Disusun oleh:
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
BERAT JENIS AGREGAT KASAR 2
BERAT JENIS AGREGAT HALUS 5
GRADASI AGREGAT KASAR 8
GRADASI AGREGAT HALUS 11
UJI PENETRASI 14
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
2
PENDAHULUAN
1
BERAT JENIS AGREGAT KASAR
PENDAHULUAN
Mengacu kepada SNI 1969-2008, definisi berat jenis adalah perbandingan
antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air dengan
volume yang sama pada temperatu yang ditentukan. Nilai-nilai berat jenis adalah
tanpa dimensi. Berat jenis curah kering adalah perbandingan antara berat dari
suatu volume agregat (termasuk rongga yang permeabel e dan permeabel di dalam
butir pertikel, tetapi tidak termmasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu
temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling bebas gelembung dalam
volume yang sama pada suatu temperatur tertentu. Berat jenis curah (jenuh kering
permukaan) adalah perbandingan antara berat dari satuan volume agregat
(termasuk air yang terdapat di dalam rongga akibat perendaman selama (24±4)
jam, tetapi tidak termasuk rongga antara butiran partikel) pada suatu termperatur
tertentu terhadap beradt di udara dari air suling bebas gelembung dalam volume
yang sama pada suatu temperatur tertentu. Berat jenis semu (apparent) adalah
perbandingan antara berat dari satuan volume suatu bagian agregat yang
impermeabel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara dari air suling
bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu temperatur tertentu.
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap ke dalam pori-pori, tetepai belum termasuk air yang tertahan pada
permukaan luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya;
agregat dikatakan “kering” ketika telah dijaga pada suatu temperatur (110±5) oC
dalam rentang waktu yang cukup untuk menghilnagkan seluruh kandungan air
yang ada (sampai beratnya tetap).
METODOLOGI
Praktikum perhitungan berat jenis agregat kasar dilakukan pada hari Rabu,
tanggal 13 September 2017 di Laboratorium Struktur, departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan, fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada
praktikum ini akan dihitung nilai berat jenis curah kering, berat jenis curah kering
jenuh permukaan, berat jenis semu, dan penyerapan air dari pada agregat kasar
sebanyak 5000 gram. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Keranjang kawat No.6 atau No.8 (ukuran 3.35 mm atau 2.36 mm) dengan
kapasitas kira-kira 5 kg,
2. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan,
tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan selalu tetap,
3. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang,
4. Oven dengan pengatur suhu dengan temperatur 110±5 oC,
5. Alat pemisah contoh
6. Saringan No.4
Metode pelaksanaan praktikum berat jenis agregat kasar disajikan pada bagan
alir Gambar 1.
2
Mulai
Benda uji dicuci untuk menghilangkan dehu yang melekat pada permukaan agregat.
Mengekuarkan benda uji dari air dan mengelap sampai kering (SSD).
Meletakan benda dalam keranjang, mengeluarkan udara, menimbang berat dalam air (Ba)
Suhu air diukur untuk penyesuaian hitungan pada suhu standar (25 oC)
Selesai
Gambar 1 Bagan alir metode pelaksanaan praktikum berat jenis agregat kasar
3
=2.170
d. Penyerapan = (Bj – Bk) / Bk x 100%
= (5028 – 5297.4) / 5297.4 x 100 %
= -0.05
Hasil perhitungan tersebut disusun untuk lebih memudahkan pembacaan dan
disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa berat benda uji kering dari oven
sebesar 5297.4 gram. Dengan waktu perendaman 5 menit, diketahui berat benda
uji saat direndam dalam air sebesar 2857 gram. Setelah benda uji direndam, benda
uji dielap dan sampai kering, setelah itu benda ditimbang hingga didapat data
benda uji kering permukaan jenuh sebesar 5028 gram. Dengan data-data yang
telah didapatkan tersebut, maka selanjutnya dapat dihitung berat jenis yang akan
dicari. Perhitungan berat jenis seperti yang telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnya. Dengan perhitungan tersebut, maka didapatkan berat jenis sebesar
2.44, berat jenis kering permukaan sebesar 2.315, berat jenis semu sebesar 2.17,
dan penyerapan air sebesar -0.05 dari berat kering oven agregat kasar sebesar
5297.4 gram.
