Anda di halaman 1dari 5

RESUME II

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN BIOLOGI

Judul resume: Prinsip pendidikan kesejagatan (UNESCO) dan literasi sains untuk semua
dalam aplikasinya di Indonesia

Keperluan ditulisnya resume: Untuk memenuhi tugas terstruktur Problematika Pendidikan


Biologi pada pokok atau sub pokok bahasan prinsip pendidikan kesejagatan (UNESCO) dan
literasi sains untuk semua dalam aplikasinya di Indonesia

Nama penulis resume: Robiatul Adawiyah / Kelas C – 170341864507

Tempat dan waktu penulisan resume: Malang, 06 Februari 2017

HASIL RESUME
Literasi Sains
Literasi sains di Indonesia mulai dikenalkan pada tahun 1993 melalui undangan oleh
Unesco untuk mengikuti International Forum on Science and Technological Literacy for All
di Paris dan realisasinya diselenggarakan Workshop on Scientific and Technological Literacy
for All in Asia and Pasific di Tokyo. Literasi sains mulai diakomodasikan dalam kurikulum
2006 (KTSP) dan lebih terlihat jelas pada kurikulum 2013 melalui kegiatan inkuiri dan
pendekatan ilmiah (scientific approach) (Astuti, 2016).
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Literasi sains dinilai untuk semua siswa yang ada,
walaupun pada akhirnya siswa tersebut tidak menjadi santis. Literasi sains ini membantu
siswa untuk menyikapi dan mengambil keputusan dari persalahan sains yang sedang terjadi.
Siswa dapat dikatakan memiliki literasis sains ketika siswa tersebut sudah bisa
mengimplementasikan konsep-konsep yang didapatkan di sekolah ke kehidupan sehari-hari
(Deboer, 2000; Angraini, 2014 dalam Aryani, dkk, 2016).
PISA (Programme for International Student Assesment) 2006 mengembangkan dimensi
sains menjadi empat dimensi, yaitu aspek konteks, aspek konten, aspek kompetensi/proses,
dan aspek sikap. PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian
literasi sains, yaitu:
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang memuat hubungan dua variable atau
lebih sehingga dapat diselidiki secara ilmiah
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah, yaitu proses ini
melibatkan identifikasi bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan, termasuk
bagaimana prosedur, alat dan bahan dirancang dalam melakukan proses ilmiah.
3. Menarik kesimpulan, yaitu proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan
kesimpulan dengan bukti yang telah dikumpulkan melalui proses ilmiah teori yang
mendasari dalam pengambilan kesimpulan.
4. Mengkomunikasikan kesimpulan, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang
dapat ditarik dari bukti yang tersedia dan mengkomunikasikannya dalam bahasa lisan
maupun tertulis
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan
menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah
dipelajarinya.

Prinsip Pendidikan UNESCO dan Aplikasinya di Indonesia

Pilar
Pendidikan
UNESCO

Learning to Learning to
Learning to do Learning to be
know live together

Diagram 1. Pilar Pendidikan UNESCO


Prinsip pendidikan UNESCO tertuang dalam 4 pilar pendidikan antara lain:
a) Learning to know : Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar
mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. Penguasaan yang
dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya Learning to How.
b) Learning to do : Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan sesuatu
(learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif,
peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai,
sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan untuk berbuat atau merespon suatu stimulus.
c) Learning to be : Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses
menjadi diri sendiri (learning to be). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat,
perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya.
d) Learning to live together : Belajar memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka
dan nilai-nilai agamanya. Terjadinya proses “learning to live together” (belajar untuk
menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.
Menurut Muhardi (2012), implementasi pilar-pilar pendidikan hasil rekomendasi
UNESCO di Indonesia sudah cukup banyak dilakukan oleh guru. Ilmplementasi tersebut
tercermin dalam proses pembelajaran yang saat ini diterapkan oleh sekolah, misalnya pada
pilar learning to know, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama
dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya, dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Pada pilar learning to do, sekolah memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya. Pada pilar learning
to be, sekolah atau guru melatih siswa untuk percaya diri dengan apa yang dimilikinya. Pada
pilar learning to live together, guru menggunaka metope pembelajaran yang mengutamakan
interaksi antara siswa dalam situasi demokratis, misalnya metode role playing.

PERTANYAAN
1. Bagaimanakan implementasi salah satu pilar pendidikan (learning to be) dalam
sekolah?
2. Apakah pada implementasi kurikulum 2013 saat ini sudah menerapkan literasi sains,
terutama untuk sekolah-sekolah yang ada daerah tertinggal?
DAFTAR RUJUKAN

Aryani, A. K., Hadi, S., Parno. 2016. Profil Kemampuan Literasi Sains Siswa SMPN Batu.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA Pacasarjana UM, 1(-), 847-855
Astuti, Y. K. 2016. Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Ejurnal universitas Wiralodra,
7(3), dari http://ejournal.unwir.ac.id/file.php?file=preview_jurnal&id=735&cd=0b2173
ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=8.%20Yani%20Kusuma%20Astuti%20STKIP%
20NU%20INDRAMAYU_GW_Juni_2016.pdf
Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21,
Yogyakarta: Safiria Insania Press
Muhardi. 2012. Aktualisasi dan Aplikasi Empat Pilar Pendidikan UNESCO. Padang:
Pascasarjana Unversitas Negeri Padang
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD-PISA) (last revise 2005).
Assessment of scientific literacy in the OECD/Pisa project, http://www.pisa.oecd.org/
Tan dan Kim. 2012. Issues and Challenges in Science Education Research. Springer : New
York
KRITERIA PENILAIAN RESUME
MATAKULIAH PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BIOLOGI
SEMESTER GASAL 2017-2018

Penilaian
No. Elemen Skor Maks
Teman Dosen
I. Identitas Resume
1 Judul resume 5 5
2 Keperluan ditulisnya resume 2 2
3 Nama penulis resume 2 2
4 Tempat dan waktu penulisan resume 1 1

II. Bagian Teks Utama Resume


5  Topik-topik relevan dengan materi yang dikaji 15 15
 Berisi pokok-pokok pikiran penting yang 20 16
berkaitan dengan materi yang dikaji
 Pokok-pokok pikiran dieksplor dari banyak 20 18
sumber (> 5 sumber buku atau artikel)
 Gambar/diagram/foto yang disertakan dilengkapi 15 13
dengan penjelasan yang sesuai dengan materi
yang dikaji
 Memunculkan pertanyaan-pertanyaan konvergen 20 19

Jumlah Skor Maksimal 100 91

Instrumen penilaian dikembangkan oleh Indriwati, S.E. (2016)

Korektor: Sely Tunjung Manik

Anda mungkin juga menyukai