CLAUDIA SIAHAAN
F44140076
Disetujui oleh
Pembimbing Akademik
CLAUDIA SIAHAAN
F44140076
Disetujui:
Bogor, 9 September 2017
Pembimbing Lapangan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya dan kesempatan yang telah diberikan, laporan praktik lapangan yang
berjudul “Mempelajari Pekerjaan Pembangunan Tol Lingkar Luar Bogor Seksi
IIB (BORR)” dapat disusun dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Penyusunan
laporan ini dilakukan berdasarkan kegiatan yang telah dilakasanakan selama 35 hari
di Proyek BORR Seksi IIB mulai dari tanggal 17 Juli 2017 sampai 9 September
2017. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membatu dalan penyusunan laporan ini, yaitu :
1. Dr. Yudi Chadirin, S.TP, M.Agr sebagai dosen pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan selama pelaksanaan PL dan penyusunan laporan PL.
2. Bapak Izzet Hekmatyar, S.T sebagai staff engineering serta sebagai pembimbing
lapangan yang telah memberikan pengarahan selama kegiatan PL.
3. Seluruh pekerja yang terlibat dalam Proyek Pembangunan BORR seksi IIB yang
sudah bersedia memberikan penjelasan dan ilmu baru terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang sudah ditanyakan.
4. Ibu tercinta yang telah mencurahkan seluruh perhatian dan kasih sayangnya yang
tulus serta dukungan secara moral dan material.
5. Seluruh teman-teman yang berada dalam satu lokasi praktik lapangan yang
sudah bersedia saling tolong-menolong dalam menjalani seluruh kegiatan
praktik lapangan.
6. Dan seluruh mahasiswa departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang memberi
dukungan selama pelaksanaan PL.
Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
selama dalam persiapan hingga akhir masa pelaksanaan PL. Penulis harap seluruh
pihak yang terkait dapat memberikan saran, tanggapan, dan solusi agar laporan ini
dapat berguna bagi pihak yang membacanya.
Claudia Siahaan
F44140076
i
ii
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Praktik Lapangan 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelakasanaan 3
1.4 Aspek Kajian 3
II TINJAUAN UMUM PROYEK 4
2.2 Lokasi proyek 5
2.4 Visi dan Misi Kontraktor (PT Wijaya Karya) 7
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan 7
III KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 9
3.1 Tool Box Meeting (TBM) 9
3.2 Pengerjaan tugas dan sidang akhir kepada pihak WIKA 9
3.3 Pekerjaan struktur bawah (Bored Pile) 10
3.4 Pekerjaan pier (Kolom) 10
3.3 Pekerjaan Pier Head 14
3.4 Pekerjaan struktur atas 20
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23
4.1 Tata letak pondasi 23
4.2 Pekerjaan bored pile 25
4.2 Pekerjaan pile cap 33
4.3 Penerapan prinsip 5R pada pekerjaan proyek secara umum 35
V. SIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Simpulan 37
5.2 Saran 38
Daftar Pustaka 39
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Bogor dan Kabupaten Bogor yang merupakan bagian dari wilayah
JABODETABEK (Jakarta – Bogor – Depok – Tangerang – Bekasi) telah menjadi
penyangga Ibukota Negara Republik Indonesia yaitu Jakarta. Hal ini
mengakibatkan pertumbuhan wilayah yang sangat cepat. Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor difungsikan sebagai wilayah pengembangan yang akan mampu
menampung berbagai jenis kegiatan yaitu perumahan, industri, pertanian,
pariwisata dan lain-lain. Salah satu permasalahan yang dihadapi Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor adalah masalah lalu lintas. Permasalahan lalu lintas di Kota
Bogor terutama saat ini adalah kemacetan lalu lintas di beberapa simpul rawan
macet yang diakibatkan oleh tidak lancarnya arus lalu lintas. Jumlah angkot yang
terlampau banyak menyebabkan timbulnya berbagai masalah salah satunya adalah
kemacetan lalu lintas.
