Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan yang tepat bagi bayi dan anak usia dini adalah Air Susu Ibu (ASI)

eksklusifyakni pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan yang diberikan

sesering mungkin. ASI juga merupakan susu terbaik karena mengandung nutrisi yang

seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi. Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi

juga diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Organisasi Kesehatan Dunia atau World

Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI

eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah satu alasannya karena ASI

mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna dan ini juga sesuai dengan Resolusi World

Health Assembly(WHA 2001).

Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan

kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan indonesia yang lebih baik,

upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting

sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan

hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal

kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia dibawah lima tahun

(Maryunani, 2010 : 1)

Menurut Maryunani (2010 : 2) Kelangsungan hidup anak ditunjukan dengan Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL), angka kematian bayi
dan balita Indonesia adalah yang tertinggi di negara ASEAN lainnya. Penyebab kematian

anak terbanyak saaat ini masih diakibatkan oleh diare.

Menurut Ngastiyah yang dikutip dalam (Maryumi, 2010 : 21) Diare adalah keadaan

frekuensi buang air besar dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi

feses encer dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.

Sedangkan di Negara-negara sedang berkembang diare merupakan penyakit endemis dan

terutama pada anak-anak balita frekuensi serta angka kematiannya tinggi sekali.

Menurut Solaiman yang dikutip dalam (Maryumi, 2010 : 20) Angka kematian akibat

diare di Indonesia masi sekitar 7,4%, sedangkan anggka kematian akibat diare persisten lebih

tinggi yaitu 45%. Sementara itu pada survey morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun

2001, menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah sekitar 200-374 per 1000

penduduk. Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 per penduduk,

dimana 60-70% diantaranya anak-anak usia dibawah 5 tahun.

Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara-negara yang sedang

berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka

tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI.

Hal ini disebabkan karena dalam ASI terdapat zat imun yang terletak pada immunoglobulin,

sekretori dan laktoferi. Zat imun tersebut bersi dan bebas kontaminasi, mmunoglobulin yang

berfungsi sebagai pencegah terjangkitnya penyakit pada bayi, zat sekretori berguna untuk

melumpuhkan bakteri pathogen e-coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan (Nirwana,

2014 : 125).
Susu formula bayi dimaksudkan sebagai pengganti ASI bila ibu tidak menyusui.

Nutrisi yang baik semasa hamil sangat penting sebagai persiapan dan perawatan menyusui.

Memberikan susu-formula secara parsial dapat berpengaruh negatif pada pemberian ASI, dan

mengubah keputusan untuk tidak menyusui sulit dilakukan. Saran para ahli kesehatan harus

diikuti dalam pemberian makanan bayi. Susu formula bayi harus disiapkan dan digunakan

sesuai petunjuk. Penggunaan susu formula bayi secara tidak benar atau tidak tepat dapat

menimbulkan bahaya kesehatan terutama terserang diare. Ganguan diare 3 sampai 5 kali

lebih sering dijumpai pada bayi yang diberi susu formula (Nirwana, 2014 : 130)

Susu formula adalah produk yang berasal dari susu sapi atau hewan lainnya dan atau

dari bahan lainnya yang telah terbukti cocok untuk makanan bayi. Susu formula sebaiknya

dikomsumsi oleh anak berusia 1 tahun ke atas. Susu formula boleh dikomsumsi oleh bayi di

bawah satu tahun hanya dalam kondisi tertentu saja. Ada beberapa resiko yang diakibatkan

dari mengkonsumsi susu formula pada bayi yaitu, pelarut yang tidak tepat, apabila terlalu

encer berisiko gizi kurang dan apabila terlalu kental dapat menyebabkan dehidrasi dan

membebani ginjal bayi. Susu formula juga mudah terkontaminasi.

Tidak disangsikan lagi Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan terbaik untuk bayi

merupakan pemberian Allah SWT yang tidak akan dapat ditiru oleh para ahli di bidang

makanan bayi dimanapun. ASI mengandung nutrient (zat gizi) yang cukup dan bernilai

biologi tinggi. Disamping itu juga mengandung zat kekebalan (imunologi) yang sangat

dibutuhkan bayi untuk melawan beberapa penyakit.

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk

kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan
kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara

aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan

yang untuh terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga menstimuli perkembangan yang memadai

dari sistem imunology bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat

oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen anti inflamasi, yang

fungsinya belum banyak yang diketahui.

Bayi yang dirawat di puskesmas karena diare telah dipelajari untuk mengidentifikasi

dan mengetahui sebab terjadinya dari susu formula, rata-rata ibu yang tidak menyusui

bayinya secara langung disebabkan oleh beberapa hal antara lain ASI tidak keluar atau

memang ibu sedang sakit sehingga tidak bisa menyusui bayinya atau ASI tidak cukup untuk

kebutuhan bayi.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian mengenai Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare

Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2013.

B. Masalah Penelitian
Dari data yang terurai diatas, didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

bagaimana hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak usia 0 – 6 bulan

di di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

C. Pertayaan penelitian

Adakah hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak usia 0 – 6

bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015 ?

