Anda di halaman 1dari 30

Tugas Mata Kuliah Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan

Telaah Jurnal “Human Health Risk Assessment of Metal


Contamination through Consumption of Fish”

Disusun Oleh :

Tifal Dakwani 101411535005


Dwi Lailatul Fitria 101411535022
Muhammad Yustia Vandana 101411535034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
PSDKU BANYUWANGI
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Telaah Jurnal -
Human Health Risk Assessment of Metal Contamination through Consumption of
Fish”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penilaian
Resiko Kesehatan Lingkungan. Tidak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak/Ibu dosen pengajar mata kuliah kuliah Penilaian Resiko
Kesehatan Lingkungan .
2. Dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
laporan ini.
Dalam penulisan maupun pembuatannya, laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan dikemudian hari.

Banyuwangi, 10 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Human Health Risk Assessment................................................................6
2.2 Pencemaran Logam Berat.........................................................................6
2.3 Logam berat cadium (Cd)..........................................................................6
2.4 Logam berat tembaga (Cu).......................................................................6
2.5 Logam berat besi (Zn)...............................................................................6
2.6 Logam berat timbal (Pb)............................................................................6
2.7 Karakteristik Ikan......................................................................................6
2.8 Pengaruh toksisitas ikan pada jaringan.....................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN..........................................................................................6
3.1 Penilaian risiko kesehatan manusia terhadap konsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat..................................................................................6
3.2 Dampak kesehatan manusia dalam mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat..................................................................................6
3.3 Upaya pengendalian risiko mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi
logam berat terhadap kesehatan manusia.............................................................7
BAB 4 PENUTUP...................................................................................................7
4.1 Kesimpulan................................................................................................7
4.2 Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................8

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industrialisasi telah mengakibatkan polusi logam
berat, yang merupakan bahaya lingkungan yang signifikan bagi hewan
invertebrata, ikan, dan manusia (Uluturhan E dan Kucuksezgin F (2007). Logam
berat adalah salah satu polutan yang dapat menyebar dalam komponen sedimen
dan bereaksi melalui pertukaran ion, penyerapan dan presipitasi (Yuan, C.G.,dkk,
2004). Unsur-unsur ini dilepaskan melalui berbagai sumber antropogenik dan
kolektif ke dalam sistem penerima seperti sedimen, tanah dan air. Logam berat
tidak dapat terdegradasi dan sangat berbahaya bagi tanaman, organisme air dan
kesehatan manusia pada tingkat paparan tertentu. (Mustafa, S. dan D.E. Nilgun,
2006).
Logam berat cenderung menumpuk pada organisme maju melalui efek
pembesaran bio dalam rantai makanan. Dengan demikian mereka bisa masuk ke
dalam tubuh manusia, dan menumpuk di jaringan manusia untuk menimbulkan
toksisitas kronis. Asimilasi kronis logam berat diketahui penyebab kanker dan
dapat merusak fungsi organ vital. Menurut Syed Lal Shah dan Ahmet Altindag
(2003) logam berat dapat mempengaruhi organisme secara langsung atau tidak
langsung dengan mentransfer ke tingkat tropik berikutnya dari rantai makanan.
Hasil yang paling serius dari ketekunan mereka adalah amplifikasi biologis
melalui rantai makanan.
Mukesh dkk (2008) menemukan bahwa logam berat seperti Cd, Ni, As, Pb
menimbulkan sejumlah bahaya bagi manusia. Logam-logam ini juga berpotensi
karsinogenik dan mutagenik. Toksisitas logam berat dapat menyebabkan
kerusakan fungsi otak dan sistem saraf pusat, tingkat energi yang rendah, dan
kerusakan komposisi darah, paru-paru, ginjal, hati, dan organ vital lainnya.
Paparan jangka panjang dapat menyebabkan penyakit fisik, otot, dan Alzheimer
yang perlahan berkembang, penyakit Parkinson, distrofi muskular, dan multiple
sclerosis. Alergi tidak jarang terjadi dan kontak jangka panjang yang berulang
dengan beberapa logam atau senyawa mereka bahkan dapat menyebabkan kanker.
Menurut Ferner (2001), toksisitas logam berat adalah kondisi klinis yang

4
signifikan saat terjadi. Jika tidak dikenali atau tidak diobati, toksisitas dapat
menyebabkan penyakit yang signifikan dan mengurangi kualitas hidup.
Penilaian risiko kesehatan (Health Risk Assessment, disingkat HRA)
merupakan langkah pertama sebelum seseorang melakukan manajemen risiko
kesehatan. Masukan informasi yang terekam dalam HRA, dapat menunjukkan
telah terjadi pemajanan oleh satu faktor risiko atau banyak faktor risiko. Oleh
karena dasar dari timbulnya risiko kesehatan adalah adanya pemajanan (exposure)
oleh satu atau lebih faktor risiko. Maka faktor risiko harus dikenali (rekognized)
karakternya meliputi asal, jenis, intensitas, durasi, frequensi dan lama pemajanan.
Asal faktor risiko bisa dari lingkungan kerja, pekerjaan, organisasi dan diri
pekerja sendiri.
Faktor risiko kesehatan adalah segala sesuatu yang memiliki potensi untuk
menimbulkan kerugian kesehatan pada pemajanan sesungguhnya. Sarat sesuatu
untuk disebut sebagai faktor risiko adalah
a) Secara logika biomedik memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian
kesehatan,
b) Sejarah kesehatan merekam bukti timbulnya efek kesehatan tertentu akibat
pemajanan oleh faktor risiko tersebut.
Maka peranan kepustakaan sangat penting untuk menelusuri hubungan
pemajanan dan efek kesehatan dari faktor risiko tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana penilaian risiko kesehatan manusia terhadap konsumsi ikan
yang terkontaminasi logam berat ?
1.2.2 Bagaimana dampak kesehatan manusia dalam mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat ?
1.2.3 Bagaimana upaya pengendalian risiko mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat terhadap kesehatan manusia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui penilaian risiko kesehatan manusia terhadap konsumsi ikan
yang terkontaminasi logam berat
1.3.2 Mengetahui dampak kesehatan manusia dalam mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat

5
1.3.3 Mengetahui upaya pengendalian risiko mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat terhadap kesehatan manusia