Menurut Hartono et al. (2016) kemacetan lalu lintas ini memberikan dampak
negatif yang cukup besar antara lain kerugian waktu, pemborosan energi,
peningkatan polusi udara, serta mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti
ambulans dan pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya. Pertumbuhan
jumlah angkutan kota di Kota Bogor terus meningkat setiap tahunnya. Hingga tahun
2016 terdapat 23 trayek Angkutan Kota (AK) dengan jumlah armada 3.412 unit, 10
trayek Angkutan (Perkotaan) Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan jumlah
armada 4.426 unit, serta 3 buah koridor Angkutan Massal Trans Pakuan dengan
jumlah armada 30 unit. Peningkatan jumlah angkot dan ketidakteraturan angkot di
jalan raya semakin memperparah kemacetan di Bogor. Berdasarkan data
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tahun 2014, Kota Bogor menempati urutan
pertama sebagai kota termacet dan terpadat lalu lintasnya di Indonesia. Rata-rata
kecepatan kendaraan di Bogor hanya sebesar 15,32 kilometer per jam dan volume
per kapasitas atau V/C ratio sebesar 0,86. V/C ratio merupakan tingkat
perbandingan antara jumlah kendaraan dengan daya tampung jalan. V/C ratio yang
bernilai 0,7 dapat diartikan bahwa kapasitas jalan raya 10, dan terisi oleh kendaraan
sebanyak 7 buah.
Menurut Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Bogor, solusi
daripermasalahan lalu lintas yang diharapkan antara lain :
a. Pembangunan fly over terutama pada daerah perlintasan kereta api di pusat
kota merupakan konsekuensi yang harus ditempuh, meskipun dengan biaya
yang relatif mahal, sehingga perlu investor.
b. Pembangunan jalan-jalan tembus dan pemadu serasian jaringan jalan antar
wilayah.
c. Pembangunan Rencana Induk Transportasi dengan memprioritaskan moda
transportasi massal.
Solusi nyata terhadap kemacetan lalu lintas tersebut berupa T. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Bogor No. 1 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Bogor, rencana trase Jalan Tol Bogor Outer Ring Road termasuk
dalam sistem jaringan jalan arteri sekunder, sedangkan berdasarkan Peraturan
Daerah No. 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
2
Bogor, trase Jalan Tol Bogor Outer Ring Road yang berada di Kabupaten Bogor
termasuk dalam sistem jaringan jalan kolektor primer.
Salah satu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga adalah
terbangunnya jalan tol sepanjang ± 1.697 km di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi,
diantaranya adalah. Pembangunan Jalan Tol Bogor Outer Ring Road sepanjang ±
11,5 km yang terdiri dari 3 ( tiga ) ruas yaitu :
1. Ruas R2 (Sentul Selatan – Kedung Halang).
2. Ruas R0 (Kedung Halang – Simpang Yasmin) yang dibangun dengan
konstruksi jalan layang, dimana terbagi menjadi 2 (dua) seksi yaitu,
seksi II-A ruas Kedung Halang - Kedung Badak dan seksi II-B ruas
Kedung Badak – Simpang Yasmin.
3. Ruas R1 ( Simpang Yasmin – Parung ).
Pondasi tiang pancang adalah pondasi yang menggunakan tiang yang dipancang
ke dalam tanah. Kedalaman dari pemancangannya tergantung dari beban bangunan
yang akan dibangun. Jenis pondasi tiang pancang menurut cara pemancangannya
ada dua macam, yaitu dengan metode precast pile dan bored pile. Namun pada
kenyataannya, keduanyaberbeda dan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Pada proyek ini digunakan bored pile sebagai pondasi dengan
pertimbangan kekurangan dari precast pile yaitu menimbulkan getaran dan
kebisinga pada saat dipancang, diperlukan penyambunganjika ukuran precast pile
tersedia kurang dari kedalaman yang dibutuhkan dan lain sebagainya.
2. Tujuan Institusional
a. Mempelajari dan mendekatkan Institut Pertanian Bogor, khususnya
Fakultas Teknologi Pertanian dengan masyarakat dan mendapatkan
masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas
pendidikan yang sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTek) dan kebutuhan masyarakat pengguna.
Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah :
1. Mempelajari Mempelajari metode kerja secara umum pada suatu
konstruksi jalan tol basis jembatan.