4
BERAT JENIS AGREGAT HALUS
PENDAHULUAN
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 4.75 mm (No.4). Agregat kasar dan agregat halus adalah salah satu dari
material yang digunakan untuk pembuatan beton yang digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan. Praktik menganai analisis agregat perlu dilakukan oleh
mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan untuk menyempurnakan teori yang
sudah didapat pada mata kuliah mengenai teknik jalan.
Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan campuran
aspal dengan agregat,campuran ini berdasarkan perbandingan berat karena lebih
teliti dibandingkan dengan perbandingan volume dan juga untuk menentukan
banyaknya pori agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang
besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang banyak dan
sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang
lebih banyak karena banyak aspal yang terserap akan mengakibatkan aspal
menjadi lebih tipis. Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat
terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
Sama halnya seperti praktikum berat jenis agregat kasar sebelumnya,
praktikum ini pun mencari data berat jenis curah kering, berat jenis curah kering
jenuh permukaan, berat jenis semu, dan penyerapan air dari pada agregat halus.
Benda uji yang digunakan sebesar 500 gram. Adapun alat-alat yang digunakan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0.1 gram
2. Piknometer kapasitas 500 mL
3. Kerucut terpancung (cone) dengan diameter atas 40±3mm, diameter
bawah 90±3mm dan tinggi 75±3mm, terbuat dari logam tebal 0.8 mm
4. Penumbuk dengan bidang tumbukk rata, berat 350±15 gram, diameter
permukaan 25±3mm
5. Saringan No.4
6. Oven dengan pengatur suhu sampai 110±5 oC
7. Pengukur suhu dengan ketelitian sampai 1oC
8. Talam
9. Bejana air
10. Pompa hampa udara atau vacuum pump atau tungku
11. Air suling
12. Desikator
METODOLOGI
Praktikum berat jenis agregat halus dilakukan pada hari rabu, tanggal 20
September 2017, di Laboratorium Struktur, departemen teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas teknlogi Pertanian, IPB. Metode pelaksanaan praktikum
berat jenis agregat halus disajikan pada Gambar 2.
5
Mulai
Uji benda uji dengan kerucut pancung untuk memastikan kondisi SSD telah tercapai.
Timbang piknometer diisi air penuh, catat (B), cek dengan suhu 25 oC.
Masukkan benda uji ke piknometer lalu isi air suling sampai 90%, guncangkan.
Keluarkan benda uji lalu oven sampai Bj tetap, dinginkan, timbang (Bk).
Selesai
Gambar 2 Bagan alir metode pelaksanaan praktikum berat jenis agregat halus
6
Untuk memudahkan pembacaan data, data-data di atas disatukan dan
disajikan pada Tabel 2.
Seperti yang disajikan pada Tabel 2, diketahui data pengujian berat sampel
SSD sebesar 500 gram. Diketahui pula setelah ditimbang berat piknometer
ditambah air suling sebesar 695.5 gram. Kemudian benda uji dimasukkan ke
dalam piknometer dan diketahui berat benda uji yang telah dicampur air di dalam
piknometer adalah sebesar 1005 gram. Perhitungan untuk data-data hasil seperti
yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dengan perhitungan tersebut, maka
didapat nilai berat jenis sebesat 2.56, nilai berat jenis kering permukaan jenuh
sebesar 2.62, dan nilai penyerapan air pada agregat halus tersebut sebesar 0.02.
Artinya terjadi penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang meresap ke
dalam pori-pori sebanyak 0.02.