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Human Health Risk Assessment
Human Health Risk Assessment (HHRA) merupakan suatu penilaian yang
membantu sebuah penelitian karena menggunakan produk mutakhir untuk
menilai resiko yang terjadi. Contohnya, ada beberapa ulasan mengenai penilaian
manusia untuk kimia murni dengan campuran kimia. Penilaian terpadu juga
dilakukan untuk kriteria polutan udara, penilaian resiko yang cepat, dan
dukungan teknis untuk kebutuhan partner dan pemegang saham, serta peralatan
modern untuk HHRA. (EPA, 1991)
Produk HHRA menyediakan bagian penting dari landasan scientific atau
ilmiah untuk pengambilan keputusan EPA (contohnya, pembersihan situs secara
spesifik, peraturan), menyediakan agensi agar lebih baik dalam memprediksi dan
mencegah resiko. (EPA,1991)
HHRA (Human Health Risk Assessment) merupakan penelitian yang
dilakukan oleh program penelitian HHRA dengan tujuan untuk merespon secara
langsung kebutuhan program dan kantor regional EPA. Serta membahas isu-isu
yang muncul dalam resiko komunitas yang lebih luas. (EPA,1991)
2.2 Pencemaran Logam Berat
Pencemaran yang disebabkan logam berat sangat perlu mendapat perhatian
karena adanya sifat-sifat logam berat yang tahan pelapukan (non degradable) dan
mudah diadsorbsi oleh biota laut baik secara langsung maupun melalui rantai
makanan. Pencemaran suatu perairan oleh unsur-unsur logam berat selain dapat
mengganggu ekosistem juga secara tidak langsung dapat merusak perikanan dan
kesehatan manusia (Mansur,1982 dalam Sumadhiharga, 1995).
Umumnya logam berat dalam industri dipakai sebagai bahan baku, aditif
dan ktalisator. Unsur-unsur logam berat ini sebagai besar masuk ke lingkungan
laut melalui aliran sungai.Hanya unsur-unsur yang menguap saja yang banyak
dibawa oleh udara seperti metkuri dan selinium. Unsur logam berat dapat masuk
kedalam tubuh biota laut melalui 3 cara yauitu melalui permukaan tubuh,
terserang insang dan rantai makanan (Sumadhiharga, 1995). Merkuri

7
termagnifikasi oleh ikan-ikan yang lebih besar melalui ikan-ikan kecil (Lasut&
Lumyar, 1998).
Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
macam penyakit pada manusia akibat memakan makanan yang mengandung
logam berat seperti kanker, gangguan saluran cerna, ginjal, dll. Pencemaran
merkuri di Minamata Jepang (1953- 1960 ) dan Niaga Jepang (1968) berasal dari
limbah industri plastik yang memakai katalisator merkuri clorida menyebabkan
tingginya kadar merkuri pada ikan yang berasal dari hasil laut sekitarnya dan
menyebabkan masyarakat yang mengkomsumsikannya keracunan merkuri.
Akibatnya timbul berbagai penyakit seperti depresi, gangguan jiwa dan cacat.
Tercatat pada periode 1953-1960 di Minamata 111 orang meninggal dan di Nigata
(1968) 5 orang meninggal 25 cacat ( Palar, 1994)
Logam berat umumnya bersifat racun terhadap mahkluk hidup, walaupun
beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil. Berbagai perantara, seperti
udara, makanan maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat, logam tersebut
dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan sebagian akan terakumulasikan.
Jika keadaan ini. Berlangsung terus menerus, dalam jangka waktu lama dapat
mencapai jumlah yang membahayakan kesehatan manusia (Supriyanto, et al
2007). Konsentrasi logam berat paling tinggi berada di dalam daging ikan
daripada konsentrasi di dalam insang ikan. Hal ini terjadi karena insang
merupakan alat pertukaran gas pada organisme akuatik sehingga lebih sering
tercuci air (Agustina, 2011).
2.3 Logam Berat Cadium (Cd)
2.3.1 Karakteristik Logam
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd
Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat
tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh 321 0C,
titik didih 7670C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati et al, 2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd)

8
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan plastik.
Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat
bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd) didapat pada
industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain (Said, 2008). Logam
kadmium (Cd) mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Berdasarkan
sifat-sifat fisiknya, kadmium (Cd) merupakan logam yang lunak ductile, berwarna
putih seperti putih perak. Logam ini akan kehilangan kilapnya bila berada dalam
udara yang basah atau lembab serta cepat akan mengalami kerusakan bila dikenai
uap amoniak (NH3) dan sulfur hidroksida (SO2). Berdasarkan pada sifat
kimianya, logam kadmium (Cd) didalam persenyawaan yang dibentuknya
umumnya mempunyai bilangan valensi 2+, sangat sedikit yang mempunyai
bilangan valensi 1+. Bila dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung ion
OH, ion-ion Cd2+ akan mengalami proses pengendapan. Endapan yang terbentuk
dari ion-ion Cd2+ dalam larutan OH biasanya dalam bentuk senyawa terhidrasi
yang berwarna putih (Palar, 2004).
Menurut Darmono (2001) Keberadaan kadmium di alam berhubung erat
dengan hadirnya logam timbal (Pb) dan seng (Zn). Dalam industri pertambangan
timbal (Pb) dan seng (Zn), proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil
samping cadmium yang terbuang dalam lingkungan. Kadmium masuk ke dalam
tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mengukur Kadmium intake ke dalam tubuh manusia perlu dilakukan pengukuran
kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau kandungan Cd dalam Faeses.
2.3.2 Sifat Kadmium
Sifat Kadmium dibagi menjadi 2. Sifat fisik dan kimia.
Pada sifat fisik, Kadmium :
a. Logamnya berwarna putih perak
b. Mengkilat
c. Lunak atau mudah ditempa dan ditarik
d. Titik lebur rendah
Pada sifat kimia, Kadmium :
a. Cd tidak larut dalam basa
b. Larut dalam H2SO4 encer dan HCL encer
c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter
d. Bereaksi dengan halogen dan non logam seperti S, Se,. P
e. Cd adalah logam yang aktif