2. Mempelajari pekerjaan struktur bawah yatu pondasi bored pile.
3. Membandingkan kondisi proyek dengan prinsip 5R yang digunakan
3
Data umum :
Lokasi Pekerjaan : Jl. Soleh Iskandar - Kecamatan Tanah
Sareal - Kota Bogor
Data teknis :
Jenis Konstruksi : Jalan Layang
2.3 Visi dan Misi Pemilik Proyek (PT Marga Sarana Jabar)
PT Marga Sarana Jabar (MSJ) merupakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)
berbentuk usaha patungan, pemegang konsesi pengelolaan jalan tol Bogor Ring
Road yang didirikan pada tanggal 11 Mei 2007. Dalam melaksanakan pengusahaan
jalan tol Bogor Ring Road (BRR) yang meliputi pendanaan, perencanaan teknik,
pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol, perusahaan
6
mengusung Visi dan Misi serta menanamkan budaya positif melalui Tata Nilai
perusahaan. Hal tersebut tertera pada bagian bawah berikut ini .
VISI
Menjadi pengusaha jalan tol yang profesional, berorientasi pada pengembangan
bisnis dan bersinergi dengan lingkungan.
MISI
1. Mengusahakan jalan tol yang nyaman, indah , dan memuaskan pelanggan.
2. Selalu memanfaatkan peluang-peluang pengembangan bisnis yang terkait
dengan bisnis jalan tol.
3. Menjalankan usaha dengan sehat secara efektif dan efisien.
4. Menyeimbangkan kepentingan perusahaan dengan stakeholder.
VISI 2020
MISI
1. Menyediakan produk dan jasa yang unggul dan terpadu di bidang EPC dan
Investasi untuk Infrastruktur, Gedung Bertingkat, Energi, Industrial Plant,
Industri, Realty dan Property
2. Memenuhi Harapan Pemangku Kepentingan Utama
3. Menjalankan Praktik Etika Bisnis untuk Menjadi Warga Usaha yang Baik
dan Memelihara Keberlanjutan Perusahaan
4. Ekspansi Strategis ke luar Negeri
5. Mengimplementasikan "Praktek-praktek" Sistem Manajemen Terintegrasi
Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bertindak sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Perentjana Djaja, tugas dan
wewenangnya adalah sebagai berikut:
a. Membuat perencanaan lengkap, meliputi gambar detail, rencana kerja dan
syarat (RKS), detail perhitungan struktur, hingga perencanaan anggaran
biaya;
b. Penyiapan dokumen lelang;
c. Membantu penjelasan rencana proyek serta membuat berita acara
8
Konsultan Pengawas/MKJ
Konsultan pengawas merupakan badan yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proyek pembangunan.
Konsultan pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan perencana
dalam suatu proyek. Dalam proyek ini, PT Purnajasa KSO dengan PT Wira
Nusantara Bumi berperan sebagai konsultan pengawas dan memiliki tugas serta
wewenang sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan,
petunjuk, dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti
hasil-hasil yang telah dikerjakan;
b. Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksa
untukmeminta dana kepada pemberi tugas guna membiayai pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya;
c. Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi
apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari
spesifikasi dan gambar-gambar teknis;
d. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek
kepada pemberi tugas.
Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana merupakan sebuah badan yang diberikan tugas oleh
pemberi tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur pelelangan
maupun penunjukan langsung. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang
telah disepakati oleh pihak terkait. Dalam proyek ini, PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk bertindak sebagai kontraktor pelaksana yang memiliki tugas dan kewajiban
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat dan peraturan yang tertuang
dalam dokumen kontrak;
b. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan
di lapangan;
c. Membuat berita acara dilengkapi dengan dokumentasi setiap pekerjaan di
lapangan;
d. Melakukan perbaikan atas kerusakan dan/atau kekurangan pekerjaan yang
diakibatkan oleh kesalahan pihak pelaksana proyek tanpa biaya tambahan;
e. Membuat dokumen tagihan bulanan sesuai dengan volume pekerjaan yang
telah disetujui dan dilaksanakan di lapangan;
f. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada owner setelah proyek benar-benar
selesai dan disetujui oleh semua pihak.
3. Pelaksana 3 orang
5. QC 2 orang
11
6. Surveyor 3 orang
7. Flagman 2 orang
8. Mandor 3 orang
9. Pekerja 10 orang
6. Genset 1 set
7. Pick up 1 unit
8. Barbender 1 set
Kolom yang dikerjakan ada 2 tipe yaitu tipe I dengan dimensi 2.5m x 2.5m dan
Tipe II dengan dimensi 2.5m x 3m. Gambar teknik kedua tipe kolom terdapat pada
Lampiran 2. Pada gambar teknik dijelaskan bahwa tulangan geser atau sengkang
kolom menggunakan baja ulir berukuran D19 atau diameter 19 mm, sedangkan
untuk tulangan longitudinal digunakan baja ulir berukuran D32 atau diameter 32
12
mm. Jarak antar sengkang dibuat bervariasi yaitu 100 mm dan 200 mm. Gambar
contoh tulangan kolom tipe 2 dapat dilihat pada Lampiran 3. Proses pekerjaan pier
dilakukan secara bertahap seperti pada Gambar 1 berikut
ini.
