Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

MEMPELAJARI PEKERJAAN BORED PILE PADA PEMBANGUNAN


TOL LINGKAR LUAR BOGOR SEKSI IIB (BORR)

CLAUDIA SIAHAAN
F44140076

TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
ii

Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Pekerjaan Pembangunan Tol


Lingkar Luar Bogor Seksi IIB (BORR)
Nama : Claudia Siahaan
NIM : F44140076
Pembimbing Lapangan : Rahmawati, ST

Disetujui oleh
Pembimbing Akademik

Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr


NIP. 19740926 199903 1 004
iii

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
________ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ___ ________ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ ______ _

MEMPELAJARI PEKERJAAN BORED PILE DAN PROSES STRESSING


TENDON PADA PEMBANGUNAN TOL LINGKAR LUAR BOGOR SEKSI
IIB (BORR)

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN

CLAUDIA SIAHAAN
F44140076

Disetujui:
Bogor, 9 September 2017

Pembimbing Lapangan

Izzet Hekmatyar, S.T


i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya dan kesempatan yang telah diberikan, laporan praktik lapangan yang
berjudul “Mempelajari Pekerjaan Pembangunan Tol Lingkar Luar Bogor Seksi
IIB (BORR)” dapat disusun dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penyusunan
laporan ini dilakukan berdasarkan kegiatan yang telah dilakasanakan selama 35 hari
di Proyek BORR Seksi IIB mulai dari tanggal 17 Juli 2017 sampai 9 September
2017. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membatu dalan penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Dr. Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan selama pelaksanaan PL dan penyusunan laporan PL.
2. Bapak Izzet Hekmatyar, S.T sebagai staff engineering serta sebagai pembimbing
lapangan yang telah memberikan pengarahan selama kegiatan PL.
3. Seluruh pekerja yang terlibat dalam Proyek Pembangunan BORR seksi IIB yang
sudah bersedia memberikan penjelasan dan ilmu baru terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang sudah ditanyakan.
4. Ibu tercinta yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya yang
tulus serta dukungan secara moral dan material.
5. Seluruh teman-teman yang berada dalam satu lokasi praktik lapangan yang
sudah bersedia saling tolong-menolong dalam menjalani seluruh kegiatan
praktik lapangan.
6. Dan seluruh mahasiswa departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang memberi
dukungan selama pelaksanaan PL.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
selama dalam persiapan hingga akhir masa pelaksanaan PL. Penulis harap seluruh
pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi agar laporan ini
dapat berguna bagi pihak yang membacanya.

Bogor, 9 September 2017

Claudia Siahaan
F44140076

i
ii

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktik Lapangan 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelakasanaan 3
1.4 Aspek Kajian 3
II TINJAUAN UMUM PROYEK 4
2.2 Lokasi proyek 5
2.4 Visi dan Misi Kontraktor (PT Wijaya Karya) 7
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan 7
III KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 9
3.1 Tool Box Meeting (TBM) 9
3.2 Pengerjaan tugas dan sidang akhir kepada pihak WIKA 9
3.3 Pekerjaan struktur bawah (Bored Pile) 10
3.4 Pekerjaan pier (Kolom) 10
3.3 Pekerjaan Pier Head 14
3.4 Pekerjaan struktur atas 20
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1 Tata letak pondasi 23
4.2 Pekerjaan bored pile 25
4.2 Pekerjaan pile cap 33
4.3 Penerapan prinsip 5R pada pekerjaan proyek secara umum 35
V. SIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Simpulan 37
5.2 Saran 38
Daftar Pustaka 39
iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kebutuhan Personil 10


Tabel 2 Kebutuhan alat 11
Tabel 3 Daftar peralatan pekerjaan bored pile 32
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tool Box Meeting (TBM) 9


Gambar 2 bagan alir pekerjaan pier / kolom 12
Gambar 3 (a) Tulangan pier pada mainroad zona 2 (b) pemasangan bekisting 13
Gambar 4 Pengecoran pier dengan concrete pump 13
Gambar 5 Pierhead Tipe I 14
Gambar 6 Pierhead Tipe EJ 15
Gambar 7 Bagan alir pekerjaan pierhead 16
Gambar 8 Setting Temporary support 17
Gambar 9 Main beam 17
Gambar 11 Pekerjaan penulangan pierhead 19
Gambar 12 Pemasngan tulangan utama dan sengkang 19
Gambar 13 Pengecoran pierhead 20
Gambar 14 Hanging beam 21
Gambar 15 Lifting box girder 21
Gambar 16 Pekerjaan epoxy dan sikadur sebagai bahan perekat 22
Gambar 17 Tahapan pekerjaan wet joint 23
Gambar 18 Layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp) 24
Gambar 19 Lanjutan layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp) 24
Gambar 20 Bagan alir pekerjaan bored pile 26
Gambar 21 Fluida atau polymer 27
Gambar 22 Proses pengeboran dengan auger 28
Gambar 24 Cleaning bucket 30
Gambar 25 Concrete Spacer 30
Gambar 26 Instal tulang bored pile 31
Gambar 27 Pemasangan pipa tremie 31
Gambar 28 Bagan alir pekerjaan pile cap 34
Gambar 29 Kondisi dalam gudang penyimpanan 36
Gambar 30 Item-item yang sudah disusun 36
Gambar 31 Pagar pembatas antara lokasi proyek dengan jalan raya 37
v
1

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bogor dan Kabupaten Bogor yang merupakan bagian dari wilayah
JABODETABEK (Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi) telah menjadi
penyangga Ibukota Negara Republik Indonesia yaitu Jakarta. Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan wilayah yang sangat cepat. Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor difungsikan sebagai wilayah pengembangan yang akan mampu
menampung berbagai jenis kegiatan yaitu perumahan, industri, pertanian,
pariwisata dan lain-lain. Salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor adalah masalah lalu lintas. Permasalahan lalu lintas di Kota
Bogor terutama saat ini adalah kemacetan lalu lintas di beberapa simpul rawan
macet yang diakibatkan oleh tidak lancarnya arus lalu lintas. Jumlah angkot yang
terlampau banyak menyebabkan timbulnya berbagai masalah salah satunya adalah
kemacetan lalu lintas.
Menurut Hartono et al. (2016) kemacetan lalu lintas ini memberikan dampak
negatif yang cukup besar antara lain kerugian waktu, pemborosan energi,
peningkatan polusi udara, serta mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti
ambulans dan pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya. Pertumbuhan
jumlah angkutan kota di Kota Bogor terus meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun
2016 terdapat 23 trayek Angkutan Kota (AK) dengan jumlah armada 3.412 unit, 10
trayek Angkutan (Perkotaan) Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan jumlah
armada 4.426 unit, serta 3 buah koridor Angkutan Massal Trans Pakuan dengan
jumlah armada 30 unit. Peningkatan jumlah angkot dan ketidakteraturan angkot di
jalan raya semakin memperparah kemacetan di Bogor. Berdasarkan data
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun 2014, Kota Bogor menempati urutan
pertama sebagai kota termacet dan terpadat lalu lintasnya di Indonesia. Rata-rata
kecepatan kendaraan di Bogor hanya sebesar 15,32 kilometer per jam dan volume
per kapasitas atau V/C ratio sebesar 0,86. V/C ratio merupakan tingkat
perbandingan antara jumlah kendaraan dengan daya tampung jalan. V/C ratio yang
bernilai 0,7 dapat diartikan bahwa kapasitas jalan raya 10, dan terisi oleh kendaraan
sebanyak 7 buah.
Menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor, solusi
daripermasalahan lalu lintas yang diharapkan antara lain :
a. Pembangunan fly over terutama pada daerah perlintasan kereta api di pusat
kota merupakan konsekuensi yang harus ditempuh, meskipun dengan biaya
yang relatif mahal, sehingga perlu investor.
b. Pembangunan jalan-jalan tembus dan pemadu serasian jaringan jalan antar
wilayah.
c. Pembangunan Rencana Induk Transportasi dengan memprioritaskan moda
transportasi massal.
Solusi nyata terhadap kemacetan lalu lintas tersebut berupa T. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bogor No. 1 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bogor, rencana trase Jalan Tol Bogor Outer Ring Road termasuk
dalam sistem jaringan jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan Peraturan
Daerah No. 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
2