9
f. Dalam udara yang terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat
CdO
g. Memiliki ketahanan korosi yang tinggi
h. Cdl2 larut dalam alcohol
2.3.3 Toksisitas Kadmium
Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam
Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan, Pb dan Zn proses pemurniannya akan
selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan.
Kadmium masuk ke dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Untuk mengukur kadmium intake ke dalam tubuh manusia
perlu dilakukan pengukuran kadar Cd dalam makanan yang dimakan atau
kandungan Cd dalam feses.
Sekitar 5% dari diet kadmium,diabsobsi dalam tubuh. Sebagian besar Cd
masuk melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4
minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui urine. Kadmium dalam
tubuh terakumulasi dalam hati dan ginjal terutama terikat sebagai metalotionein.
Metalotinein mengandung unsur sistein,dimana Cd terikat dalam gugus
sulfhidril(-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil,histidil,hidroksil dan
fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas Cd
disebabkan oleh interaksi antara Cd dan protein tersebut, sehingga menimbulkan
hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.
Plasma enzim yang diketahui dihambat Cd ialah aktivitas dari enzim alfa
anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari
paru dan hal ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas Cd.
Kadmium lebih beracun bila terhisap melalui saluran pernafasan dari pada
melalui saluran pencernaan. Kasus keracuan akut kadmuim kebanyakan dari
menghisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida(CdO). Dalam
beberapa jam setelah menghisap,korban akan mengeluh gangguan saluran
pernafasan, nausea, muntah,kepala pusing dan sakit pinggang. Kematian
disebabkan karena terjadinya oedema paru-paru. Apabila pasien tetap bertahan
hidup, akan terjadi emfisema atau gangguan paru-paru dapat jelas terlihat.
Keracunan kronis terjadi bila inhalasi Cd dosis kecil dalam waktu lama
dan gejalanya juga berjalan kronis. Kadmium dapat menyebabkan

10
nefrotoksisitas(toksik ginjal) yaitu gejala proteinuria,glikosuria dan aminoasiduria
disertai dengan penurunan laju filtrasi glumerulus ginjal. Kasus keracunan Cd
kronis juga menyebabkan gangguan kadrdivaskuler dan hipertensi. Hal tersebut
terjadi karena tingginya afinitas jaringan ginjal terhadap kadmium. Gejala
hipertensi ini tidak selalu terjadi pada kasus keracunan kronis kadmium. Selain
itu, kadmium dapat menyebabkan terjadinya gejala osteomalasea karena terjadi
interferensi daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal.
Beberapa unsur nutrisi yang berpengaruh terhadap hadirnya Cd dalam
tubuh ialah seng,besi,tembaga,selenium,kalsium,piridoksin,asam askorbat dan
protein yang interaksinya bersifat antagonisme. Kebanyakan toksisitas Cd terjadi
karena adanya defisiensi unsur tersebut diatas yang mengakibatkan meningkatnya
absorpsi Cd. Pada umumnya rendahnya intake unsur nutrisi esensial
mengakibatkan bertambah parahnya toksisitas Cd, sedangkan intake yang tinggi
dari unsur nutrisi esensial mengakibatkan berkurangnya efek toksisitas Cd.
Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada
hubungannya antara absorpsi Cd dengan cadangan Fe dalam tubuh. Percobaan
pada orang(pria dan wanita sukarelawan) yang diberi sarapan pagi mengandung
25 microgram Cd dalam bentuk CdCl2, menunjukkan bahwa 8,9% orang terlihat
gejala adanya deposit Fe yang rendah, yang pada analisi serum feritin ditemukan
kurang dari normal(<20 microgram/ml). Pada penelitian lain, menunjukkan baha
pemberian suplemen asam askorbat(0,5% dalam diet) dan substansi Fe dapat
menurunkan konsentrasi Cd dalam hati atau ginjal.
2.3.4 Dampak Terhadap Kesehatan
Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat
sebagai metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium (Cd) terikat
dalam gugus sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil,
hidroksil, dan fosfatil dari protein purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas
kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein
tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam
tubuh (Darmono, 2001).
Gejala akut dan kronis akibat keracunan kadmium (Cd) yaitu (Sudarmaji,
et al 2006):

11
a. Gejala akut :
1) Sesak dada.
2) Kerongkongan kering dan dada terasa sesak (constriction of chest).
3) Nafas pendek.
4) Nafas terengah-engah, distress dan bisa berkembang kearah penyakit
radang paru -paru.
5) Sakit kepala dan menggigil.
6) Mungkin dapat diikuti kematian.
b. Gejala kronis:
1) Nafas pendek.
2) Kemampuan mencium bau menurun.
3) Berat badan menurun.
4) Gigi terasa ngilu dan berwarna kuning keemasan.
2.4 Logam Berat Tembaga (Cu)
2.4.1 Karakteristik Tembaga (Cu)
Tembaga adalah unsur kimia dengan simbol Cu dengan nomor atom 29,
yang diketemukan sebagai bijih tembaga yang masih bersenyawa dengan zat
asam, asam belerang atau bersenyawa dengan kedua zat tadi.
Logam ini termasuk logam berat non ferro ( logam dan paduan yang tidak
mengandung Fe dan C sebagai unsur dasar ) yang memiliki sifat penghantar listrik
dan panas yang tinggi, keuletan yang tinggi dan sifat tahanan korosi yang baik
(Wikipedia,2010c). Sehingga produksi tembaga sebagian besar dipakai sebagai
kawat atau bahan untuk menukar panas dalam memanfaatkan hantaran listrik dan
panasnya yang baik. Biasanya dipergunakan dalam bentuk paduan, karena dapat
dengan mudah membentuk paduan dengan logam – logam lain diantaranya
dengan logam Pb dan logam Sn (Van Vliet,et.all.,1984).
2.4.2 Sifat Tembaga (Cu)
a. Sifat fisika
1. Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti
emas kuning.
2. Mudah ditempa (liat) dan bersifat elastis sehingga mudah dibentuk
menjadi pipa, lembaran tipis, dan kawat.

12
3. Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
4. Titik leleh : 1083 dan titik didih 2301 .
b. Sifat kimia
1. Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan
terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi
oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga
karbonat basa, CuOH2CO3.
2. Pada kondisi yang istimewa, yakni pada suhu sekitar 300 tembaga
dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam.
Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, yakni sekitar 1000 akan
terbentuk tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
3. Logam Cu dan beberapa bentuk persenyawaan, seperti CuO 3,
Cu(OH)2, dan Cu(CN)2, tidak dapat larut dalam air dingin atau air
panas tetapi dapat dilarutkan dengan asam.
4. Logam Cu itu sendiri dapat dilarutkan dalam senyawa asam sulfat
(H2SO4) panas dalam larutan basa NH4OH.
2.4.3 Toksisitas Tembaga (Cu)
Bentuk tembaga yang paling beracun adalah debu-debu Cu yang dapat
mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Garam-garam khlorida dan sulfat
dalam bentuk terhidrasi yang sebelumnya diduga mempunyai daya racun paling
tinggi, ternyata memiliki daya racun yang lebih rendah dari debu – debu Cu. Pada
manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau
uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernapasan sebelah atas.
Efek keracunan yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap Cu tersebut
adalah terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir yang berhubungan dengan
hidung. Kerusakan itu, merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif yang dimiliki
oleh debu atau uap Cu.
Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat
mengakibatkan keracunan akut dan kronis. Terjadinya keracunan akut dan kronis
ini ditentukan oleh besar dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk
menetralisir dosis tersebut.
1. Keracunan akut