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Besi
No
Cek
Yes
Pemasangan Bekisting
No
Cek
Verticality
Yes
Pengecoran kolom
Pekerjaan curing
Selesai
(a) (b)
Gambar 3 (a) Tulangan pier pada mainroad zona 2 (b) pemasangan bekisting
Oleh karena itu metode pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Bogor ( BORR) seksi
II B ini disebut Metode Span by Span.
Pekerjaan pierhead dari awal hingga akhir tersedia dalam bentuk bagan alir
yang tersedia pada Gambar 6 berikut ini.
Mulai
Setting Temporary
Support
No
Cek
A
16
A
Perakitan bekisting
No
Cek
Yes
Perakitan tulangan
No
Cek
Yes
Pengecoran pierhead
curing
Selesai
Pekerjaan pembuatan pier head pada metode ini mulai dari perakitan temporary
support bekisting pierhead, pemasangan block out tendon pada side form bekisting
pierhead, perakitan bekisting pierhead, setting terhadap data geometri, perakitan
tulangan pierhead, pengecoran dan perawatan mutu setelah pengecoran (curing).
Produksi pierhead dilakukan secara insitu. Jumlah personil dan alat-alat berat yang
digunakan sama seperti pekerjaan kolom karena kedua pekerjaan ini dilakukan
secara bersamaan.
Proses pekerjaan pierhead dimulai dari perakitan temporary support. Setelah
temporary support terpasang, set bekisting pierhead dipasang sesuai dengan
urutannya dengan block out tendon telah terpasang side form bekisting.
Pemasangan temporary support dan bekisting pierhead dibantu dengan
menggunakan mobile crane. Bekisting pierhead yang telah terpasang dicek
verticality sesuai dengan persyaratan desain.
17
2. Setting base block v sesuai dengan desain pierhead, kemudian pasang lantai
kerja dan wing form.
3. Ducting dan block out tendon disetting di side form sesuai dengan desain
tendon span.
4. Side form dipasang tegak lurus dengan bantuan mobile crane, side form yang
sudah terpasang seluruhnya dikunci dengan menggunakan baut, dan kemudian
dilakukan setting pipe bracing agar kedudukan side form tersebut tetap stabil dan
tidak mengalami goyangan pada waktu pengecoran dilaksanakan serta untuk setting
verticality.
5. Setelah kedua sisi side form terpasang, dilakukan verticality untuk memeriksa
ketegakan bekisting pierhead sesuai dengan syarat desain.
Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian dilakukan setelah bekisting pierhead selesai dipasang.
Pembesian pierhead dimulai dari tulangan horizontal lapis bawah, tulangan
vertikal, pemasangan aksesoris tendon dan pemasangan tulangan horizontal lapis
atas. Pemasangan tulangan pierhead dilakukan sesuai dimensi dan ketinggian pada
desain yang telah ditentukan.
19
Pada segmen pertama dan terakhir jumlah hanging beam yang dipasang
berjumlah 4 hanging beam, hal ini dikarenakan segmen pertama berfungsi sebagai
patokan posisi untuk pemasangan segmen berikutnya. Selain segmen pertama dan
terakhir jumlah hanging beam adalah 2. PT bars berdiameter 36 mm digunakan
sebagai penghubung antara box girder dan hanging beam.
Lifting box girder merupakan proses mengangkat box girder dengan
menggunakan lifting beam yang terhubung dengan winch.
Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Bogor Ring Road Seksi IIB ruas Kedung
Badak sampai dengan Simpang Yasmin pekerjaan erection dimulai dari span
sebelah utara, sehingga segmen diangkat untuk span utara terlebih dahulu. Dalam
pengangkatan segmen, launching gantry bekerja dengan cara bottom loading yaitu
mengangkat segmen box girder pracetak dari atas low bed truck.