Bogor, trase Jalan Tol Bogor Outer Ring Road yang berada di Kabupaten Bogor
termasuk dalam sistem jaringan jalan kolektor primer.
Salah satu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga adalah
terbangunnya jalan tol sepanjang ± 1.697 km di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi,
diantaranya adalah. Pembangunan Jalan Tol Bogor Outer Ring Road sepanjang ±
11,5 km yang terdiri dari 3 ( tiga ) ruas yaitu :
1. Ruas R2 (Sentul Selatan – Kedung Halang).
2. Ruas R0 (Kedung Halang – Simpang Yasmin) yang dibangun dengan
konstruksi jalan layang, dimana terbagi menjadi 2 (dua) seksi yaitu,
seksi II-A ruas Kedung Halang - Kedung Badak dan seksi II-B ruas
Kedung Badak – Simpang Yasmin.
3. Ruas R1 ( Simpang Yasmin – Parung ).
Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang menggunakan tiang yang dipancang
ke dalam tanah. Kedalaman dari pemancangannya tergantung dari beban bangunan
yang akan dibangun. Jenis pondasi tiang pancang menurut cara pemancangannya
ada dua macam, yaitu dengan metode precast pile dan bored pile. Namun pada
kenyataannya, keduanyaberbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Pada proyek ini digunakan bored pile sebagai pondasi dengan
pertimbangan kekurangan dari precast pile yaitu menimbulkan getaran dan
kebisinga pada saat dipancang, diperlukan penyambunganjika ukuran precast pile
tersedia kurang dari kedalaman yang dibutuhkan dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan Praktik Lapangan


Secara umum tujuan Praktik Lapangan ini adalah:
1. Tujuan Instruksional
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa
melalui latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai
dengan bidang keahliannya.
b. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,
merumuskan, dan memecahkan permasalahan sesuai dengan
keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.

2. Tujuan Institusional
a. Mempelajari dan mendekatkan Institut Pertanian Bogor, khususnya
Fakultas Teknologi Pertanian dengan masyarakat dan mendapatkan
masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas
pendidikan yang sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTek) dan kebutuhan masyarakat pengguna.
Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah :
1. Mempelajari Mempelajari metode kerja secara umum pada suatu
konstruksi jalan tol basis jembatan.
2. Mempelajari pekerjaan struktur bawah yatu pondasi bored pile.
3. Membandingkan kondisi proyek dengan prinsip 5R yang digunakan
3

1.3 Waktu dan Tempat Pelakasanaan


Praktik Lapangan akan dilaksanakan di Proyek Tol Lingkar Luar Bogor
(BORR) seksi IIB selama 35 hari kerja efektif antara tanggal 17 Juli – 9 September
2017.
1.4 Aspek Kajian
Aspek yang dikaji dalam Praktik Lapangan ini diantaranya:
a. Aspek Kajian Umum
Berkaitan dengan latar belakang dan sejarah perkembangan proyek,
lokasi, dan tata letak, struktur organisasi perusahaan, sistem dan
kapasitas perusahaan berkaitan pelaksanaannya.
b. Aspek Kajian Khusus
Berkaitan dengan analisis dan kajian khusus mengenai pekerjaan pondasi bored
pile, pekerjaan pemasangan box girger dengan metode span by span, dan proses
stressing tendon.
1.5 Metodologi Pelaksanaan
Metoda pelaksanaan Praktik Lapangan yang direncanakan diantaranya:
a. Orientasi
Bertujuan untuk mengenalkan staf perusahaan sebagai pihak yang akan
membantu pelaksanaan kegiatan Praktik Lapangan dan mengenal
tempat serta lingkungan proyek.
b. Observasi Lapangan
Proses pengamatan langsung terkait dengan topic terkait yang sudah
dientukan sebelumnya.
c. Wawancara dan Diskusi dengan Pihak Terkait
Proses ini dilakukan sebagai upaya pengumpulan informasi, data aktual,
dan klarifikasi permasalahan yang terjadi di lapangan dengan
menanyakan langsung kepada pihak yang berkepentingan terkait
dengan topik yang ada dan berdasarkan bimbingan pembimbing
lapangan.
d. Praktik Langsung
Praktik ini dilakukan untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja dan
perbandingan antara teori materi perkuliahan terhadap realita yang di
lapangan. Mahasiswa diharapkan lebih aktif berperan dalam kegiatan
harian di perusahaan.
e. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan akademik mahasiswa dan
memberikan masukan kepada perusahaan sebagai bahan untuk analisis.
Data yang yang akan diperolah berupa data primer dan data sekunder
yang didapat dengan terlibat langsung dari kegiatan proyek.
f. Peran Aktif dalam Kegiatan Kerja Harian Perusahaan
Peran aktif dalam kegiatan kerja harian perusahaan akan memberikan
pengalaman akan dunia kerja yang ada di perusahaan. Kegiatan ini akan
diawasi dan memerlukan perizinan dari pembimbing praktik lapangan
perusahaan.
g. Studi Pustaka
4

Studi Pustaka dilakukan untuk memperoleh pembuktian dan alasan-


alasan ilmiah dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang
dihadapi perusahaan.

II TINJAUAN UMUM PROYEK


Seluruh mahasiswa yang melakukan praktik lapangan diwajibkan membuat
laporan yang mencakup seluruh kegiatan yang dilakukan selama praktik lapangan
serta seluruh pengetahuan baru yang diperoleh melalui kegiatan praktik lapangan.
Selama kegiatan praktik lapangan penulis melakukan observasi lapang atau
pengamatan terhadap seluruh pekerjaan pelaksaan pembangunan Halan Tol Bogor
Outer Ring Road seksi II B (Ruas Kedung Badak dan Simpang Yasmin STA 5+236
- STA 7+896). Pengamatan spesifik dilakukan pada pemasangan box girder dan
proses stressing tendon pada satu span jembatan.
Terdapat beberapa perusahaan yang terlibat pada proyek pembangunan Jalan
Tol Bogor Outer Ring Road seksi IIB (Ruas Kedung Badak dan Simpang Yasmin
STA 5+236 - STA 7+896) data perusahaan yang terkait dalam proyek
pembangunan Jalan Tol BORR seksi IIB terdapat juga data umum dan data teknis
proyek yaitu sebagai berikut :

 Data umum :
Lokasi Pekerjaan : Jl. Soleh Iskandar - Kecamatan Tanah
Sareal - Kota Bogor

Pemilik Proyek : PT Marga Sarana Jabar


Kontraktor : PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
Konsultan Pengawas : PT Purnajasa KSO dengan PT Wira
Nusantara Bumi
Konsultan Perencana : PT Perentjana Djaja

Nilai Kontrak : Rp 852,650,153,600.00 (Termasuk


PPN 10 %)
Jenin Kontrak : Lump Sump Price dan Kontrak
Terima Jadi (Turnkey)
Waktu Pelaksanaan : 510 hari kalender
Periode Pelaksanaan : Desember 2016 – Juni 2018
Masa Pemeliharaan : 365 Hari kalender
5

 Data teknis :
Jenis Konstruksi : Jalan Layang

Panjang Jalan : 2.65 km


Jumlah Lajur : 2 x 2 lajur (Lebar lajur =3,50 m; Lebar
bahu luar = 2,00 m Lebar bahu dalam
= 0,50 m)
Jumlah Pier : 56 Pier (112 Span)

2.2 Lokasi proyek


Jalan Tol Bogor Out Ring Road berada di Provinsi Jawa Barat yang ditunjukkan
pada dan berada di Kota Bogor. Lokasi Proyek Bogor Out Ring Road Seksi II B
(Kedung Badak –Simpang Yasmin) STA 5+236 - STA 7+896, sepanjang 2.65 km
terletak di Jalan Soleh Iskandar - Kecamatan Tanah Sareal - Kota Bogor yang
ditunjukkan pada Gambar 1.

2.3 Visi dan Misi Pemilik Proyek (PT Marga Sarana Jabar)

PT Marga Sarana Jabar (MSJ) merupakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)
berbentuk usaha patungan, pemegang konsesi pengelolaan jalan tol Bogor Ring
Road yang didirikan pada tanggal 11 Mei 2007. Dalam melaksanakan pengusahaan
jalan tol Bogor Ring Road (BRR) yang meliputi pendanaan, perencanaan teknik,
pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol, perusahaan
6

mengusung Visi dan Misi serta menanamkan budaya positif melalui Tata Nilai
perusahaan. Hal tersebut tertera pada bagian bawah berikut ini .

VISI
Menjadi pengusaha jalan tol yang profesional, berorientasi pada pengembangan
bisnis dan bersinergi dengan lingkungan.

MISI
1. Mengusahakan jalan tol yang nyaman, indah , dan memuaskan pelanggan.
2. Selalu memanfaatkan peluang-peluang pengembangan bisnis yang terkait
dengan bisnis jalan tol.
3. Menjalankan usaha dengan sehat secara efektif dan efisien.
4. Menyeimbangkan kepentingan perusahaan dengan stakeholder.

