Oleh
Irit Suseno, SH., MH
Dulu hak eigendom ini merupakan hak mutlak sekali (droit inviolable et sacre), tapi dengan
berkembangnya zaman maka kemutlakan dari hak eigendom ini semakin lama semakin
pudar.
Banyak terjadi pembatasan-pembatasan atau penggerogotan terhadap hak eigendom ini yang
biasa disebut dengan uithollings proses.
Seperti kita lihat batasan hak milik dalam Pasal 570 KUHPerdata yang berbunyi:
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan
untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya asal tidak
bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu
kekuasaan yang berhak menetapkannya dan tidak mengganggu hak-hak orang lain semua itu
dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum
berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.
Jadi kalau kita simpulkan pembatasan-pembatasan terhadap hak milik menurut pasal 570
KUHPerdata adalah:
Yang dimaksud dengan undang-undang disini adalah UU dalam arti formil sedangkan
peraturan umum lainnya adalah peraturan yang berada di bawah UU, seperti PP,
kepres
Gangguan ini dapat digugat melalui pasal 1365 KUHPerdata mengenai perbuatan melawan
hukum.
Tidak semua gangguan dapat digugat berdasarkan Pasal 1365 tersebut tapi tergantung situasi
dan kebiasaan masyarakat.
Untuk sekedar pegangan gangguan yang bagaimanakah yang dapat digugat lewat Pasal 1365
itu?
Unsure-unsur Hinder:
1. Pencabutan/onteigenning
Arrest Lentera (H.R. 19 maret 1904) sebuah kotapraja loosduinen membuat peraturan
yang mewajibkan para pemilik tanah yang membuat peraturan yang mewajibkan para
pemilik tanah yang letaknya di tepi jalan umum untuk menyetujui pemasangan tiang-
tiang lentera di dalam pekarangannya. Akibatnya ialah bahwa pemilik tanah itu
kehilangan semua kenikmatan atas sejengkal tanah di mana tiang-tiang lentera itu
didirikan.
Selain pembatasan tersebut di atas masih ada pembatasan lain di luar Pasal 570 B.W.
terhadap berlakunya hak milik yaitu:
1. Hukum tetangga; pasal 626, 628 KUHPerdata
Adanya kewajiban untuk menerima aliran air dari tanah yang lebih tinggi ke
tanah yang lebih rendah, jadi tidak boleh membendungnya/Pasal 626
KUHPerdata.
Adanya kewajiban untuk membiarkan pemilik pekarangan yang letaknya di
tengah-tengah untuk mengadakan jalan keluar menuju jalan besar dan lain-
lain.
Kasusnya:
Kasusnya:
Si Mr. menggugat ke pengadilan dan dikabulkan. Si Ir. Tidak puas, ia mendirikan menara
dengan tempat yang sama. Tujuannya hanya untuk mengganggu pemandangan rumah
tetangganya itu. Si Mr. menggugat lagi dan dikabulkan. Si Ir masih belum puas, kemudian ia
memasang pompa airnya dan digunakan. Si Mr menggugat lagi tapi kali ini tidak dikabulkan
karena bukan penyalahgunaan hak.
Jadi kalau begitu kriteria apa yang dipakai/yang harus dipenuhi supaya suatu perbuatan itu
dikatakan abus du droit?
1. Jurisprudensi
Sekalipun perbuatan itu masuk akal dan perbuatan itu tidak dimaksudkan untuk
merugikan orang lain tapi jika manfaat yang diperoleh oleh orang yang berbuat tidak
seimbang dengan kerugian yang diderita oleh orang lain menurutnya sudah abus du
droit
Asas yang dianut oleh KUHPerdata adalah asas accessie yang dapat kita lihat secara jelas
antara lain dalam Pasal 571 KUHPerdata yang berbunyi sebagai berikut
“Hak milik atas sebidang tanah mengandung didalamnya kepemilikan atas segala apa yandg
ada di atasnya dan didalam tanah” (ayat 1)
Hak milik dilindungi, beberapa gugat di antaranya yang diatur oleh UU adalah gugat
revindicatie, Pasal 574 KUHPerdata. Pasal tersebut menentukan bahwa tiap-tiap pemilik
suatu kebendaan berhak menuntut kepada siapapun juga yang menguasainya, akan
pengembalian kebendaan itu dalam keadaan beradanya.
Gugat ini dapat diajukan oleh pemilik kepada Hakim supaya bendanya disita/beslag. Oleh
karena itu beslagnya disebut beslag revindicator.
Gugat ini dapat terhadap benda bergerak maupun benda tidak bergerak hanya saja terhadap
benda bergerak terdesak oleh Pasal 1977 ayat 1 KUHPerdata
Menurut Jurisprudensi pemilik cukup mengemukakan bahwa benda yang diminta kembali itu
adalah hak miliknya dia tidak usah mengemukakan bagaimana caranya memperoleh hak
milik itu.
1. Pendakuan/pemilikan/pengambilan/accupation/toe eigening
Pendakuan adalah suatu cara untuk memperoleh hak eigendom atas benda bergerak
yang belum ada pemiliknya (res nullius), misalnya: mengail ikan di sungai,
mengambil sarang burung tawon di hutan, mengail ikan di laut dan lain-lain.