7
GRADASI AGREGAT KASAR
PENDAHULUAN
Seperti bahan beton, perkerasan fleksibel juga menggantungkan kekuatan
strukturnya pada agregat halus dan kasar, dengan aspal sebagai zat ikat diantara
bahan-bahan tersebut untuk membentuk satu kesatuan struktur perkerasan lentur
yang diinginkan. Berdasarkan hal ini maka pemeriksaan terhadap agregat sangat
penting perannya dalam rangkaian penyiapan bahan perkerasan. Salah satu
pengujian yang dilakukan adalah gradasi agregat, baik agregat kasar, agregat
halus, maupun agregat campuran. Pemeriksaan gradasi agregat penting dilakukan
untuk mengetahui prosentase masing-masing agregat yang diperlukan untuk
penyiapan trial mix. Analisa Saringan atau SIEVE ANALYSIS ini menggunakan
Standar dan acuan:
- PB-0201-76
- (AASHTO T-27-74)
- (ASTM C-136-46)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk:
(a) Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan (Standart ASTM).
(b) Mengetahui ukuran butiran agar dapat menentukan suatu komposisi campuran
agregat yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Mengacu pada SNI 03-1968-1990, pengujian analisis saringan agregat ini
dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian
butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
Tujuannya ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumpalh persentase
butiran baik agregat halus dan agregat kasar. Analisis saringan agregat ialah
penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan
kemudian angka-angka persentase digabungkan pada grafik pembagian butir.
METODOLOGI
Praktikum analisis gradasi agregat kasar dilakukan pada hari Rabu, tanggal
27 September 2017 di Laboratorium Struktur, departemen teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas teknlogi Pertanian, IPB. Dengan benda uji yang digunakan
sebesar 5004 gram. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2% dari berat uji
2. Satu set saringan 26.5mm, 19mm, 16mm, 9.5mm, dan 4.75mm.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam-talam untuk tempat agregat (koran)
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya.
Metode pelaksanaan praktikum gradasi agregat kasar ini disajikan pada bagan alir
di Gambar 3.
8
Mulai
Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5)oC sampai berat tetap.
Benda uji disaring lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
di paling atas. Lama guncangan saringan selama 10 menit.
Selesai
Hasil penyaringan atau berat benda uji yang tertahan dapat dilihat pada
kolom 2. Dapat diketahui dari data tersebut bahwa, tidak ada agregat yang
tertahan pada saringan dengan diameter lubang 26.5, sehingga persentasi agregat
yang lolos adalah 100%. Untuk mendapatkan nilai persentasi tertahan dan
persentasi lolos, terlebih dahulu dihitung berat akumulatih tertahan dengan
menjumlahkan berat pada saringan dan saringan sebelumnya. Dapat dilihat pada
saringan 4.75, berat yang tertahan 887 gram, setelah diakumulasikan dengan
bertahan di saringan berikutnya didapat berat sebesar 4860 gram. Maka dengan
9
data yang diketahui bahwa berat total 5004 gram dan berat akumulatif 4860, dapat
dihitung persentasi benda tertahan sebesar 97.12% dan lolos 2.88%. Seperti
keterangan berdasarkan SNI 1969-2008, definisi agregat kasar adalah kerikil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4.75 mm (No.4)
sampai 40 mm (No. 1.5 inci). Sehingga dapat disimpulkan jumlah agregat kasar
pada benda uji tersebut adalah berat akmulutaif dari saringan berdiameter 26.5mm
sampai 4.75mm, yaitu sebesar 4860 gram. Dengan kata lain 144 gram sudah
termasuk agregat halus. Hasil analisis gradasi saringan agregat kasar dapat dilihat
pada Gambar 4 dan gambar 5.