TATA NILAI PT MARGA SARANA JABAR (CREDO)


Bertindak Kreatif (Creative)
 Mencari cara berbeda dengan memperhatikan risiko
 Implementasi proses/teknik yang baru untuk kepentingan perusahaan
 Tidak takut gagal dalam upaya peningkatan kinerja
 Luwes dan kreatif dalam menghadapi masalah

Fokus pada Hasil (Result)


 Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
 Menggunakan biaya pekerjaan dalam batas anggaran
 Mengusahakan hasil pekerjaan yang bermutu tinggi
 Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan

Membangun Empati (Empathy)


 Membangun hubungan yang saling mempercayai
 Memahami pengalaman orang lain untuk kepentingan perusahaan
 Peduli terhadap lingkungan disekitar jalan tol (CSR)

Menyelesaikan Perbedaan Pendapat (Dissent)


 Mengakui bahwa perbedaan pendapat tidak selalu buruk
 Menyelesaikan perselisihan melalui diskusi yang jujur dan saling percaya

Membuat Keputusan secara Objektif (Objective)


 Memecahkan masalah dan membuat keputusan dengan pendekatan yang
mantap dan proaktif
 Mendukung keputusan yang telah ditetapkan
7

2.4 Visi dan Misi Kontraktor (PT Wijaya Karya)


PT Wijaya Karya (Persero) berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dalam
setiap aspek, mulai dari manajemen, sumber daya manusia, hingga pada struktur
inovasi dan teknologi tertinggi.

VISI 2020

Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang Engineering Procurement dan


Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia Tenggara.

MISI

1. Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan
Investasi untuk Infrastruktur, Gedung Bertingkat, Energi, Industrial Plant,
Industri, Realty dan Property
2. Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama
3. Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang Baik
dan Memelihara Keberlanjutan Perusahaan
4. Ekspansi Strategis ke luar Negeri
5. Mengimplementasikan "Praktek-praktek" Sistem Manajemen Terintegrasi

2.5 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi perusahaan ditujukan untuk mencapai target yang telah
ditetapkan oleh perusahaan secara efisien dan tepat sasaran. Hal tersebut diperlukan
koordinasi yang baik antar divisi untuk mencapai target tersebut. Dalam
pelaksanaan sebuah proyek diperlukan adanya suatu organisasi yang merupakan
tata kerja untuk menunjang keberhasilan suatu proyek.
Organisasi dalam arti badan dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja orang
yang bekerja sama dalam suatu kelompok-kelompok kerja yang saling terkait,
bertanggung jawab dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan
tertentu. Kelompok-kelompok kerja tersebut terdiri atas : pemilik aset atau proyek
, konsultan perencana, kontraktor pelaksana, konsultan pengawas/konsultan
manajemen konstruksi (MK). Berbagai unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung
jawab masingmasing berikut merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari
masingmasing unsur-unsur tersebut.

 Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bertindak sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Perentjana Djaja, tugas dan
wewenangnya adalah sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan lengkap, meliputi gambar detail, rencana kerja dan
syarat (RKS), detail perhitungan struktur, hingga perencanaan anggaran
biaya;
b. Penyiapan dokumen lelang;
c. Membantu penjelasan rencana proyek serta membuat berita acara
8

penjelasan dalam pelelangan proyek;


d. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas
dalam pengambilan keputusan terkait perubahan pekerjaan;
e. Memberikan penjelasan kepada kontraktor terkait kejelasan detail
gambar dan RKS.

 Konsultan Pengawas/MKJ
Konsultan pengawas merupakan badan yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proyek pembangunan.
Konsultan pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan perencana
dalam suatu proyek. Dalam proyek ini, PT Purnajasa KSO dengan PT Wira
Nusantara Bumi berperan sebagai konsultan pengawas dan memiliki tugas serta
wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan,
petunjuk, dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti
hasil-hasil yang telah dikerjakan;
b. Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksa
untukmeminta dana kepada pemberi tugas guna membiayai pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya;
c. Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi
apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari
spesifikasi dan gambar-gambar teknis;
d. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek
kepada pemberi tugas.

 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana merupakan sebuah badan yang diberikan tugas oleh
pemberi tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur pelelangan
maupun penunjukan langsung. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang
telah disepakati oleh pihak terkait. Dalam proyek ini, PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk bertindak sebagai kontraktor pelaksana yang memiliki tugas dan kewajiban
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat dan peraturan yang tertuang
dalam dokumen kontrak;
b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan
di lapangan;
c. Membuat berita acara dilengkapi dengan dokumentasi setiap pekerjaan di
lapangan;
d. Melakukan perbaikan atas kerusakan dan/atau kekurangan pekerjaan yang
diakibatkan oleh kesalahan pihak pelaksana proyek tanpa biaya tambahan;
e. Membuat dokumen tagihan bulanan sesuai dengan volume pekerjaan yang
telah disetujui dan dilaksanakan di lapangan;
f. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada owner setelah proyek benar-benar
selesai dan disetujui oleh semua pihak.

Dalam pekerjaannya, pihak kontraktor pelaksana dapat meminta bantuan


kepada sub kontraktor sesuai perjanjian antar pihak pelaksana dan sub kontraktor
9

terkait. Dalam penyelenggaraan pelaksanaan suatu bangunan, semua unsur


pelaksana harus mengikuti dan berpedoman pada ketentuan, persyaratan dan
peraturan yang telah disepakati baik dari segi teknis maupun administratif. Selain
itu pula semua unsur harus mempunyai arahan maupun koordinasi dengan unsur
pelaksana lainnya dalam suatu proyek. Oleh karena itu struktur organisasi Proyek
Pembangunan Jalan Tol Bogor Out Ring Road seksi IIB terdapat pada Lampiran 1.

III KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN


3.1 Tool Box Meeting (TBM)
TBM atau Tool Box Meeting merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap
hari pada pukul 07.15 hingga pukul 08.00 WIB pagi, selain itu kegiatan TBM sesi
2 dilakukan pada malam hari sekitar pukul 19.30 WIB. Kegiatan ini wajib diikuti
oleh seluruh pekerja di lapangan. Kegiatan TBM dilakukan untuk menjelaskan
kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada hari tersebut dan arahan-arahan singkat
diberikan oleh para pelaksana dari setiap bagian. Lokasi dilakukannya TBM adalah
di depan kantor WIKA atau di lapangan, yaitu pada daerah proyek zona 2.

Gambar 1 Tool Box Meeting (TBM)

3.2 Pengerjaan tugas dan sidang akhir kepada pihak WIKA


Pilar atau pier merupakan struktur pendukung bangunan atas.pilar biasa
digunakan pada jembatan bentang panjang, posisi pilar berada diantara kedua
abutment. Pilar jembatan sederhana adalah suatu konstruksi beton bertulang yang
menumpu di atas pondasi tiang – tiang pancang yang terletak di tengah sungai atau
yang lain yang berfungsi sebagai pemikul antara bentang tepi dan bentang tengah
bangunan atas jembatan (SNI 2541 2008). Pilar (pier) jembatan berfungsi
menyalurkan gaya – gaya vertikal dan horisontal dari bangunan atas ke pondasi.
10

Selama praktik lamapangan berlangsung pihak WIKA memberikan tugas yaitu


observasi lapang mengenai mekanisme kerja Launching Gantry hingga proses
stressing tendon. Tugas dibuat dalam bentuk makalah dan dijilid dalam bentuk hard
copy kemudian dikumpulkan ke pihak WIKA. Selain tugas makalah, pihak WIKA
melakukan sidang akhir bagi seluruh anggota praktik lapangan yang akan selesai
masa praktik lapangnya. Sidang akhir dilakukan oleh 5 orang anggota praktik
lapangan dan 1 orang penyidang (engineering staff). Sidang dilakukan dalam
bentuk presentasi singkat dan ujian tanya-jawab antara penyidang dengan masing-
masing anggota praktik lapangan.