Joint segement merupakan proses menggabungkan segmen-segmen box girder
dengan menggunakan lem epoxy dan temporary PT bars.
Tahapan-tahapan dalam joint segment adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan segmen kedua sejajar dan sesuai elevasi dengan segmen pertama
yang sudah terpasang, kemudian memasang PT bar ke steel shoe.
b. Menempelkan lem epoxy ke permukaan penampang box girder. Ketika
penempelan lem epoxy pada bagian bawah sela antar box girder harus dipasang
protective sheet agar lem epoxy tidak jatuh ke jalan dan mengenai pengendara
yang ada di bawah. Kemudian box direkatkab dengan bantuan alat jack.
Wet joint merupakan celah antara segmen pertama dan terakhir box girder
dengan pier head yang dicor setempat dengan beton mutu K-500 flow. Maksud
flow disini adalah dikarenakan penulangan pada wet joint sangat rapat sehingga
diperlukan beton dengan karakterisktik yang sangat cair agar mudah memasuki
celah-celah pada penulangan dan beton dapat bergerak merata. Wet joint
menghubungkan antara pier normal dengan pier normal lainnya , sedangkan antara
pier EJ dengan pier normal dihubungkan denga pot bearing.
23
Gambar 18 Layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp)
Gambar 19 Lanjutan layout pondasi tampak atas (main road dan zona ramp)
Pekerjaan bored pile dan pile cap adalah pekerjaan yang berkesinambungan
oleh karena itu keduanya dibahas secara bersamaan pada bab ini. Pada main road
dimensi bored pile sebesar 1200 mm sedangkan pada main road dimensi bored pile
sebesar 800 mm. Contoh gambar tulangan dan dimensi bored pile pada main road
terdapat pada Lampiran 5. Pada Lampiran 5 dijelaskan bahwa tulangan utama bor
untuk P31 berdiameter 25 mm dengan jumlah 24, sedangkan tulangan sengkang
bediamter 13 mm dengan jarang antar sengkang sebesar 100 mm namun hal tersebut
berlaku pada potongan 1 atau bagian atas bore pile sedangkan pada bagia tengah
jarak antar sengkang sebesar 200 mm.Perbedaan jarank antar sengkang bagian atas
dengan tengah terjadi karena mengikuti diagram momen hasil perencanaan atau
analisis pertama, dimana momen terbesar terjadi pada setiap ujung tiang bor
25
sedangnkan momen terkecil pada bagian tengah, oleh karena itu jarak antar sengkag
di bagian ujung dibuat lebih rapat dibandingkan dibagian tengah tiang bor.
Mulai
No
Preboring
Install Casing
Drilling
Yes
No
Cek kedalaman
A
26
No
Cek kedalaman
Yes
Install Tremie Pipe
Pouring Concrete
Uninstall Casing
Galian struktur
Galian struktur
Mulai
Pengeboran
Sebelum memulai proses konstruksi, penyedia jasa diminta untuk
memverifikasi semua informasi teknis yang terkait seperti koordinat pile, cut-off
level, keabsahan gambar kerja, dan lain-lain. Pekerjaan pengeboran akan dilakukan
berdasarkan jadwal rencana pengeboran yang telah disetujui. Sebelum pekerjaan
dimulai, konfigurasi alat maupun metode pelaksanaan harus sudah memperoleh
persetujuan dari pengguna jasa. Toleransi kelurusan vertikal dibatasi maksimun
1:200, tetapi dalam segala hal tidak boleh lebih dari 10 cm. Toleransi posisi
horizontal ditentukan sebesar 5 cm ke segala arah atau 1/20 x diameter tiang bor,
ditentukan oleh harga yang terkecil. Setelah surveyor secara akurat menentukan
posisi pile, pre-drill akan dilakukan untuk mempermudah pemasangan temporary
casing. Pre-drill dapat menggunakan Soil Auger atau Core Barrel (jika soil auger
tidak mampu menembus permukaan tanah). Kelurusan dari casing akan dicek
menggunakan waterpass yang ditempatkan pada kedua sisi casing. Hasil
pengecekan tersebut akan dicatat dalam Casing Installation Record .