13
Gejala – gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut
tersebut adalah :
a. Adanya rasa logam pada pernapasan penderita.
b. Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi secara
berulang – ulang.
2. Keracunan kronis
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan timbulnya
penyakit Wilson dan Kinsky.gejala dari penyakit Wilson ini adalah
terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak, dan demyelinas, serta terjadinya
penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata. Penyakit
Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku dan berwarna
kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti kerang, bila didalam
tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi, maka bagian otot tubuhnya
akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini dapat menjadi petunjuk apakah
kerang tersebut masih bisa dikonsumsi manusia atau tidak.
2.4.4 Dampak Terhadap Kesehatan
1. Kekurangan tembaga
Kekurangan tembaga jarang terjadi pada orang sehat. Paling sering terjadi
pada bayi-bayi prematur atau bayi-bayi yang sedang dalam masa
penyembuhan dari malnutrisi yang berat. Orang-orang yang menerima
makanan secara intravena (parental) dalam waktu lama juga memiliki resiko
menderita kekurangan tembaga.
Gejala orang yang kekurangan tembaga, diantaranya adalah :
a. Terjadi pendarahan berupa titik kecil di kulit dan aneurisma arterial.
b. Penurunan jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih
( leukopenia).
c. Penurunan jumlah kalsium dalam tulang
d. Kadar tembaga rendah dalam darah
e. rambut yang sangat kusut.
f. keterbelakangan mental.
g. kegagalan sintesa enzim yang memerlukan tembaga.
2.. Kelebihan tembaga

14
Tembaga yang tidak berkaitan dengan protein merupakan zat racun.
Mengkonsumsi sejumlah kecil tembaga yang tidak berkaitan dengan protein
dapat menyebabkan mual dan muntah.
Gejala orang yang kelebihan tembaga ,diantaranya adalah :
a. Mengalami kerusakan ginjal.
b. Menghambat pembentukan air kemih.
c. Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel darah merah (hemolisis).
d. Penyakit Wilson(yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit kepala,
perubahan suara).
e. Sirosis.
f. Pengumpulan tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan terjadinya
cincin emas atau emas kehijauan.
g. Menyebabkan kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit berbicara,
hilangnya Koordinasi, psikosa.
2.5 Logam Berat Seng (Zn)
2.5.1 Karakteristik Seng(Zn)
Seng merupakan salah satu unsur dengan simbol Zn, memiliki nomor atom
30, massa atom 65,37 g/mol, konfigurasi elektron [Ar]3d104s2 dan terdapat pada
golongan IIB unsur transisi di dalam tabel periodik. Seng adalah logam yang
berwarna putih kebiruan yang sangat mudah ditempa. Seng liat pada suhu 110-
1500C, melebur pada suhu 4100C, dan mendidih pada suhu 9060C. Logamnya
yang murni, melarut lambat dalam asam maupun basa, adanya zat-zat pencemar
atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan
beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini dapat mempercepat reaksi. Hal
tersebut menjelaskan seng-seng komersial dapat dengan mudah larut dalam asam
klorida encer dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan gas hidrogen:
Zn(s) + 2HCl(aq) → Zn2+ + 2Cl- + H2(g) ↑
Mulyaningsih (2009) menyatakan bahwa pada manusia seng merupakan
logam esensial yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil yaitu kurang dari
100 mg/hari, yang sangat berperan bagi metabolisme tubuh. Seng dapat
menstimulasi aktivitas 100 macam enzim dan terlibat sebagai kofaktor pada 200
jenis enzim lainnya yang terlibat dalam sejumlah besar enzim yang mengkatalisis

15
reaksi metabolik yang vital. Kekurangan asupan Zn menyebabkan rendahnya
sistem imunitas dalam tubuh (Nasution, 2004).
2.5.2 Sifat Seng(Zn)
Secara kimia, zink memiliki sifat yang mirip dengan magnesium (Mg)
karena memiliki ukuran atom yang hampir sama dengan bilangan oksidasi +2.
Zink adalah logam yang putih-kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Sifat
– sifat dari zink diantaranya adalah logam dengan warna keabu – abuan tetapi jika
Zink murni setelah dilap akan tampak menjadi putih kebiruan dan berkilat, mudah
melentur, mudah ditempa pada 110 – 150 oC, titik lebur 419,73 ͦ C dan titik didih
907 ͦ C. Zink mempunyai derajat kekerasan 2,5 skala Mohs, udara lembab akan
menyebabkan permukaan zat tampak bernoda kotor sehingga memberi kesan
keabu – abuan (Gabriel, 2001).
Zink merupakan suatu konduktor panas dan konduktor listrik yang baik
dimana konduktor panas lebih kurang seperempat (1/4) daripada perak. Zink
bersifat super konduktor pada suhu direndahkan (0,91 K), zink murni tidak
bersifat ferro magnetik. Zink sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur
kristal heksagonal, hal ini menyebabkan mutu komersial zink tidak berkilau
(Gabriel, 2001).
2.5.3 Toksisitas Seng(Zn)
Zink maupun senyawa Zink yang termakan, ternyata relatif non toksik,
walaupun larutan garam zink dalam jumlah yang banyak, paling hanya
menimbulkan gastroenteritis akut dengan ditandai mual, muntah, dan diare. Ada 1
tipe keracunan zinkum yaitu akut intoksikasi zinkum atau disebut pula Zinc fume
fever yang merupakan hasil inhalasi/menghirup gas/uap zink oksida. Simpton
utama dalah demam, dimana peningkatan suhu tubuh ini disebabkan aksi uap/gas
Zn pada sel (Gabriel, 2001).
Mekanisme keracunan Zn dalam tubuh terbagi atas 2 fase, yaitu fase
kinetik dan fase dinamik. Fase kinetik meliputi proses – proses biologi seperti ;
penyerapan, penyebaran dalam tubuh, metabolisme, dan proses pembuangan atau
ekskresi. Adapun fase dinamik meliputi semua reaksi – reaksi biokimia yang
terjadi dalam tubuh, berupa katabolisme dan anabolisme yang melibatkan enzim –
enzim (Palar, 2004).