3.3 Pekerjaan struktur bawah (Bored Pile)


Struktur bawah dari Proyek Pembangunan Jalan Tol BORR eseksi IIB adalah
pekerjaan bored pile. Bored pile adalah pondasi dalam yang berfungsi meneruskan
beban bangunan kedalam lapisan tanah keras yang bila lapisan tanah dipermukaan
atas tidak cukup untuk menahan beban bangunan jika hanya menggunakan pondasi
dangkal,sehingga diperlukan daya dukung tambahan.
Metode pekerjaan bored pile akan dibahas secara detail pada Bab IV beserta
pekerjaan pile cap.
3.4 Pekerjaan pier (Kolom)
Pihak yang bertanggung jawab pada pekerjaan ini manajemen operasional
dan proyek secara keseluruhan bertanggung jawab terhadap koordinasi dan
implementasi metode kerja ini. Lingkup pekerjaan pada metode kerja ini mulai dari
persiapan pekerjaan kolom, pekerjaan besi, pekerjaan bekisting, pelaksanaan
pengecoran dan perawatan mutu setelah pengecoran (curing). Prosedur kerja ini
diterapkan dipekerjaan Pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi IIB (Ruas
Kedung Badak – Simpang Yasmin) Sta 5+236 – Sta 7+896. Pekerjaan kolom/pier
harus dikerjakan dengan mengacu elemen desain spesifikasi proyek atau gambar
kerja yang telah disetujui. Dalam pembuatan kolom dibutuhkan personil sebagai
pekerja juga alat berat yang dibutuhkan untuk kelancaran pekerjaan. Daftar tersebut
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kebutuhan Personil

No. Personil Jumlah yang


dibutuhkan

1. Manajer konstruksi 1 orang

2. Pelaksana utama 1 orang

3. Pelaksana 3 orang

4. Safety officer 1 orang

5. QC 2 orang
11

No. Personil Jumlah yang


dibutuhkan

6. Surveyor 3 orang

7. Flagman 2 orang

8. Mandor 3 orang

9. Pekerja 10 orang

10. Operator excavator 1 orang

11. Driver 6 orang

Selain membutuhkan personil dalam pembuatan pier dibutuhkan juga sejumlah


alat untuk memudahkan pekerjaan . Terdapat setidaknya 11 jenis alat yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pembuatan pier atau kolom. Daftar kebutuhan alat
yang digunakan untuk pekerjaan pier disajikan pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 Kebutuhan alat


No. Nama alat Jumlah yang
dibutuhkan

1. Mobile crane 1 unit

2. Truck Mixer 6 unit

3. Concrete Pump 1 unit

4. Vibrator internal 2 set

5. Vibrator eksternal 2 set

6. Genset 1 set

7. Pick up 1 unit

8. Barbender 1 set

9. Godam/ palu 1 set

10. Pahat 1 set

11. Jack Hammer 1 set

Kolom yang dikerjakan ada 2 tipe yaitu tipe I dengan dimensi 2.5m x 2.5m dan
Tipe II dengan dimensi 2.5m x 3m. Gambar teknik kedua tipe kolom terdapat pada
Lampiran 2. Pada gambar teknik dijelaskan bahwa tulangan geser atau sengkang
kolom menggunakan baja ulir berukuran D19 atau diameter 19 mm, sedangkan
untuk tulangan longitudinal digunakan baja ulir berukuran D32 atau diameter 32
12

mm. Jarak antar sengkang dibuat bervariasi yaitu 100 mm dan 200 mm. Gambar
contoh tulangan kolom tipe 2 dapat dilihat pada Lampiran 3. Proses pekerjaan pier
dilakukan secara bertahap seperti pada Gambar 1 berikut
ini.
Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Besi

No

Cek

Yes
Pemasangan Bekisting

No
Cek
Verticality

Yes
Pengecoran kolom

Pekerjaan curing

Selesai

Gambar 2 bagan alir pekerjaan pier / kolom

Proses pekerjaan dimulai dengan pemasangan tulangan geser atau tulangan


sengkang kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan pemasangan stek tulangan pada
pierhead. Setelah tulangan terpasang seperti pada Gambar 2. Setelah itu bekisting
kolom/pier dirangkai sesuai dengan gambar kerja dengan bantuan mobile crane.
Pekerjaan dilanjutkan dengan pengecekan verticality kolom. Proses verticality
merupakan proses untuk membuat pier atau kolom lurus atau setelah jadi pier
tersebut tidak dalam keadaaan miring. Setelah verticality kolom selesai, dilanjutkan
dengan pekerjaan pengecoran kolom. Pengecoran kolom menggunakan concrete
pump.
13

(a) (b)

Gambar 3 (a) Tulangan pier pada mainroad zona 2 (b) pemasangan bekisting

Gambar 4 Pengecoran pier dengan concrete pump


14

Beton segar yang telah dicor kemudian dilakukan pemadatan menggunakan


vibrator eksternal dan internal. Pengecoran pier dilakukan dalam satu tahap.
Pengecoran dilakukan dengan kecepatan 3 m’/jam dan mutu beton K-400 untuk
semua tipe pier. Pada pelaksanaan pengecoran kolom akan digunakan 2 set vibrator
internal dan 2 set vibrator external. Vibrator digunakan selama 5-15 detik setelah
beton ready mix dituangkan kecetakan.
Pekerjaan curing adalah pekerjaan yang dilakukan untuk perawatan beton.
Setelah pengecoran kolom ada 3 curing yang dilakukan, yaitu:
a. Curing sebelum bekisting dibuka. Curing dilakukan dengan cara
memasukkan air ke atas permukaan beton pada saat bekisting belum dibuka.
b. Pekerjaan curing compound, dengan cara menyemprotkan material curing
compound kepermukaan beton yang baru dibuka bekistingnya.
c. Curing dengan menyelimuti permukaan beton menggunakan geotextile
yang dibasahi dengan air selama 7 hari.

3.3 Pekerjaan Pier Head


Berdasarkan tipenya, pierhead terbagi menjadi 2 tipe. Tipe pertama adalah
pierhead tipe I pada pier normal dan tipe kedua adalah pierhead tipe II pada pier
EJ. Perbedaan dari pierhead normal dan pierhead EJ selain dari dimensi adalah
keberadaan pot bearing atau tumpuan. Terdapat 2 jenis pot bearing yang digunakan,
yaitu pot bearing yang menahan 1 gaya atau dapat dikatakan sebagai tumpuan rol
dan pot bearing yang menahan 2 gaya (vertikal dan horisontal) yaitu tumpuan
sendi.

Gambar 5 Pierhead Tipe I

Pierhead EJ berada mengapit 3 pierhead normal dengan jarak total antar


pierhead EJ adalah 45 – 50 m hal ini disebut 1span. Sedangkan antara pierhead EJ
ke pierhead normal atau dari pierhead normal ke pierhead normal disebut 1 span.
15

Oleh karena itu metode pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor ( BORR) seksi
II B ini disebut Metode Span by Span.

Gambar 6 Pierhead Tipe EJ

Pekerjaan pierhead dari awal hingga akhir tersedia dalam bentuk bagan alir
yang tersedia pada Gambar 6 berikut ini.

Mulai

Setting Temporary
Support

Pemasangan block out


tendon pada side form

No

Cek

A
16
A

Perakitan bekisting

No

Cek

Yes

Perakitan tulangan

No

Cek

Yes

Pengecoran pierhead

curing

Selesai

Gambar 7 Bagan alir pekerjaan pierhead

Pekerjaan pembuatan pier head pada metode ini mulai dari perakitan temporary
support bekisting pierhead, pemasangan block out tendon pada side form bekisting
pierhead, perakitan bekisting pierhead, setting terhadap data geometri, perakitan
tulangan pierhead, pengecoran dan perawatan mutu setelah pengecoran (curing).
Produksi pierhead dilakukan secara insitu. Jumlah personil dan alat-alat berat yang
digunakan sama seperti pekerjaan kolom karena kedua pekerjaan ini dilakukan
secara bersamaan.
Proses pekerjaan pierhead dimulai dari perakitan temporary support. Setelah
temporary support terpasang, set bekisting pierhead dipasang sesuai dengan
urutannya dengan block out tendon telah terpasang side form bekisting.
Pemasangan temporary support dan bekisting pierhead dibantu dengan
menggunakan mobile crane. Bekisting pierhead yang telah terpasang dicek
verticality sesuai dengan persyaratan desain.
17

Pekerjaan dilanjutkan dengan perakitan tulangan pierhead. Setelah semua tulangan


pierhead terpasang dan pengecekan bersama dengan kosultan selesai dilakukan,
dilakukan pengecoran pierhead. Pengecoran pierhead dilakukan dengan
menggunakan concrete pump. Beton ready mix dituang ke dalam concrete pump
kemudian dipadatkan dengan menggunakan vibrator internal dan eksternal. Beton
yang digunakan untuk pengecoran pierhead adalah beton mutu K500.

Setting Temporary support


Setting temporary support dilaksanakan setelah area kerja bebas dari material.
Temporary support yang digunakan yaitu pipa shoring dengan kapasitas 35 ton per
pipa. Posisi dan tinggi temporary support disesuaikan dengan kebutuhan desain
masing-masing pierhead.