Occupation terdapat benda tak bergerak berlaku Pasal 520 KUHPerdata yang
menyatakan bahwa pekarangan dan kebendaan tak bergerak lainnya yang tak
terpelihara dan tiada pemiliknya, seperti kebendaan mereka yang meninggal dunia
tanpa ahli waris atau yang warisannya telah ditinggalkan adalah milik Negara.
2. Perlekatan/ikutan/accession/natreking
Perlekatan adalah cara memperoleh hak eigendom atas benda karena benda itu
mengikuti benda yang lain, misalnya kalau kita membeli tanah otomatis sudah
termasuk apa yang ada di atas dan dibawahnya. Dengan lain perkataan benda
pelengkap selalu mengikuti benda poko. Hal ini terdapat dalam BW, karena BW
menganut asas vertikal yang berbeda dengan Hukum Adat yang menganut asas
pemisahan secara horisontal.
3. Daluarsa/verjaring
Daluarsa adalah suatu cara untuk setelah lewatnya suatu waktu tertentu memperoleh
hak atau dibebaskan dari suatu ikatan atau hak, misalnya: bebas dari pembayaran
sesuatu hutang.
Jadi memperoleh hakmilik berdasarkan verjaring itu menimbulkan dua akibat yaitu:
Tujuan daluarsa adalah untuk menghilangkan keragu-raguan apakah orang itu sebagai
eigenaar atau bezitter.
Pewarisan adalah cara memperoleh hak eigendom dengan cara warisan baik menurut
UU ataupun menurut wasiat yang selanjutnya akan dibahas dalam Hukum Waris.
5. Penyerahan/levering/op-dracht/overdracht/trans/cessie/inbreng
Penyerahan adalah cara memperoleh hak eigendom dengan cara penyerahan suatu
benda oleh eigenaar atau atas namanya kepada orang lain sehingga orang lain itu
memperoleh hak eigendom atas benda itu.
Menurut B.W. setiap perbuatan hukum tanpa adanya penyerahan (belum adanya penyerahan)
belum dikatakan terjadi baru menimbulkan perjanjian obligatoir saja belum ada perjanjian
zakelijk. Seperti kita ketahui bahwa benda itu ada bermacam-macam ada yang berwujud dan
tidak berwujud ada juga benda bergerak dan tidak bergerak. Oleh karena itu leveringnya juga
berbeda-beda tergantung dari macam bendanya.
Untuk benda bergerak yang berwujud leveringnya dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
1. Penyerahan dari tangan ke tangan atau penyerahan secara nyata
2. Penyerahan secara simbolis
3. Penyerahan secara tradition brevu manu
4. Penyerahan secara constitutum posessorium
1. Piutang atas nama (op naam) dilakukan dnegan cessie yaitu dengan membuat akte
authentic atau akta di bawah tangan dalam mana dinyatakan bahwa piutang itu telah
dipindahkan kepada seseorang
1. Piutang atas bawah atau atas tunjuk (aan toonder), penyerahannya dilakukan dengan
penyerahan nyata
2. Piutang atas perintah (aan order) penyerahannya dilakukan dengan penyerahan dari
surat disertai dengan endossemen (ditulis di belakang surat itu bahwa piutang itu telah
dialihkan pada seseorang).
Dilakukan dnegan balik nama dengan pendaftaran dilaksanakan di tempat RVJ dan dihadapan
HAakim RVJ.
Harus ada ijin dari Menteri Kehakiman dan harus dikutip dalam register eigendom dan
didelegasikan kepada Jaksa Pengadilan Negeri (dulu).
Penyerahan benda tak bergerak diatur dalam S. 1834 No.27 yaitu dalam Overschrijving
Ordonantie.
Pada tahun 1947 pendaftarannya harus dilakukan dihadapan kepala Seksi pendaftaran Tanah
(Kadaster) diatur dalam UU No.53/1974.
Pada tahun 1954 dikeluarkan UU No.24, L. 1954 No. 78 yang mengatur tentang penyerahan
benda tak bergerak yaitu harus mendapat ijin dari Menteri Kehakiman yang dikuasakan
kepada Jaksa Pengadilan Negeri.
Sekarang setelah berlakunya UUPA No. 5 tahun 1960 perpindahan hak milik atas sebidang
tanah harus dilakukan dan dihadapkan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan didaftarkan
ke seksi Pendaftaran Tanah, diatur dalam PP No. 10 tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah
yang disempurnakan dengan PP No. 24/1977 tentangPendaftaran tanah.
Syarat-syarat Penyerahan
1. Harus ada perjanjian zakelijk yaitu perjanjian yang menyebabkan pindahnya hak-hak
kebendaan
2. Harus ada title atau alas hak atau alas perdata.
1. Teori casual
Menurut teori ini sahnya penyerahan tergantung pada alas hak jika alas haknya
sah maka penyerahannya sah dan sebaliknya. Jadi harus ada titel yang nyata
.Pengikutnya antara lain Diephuis, Scholten
2. Teori abstrak
Menurut teori ini penyerahan dan alas hak itu merupakan hal yang terpisah
satu sama lain. Untuk sahnya penyerahan tidak tergantung pada alas hak yang
nyata. Jika bisa terjadi bahwa penyerahan itu akan sah juga sekali pun titelnya
tidak sah tanpa title sekalipun.