2500
2000
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30
120
100
80
60 %jumlah tertahan
%jumlah lolos
40
20
0
0 10 20 30
10
GRADASI AGREGAT HALUS
PENDAHULUAN
Seperti bahan beton, perkerasan fleksibel juga menggantungkan kekuatan
strukturnya pada agregat halus dan kasar, dengan aspal sebagai zat ikat diantara
bahan-bahan tersebut untuk membentuk satu kesatuan struktur perkerasan lentur
yang diinginkan. Berdasarkan hal ini maka pemeriksaan terhadap agregat sangat
penting perannya dalam rangkaian penyiapan bahan perkerasan. Salah satu
pengujian yang dilakukan adalah gradasi agregat, baik agregat kasar, agregat
halus, maupun agregat campuran. Pemeriksaan gradasi agregat penting dilakukan
untuk mengetahui prosentase masing-masing agregat yang diperlukan untuk
penyiapan trial mix. Analisa Saringan atau SIEVE ANALYSIS ini menggunakan
Standar dan acuan:
- PB-0201-76
- (AASHTO T-27-74)
- (ASTM C-136-46)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk:
(a) Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan saringan (Standart ASTM).
(b) Mengetahui ukuran butiran agar dapat menentukan suatu komposisi campuran
agregat yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
Mengacu pada SNI 03-1968-1990, pengujian analisis saringan agregat ini
dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian
butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.
Tujuannya ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumpalh persentase
butiran baik agregat halus dan agregat kasar. Analisis saringan agregat ialah
penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set saringan
kemudian angka-angka persentase digabungkan pada grafik pembagian butir.
METODOLOGI
Praktikum analisis gradasi agregat halus dilakukan pada hari Rabu, tanggal
4 Oktober 2017 di Laboratorium Struktur, departemen teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas teknlogi Pertanian, IPB. Dengan benda uji yang digunakan
sebesar 5004 gram. Adapun alat-alat yang digunakan antara lain:
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0.2% dari berat uji
2. Satu set saringan 2.36mm, 1.18mm, 0.6mm, 0.3mm, 0.15mm, dan
0.074mm.
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu
4. Alat pemisah contoh
5. Mesin pengguncang saringan
6. Talam-talam untuk tempat agregat (koran)
7. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat lainnya.
Metode pelaksanaan praktikum gradasi agregat halus ini disajikan pada bagan alir
di Gambar 6.
11
Mulai
Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5) oC sampai berat tetap.
Benda uji disaring lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar ditempatkan
di paling atas. Lama guncangan saringan selama 10 menit.
Selesai
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat setiap saringan terdapat agregat halus yang
tertahan. Ditentukan menurut SNI 03-1968-1990 bahwa agregat halus adalah pasir
alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 4.75 mm.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat gradasi agregat halus yang tertahan di setiap
saringan. Berat akumulatif tertahan adalah penjumlahan berat tertahan saringan
dengan berat tertahan saringan sebelumnya. Persentasi jumlah tertahan dan
12
persentasi jumlah lolos ditentukan dengan menggunakan data berat tertahan
akumulatif. Gradasi agregat halus dapat diperjelas melalui grafik yang disajikan
pada Gambar 7 dan Gambar 8.
160
140
120
100
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
120
100
80
60
40
20
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
13
UJI PENETRASI ASPAL
PENDAHULUAN
Aspal adalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan
akan membeku atau mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip
material tersebut terhadap suhu prinsipnya membentuk sautu sprektum atau
beragam tergantung komposisi unsur unsur penyusunnya.
Penetrasi sangat sensitif terhadap suhu, pengukuran di atas suhu kamar
menghasilkan nilai yang berbeda variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat
disusun sedemikian rupa hingga dihasilakan nila grafik antara suhu dan penetrasi.
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata sekurang kurangnya dari 3
pembacaan. Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan yang disajikan pada Tabel 6 dibawah ini :
Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai yang merupakan kelipatan 0,1
mm nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal maikin tinggi nilai penetrasi
makin lunak aspal tersebut begitu sebaliknya.