Gambar 8 Setting Temporary support

Perakitan Bekisting Pierhead


Bekisting pierhead terdiri dari beberapa bagian. Secara garis besar, bagian-
bagian bekisting pierhead adalah beam support, side form dan wing form. Langkah-
langkah pekerjaan pemasangan bekisting pierhead adalah sebagai berikut:

1. Perakitan bekisting pierhead dimulai dari pemasangan support beam di atas


shoring, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan main beam.

Gambar 9 Main beam


18

2. Setting base block v sesuai dengan desain pierhead, kemudian pasang lantai
kerja dan wing form.

Gambar 10 Wing form

3. Ducting dan block out tendon disetting di side form sesuai dengan desain
tendon span.

4. Side form dipasang tegak lurus dengan bantuan mobile crane, side form yang
sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan baut, dan kemudian
dilakukan setting pipe bracing agar kedudukan side form tersebut tetap stabil dan
tidak mengalami goyangan pada waktu pengecoran dilaksanakan serta untuk setting
verticality.
5. Setelah kedua sisi side form terpasang, dilakukan verticality untuk memeriksa
ketegakan bekisting pierhead sesuai dengan syarat desain.

Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian dilakukan setelah bekisting pierhead selesai dipasang.
Pembesian pierhead dimulai dari tulangan horizontal lapis bawah, tulangan
vertikal, pemasangan aksesoris tendon dan pemasangan tulangan horizontal lapis
atas. Pemasangan tulangan pierhead dilakukan sesuai dimensi dan ketinggian pada
desain yang telah ditentukan.
19

Gambar 11 Pekerjaan penulangan pierhead

Gambar 12 Pemasngan tulangan utama dan sengkang

Pekerjaan Pengecoran Pierhead


Pengecoran pierhead dilakukan dalam satu tahap. Pada pierhead EJ,
pengecoran tetap dilakukan dalam satu tahap, namun memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mengkakomodasi profil pierhead EJ. Penentuan top cor dilakukan oleh
surveyor sebelum pengecoran dimulai. Pengecoran dilakukan dengan kecepatan 3
m’/jam dan mutu beton K-500. Pada pelaksanaan pengecoran pierhead akan
digunakan 2 set vibrator internal dan 2 set vibrator external. Vibrator digunakan
selama 5-15 detik setelah beton ready mix dituangkan kecetakan.
20

Gambar 13 Pengecoran pierhead

Pekerjaan curing adalah pekerjaan yang dilakukan untuk perawatan beton.


Setelah pengecoran pierhead ada 3 curing yang dilakukan, yaitu:

- Curing sebelum bekisting dibuka. Curing dilakukan dengan cara


memasukkan air ke atas permukaan beton pada saat bekisting belum dibuka.

- Pekerjaan curing compound, dengan cara menyemprotkan material curing


compound kepermukaan beton yang baru dibuka bekistingnya.

- Curing dengan menyelimuti permukaan beton menggunakan geotextile yang


dibasahi dengan air selama 7 hari.

3.4 Pekerjaan struktur atas


Pada proyek Tol BORR seksi IIB digunakan box girder yang dirangkai menjadi
satu sehingga membentuk jembatan. Pekerjaan struktur atas yang akan dijelaskan
pada bagian ini meliputi erection box girder, pemasangan segmen, joint segment,
wet joint, dan sstressing tendon.

Metode Pekerjaan Erection Segmental Precast Box girder


Pekerjaan erection segmental precast box girder merupakan pekerjaan
pemasangan segmen box girder pracetak hingga menjadi satu kesatuan span. Pada
pekerjaan ini metode yang digunakan adalah span by span. Box girder yang
digunakan dalam proyek ini di produksi oleh PT. Wijaya Karya Beton atau
disingkat Witon yang berada di Subang dan Karawang. Diawali dengan
pemasangan hanging beam, stressing pt bars,dan lifting box.
Hanging beam merupakan alat yang digunakan sebagai pengait segmen box
girder ke hanging bars yang terpasang pada truss launching gantry sehingga box
girder dapat tergantung.
21

Gambar 14 Hanging beam

Pada segmen pertama dan terakhir jumlah hanging beam yang dipasang
berjumlah 4 hanging beam, hal ini dikarenakan segmen pertama berfungsi sebagai
patokan posisi untuk pemasangan segmen berikutnya. Selain segmen pertama dan
terakhir jumlah hanging beam adalah 2. PT bars berdiameter 36 mm digunakan
sebagai penghubung antara box girder dan hanging beam.
Lifting box girder merupakan proses mengangkat box girder dengan
menggunakan lifting beam yang terhubung dengan winch.

Gambar 15 Lifting box girder


22

Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi IIB ruas Kedung
Badak sampai dengan Simpang Yasmin pekerjaan erection dimulai dari span
sebelah utara, sehingga segmen diangkat untuk span utara terlebih dahulu. Dalam
pengangkatan segmen, launching gantry bekerja dengan cara bottom loading yaitu
mengangkat segmen box girder pracetak dari atas low bed truck.
Joint segement merupakan proses menggabungkan segmen-segmen box girder
dengan menggunakan lem epoxy dan temporary PT bars.
Tahapan-tahapan dalam joint segment adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan segmen kedua sejajar dan sesuai elevasi dengan segmen pertama
yang sudah terpasang, kemudian memasang PT bar ke steel shoe.
b. Menempelkan lem epoxy ke permukaan penampang box girder. Ketika
penempelan lem epoxy pada bagian bawah sela antar box girder harus dipasang
protective sheet agar lem epoxy tidak jatuh ke jalan dan mengenai pengendara
yang ada di bawah. Kemudian box direkatkab dengan bantuan alat jack.

Gambar 16 Pekerjaan epoxy dan sikadur sebagai bahan perekat

c. Memberikan perkuatan pada segmen yang sudah saling menempel.


Ketika segmen sudah saling menempel maka harus diberikan perkuatan.
Perkuatan tersebut terdapat pada Temporary PT Bar yang di-stressing pada
bagian atas dan dalam segmen box. Stressing dilakukan secara bersamaan di
bagian atas (steel shoe) dan di dalam box girder setelah segmen box saling
menempel. Setelah itu melakukan temporary stressing pada Temporary PT Bar
pada bagian atas dengan menggunkan 55 ton jacking force dan 50 ton untuk
Temporary PT Bar bagian bawah. Perkuatan ini hanya bersifat sementara
sampai dilakukannya pekerjaan wet joint dan stressing eksternal. Pekerjaan ini
bertujuan untuk memberikan perkuatan sementara pada segmen box yang telah
ditempelkan dan menahan gaya yang terjadi pada segmen pada saat
ditempelkan.

Wet joint merupakan celah antara segmen pertama dan terakhir box girder
dengan pier head yang dicor setempat dengan beton mutu K-500 flow. Maksud
flow disini adalah dikarenakan penulangan pada wet joint sangat rapat sehingga
diperlukan beton dengan karakterisktik yang sangat cair agar mudah memasuki
celah-celah pada penulangan dan beton dapat bergerak merata. Wet joint
menghubungkan antara pier normal dengan pier normal lainnya , sedangkan antara
pier EJ dengan pier normal dihubungkan denga pot bearing.
23

Gambar 17 Tahapan pekerjaan wet joint

Setelah pekerjaan pengecoran wet joint selesai dilakukan, maka untuk


menunggu wet joint setting pada kekuatan K-350 (kekuatan wet joint untuk siap di-
stressing) dapat dilakukan pekerjaan persiapan untuk stressing internal dan
eksternal. Pada tendon internal terdapat 6 tendon yang terdapat pada bagian atas
dan bawah, sedangkan pada tendon eksternal terdapat 5 pasang tendon. Tendon
eksternal terdiri dari dari C1, C2, C3, C4, dan C5. Fungsi C1, C2, dan C3 adalah
untuk menahan berat sendiri span dan menghubungkan tiap span yang sudah selesai
di stressing (span antara pier head normal dan pier head normal). Oleh karena itu
C1, C2, dan C3 harus dilakukan stressing terlebih dahulu agar launching gantry
dapat melakukan erection segmental precast box girder pada span berikutnya.
Sedangkan C4 dan C5 berfungsi menahan beban yang akan bekerja dan
mengubungkan beberapa span dari pot bearing sampai pot bearing selanjutnya
(antara pier head EJ dan pier head EJ) misalnya antara P36 dan P40.
Terjadi perbedaan nilai elongasi ketika desain dan pelaksanaan dilapangan.
Oleh karena itu terdapat nilai deviasi atau selisih antara nilai elongasi di lapangan
dengan yang disesain. Deviasi harus berada dalam interval yang dijinkan yaitu
antara -7% sampai +7%.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Tata letak pondasi
Pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor (BORR) Seksi IIB diawali dengan
pekerjaan bored pile. Bored pile yang digunakan dalam proyek ini berjenis cast in
situ atau dengan kata lain pengecoran dilakukan ditempat atau bukan pondasi
fabrikasi. Pemilihan penggunan bored pile sebagai pondasi dilakukan dengan
pertimbangan bahwa bored pile jenis cast in situ tidak banyak memakan lahan
pekerjaan, tidak menimbulkan getaran dan kebisingan yang besar jika
dibandingkan dengan bored pile jenis fabrikasi yang harus dipancang dengan
hammer. Pada bab ini akan dijelaskan metode kerja bored pile dan pile cap.
24