16
2.5.4 Dampak Terhadap Kesehatan
Seng adalah elemen yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Asupan
seng yang terlalu rendah membuat seseorang kehilangan nafsu makan, penurunan
indera perasa dan penciuman, serta luka lambat sembuh. Kekurangan seng bahkan
dapat menyebabkan janin cacat lahir. Meskipun manusia mampu menangani
konsentrasi seng yang cukup tinggi, asupan terlalu tinggi justru menyebabkan
berbagai masalah kesehatan, seperti kram perut, iritasi kulit, muntah, mual, dan
anemia. Tingkat seng yang sangat tinggi dapat merusak pankreas dan
mengganggu metabolisme protein, serta menyebabkan arteriosclerosis. Seng dapat
berbahaya bagi janin yang belum lahir dan janin baru lahir. Seorang ibu yang
menyerap konsentrasi seng terlalu tinggi dapat menyalurkannya ke janin melalui
darah dan ASI.
2.6 Logam Timbal (Pb)
2.6.1 Karakteristik Timbal (Pb)
Timbal atau yang dikenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam
bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan
dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam
golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA)
82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu
kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu
550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat
rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan
air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat
pekat (Palar, 2008).
Menurut Widowati, et al., (2008), timbal pada awalnya adalah logam berat
yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Timbal adalah logam yang
mendapat perhatian karena bersifat toksik melalui makanan, minuman, udara, air,
serta debu yang tercemar timbal. Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal
merupakan logam yang sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat
dimusnahkan serta tidak terurai menjadi zat lain.
2.6.2 Sifat Logam Timbal (Pb)

17
Menurut Fardiaz (1992), timbal banyak digunakan untuk berbagai
keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk
cair dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi
berbagai bentuk.
3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. Alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali
emas dan merkuri.
2.6.3 Toksisitas Logam Timbal (Pb)
Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi
karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya
Pb dapat melalui beberapa cara yaitu melaui pernafasan, oral (melalui makanan
dan minuman) dan penetrasi pada lapisan kulit (Palar, 2008). Menurut Henretig
dalam Sembel (2015), timbal merupakan salah satu logam yang pertama-tama
dilebur dan digunakan untuk keperluan industri.
Penyerapan lewat pernafasan akan masuk ke dalam pembuluh darah paru-
paru. Logam timbal yang masuk ke paru-paru melalui pernafasan akan terserap
dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan ke seluruh
jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008). Penyerapan lewat oral akan masuk ke
saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah (Fardiaz dalam Naria, 2005).
Penyerapan lewat kulit dapat terjadi karena timbal dapat larut dalam minyak dan
lemak (Palar, 2008).
Menurut Akhadi dalam Sihite (2015), unsur Pb yang terserap masuk ke
dalam tubuh perlu waktu yang cukup lama untuk hilang keluar dari tubuh. Pada
jaringan atau organ tubuh, logam timbal akan terakumulasi pada tulang karena
logam ini dalam membentuk ion (Pb2+) mampu menggantikan ion Ca2+
(kalsium) yang terdapat dalam jaringan tulang (Palar, 2008). Sebagian timbal
kemudian akan diekskresikan melalui urin atau feses (Widowati et. al. 2008).

18
Timbulnya gejala keracunan yang diakibatkan oleh kandungan timbal di
dalam darah untuk orang dewasa pada umumnya sekitar 60-100 mikrogram per
100 ml darah. Semakin tinggi kandungan Pb dalam darah, maka semakin
berbahaya bagi kesehatan tubuh. Daya racun timbal yang berada di dalam tubuh
antara lain disebabkan oleh penghambatan kerja enzim oleh ion-ion Pb (Sunu
dalam Sihite, 2015).
Menurut BPOM RI (2014), timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui
kulit, tertelan atau kontak dengan mata kemudian masuk ke dalam peredaran
darah dan terakumulasi dalam jaringan, terutama tulang. Selain itu, timbal juga
dapat terakumulasi di hati, ginjal, pankreas, dan paru-paru. Di dalam tubuh, timbal
merupakan neurotoksin yang terbukti dapat menyebabkan tingkat IQ rendah dan
menimbulkan masalah perilaku seperti meningkatnya agresivitas. Bayi, balita,
anak-anak, janin, dan ibu hamil merupakan kelompok yang paling rentan
mengalami keracunan timbal akibat paparan kronis rendah. Timbal sangat mudah
menembus plasenta dan dapat ditransfer melalui air susu ibu (ASI).
2.6.4 Dampak Terhadap Kesehatan
Keberadaan timbal dalam tubuh dapat berpengaruh dan mengakibatkan
berbagai gangguan fungsi jaringan dan metabolisme. Gangguan mulai dari sintesis
haemoglobin darah, gangguan pada ginjal, system reproduksi, penyakit akut atau
kronik sistem syaraf serta gangguan fungsi paru-paru. Pengaruh lain yang sangat
mengkawatirkan kita, bahwa seorang anak kecil dapat menurun dua point tingkat
kecedasannya jika terdapat 10– 20 µg/dl pb dalam dalam darahnya.
Beberapa penelitian juga mendapatkan bahwa timbal dapat merusak
jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan membuat anak
hiperaktif. Kondisi dapat dijelaskan bahwa jaringan lunak tubuh yang dapat
menyerap Pb antara lain otak, hati, limfa, ginjal dan sumsum belakang dalam
bentuk Pb posfat, kemudian mengalami redistribusi.
Pengaruh pencemaran Pb dalam tubuh, bahkan dapat mempengaruhi
kecerdasan. Tingkat kecerdasan anak (yang tubuhnya telah terkontaminasi Pb
sampai 10 mikrogram) bisa menurun atau bahkan menjadi idiot. Pada ibu hamil
dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan, keguguran atau mempengaruhi
perkembangan sel otak janin, bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan. Timbal