Menurut pasal 584 KUHPerdata penyerahan itu harus memenuhi adanya titel tapi bisa nyata
atau titel tanggapan.
Oleh karena itu baik ajaran causal maupun ajaran abstrak untuk sahnya suatu penyerahan
memerlukan adanya titel hanya bedanya menurut ajaran causal titelnya harus nyata/riil
sedang dalam ajaran abstrak titelnya cukup dengan titel anggapan saja.
1. Harus dilakukan oleh orang yang wenang menguasai benda tadi. Syarat ini merupakan
pelaksanaan dari asas hukum yaitu asas nemoplus yang mengatakan bahwa seseorang
itu tidak dapat memperalihkan hak melebihi apa yang menjadi haknya. Lazimnya
yang wenang untuk menguasai benda itu adalahn pemiliknya atau kuasanya.
2. Harus ada penyerahan atau formalitas tertentu yaitu adanya penyerahan nyata dan
penyerahan yuridis, feitelijke dan jurische levering.
Untuk benda bergerak penyerahan nyata dan penyerahan juridis bersamaan terjadinya. Untuk
benda tak bergerak antara penyerahan nyata dengan penyerahan juridis tidak bersamaan.
Misalnya jual beli sebidang tanah penyerahan juridisnya terjadi pada waktu dibuatnya akte
perpindahan hak dihadapan PPAT sedang penyerahan nyatanya pada waktuakte tersebut
diserahkan kepada yang berhak.
Cara-cara memperoleh hak eigendom dalam Pasal 584 KUHPerdata itu bersifat limitative
atau terbatas terbukti dari kata-kata:
“hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain melainkan”
Hal ini tidak benar karena diluar Pasal tersebut masih ada cara lain untuk memperoleh hak
milik jadi tidak hanya lima cara saja seperti yang disebutkan
Bezitter yang beritikad baik dapat menjadi pemilik dari buah-buahan/hasil dari benda
yang dibezitnya.
Misalnya:
Seseorang mempunyai seekor sapi betina kemudian sapi itu melahirkan seekor
anak sapi maka anak sapi tersebut adalah milik dari pemilik tadi.
Seseorang mempunyai pohon kelapa dan berbuah maka buahnya itu adalah
milik yang punya pohon kelapa tadi.
Penguasa dapat memperoleh hak milik dengan jalan pencabutan hak tapi harus
memenuhi syarat-syarat berikut:
Suami atau istri dapat memperoleh hak milik karena adanya percampuran harta
kekayaan apabila mereka mengadakan suatu perkawinan. Menurut KUHPerdata
dengan adanya perkawinan maka secara otomatis kekayaan menjadi
bersatu/bercampur antara harta si suami dan harta istri kecuali kalau ada perjanjian
perkawinan.
Jika ada pembubaran sebuah badan hukum maka anggota badan hukum yang masih
ada dapat memperoleh harta kekayaan dari badan hukum tersebut. Misalnya sebuah
PT di mana kekayaannya terpisah antara kekayaan pribadi dengan kekayaan PT
tersebut. Apabila terjadi pembubaran maka kekayaan PT tersebut menjadi hal milik
dari para anggota yangmasih ada.
Hak milik selain dipunyai oleh perseorangan dapat juga dimiliki oleh lebih dari seorang yang
disebut dengan medeeigendom yang diatur dalam Pasal 573 KUHPerdata.
1. Jika para pemilik dari benda tersebut dapat meminta pemisahan bagian
terhadap benda bersama itu.
2. Karena mereka masing-masing mempunyai bagian yang merupakan obyek
harta kekayaan yang berdiri sendiri mereka mempunyuai kewenangan untuk
meguasai bagiannya itu dan berbuat apa saja terhadap bendanya tanpa
diperlukan ijin dari yang lainnya.
3. Tiap-tiap medeeigenaar mempunyai bagian dalam hak milik itu misalnya:
separoh atas milik bersama.
1. Hak milik bersama yang terikat (gebon medeeigendom) yaitu:
Dalam medeeigendom terikat timbul karena adanya beberapa orang secara bersama-
sama menjadi pemilik atas suatu benda itu akibat dari adanya hubungan yang sudah
ada lebih dulu antara para pemiliknya itu. Misalnya adanya harta bersama suami istri
karena perkawinan terlebih dahulu harta peninggalan karena adanya yang meninggal
dunia.
1. Karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk
memperoleh hak milik di atas
2. Karena binasanya benda
3. Karena eigenaar melepaskan benda tersebut
Melepaskan dalam hal ini adalah dengan maksud untuk melepaskan hak milik. Jadi
bukan karena kehilangan atau terpaksa melemparkan benda tersebut ke laut karena
keadaan darurat dan lain-lain.
Dalam hal yang demikian hak pemiliknya tetap ada pada pemilik semula.