terhadap mutu air

baku yang ditunjukkan dengan hasil uji laboratorium dari pemasok. Pengujian mutu

air baku dilakukan minimal;

a. Satu kali dalam tiga bulan untuk analisa coliform.

b. Dua kali dalam satu tahun untuk analisa kimia dan fisika secara lengkap

Pengujian mutu air baku harus dilakukan di Laboratorium Pemeriksaan

Kualitas Air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten / kota atau yang terakreditasi.
3) Pengangkutan

Izin pengangkutan air mobil tangki dikeluarkan oleh instansi terkait,

misalnya Dinas Pertambangan atau dinas lainnya/jaminan pasok air baku.

Transportasi air baku dari lokasi sumber air baku ke Depot Air Minum harus

menggunakan tangki pengangkut air yang tara pangan (food grade) (Kepmenperindag

No. 651 Tahun 2004). Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat

melepaskan zat-zat beracun ke dalam air/harus tara pangan untuk mencegah

pencemaran air oleh bahan kimia seperti Zn (seng), Pb (timbal), Cu (tembaga) atau

zat lainnya yang dapat membahayakan kesehatan (Permenkes No. 43 Tahun 2014).

Menurut Kepmenperindag No. 651 Tahun 2004, tangki pengangkutan mempunyai

persyaratan yang terdiri atas :

a. Khusus digunakan untuk air minum

b. Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

c. Harus mempunyai manhole

d. Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

e. Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

penutup yang baik, disimpan dengan am an dan dilindungi dari kemungkinan

kontaminasi.

Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar

dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali. Bukti tertulis bisa berupa nota pembelian air

baku dari perusahaan pengangkutan air/sertifikat sumber air. Pengangkutan yang

melebihi waktu 12 jam memungkinkan berkembangnya mikoorganisma yang

membahayakan kesehatan, apabila diperiksa air dalam tangki harus mengandung sisa

klor sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Lama beroperasi, izin operasional, dan laporan kualitas air minum 3 bulan
Lama beroperasi merupakan rentang waktu sebuah usaha dalam melakukan

usahanya. Lama beroperasi DAM dapat berpengaruh terhadap masa pakai/umur peralatan

yang digunakan dalam produksi AMIU. Semakin lama DAM beroperasi, maka semakin

lama umur dari peralatan yang digunakan dalam produksi sehingga dapat mempengaruhi

kualitas air minum isi ulang yang dihasilkannya.

Izin merupakan suatu bentuk persetujuan dari seorang penguasa berdasarkan

peraturan perundang-undangan untuk menguraikan perbuatan yang secara umum tidak

diperbolehkan. Setiap DAM wajib memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan. Untuk menerbitkan izin usaha DAM, pemerintah daerah

kabupaten/kota harus mempersyaratkan adanya Sertifikat Laik Higiene Sanitasi

(Permenkes No. 43 Tahun 2014). DAM yang tidak memiliki surat izin usaha, maka belum

memenuhi syarat yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Setiap depot air minum harus melaporkan kualitas air minum yang dihasilkan

oleh depotnya kepada pihak Puskesmas atau yang mangawasinya. Laporan ini dikirimkan

setiap 3 bulan sekali sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh Permenkes No. 43 Tahun

2014.

Anda mungkin juga menyukai