19
yang terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kecil, dapat menyebabkan
gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat
pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik.
2.7 Karakteristik Ikan
Ikan merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang, beberapa
jenis ikan bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang
(gelembung udara). Ikan merupakan organisme yang mempunyai kemampuan
bergerak sehingga tidak tergantung pada arus yang kuat atau genangan air yang
disebabkan oleh angin, mereka dapat bergerak di dalam air menurut kemauannya
sendiri (Nybakken, 1994).
Ikan merupakan jasad multiseluler, sel-sel menyusun jaringan-jaringan dan
selanjutnya membentuk kelompok kerja yang kompleks dan dengan strukutur
spesifik yang dikenal sebagai organ. Organ-organ tersebut memiliki spesifikasi
dan menjalankan fungsi-fungsi seperti otak, otot, perut, hati, jantung dan ginjal.
Selain organ-organ yang serupa dengan hewan pada umumnya, beberapa orang
memiliki fungsi yang sama misalnya insang yang berperan dalam pernafasan,
dijumpai pula organ spesifik yang tidak ada pada hewan yang hidup di darat yaitu
gelembung renang (odum, 1994).
Penyebaran ikan di perairan sangat ditentukan oleh faktor-faktor
lingkungan yang dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu: faktor biotik,
faktor abiotik, faktor teknologi , dan kegiatan manusia. Faktor biotik yaitu faktor
alam yang hidup atau jasad hidup, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan dan
faktor abiotik yang mencakup faktor fisik dan kimia yaitu cahaya, suhu, arus,
garam-garam mineral, angin, pH, oksigen terlarut, salinitas dan BOD. Sedangkan
faktor teknologi dan kegiatan manusia berupa hasil teknologi dan kegiatan –
kegiatan lain baik yang sifatnya memperburuk lingkungan seperti pabrik yang
membuang limbahnya ke perairan maupun yang memperbaiki lingkungan seperti
pelestarian daerah pesisir (Rifai et al,.1984).
2.8 Pengaruh Toksisitas Ikan pada Jaringan
2.8.1 Toksisitas Logam pada Insang Ikan
Insang sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur
tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh karena itu, insang

20
merupakan organ yang penting pada ikan, di samping insang sangat peka terhadap
pengaruh toksisitas logam. Logam klas B sangat reaktif terhadap ligan sulfur dan
nitrogen, sehingga ikatan logam klas B tersebut sangat penting bagi fungsi normal
metaloenzim dan juga metabolisme terhadap sel. Bilamana metaloenzim
disubtitusi oleh logam yang bukan semestinya, maka akan menyebabkan protein
mengalami deformasi dan mengakibatkan menurunnya kemampuan katalitik
enzim tersebut. Hal ini sering terjadi dalam sel epitel insang tempat beberapa
macam logam klas B terikat (Darmono, 2001).
2.8.2 Toksisitas Logam pada Alat Pencernaan Ikan
Alat pencernaan seperti usus sebagai saluran pencernaan dan hati sebagai
produksi enzim pencernaan selalu mengalami gangguan oleh pengaruh logam
toksik ini. Toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi melalui pakan yang
terkontaminasi oleh logam. Toksisitas logam pada saluran pencernaan juga dapat
terjadi melalui air yang mengandung dosis toksik logam (Darmono, 2001).
2.8.3 Toksisitas Logam pada Ginjal Ikan
Seperti halnya makhluk tingkat tinggi lainnya, ikan mempunyai organ
ekskresi, yaitu ginja. Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengekskresikan bahan
yang biasanya tidak dibutuhkan oleh tubuh termasuk bahan racun seperti logam
berat yang toksik. Hal tersebut menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan
oleh daya toksik logam (Darmono, 2001).

BAB III
STUDI KASUS
3.1 Deskripsi Artikel Ilmiah Internasional Berjudul “Human Health Risk
Assessment Of Metal Contamination Through Consumption Of Fish”
Asupan logam berat oleh ikan di lingkungan perairan yang tercemar
bervariasi tergantung pada persyaratan ekologi, metabolisme dan faktor lainnya
seperti salinitas, tingkat pencemaran air, makanan dan sedimen. Pencemaran

21
logam menumpuk pada ikan di jaringannya melalui penyerapan dan manusia
dapat terkena logam melalui makanan. Hal ini akan menyebabkan efek akut dan
kronis pada manusia. Beberapa metode telah diusulkan untuk estimasi potensi
risiko terhadap kesehatan manusia logam berat pada ikan. Resiko dapat dibagi
menjadi karsinogenik dan non-karsinogenik efek.
A. BAHAN DAN METODE
1. Situs studi,
Penelitian dilakukan di sebuah sungai yang dipilih di Kuantan. Sungai
terletak 1008 kilometer barat (281 °) dari perkiraan pusat Malaysia dan 204
kilometer timur laut (65 °) ibukota Kuala Lumpur. Dengan garis lintang 3,93
(3 ° 55 '60 N) dan garis bujur 103.37 (103 ° 22 '0 E). Daerah ini dipilih karena
pertumbuhan pembangunnya cepat dan merupakan kawasan pengembangan
campuran terdiri dari industri residensial, komersial, minyak dan gas, industri
kecil dan menengah (UKM) dan penginapan seperti resor dan hotel.
2. Sampling lapangan,
Sampel penelitian ini adalah jaringan ikan. Sampel ikan dikumpulkan dari
satu nelayan untuk memastikan keteraturan dalam metode penangkapan ikan.
Ikan tersebut dikumpulkan dari 3 titik yang dipilih dan diangkut ke
laboratorium di hari yang sama di tas polietilen pra-dibersihkan. Semua
sampel dibekukan dan disimpan pada suhu -18ºC.
3. Persiapan sampel,
Sampel jaringan ikan tertimbang 0.5g dimasukkan langsung ke dalam
tabung pencernaan yang dicuci dengan asam (10ml asam nitrat ultra-
murni/HNO3) ditambahkan ke masing-masing sampel. Sampel dipanaskan
sampai 100ºC menggunakan XT- 9800, pemanas pra-perawatan sampai pada
titik yang hampir semuanya nitrogen dioksida dipancarkan. 4ml aliquot
terkonsentrasi. Satu reagen kosong untuk masing-masing pencernaan
dimasukkan sebagai standar representative referensi, homogenitas dan efikasi
proses dalam sampel direplikasi, sampel yang dicerna dipindahkan dan
ditandai labu pasca pendinginan.
4. Uji Sampel,
Semua sampel ikan dianalisis untuk penggunaan Cu, Pb dan Cd sebuah
spektrometer massa plasma induktif (ICPMS). Model ICP-MS yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Perkin elmer, Nexlon 300x ICP-MS
dari Amerika Serikat. Contoh digestates biasanya diencerkan 10x dengan 1%

22
HNO3 untuk analisis pengenceran yang lebih besar (sampai 10.000 xs)
diperlukan untuk beberapa analit yang disajikan secara relative Konsentrasi
tinggi pada ikan. Hasil diukur dengan menggunakan kalibrasi empiris kurva
yang dihasilkan dari respon yang diperoleh dari pengenceran beberapa
standar kalibrasi multi elemen disiapkan dari standar unsur tunggal (Alfa
Aesar). Kontrol kualitas analitik mencakup analisis ultrapure 1% HNO3
kosong dan contoh duplikat dari microwave pencernaan.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Konsentrasi Logam Berat pada Ikan.
Konsentrasi logam berat Cu, Pb dan Cd pada ikan di hilir, sungai tengah dan
hulu sungai terpilih di Pahang dirangkum dalam tabel dibawah ini. Ada Perbedaan
signifikan pada konsentrasi hadir dalam air untuk logam berat total untuk Cu, Pb
dan Cd sama sekali titik sampling Konsentrasi Cu bervariasi dari 0,0193 sampai
0,0213 μg / g. Konsentrasi Pb berkisar antara 0,0136 sampai 0,0152 μg / g dan
konsentrasi Cd bervariasi dari 0,0004 sampai 0,0005 μg / g. Hal ini menunjukkan
perbedaan bioavailabilitas logam untuk organisme air. Diantara Logam berat yang
dipelajari, Cu menunjukkan tingkat tertinggi akumulasi. Konsentrasi Cu dan Pb
relatif lebih rendah di hulu. Sebaliknya, konsentrasi Cd tertinggi di Indonesia hilir.