Gambar 18 Layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp)

Gambar 19 Lanjutan layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp)

Pekerjaan bored pile dan pile cap adalah pekerjaan yang berkesinambungan
oleh karena itu keduanya dibahas secara bersamaan pada bab ini. Pada main road
dimensi bored pile sebesar 1200 mm sedangkan pada main road dimensi bored pile
sebesar 800 mm. Contoh gambar tulangan dan dimensi bored pile pada main road
terdapat pada Lampiran 5. Pada Lampiran 5 dijelaskan bahwa tulangan utama bor
untuk P31 berdiameter 25 mm dengan jumlah 24, sedangkan tulangan sengkang
bediamter 13 mm dengan jarang antar sengkang sebesar 100 mm namun hal tersebut
berlaku pada potongan 1 atau bagian atas bore pile sedangkan pada bagia tengah
jarak antar sengkang sebesar 200 mm.Perbedaan jarank antar sengkang bagian atas
dengan tengah terjadi karena mengikuti diagram momen hasil perencanaan atau
analisis pertama, dimana momen terbesar terjadi pada setiap ujung tiang bor
25

sedangnkan momen terkecil pada bagian tengah, oleh karena itu jarak antar sengkag
di bagian ujung dibuat lebih rapat dibandingkan dibagian tengah tiang bor.

4.2 Pekerjaan bored pile


Bored pile jenis cas in situ yaitu bore pile yang dicor di tempat atau langsung
di lokasi proyek atau dengan kata lain bukan jenis fabrikasi. Proses pekerjaan bored
pile dari awal hingga akhir tersaji dalam bentuk bagan alir pada Gambar 20 berikut
ini.

Mulai

Surveying dan soil investigation

Surveying dan soil investigation

No

Cek situasi lokasi


pekerjaaan

Preboring

Install Casing

Drilling

Yes
No

Cek kedalaman

A
26

Reinforcing bar & stack kolom

No

Cek kedalaman

Yes
Install Tremie Pipe

Pouring Concrete

Uninstall Casing

Galian struktur

Galian struktur

Mulai

Gambar 20 Bagan alir pekerjaan bored pile

Proses diawali dengan pengeboran akan menggunakan hydraulic and rotary


drilling rigs. Lubang pengeboran akan distabilkan kelurusannya menggunakan
temporary casing dan jika dibutuhkan pengeboran juga menggunakan fluida atau
polymer untuk menstabilkan lubang pengeboran dari kelongsoran hingga ke dasar
casing.
27

Gambar 21 Fluida atau polymer

Pemasangan Single Wall Temporary Casing digunakan untuk memperkuat


bagian atas lapisan tanah yang tidak stabil. Penentuan panjang casing yang akan
digunakan berdasarkan kondisi aktual di lapangan. Pemasangan single walled (s/w)
casing biasanya menggunakan vibrating hammer atau rotational turntable yang
dikendalikan menggunakan boring rig.

Pengeboran
Sebelum memulai proses konstruksi, penyedia jasa diminta untuk
memverifikasi semua informasi teknis yang terkait seperti koordinat pile, cut-off
level, keabsahan gambar kerja, dan lain-lain. Pekerjaan pengeboran akan dilakukan
berdasarkan jadwal rencana pengeboran yang telah disetujui. Sebelum pekerjaan
dimulai, konfigurasi alat maupun metode pelaksanaan harus sudah memperoleh
persetujuan dari pengguna jasa. Toleransi kelurusan vertikal dibatasi maksimun
1:200, tetapi dalam segala hal tidak boleh lebih dari 10 cm. Toleransi posisi
horizontal ditentukan sebesar 5 cm ke segala arah atau 1/20 x diameter tiang bor,
ditentukan oleh harga yang terkecil. Setelah surveyor secara akurat menentukan
posisi pile, pre-drill akan dilakukan untuk mempermudah pemasangan temporary
casing. Pre-drill dapat menggunakan Soil Auger atau Core Barrel (jika soil auger
tidak mampu menembus permukaan tanah). Kelurusan dari casing akan dicek
menggunakan waterpass yang ditempatkan pada kedua sisi casing. Hasil
pengecekan tersebut akan dicatat dalam Casing Installation Record .
28

Gambar 22 Proses pengeboran dengan auger

Sebelum melakukan pengeboran, posisi toleransi dan deviasi/penyimpangan


yang diijinkan pada casing akan dicek kembali dan dicatat di dalam Casing
Installation Record. Pengeboran tanah di dalam casing akan menggunakan Metode
Rotary Kelly and Auger/Bucket. Lubang pengeboran selanjutnya diisi dengan
drilling fluid sebelum dilanjutkan pengeboran hingga ke dasar bawah casing.

Gambar 23 Install temporary casing

Permukaan level polymer akan dijaga tetap ketinggiannya untuk memastikan


kapasitas stabilisasi polymer pada area tanah di permukaan bawah casing. Fluida
29

yang digunakan untuk pengeboran akan disuplai dari tempat penyimpanan melalui
jalur pipa yang telah disusun sedemikian rupa. Proses pengeboran akan dilanjutkan
hingga kedalaman akhir atau hingga menemui lapisan tanah keras menggunakan
auger atau drilling buckets. Penyedia jasa dengan tenaga ahli yang dimilikinya
menentukan kedalaman tanah keras (akhir pengeboran) dengan melakukan
pemeriksaan lapisan tanah yang diperoleh pada saat pengeboran masing-masing
tiang bor. Pekerjaan pengeboran terhadap lapisan batu akan digunakan rock-drilling
tools. Alat ini berupa rock augers, core barrels,(round shank, stollen, roller bit),
cross cutters, dan chisels jika dibutuhkan. Sebelum dilakukan pemasangan
tulangan, perwakilan penyedia jasa harus memverifikasi kedalaman akhir pile.
Detail laporan kedalaman tanah, kondisi lapisan tanah beserta waktu
pengeboran dan jenis alat yang digunakan akan dicatat dalam Drilling Record .
Selama proses pengeboran, Polymer menekan dinding tanah yang berfungi untuk
menstabilkan lubang, ketinggian permukaan Polymer harus tetap dan dimonitor
selama pekerjaan pengeboran dilakukan. Properti polymer akan dijaga sesuai
dengan Metode Kerja atau spesifikasi yang ditentukan oleh konsulten/penyedia
jasa. Level polymer akan dijaga konstan dan dimonitor selama proses pengeboran.
Jika permukaan fluida (polymer) hilang saat proses pengeboran berlangsung, maka
kegiatan pengeboran akan dihentikan. Lubang bor akan ditimbun menggunakan
material hasil pengeboran untuk menyumbat lubang tersebut dan akan dilakukan
re-drilling. Apabila fluida hilang masih terus berlanjut atau lubang pengeboran
mengalami kelongsoran, lubang tersebut akan ditimbun dengan lean concrete
kemudian dilakukan pengecoran sebelum dilakukan pengeboran lebih lanjut.
Semua kejadian tersebut akan dicatat di dalam Drilling Record .

Penentuan panjang pile


Panjang pile sesuai dengan gambar kerja adalah indikatif, kedalaman akhir
pengeboran ditentukan oleh pengguna jasa dengan melakukan pemeriksaan lapisan
tanah yang diperoleh pada saat pengeboran masing-masing tiang bor. Jika terjadi
keraguan misalnya jenis tanah tidak sesuai dengan laporan penyelidikan tanah , atau
belum dijumpai lapisan tanah keras pada kedalaman yang ditentukan, maka
penyedia jasa wajib melaporkan hal
tersebut kepada pengguna jasa untuk dievaluasi lebih lanjut. Variasi diluar gambar
kerja maupun jadwal harus diinstruksikan melalui tulisan dari owner atau apabila
secara verbal akan dikonfirmasi kembali menggunakan “Confirmation of Verbal
Instruction” .
Apabila ditemukan rock head pada elevasi tertentu pada saat pengeboran, maka
akan dicatat dan disetujui sebelum mengebor rock socket. Tipe alat pengeboran dan
penambahan kedalaman pengeboran rock socket akan dicatat di dalam Drilling
Record. Setelah kedalaman akhir mendapat perseujuan pengguna jasa dan
pengukuran dilakukan dilapangan pemasangan baja tulangan baru dapat dilakukan.