Pembagian kekerasan dan kekenyalan aspal:
1. Aspal pen 40/50 : Bila jarum penetrasi benda pada range (40 – 59)
2. Aspal pen 60/70 : Bila jarum penetrasi benda pada range (60 – 79)
3. Aspal pen 85/100 : Bila jarum penetrasi benda pada range (85 – 100)
4. Aspal pen 120/150 : Bila jarum penetrasi benda pada range (120 – 150)
5. Aspal pen 200/300 : Bila jarum penetrasi benda pada range (200– 300)
Aspal yang penetrasinya rendah di guanakna untuk sarah panas dan lalu lintas
dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk
daerah bercuaca dingin dan lalu lintas rendah.
METODOLOGI
Praktikum uji penetrasi aspal dilakukan sebanyak dua kali pada hari Rabu
tanggal 11 Oktober 2017 dan hari Kamis, tanggal 12 Oktober 2017. Pada
praktikum pertama hanya dilakukan pengambilan sampel aspal dan pencairan
aspal dengan dipanaskan, dan kemudian mencetak aspal pada cawan logam aspal
untuk dinetrasikan keesokan harinya. Pada praktikum kedua dilakukan uji
penetrasi pada sampel aspal yang sudah mengeras kembali. Dilakukan tiga kali
pengujian pada satu sampel dan kemudian diambil nilai tengahnya sebagai angka
penetrasi aspal tersebut. Benda uji adalah aspal keras atau ter sebanyak ±100 gram
yang dipersiapkan dengan cara seperti yang disajikan pada Gambar 9. Adapun
alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1) Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik-turun tanpa
gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm;
14
2) pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan;
3) pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 + 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram;
4) jarum pentrasi dibuat dari stainless steel HRC 54 sampai 60 dengan ukuran
dan bentuk lihat Gambar 2. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gram
5) cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata;
6) bak perendam (water bath); terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari
10 liter dan dapat menahan suhu; 25°C dengan ketelitian lebih kurang 0,1ͦC;
bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di
atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air
dalam bejana;
7) tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi; tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup
untuk merendam benda uji tanpa bergerak;
8) pengatur waktu; untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual)
diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau
kurang dan kesaiahan tertinggi per 60 detik; untuk pengukuran penetrasi
dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik;
9) termometer, termometer bak perendam harus ditera.
Metode pelaksanaan praktikum akan dijelaskan melalui bagan alir pada Gambar 9
dan Gambar 10.
Mulai
Panaskan aspal perlahan sambil diaduk, api kecil dan waktu tidak lebih dari 30 menit.
Tutup benda uji agar bebas dari debu, diamkan 1-1.5 jam
Selesai
15
Mulai
Tekan tombol hijau untuk memutar jarum penetrasi, dan baca angka yang berimpit.
Selesai
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat tiga data penetrasi yang bervariasi, peda
pengujian pertama sebesar 104 mm, pengujian kedua sebesar 111 mm, dan
pengujian ketiga sebesar 113 mm. Menurut dosen praktikum, aspal yang
digunakan adalah aspal bekas yang memiliki nilai penetrasi 60-70 mm.
Seharusnya hasil pengujian pun berada pada interval tersebut. Akan tetapi hasil
pengujian menunjukkan angka yang lain yang lebih tinggi. Hal ini mungkin saja
terjadi karena aspal diuji satu hari setelah dipanaskan. Jika mengacu pada
persyaratan, seharusnya aspal diuji 1-1.5 jam setelah dibiarkan memadat kembali.
Atau bisa saja aspal yang sudah pada sempat tertekan oleh tangan praktikan
sehingga nilai penetrasi dapat berubah.
16
DAFTAR PUSTAKA
[BSN]. Badan Standarisasi Nasional. 1991. SNI 03-2456-1991. Tentang Cara Uji
Penetrasi Aspal.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Pengujian Berat Jenis Agregat
18
Lampiran 2 Dokumentasi Pengujian Gradasi Agregat
19
Lampiran 3 Dokumentasi Pengujian Penetrasi Aspal
20