Gambar 3.1 Konsentrasi logam berat


Dari hasil tersebut, konsentrasi Cu, Cd dan Pb konsisten untuk setiap
lokasi. Di semua lokasi, Cu adalah konsentrasi tertinggi pada ikan dengan 0,0205
μg / g diikuti oleh Pb dengan 0,0145 μg / g dan yang paling sedikit terkonsentrasi
adalah Cd, 0.0004μg / g. Konsentrasi Cu, Pb dan Cd menurun dalam urutan
sebagai berikut: Cu> Pb> Cd. Itu konsentrasi Cu lebih tinggi dari Pb dan Cd pada
air sungai. Karena itu, ikan yang mendiami perairan akumulasi dan konsentrasi

23
peningkatan kadar Cu dalam jaringan tubuh mereka dari air sungai.
Membandingkan dengan penelitian lain yang mempelajari konsentrasi logam
berat (Cd, Zn, Pb, Ni, Co) pada ikan nila (Oreochromis niloticus) dari empat pasar
terpilih di Selangor, Peninsular Malaysia, mereka menemukan bahwa konsentrasi
rata – rata logam berat pada otot ikan diperoleh dari semua pasar meningkat dalam
skala; Zn> Ni> Co> Pb> Cd.
2. Penilaian Resiko Kesehatan
Penilaian resiko pada penelitian ini menggunakan THQ. THQ yang merupakan
rasio antara eksposur dan dosis referensi (dosis referensi atau RfD), digunakan
untuk mengungkapkan risiko efek non-karsinogenik. Rasio kurang dari 1
menandakan risiko yang tidak jelas. Sebaliknya, yang terpapar populasi yang
menjadi perhatian akan mengalami risiko kesehatan jika dosis sama dengan atau
lebih besar dari RfD. Tabel konsentrasi berbasis risiko EPA Region III.
Perhitungan dosis dilakukan dengan menggunakan standar asumsi dari risiko EPA
Amerika Serikat yang terintegrasi penelitian ini tercantum dalam Tabel dibawah.

Penelitian ini menemukan bahwa Pb merupakan kontributor risiko utama untuk


populasi umum di sungai tersebut, menyumbang 79% dari total THQ. Batas
asupan Pb mingguan yang lumayan direkomendasikan oleh FAO / WHO untuk
orang dewasa adalah 25 μg / kg bobot tubuh, yang sesuai dengan 3.57 μg Pb / kg
berat badan / hari.
Memperhitungkan tubuh rata-rata Berat 55.9kg untuk orang dewasa di daerah
ini, lumayan asupan harian Pb akan 200μg. Asupan makanan dari Pb (14 μg) yang
diperkirakan untuk penduduk di daerah studi jauh dibawah batas toleransi.
Penyumbang risiko berikutnya lebih tinggi Elemennya Cu, menyumbang sekitar
11% dari total THQ. Asupan harian yang direkomendasikan Cu untuk orang
dewasa adalah 6,5mg. Asupan harian 0,20 mg untuk Cu kurang dari nilai yang
disarankan, menunjukkan asupan makanan. Kekurangan bagi penduduk daerah
studi. Paling rendah Penyumbang risiko adalah Cd, menyumbang 9% dari total

24
THQ. Asupan Cd 5 μg / hari melalui konsumsi Ikan juga kurang dari asupan
makanan sehari-hari yang dapat ditolerir limt (57-71 μg / hari) dari FAO / WHO.

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Penilaian risiko kesehatan manusia terhadap konsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat.
Beberapa logam berat diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil, namun
umumnya logam berat bersifat racun. Logam dapat terdistribusi dalam tubuh
manusia melalui beberapa perantara yaitu udara, makanan dan air yang
terkontaminasi. Logam berat dalam tubuh akan terakumulasi dalam tubuh dan
dalam jangka waktu tertentu dapat mencapai jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia. Sumber-sumber pencemaran industrial contohnya industri
pengolahan bijih logam, industri pestisida, industri pertambangan, industri
pelapisan logam dan proses penghilangan cat.
Ikan merupakan salah satu indikator terjadinya pencemaran logam berat.
Kandungan logam berat dalam ikan erat kaitanya dengan pembuangan limbah
industry disekitar tempat hidup ikan tersebut. Banyaknya jumlah logam berat
yang terserap dan terdistribusi pada ikan dipengaruhi oleh bentuk dan senyawa
konsentrasi polutan, aktifitas mikroorganisme, tekstur sedimen serta jenis dan

25
unsur ikan yang hidup di lingkungan tersebut. Logam cadmium (Cd) biasanya
selalu dalam bentuk campuran dengan logam lain terutama dalam pertambangan
timah dan seng. Cd didapatkan bersama-sama Zn, Cu, Pb dalam jumlah kecil.
Untuk mengetahui seberapa besar efek zat kimia tertentu terhadap kesehatan
manusia makan dilakukan penilaian risiko kesehatan dengan menggunakan rumus
THQ. THQ adalah rasio antara konsentrasi yang diukur dan dosis referensi (RFD),
dihitung dengan lama dan frekuensi paparan, Jumlah yang dicerna dan berat
badan. THQ <1 berarti populasi terpapar dianggap aman dan 1 <THQ <5 berarti
bahwa populasi terpapar pada tingkat ini berada pada level kekhawatiran. Dengan
rumus sebagai berikut :
-9