28
yang digunakan untuk pengeboran akan disuplai dari tempat penyimpanan melalui
jalur pipa yang telah disusun sedemikian rupa. Proses pengeboran akan dilanjutkan
hingga kedalaman akhir atau hingga menemui lapisan tanah keras menggunakan
auger atau drilling buckets. Penyedia jasa dengan tenaga ahli yang dimilikinya
menentukan kedalaman tanah keras (akhir pengeboran) dengan melakukan
pemeriksaan lapisan tanah yang diperoleh pada saat pengeboran masing-masing
tiang bor. Pekerjaan pengeboran terhadap lapisan batu akan digunakan rock-drilling
tools. Alat ini berupa rock augers, core barrels,(round shank, stollen, roller bit),
cross cutters, dan chisels jika dibutuhkan. Sebelum dilakukan pemasangan
tulangan, perwakilan penyedia jasa harus memverifikasi kedalaman akhir pile.
Detail laporan kedalaman tanah, kondisi lapisan tanah beserta waktu
pengeboran dan jenis alat yang digunakan akan dicatat dalam Drilling Record .
Selama proses pengeboran, Polymer menekan dinding tanah yang berfungi untuk
menstabilkan lubang, ketinggian permukaan Polymer harus tetap dan dimonitor
selama pekerjaan pengeboran dilakukan. Properti polymer akan dijaga sesuai
dengan Metode Kerja atau spesifikasi yang ditentukan oleh konsulten/penyedia
jasa. Level polymer akan dijaga konstan dan dimonitor selama proses pengeboran.
Jika permukaan fluida (polymer) hilang saat proses pengeboran berlangsung, maka
kegiatan pengeboran akan dihentikan. Lubang bor akan ditimbun menggunakan
material hasil pengeboran untuk menyumbat lubang tersebut dan akan dilakukan
re-drilling. Apabila fluida hilang masih terus berlanjut atau lubang pengeboran
mengalami kelongsoran, lubang tersebut akan ditimbun dengan lean concrete
kemudian dilakukan pengecoran sebelum dilakukan pengeboran lebih lanjut.
Semua kejadian tersebut akan dicatat di dalam Drilling Record .
Setelah pembersihan dasar lubang, kedalaman lubang pile harus dicek kembali
bersama-sama dengan konsultan Pengawas atau Pengguna jasa . Ketinggian bagian
atas casing akan diukur dengan menggunakan level instrument dan kedalaman pile
akan diukur dengan pita ukur. Pembersihan baru dapat dihentikan setelah mendapat
persetujuan tertulis dari pengguna jasa, lama pembersihan dan kedalaman lubang
bor akan diukur dengan pita ukur dan dicatat.
Rangka baja tulangan akan dipasang pada lubang dengan menggunakan crane
atau alat angkat angkut lainnya. Pada kasus di mana rangka baja tulangan lebih
pendek dari kedalaman lubang pengeboran. Rangka baja tulangan akan digantung
di dalam lubang menggunakan sistem “kait ganda”. Setelah tulangan tiang bor
terpasang, dilakukan kembali pengukuran kedalaman tiang bor yang dilakukan oleh
penyedia jasa dan diketahui oleh konsultan pengawas.
Jika akses ke posisi lubang pile sangat terbatas, mobile concrete pump akan
digunakan untuk mentransfer beton dari truck mixer ke lubang pile. Posisi pipa
tremie akan berada di tengah-tengah lubang dan akan diturunkan sampai bagian
bawah lubang sebelum proses pembetonan. Penyumbat Styrofoam atau sejenisnya
akan diletakan kedalam tremie hopper sebelum menuangkan beton pertama,
bertujuan agar menjamin kontinuitas kolom beton di dalam pipa tremie. Bagian
bawah dari pipa tremie harus dijaga agar di atas dari dasar lubang bor setidaknya
300 mm sebelum dimulai proses pengecoran. Pada saat penuangan beton, bagian
bawah pipa tremie akan tetap dipertahankan tertanam minimal 1.5-2 meter pada
fresh concrete column.
Jika menggunakan sectional tremies, pipa tremie harus dipisahkan dalam
interval tertentu untuk mencegah aliran beton yang tidak memadai ke dalam lubang.
Proses pembetonan dilakukan sebagai suatu proses yang berkelanjutan (tidak
terputus). yaitu apabila tahapan pertama sudah mulai maka pekerjaan yang harus
diselesaikan sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan waktu
diantara tahap2 pekerjaan Aktifitas proses pembetonan akan dicatat dalam
Concreting Record. Format ini juga akan digunakan untuk mencatat pencabutan
pipa tremie dan casing. Sebagai perkiraan volume yang dibutuhkan untuk
perencanaan umumnya 20% lebih besar dari volume teoritis pencatatan harus
mencakup volume beton yang sesungguhnya tercapai dan waktu
lamanyapengecoran. Untuk memastikan kualitas dan keutuhan (integrity) beton
tetap terjaga, beton akan dituangkan 1.0 – 1.5m di atas theoretical cut-off-level.