Pembersihan dasar lubang


Ketika sudah mencapai kedalaman akhir, runtuhan material yang berada di
dasar lubang akan dibersihkan dengan cleaning bucket.
30

Gambar 24 Cleaning bucket

Setelah pembersihan dasar lubang, kedalaman lubang pile harus dicek kembali
bersama-sama dengan konsultan Pengawas atau Pengguna jasa . Ketinggian bagian
atas casing akan diukur dengan menggunakan level instrument dan kedalaman pile
akan diukur dengan pita ukur. Pembersihan baru dapat dihentikan setelah mendapat
persetujuan tertulis dari pengguna jasa, lama pembersihan dan kedalaman lubang
bor akan diukur dengan pita ukur dan dicatat.

Pemasangan Rangka Baja Tulangan


Rangka baja tulangan terdiri dari bagian-bagian yang sudah difabrikasi
sebelumnya. Jumlah, tipe maupun ukuran dari baja tulangan dan rangka akan
mengacu kepada kontrak, spesifikasi maupun gambar kerja. Rangka baja tulangan
akan diikat secara aman dengan menggunakan kawat dengan spesifikasi tertentu
dan/atau dengan menggunakan pengelasan titik (tack weld) pada area-area tertentu.
Rangka baja tulangan yang diperlukan untuk dibuat dengan panjang lebih dari 12
meter, harus ditangani menggunakan spreader beam, yang akan digunakan pada
saat pengangkatan rangka baja tulangan secara vertikal. Beton pengatur jarak
(concrete spacer) akan dipasang pada rangka baja tulangan dengan tujuan untuk
menjamin ketebalan selimut beton sesuai dengan spesifikasi.

Gambar 25 Concrete Spacer


31

Rangka baja tulangan akan dipasang pada lubang dengan menggunakan crane
atau alat angkat angkut lainnya. Pada kasus di mana rangka baja tulangan lebih
pendek dari kedalaman lubang pengeboran. Rangka baja tulangan akan digantung
di dalam lubang menggunakan sistem “kait ganda”. Setelah tulangan tiang bor
terpasang, dilakukan kembali pengukuran kedalaman tiang bor yang dilakukan oleh
penyedia jasa dan diketahui oleh konsultan pengawas.

Gambar 26 Instal tulang bored pile

Proses pembetonan atau pengecoran


Mutu beton, slump, masa retardasi yang digunakan untuk pengecoran harus
sesuai dengan spesifikasi. Beton siap pakai (ready-mixed concrete) akan disuplai
ke lubang pile dengan truck mixers dan juga pipa tremie.

Gambar 27 Pemasangan pipa tremie


32

Jika akses ke posisi lubang pile sangat terbatas, mobile concrete pump akan
digunakan untuk mentransfer beton dari truck mixer ke lubang pile. Posisi pipa
tremie akan berada di tengah-tengah lubang dan akan diturunkan sampai bagian
bawah lubang sebelum proses pembetonan. Penyumbat Styrofoam atau sejenisnya
akan diletakan kedalam tremie hopper sebelum menuangkan beton pertama,
bertujuan agar menjamin kontinuitas kolom beton di dalam pipa tremie. Bagian
bawah dari pipa tremie harus dijaga agar di atas dari dasar lubang bor setidaknya
300 mm sebelum dimulai proses pengecoran. Pada saat penuangan beton, bagian
bawah pipa tremie akan tetap dipertahankan tertanam minimal 1.5-2 meter pada
fresh concrete column.
Jika menggunakan sectional tremies, pipa tremie harus dipisahkan dalam
interval tertentu untuk mencegah aliran beton yang tidak memadai ke dalam lubang.
Proses pembetonan dilakukan sebagai suatu proses yang berkelanjutan (tidak
terputus). yaitu apabila tahapan pertama sudah mulai maka pekerjaan yang harus
diselesaikan sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu
diantara tahap2 pekerjaan Aktifitas proses pembetonan akan dicatat dalam
Concreting Record. Format ini juga akan digunakan untuk mencatat pencabutan
pipa tremie dan casing. Sebagai perkiraan volume yang dibutuhkan untuk
perencanaan umumnya 20% lebih besar dari volume teoritis pencatatan harus
mencakup volume beton yang sesungguhnya tercapai dan waktu
lamanyapengecoran. Untuk memastikan kualitas dan keutuhan (integrity) beton
tetap terjaga, beton akan dituangkan 1.0 – 1.5m di atas theoretical cut-off-level.
Semua proses pengecoran harus dilakukan dalam rentang 3 jam atau dalam masa
slump retention. Pada saat proses pengecoran, polymer akan dipompa keluar dan
dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan. Pengujian beton akan dilakukan sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum pada kontrak. Hasil pengujian slump akan
dicatat pada Delivery Order dan Concreting Record.
Temporary casing akan dicabut secara hati-hati dengan menggunakan crane
atau memanfaatkan rotary system pada alat bor. Pada saat mencabut casing beton
tidak boleh terganggu. Akhir pengecoran harus berada minimal 1.0 meter diatas Cut
Off Level (COL) , kecuali jika ditentukan lain oleh konultan pengawas. Kepala
tiang bor harus di potong sampai mencapai Cut Off Level (COL), tulangan harus
lebih tinggi dari COL yang jika disebutkan secara jelas dalam gambar harus
disediakan minimal 40 x diameter tulangan.
Tabel 3 Daftar peralatan pekerjaan bored pile
Daftar Peralatan
Hydraulic drilling rigs c/w locking telescopic kelly bars.
Service crane sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan
Temporary Single Wall Casings.
Drilling tools (auger, bucket, cleaning bucket), rock tools.
Drilling fluid / polymer plant & equipment
Excavators.
Tremie Set
Pompa Air.
Perlengkapan Pengelasan
Generator set
Oscillator / extractor
Rotary Turntable
33

Material yang digunakan untuk pekerjaan borepile adalah beton mutu K350
slump 18±2 cm yang telah disetujui bersama melalui trial mix dan baja tulangan
yang telah lolos uji tarik dan lengkung statis

4.2 Pekerjaan pile cap


Proses penggalian akan dilakukan menggunakan excavator dantenaga
manual. Lubang galian pile cap akan distabilkan menggunakan dindingbeton yang
juga berfungsi sebagai bekisting pile cap. Kemudian dilakukan cutting pile secara
manual yang dilanjutkan dengan pengecoran lean concrete. Pemasangan pembesian
dilaksanakan dilokasi dengan besi yang telah dipabrikasi terlebih dahulu di lokasi
yang telah disediakan. Proses pengecoran pile cap dilaksanakan dengan
menuangkan ready mix langsung dari truck mixer ditambah talang sehingga jatuh
beton < 1 m, yang dibantu proses pemadatannya menggunakan vibrator.

Mulai

Persiapan

Galian Struktur

Pengecoran Dinding Beton Bekisting


Pile Cap

Pemotongan Pile

Pengecoran Lantai Kerja

Pekerjaan Besi Pile Cap

No
Cek

A
34

Yes
Pengecoran

Selesai

Gambar 28 Bagan alir pekerjaan pile cap

Pekerjaan galian dan cut off pile


1. Pekerjaan cut off pile, meliputi tahapan pengerukan tanah,
pengecorandindingbeton 10 cm, pekerjaan cutting pile,kemudian
pengecoran lean concrete.
2. Kedalaman penggalian tanah sesuai tipe pile cap. Penggalian dilakukan
dengan 2 caraya yaitu menggunakan excavator untuk posisi di antara
bored pile dan tenaga manual untuk posisiantarabored pile ke tepi pile
cap. Area penggalian dilebarkan10 cm dari rencana pilecap agar
nantinya ada ruang dalam pengecorandindingbeton K-125 sebagai
bekisting.
3. Setelah penggalian dilakukan sesuai kedalaman rencana, kemudian
dilakukan pemasangan bekisting untuk pengecoran dinding beton k-
125 setebal 100 mm di sekeliling area pile cap. Dinding beton dicor
menerus tanpa sambungan di tiap sisi dinding hingga elevasi tanah
eksisting dengan bekisting berupa tenolit yang disupport oleh kaso
10/5.
4. Setelah bored pile bagian atas terekspose, maka dillakukan cutting
secara manual. Cutting dilakukan mengelilingi bored pilesesuai elevasi
rencana dan dilanjutkan pengecoran lantai kerja dengan terlebih dahulu
tanah diratakan dengan urugan pasir. Pengecoran lantai kerja (Lean
Concrete) adalah sebagai alas/dasar pengecoran pilecap. Ketebalan
lean concrete adalah 100 mm dengan beton kelas E mutu K-175. Beton
ready mix didatangkan dari batching plan ke site menggunakan truck
mixer.
Pemasangan Pembesian
Pembesian di pabrikasi di daerah sekitar lokasi proyek yang telah disediakan.
Pemotongan besi menggunaan bar cutter dan pembengkokan dengan menggunakan
bar bender.
Sekuen Pemasangan Besi :
1. Pemasangan Rebar bawah
2. Pemasangan Besi Support bawah
3. Pemasangan Rebar Tengah
35