Keterangan :
THQ = Target Hazard Quotient
EFr = frekuensi paparan (365 hari / tahun)
EDtot = durasi pemaparan ( 70 tahun, masa pakai rata-rata )
FIR = rata-rata makan (g/hari)
C = logam berat konsentrasi pada ikan (µ/g)
RfD0 = dosis logam berat melalui makanan (mg / kg / hari)
BWa = tubuh orang dewasa rata-rata berat (55,9 kg)
ATn = waktu paparan rata-rata untuk non-karsinogen (365 hari / tahun x jumlah
eksposur tahun, dengan asumsi 70 tahun)
Contoh perhitungan :
Diketahui dosis dari logam berat melalui makanan sebagai berikut :
Logam berat Cd Pb Cu Zn
-3 -3
RfDo 1 x 10 4 x 10 4 x 10-2 3 x 10-1
Dan konsentrasi logam berat pada sungai sebagai berikut:
Element Concentration
Cu 0,0205
Pb 0,0145
Cd 0,0004
Konsumsi ikan masyarakat di sebanyak 105 g/hari. Maka nilai THQ logam
berat Cd adalah :

-9

-9

26
Kesimpulannya, bahwa konsumsi ikan tercemar Cd bagi orang dewasa aman
karena nilai THQ kurang dari 1
4.2 Dampak kesehatan manusia dalam mengkonsumsi ikan yang
terkontaminasi logam berat.
Beberapa dampak dari logam berat yang mempengaruhi kesehatan
manusia adalah kromium (Cr), kadmium (Cd), tembaga (Cu) dan timbal (Pb).
Berikut ini beberapa dampak logam berat terhadap kesehatan manusia
a. Kromiun (Cr) merupakan mikronutrien yang bermanfaat untuk produksi
insulin, menghasilkan energi dari glukosa, metabolism karbohidrat dan
kofaktor insulin namun logam berat ini dapat bersifat toksik dalam dosis
besar. Logam berat yang melimpah di alam dalam bentuk oksida ini,
karsinogenik terhadap alat pernafasan, toksik terhadap kulit, mata, alat
pencernaan serta bisa ditransfer ke embrio melalui plasenta.
b. Kadmium (Cd) pada anak-anak dapat membantu perkembangan otak, namun
disisi lain bagi orang dewasa dapat menaikkan risiko terjadinya kanker
payudara, penyakit kardiovaskuler atau paru-paru dan penyakit jnatung. Efek
lain yang menunjukkan toksisitas cadmium adalah kegagalan fungsi ginjal,
encok, pembentukan artritis dan kerusakan tulang.
c. Tembaga (Cu) bersifat toksik kronis maupun akut. Pada anak-anak tembaga
(Cu) dalam jumlah besar dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan
dalam masa pertumbuhan, batuk-batuk dan pendarahan hidung. Keracunan
akut logam berat tembaga menyebabkan nekrosisi sentrilobular hepar.
d. Timbal (Pb) masuk dalam tubuh manusia melalui pernafasan, makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Akumulasi Pb dalam tubuh dapat
menyebabkan gangguan dan kerusakan pada saraf, hati, ginjal, tulang dan
otak.
Menurut SNI 7387:2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat
Dalam pangan, batas maksimum cemaran kadmium (Cd) dan timbal (Pb) dalam
ikan dan produk perikanan termasuk moluska, krustasea dan ekinodermata serta
amfibi dan reptile adalah sebagai berikut
Tabel 4.2Batas maksimum cemaran cadmium (Cd) dalam ikan dan profuk
perikanan
No Kategori pangan Batas maksimum
1. Ikan dan hasil olahanya 0,1 mg/kg
2. Ikan predator misalnya cucut, tuna, 0,5 mg/kg

27
marlin dan lain-lain
3. Kekerangan (bivalve) moluska dan 1,0 mg/kg
teripang
4. Udang dan krustasea lainya 1,0 mg/kg
Sumber : SNI 7387:2009
Tabel 4.2 Batas maksimum cemaran timbal (Pb) dalam ikan dan profuk perikanan
No Kategori pangan Batas maksimum
1. Ikan dan hasil olahanya 0,3 mg/kg
2. Ikan predator misalnya cucut, tuna, 0,4 mg/kg
marlin dan lain-lain
3. Kekerangan (bivalve) moluska dan 1,5 mg/kg
teripang
4. Udang dan krustasea lainya 0,5 mg/kg
5. Terasi 1,0 mg/kg
Sumber : SNI 7387:2009
4.3 Upaya pengendalian risiko mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi
logam berat terhadap kesehatan manusia.
Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Dilakukan pemantauan secara berkala agar kondisi kandungan logam berat di
perairan sungai dan upaya untuk menanggulangi pencemaran air sungai.
2. Dilakukan perencanaan dan pembuatan IPAL terpadu untuk pemikiman dan
industri serta peningkatan kinerja pengelolaan sampah
3. Masyarakat mengurangi mengonsumsi bahan makanan tersebut dan agar kadar
logam tidak meningkat dalam darah
4. Banyak mengkonsumsi minum air putih agar larut dan terbuang melalui urine

28
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

29
DAFTAR PUSTAKA

Uluturhan E, Kucuksezgin F (2007) Heavy metal contaminants in Red Pandora


(Pagellus erythrinus) tissues from the Eastern Aegean Sea, Turkey. Water
Res 41:1185-1192.
Yuan, C.G., J.B. Shi, B. He, J.F. Liu, L.N. Liang and G.B. Jiang, (2004).
Speciation of heavy metals in marine sediments from the East China Sea by
ICP-MS with sequential extraction. Environ. Int., 30: 769-783.
Mustafa, S. and D.E. Nilgun, (2006). Copper(II)-rubeanic acid coprecipitation
system for separation-preconcentration of trace metal ions in environmental
samples for their flame atomic absorption spectrometric determinations. J.
Hazard. Mater., B137: 1035-1041.
Shah, S.L. and Altindag, A. (2003). Effects of heavy metal accumulatio on the 96-
h LC50 values in Tench Tinca. Turk J vet Anim Sd. 29 139-144.
Raikwar, M. K., Kumar, P., Singh, M. & Singh, A. (2008) Toxic effect of heavy
metals in livestock health. Veterinary World, 1 (1), 28-30.
Ferner, D.J. (2001). Toxicity, heavy metals. eMed. Journal, 2(5), 1.
MA.2015.Dampak Logam Berat pada Kesehatan.
http://dinkes.lumajangkab.go.id/dampak-logam-berat-pada-kesehatan/
[diakses tanggal 13 November 2017]
Sunandari, D, Miko Hananto, Suharjo.2016.Kandungan Logam Berat Dalam
Bahan Pangan di Kawasan Industri Kilang Minyak, Dumai.Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan 19(1):55-61
Istarani, F, Ellina S. Pandebesie.2014.Studi Dampak Arsen dan Kadmium (Cd)
terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan.Jurnal Teknik POMITS 3(1):53-58

30

Anda mungkin juga menyukai