Semua proses pengecoran harus dilakukan dalam rentang 3 jam atau dalam masa
slump retention. Pada saat proses pengecoran, polymer akan dipompa keluar dan
dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan. Pengujian beton akan dilakukan sesuai
dengan spesifikasi yang tercantum pada kontrak. Hasil pengujian slump akan
dicatat pada Delivery Order dan Concreting Record.
Temporary casing akan dicabut secara hati-hati dengan menggunakan crane
atau memanfaatkan rotary system pada alat bor. Pada saat mencabut casing beton
tidak boleh terganggu. Akhir pengecoran harus berada minimal 1.0 meter diatas Cut
Off Level (COL) , kecuali jika ditentukan lain oleh konultan pengawas. Kepala
tiang bor harus di potong sampai mencapai Cut Off Level (COL), tulangan harus
lebih tinggi dari COL yang jika disebutkan secara jelas dalam gambar harus
disediakan minimal 40 x diameter tulangan.
Tabel 3 Daftar peralatan pekerjaan bored pile
Daftar Peralatan
Hydraulic drilling rigs c/w locking telescopic kelly bars.
Service crane sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan
Temporary Single Wall Casings.
Drilling tools (auger, bucket, cleaning bucket), rock tools.
Drilling fluid / polymer plant & equipment
Excavators.
Tremie Set
Pompa Air.
Perlengkapan Pengelasan
Generator set
Oscillator / extractor
Rotary Turntable
33
Material yang digunakan untuk pekerjaan borepile adalah beton mutu K350
slump 18±2 cm yang telah disetujui bersama melalui trial mix dan baja tulangan
yang telah lolos uji tarik dan lengkung statis
Mulai
Persiapan
Galian Struktur
Pemotongan Pile
No
Cek
A
34
Yes
Pengecoran
Selesai
3. Seiso
Kegiatan membersihkan area kerja dari debu, kotoran dan elemen asing
lainnya dari tempat kerja sehingga terlihat bersih setiap jengkalnya.
Pembersihan diutamakan sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan
menciptakan tempat kerja yang tidak memiliki cacat dan cela.
Kegiatan ini dilakukan setiap kali finishing dari setiap pekerjaan maupun
saat proses pekerjaan. Misalnya kegiatan mempompa air yang tertampung
pada bagian atas pile cap akibat hujan.
4. Seiketsu
Seiketsu berarti terus-menerus mempertahankan 3S di atas, yakni Seiri,
Seiton, dan Seiso. Memelihara/merawat tempat kerja tetap bersih tanpa
sampah atau hal-hal yang mengganggu adalah aktivitas Seiketsu.
37
5. Shitsuke
Shitsuke berarti membuat pekerja terbiasa menaati aturan. Shitsuke adalah
hal terpenting dari 5S.Karena itu, orang yang menatar pekerja baru harus
menjadi suri teladan. Hal ini dapat dilihat dari setiap pekerjaan seluruh hal
sudah diatur sedemikian sehingga pekerjaan lebih efisien dan efektif.
seksi IIB. Proses pekerjaan bored pile meliputi tahap persiapan, preboring,
install casing, drilling, reinforcing, pouring concrete, finishing.
iii. Proyek Tol BORR seksi IIB menggunakan prinsip 5R dan secra subjektif dapat
disimpulkan bahwa proyek ini menerapkan prinsip 5R/5S dengan baik .
5.2 Saran
Dalam seluruh perkerjaan sebaiknya keselamatan pekerja harus terus
diutamakan, hal ini disebabkan karena dilapangan msih banyak pekerja yang tidak
menggunakan APD lengkap. Selain itu seluruh konsekuensi yang yang sudah diatur
sebaiknya lebih ditegaskan lagi
39
Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 2541 2008 Tentang Spesifikasi Pilar dan
Kepala Jembatan Beton Sedehana Jembatan Betang 5 m sampai 25 m
dengan Fondasi Tiang Pancang . Jakarta. BSN