4. Pemasangan Besi Support Atas


5. Pemasangan Rebar Atas
Pengecoran Pile Cap
Spesifikasi Teknis:
- Beton yang digunakan untuk pilecap yaitukelas B dengan mutu K-350
- Slump beton 12 ± 2 cm
- Pengecoran harus dibarengi dengan vibrator dalam range dan frekuensi yang
benar
- Setelah pengecoran, harus dilakukan curing (perawatan), Perawatan
dilakukan secara kontinu dan dipantau.

4.3 Penerapan prinsip 5R pada pekerjaan proyek secara umum


Penerapan 5R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin ) bisa juga dikatakan
sebagai penerapan housekeeping dimana housekeeping merupakan prasarana
penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan pencegahan kecelakaan
kerja. Housekeeping tentu tidak hanya menyangkut kebersihan. Namun, juga
termasuk menjaga tempat kerja agar selalu rapi dan teratur, memelihara lantai dan
ruangan agar bebas dari bahaya tergelincir serta memindahkan material berbahaya,
kertas, dan bahan-bahan yang memiliki potensi bahaya kebakaran dari tempat kerja.
housekeeping yang efektif dapat mengeliminasi beberapa bahaya di tempat kerja
dan membantu penyelesaian pekerjaan secara aman dan baik. Housekeeping yang
buruk secara frekuen berkontribusi pada kecelakaan dengan menimbulkan bahaya
terselubung yang dapat menyebabkan injury atau cedera (Woodside et al 1997).
Istilah 5S ditemukan di Jepang, dan berdiri selama lima (5) kata-kata Jepang
yang dimulai dengan huruf 'S': Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, yang
dalam bahasa Indonesia diadaptasikan menjadi 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, dan Rajin. Pengertian 5S menurut Soehatman (2010) :
1. Seiri
Seiri berarti memisahkan benda yang diperlukan dengan yang tidak
diperlukan, kemudian menyingkiran yang tidak diperlukan.
Pada bagian ini prinsip dilakukan kepada bekisting, setiap kali melakukan
bekisting sebelumnya diletakkan di pier yang aka di cor dalam waktu dekat,
namus setelah di cor bekisting disingkirkan ke area lain dimana pier lain akan
di cor dalam waktu dekat
2. Seiton
Seiton memiliki pengertian menyusun dengan rapi dan mengenali benda
untuk mempermudah penggunaan. Kata Jepang “Seiton” secara harafiah
berarti menyusun berbagai benda dengan cara yang menarik. Dalam konteks
5S, ini berarti mengatur barang-barang sehingga tiap orang dapat
menemukannya dengan cepat. Untuk mencapai langkah ini, pelat penunjuk
digunakan untuk menetapkan nama tiap barang dan tempat penyimpanannya.
Prinsip ini dilakukan dilapangan berupa gudang penyimpanan maupun di
lokasi proyek. Di lokasi proyek setiap item penyusun atau unit yang nantinya
akan digunakan dalam suatu pekerjaan sudah disusun seedemikian sehingga.
36

Hal tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar di pada halaman selanjutnya.


Dimana pada gambar tersbut memperlihatkan kondisi penyusunan item di
lapangan dan dalam gudang penyipanan. Selain itu hal teknis seperti
pengangkutan box girder juga sudah diatur. Stiap box girder yang diantar
dengan truk sudah sesuai urutan sehingga tidak menganggu lalu lintas.

Gambar 29 Kondisi dalam gudang penyimpanan

Gambar 30 Item-item yang sudah disusun

3. Seiso
Kegiatan membersihkan area kerja dari debu, kotoran dan elemen asing
lainnya dari tempat kerja sehingga terlihat bersih setiap jengkalnya.
Pembersihan diutamakan sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan
menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela.
Kegiatan ini dilakukan setiap kali finishing dari setiap pekerjaan maupun
saat proses pekerjaan. Misalnya kegiatan mempompa air yang tertampung
pada bagian atas pile cap akibat hujan.
4. Seiketsu
Seiketsu berarti terus-menerus mempertahankan 3S di atas, yakni Seiri,
Seiton, dan Seiso. Memelihara/merawat tempat kerja tetap bersih tanpa
sampah atau hal-hal yang mengganggu adalah aktivitas Seiketsu.
37

5. Shitsuke
Shitsuke berarti membuat pekerja terbiasa menaati aturan. Shitsuke adalah
hal terpenting dari 5S.Karena itu, orang yang menatar pekerja baru harus
menjadi suri teladan. Hal ini dapat dilihat dari setiap pekerjaan seluruh hal
sudah diatur sedemikian sehingga pekerjaan lebih efisien dan efektif.

Pada dasarnya “5S” merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan


penataan dan kebesihan kerja, secara umum adalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja ( K3 ) termasuk di lingkungan konstruksi bangunan gedung, pabrik dll.
Sebagaimana diketahui, pemeliharaan kualitas lingkungan tempat kerja yang baik
akan dapat mengurangi terjadinya bencana seperti kecelakaan kerja (tukang yang
cedera karena kesandung), dan lainnya. Jadi tukang yang memiliki kondisi fisik
prima , pengetahuan dan keterampilan tinggi serta sikap mental yang positif akan
mampu bekerja pada tingkat produktivitas yang tinggi, efektif dan efisien.
Proyek Jalan Tol BORR Seksi IIB menggunakan prinsip 5R seperti yang
dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya. Pada bagian ini akan dijelaskan
atau dibandingkan mengenai kesesuaian antara prinsip 5R yang digunakan dengan
kondisi di lapangan. Perbandingan ini hanya sekedar membandingkan tanpa
memberikan penilaian terhadap kondisi lapangan yang terjadi.

Gambar 31 Pagar pembatas antara lokasi proyek dengan jalan raya

Pada pemaparan proyek sangat jelas dikatakkan bahwa proyek ini


menggunakan prinsip 5R atau 5S hal tersebut juga dibuktikan dengan pagar
pembatas bertuliskan 5R yang digunakan sebagai pembatas antara lokasi proyek
dengan jalan raya yang digunakan.

V. SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan
i. Mahasiswa telah mendapatkan ilmu serta meningkatkan keterampilan melalui
praktek kerja sesuai bidang ilmu Teknik Sipil dan lingkungan di Proyek Tol
BORR seksi IIB
ii. Mahasiswa telah mengetahui metode kerja bored pile dan metode kerja secara
keseluruhan pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor (BORR)
38

seksi IIB. Proses pekerjaan bored pile meliputi tahap persiapan, preboring,
install casing, drilling, reinforcing, pouring concrete, finishing.
iii. Proyek Tol BORR seksi IIB menggunakan prinsip 5R dan secra subjektif dapat
disimpulkan bahwa proyek ini menerapkan prinsip 5R/5S dengan baik .
5.2 Saran
Dalam seluruh perkerjaan sebaiknya keselamatan pekerja harus terus
diutamakan, hal ini disebabkan karena dilapangan msih banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD lengkap. Selain itu seluruh konsekuensi yang yang sudah diatur
sebaiknya lebih ditegaskan lagi
39

Daftar Pustaka

Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 2541 2008 Tentang Spesifikasi Pilar dan
Kepala Jembatan Beton Sedehana Jembatan Betang 5 m sampai 25 m
dengan Fondasi Tiang Pancang . Jakarta. BSN

Soehatman, R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001, Seri Manajemen K3. Penebit PT. Dian Rakyat.

Woodside, G and Kocurek, D. 1997. Enviromental, Safety, and Health Engineering,


John wiley and Sons Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai