Anda di halaman 1dari 4

Analisis rasio keuangan menurut Munawir (2010:106), adalah:

Future oriented atau berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisa ratio keuangan dapat
digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa yang akan datang.
Dengan angka-angka ratio historis atau kalau memungkinkan dengan angka rasio industri (yang dilengkapi
dengan data lainnya) dapat digunakan sebagai dasar untuk penyusunan laporan keuangan yang
diproyeksikan yang merupakan salah satu bentuk perencanaan keuangan perusahaan.

Ada 4 jenis rasio yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas (liquidity ratio), yaitu rasio yang menunjukkan hubungan antara kas
perusahaan dan aktiva lancer lainnya dengan hutang lancar.
2. Rasio Aktivitas (activity ratio) atau dikenal juga sebagai rasio efisiensi, yaitu rasio yang
mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya.
3. Rasio Leverage Financial (financial leverage ratio), yaitu rasio yang mengukur seberapa banyak
perusahaan menggunakan dana dari hutang (pinjaman).
4. Rasio Keuntungan (profitability ratio) atau rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.

Tujuan dan manfaat analisis rasio keuangan


Analisis rasio keuangan dapat dilakukan dengan cara membandingkan pos-pos dalam laporan
keuangan dalam satu periode atau membandingkan laporan keuangan perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui kemajuan kinerja manajemen dari
perioda ke periode selanjutnya.
Menurut Kasmir (2014:68) beberapa tujuan dan manfaar analisis rasio keuangan adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta,
kewajiban dan modal serta hasilusaha yang telah di capai selama beberapa periode.
b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan ekonomi perusahaan
c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan ekonomi perusahaan
d. Untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan terkait dengan posisi keuangan
perusahaan saat ini.
e. Untuk menilai kinerja manajemen
f. Digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang perusahaan capai.
Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya
antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit
terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar
audit.

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya
oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R,
JM & R, PU & R, RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu
telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank
yang diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu
kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada pihak
kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang dilakukan kantor
akuntan publik dengan pihak perbankan.

ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai penyimpangan
dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi. Teten juga
menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif meskipun
pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk
mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami
mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan
yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat ternyata
dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan
administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,”
tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut
kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya
dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan hukum kepada
kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan keuangan atas dua
konsep:
1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit
2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan
pinjamannya atau memenuhi harapan para investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti
resesi, keputusan manajemen yang buruk., atau persaingan yang tak terduga dalam industry itu.
Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak
benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya adalah kantor yang
menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit tertentu, di mana
mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang seharusnya dapat
ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.
Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan
audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam
kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak dapat dielakkan, karena
auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian dan karena kecurangan yang
disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi. Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh
standar auditing, namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

TEMPO.CO, Washington - Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young’s (EY) di Indonesia, yakni
KAP Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3
miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melalukan audit laporan keuangan
kliennya.
Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas Perusahaan Akuntan Publik AS (Public
Company Accounting Oversight Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu
Washington. Kasus itu merupakan insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga
menimbulkan keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di
negara berkembang sesuai kode etik.
“Anggota jaringan EY di Indonesia yang mengumumkan hasil audit atas perusahaan
telekomunikasi pada 2011 memberikan opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai,”
demikian disampaikan pernyataan tertulis PCAOB, seperti dilansir Kantor Berita Reuters, dikutip
Sabtu, 11 Februari 2017.

Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil audit kantor
akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas perusahaan telekomunikasi itu
tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal persewaan lebih dari 4 ribu unit tower
selular. “Namun afiliasi EY di Indonesia itu merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa
pengecualian,” demikian disampaikan PCAOB.
PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan pada 2012,
afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang “tidak benar” sehingga
menghambat proses pemeriksaan. PCAOB selain mengenakan denda US$ 1 juta juga memberikan
sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada 2011.
“Dalam ketergesaan mereka atas untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan dua
mitranya lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti audit yang cukup,”
ujar Claudius B. Modesti, Direktur PCAOB Divisi Penegakan dan Invstigasi.

Manajemen EY dalam pernyataan tertulisnya menyatakan telah memperkuat proses pengawasan


internal sejak isu ini mencuat. “Sejak kasus ini mengemuka, kami terus melanjutkan penguatan
kebijakan dan pemeriksaan audit global kami,” ungkap Manajemen EY dalam pernyataannya.
Pada dua bulan lalu, kantor akuntan publik lainnya yakni Deloitte & Touche LLP melalui unit
usahanya di Brazil setuju membayar denda kepada PCAOB sebesar US$ 8 juta karena divonis
menutupi laporan audit palsu.
Read more at https://bisnis.tempo.co/read/845604/mitra-ernst-young-indonesia-didenda-rp-13-
miliar-di-as#cSoO4FlXwKp95GsI.99

Anda mungkin juga menyukai