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Adakah hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak

usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare kepada

anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

b. Diketahuinya pemberian susu formula termasuk jenis susu formula dan cara

pemberian susu formula terhadap kejadian diare kepada anak usia 0-6 bulan di

Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

c. Diketahuinya Cara pemberian susu formula adalah cara penyiapan dan pemberian

yang sesuai dengan petunjuk dalam kemasan susu formula terhadap kejadian

diare kepada anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun

2015.
d. Diketahui Jenis pemberian susu formula adalah ketepatan jenis susu formula

terhadap kejadian diare kepada anak usia 0-6 bulan yang diberikan di Puskesmas

Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, informasi dan umpan balik bagi

proses pembelajaran pemberian susu formula terhadap anak usia 0 – 6 bulan dan

memberikan sumbangan pemikiran terhadap penelitian dimasa yang akan datang serta

menambah bahan perpustakaan di institusi Pendidikan STIK Siti Khadijah Palembang.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukkan atau saran bagi petugas kesehatan,

dalam rangka mensosialisasikan tentang dampak pemberian susu formula dengan kejadian

diare pada bayi usia 0-6 bulan dan pentingnya ASI ekslusif.

3. Bagi Penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan di

institusi, selain itu juga dapat menambah wawasan penelitian khususnya mengenai

pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare

pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015. dimana

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian susu formula kepada bayi usia
0-6 bulan, pemberian susu formula termasuk jenis susu formula dan cara pemberian susu

formula pada bayi usia 0-6 bulan. Cara pemberian susu formula adalah cara penyiapan dan

pemberian yang sesuai dengan petunjuk dalam kemasan susu formula. Jenis pemberian susu

formula adalah ketepatan jenis susu formula yang diberikan, sedangkan variabel dependen

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Subjek penelitian adalah keseluruhan ibu-ibu yang

memiliki bayi usia 0-6 bulan, penelitian dilakukan pada pertengahan bulan Mei 2015 di

Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015 yang dibatasi dengan kriteria inklusi dan

ekslusi. Kriteria inklusi bayi yang telah diberikan susu formula sedangkan kriteria ekslusi

bayi yang ibu/pengasuhnya tidak bersedia menjadi responden. Sampel dalam penelitian ini

adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Sembawa

Banyu Asin. Responden adalah ibu/pengasuh yang paling sering berperan mengasuh bayi

sebanyak 90 responden. Desain penelitian yang digunakan yaitu survey analitik dengan

menggunakan teknik cross sectional dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Dalam

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling. Penelitian

ini menggunakan instrumen kuesioner Data dianalisis statistik dengan menggunakan uji Chi-

Square dan Fisher Exact (CI= 95%, α =0,05).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

1. Pengertian Diare

Menurut Maryuni (2010 : 21) Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari,

kadang-kadang disertai darah dan lendir.

Adapun menurut Astari (2013) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang

tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume,

keenceran dan frekuensi, dengan atau tanpa lendir darah lebih dari 3 kali/hari dan pada

neonates lebih dari 4 kali/hari.5,6 Diare termasuk penyakit berbahaya karena dapat

mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab

utama kematian karena diare adalah dehidrasi.

2. Jenis- jenis Diare

Menurut Maryanti (2011 : 101) ada 3 jenis diare yaitu :

a. Diare akut : dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihatnya dara dan

berahir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari 17 hari.

b. Diare dengan terlihat darah dalam tinja, keluar tinja sedikit-sedikit dan sering.

c. Diare persisten : diare yang berahir 14 hari atau lebih.

Adapun indikator dalam kejala diare pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan bagaimana

pengetahuan, sikap dan perilaku orang ibu terhadap pencegahan diare terhadap anaknya.
3. Susu Formula

Susu formula merupakan susu buatan pabrik yang telah diformulasi menyerupai ASI,

walau ASI tetap yang terbaik. Susu formula dibuat sesuai golongan usia bayi, mulai dari bayi

yang baru lahir (new born) usia 0-6 bulan, 6-12 bulan, dan usia batita 1-3 tahun, usia

prasekolah 3-5 tahun, serta usia sekolah lima tahun ke atas (Sutomo dkk, 2010).

Menurut Notoatmodjo (2010 : 56), penggolongan formula bayi menurut European

Society for Paediatric Gasctroentlerdogy and Nutrition (ESPGAN) adalah :

a. Formula awal (starting formula), yang di bagi dalam Formula awal adaptasi

(adapted formula) dan Formula awal lengkap (complete starting formula).

b. Formula Lanjutan (follow-up formula).

Menurut Nirwana (2014 : 02) Syarat Susu yang baik Apabila susu sudah terkena

udara, susu tidak bisa dijamin kesterilannya adapun susu yang baik meliputi banyak faktor

diantaranya adalah warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih dan tingkat

keasaman.

4. Kandungan nutrisi dalam susu formula

Menurut Nirwana (2014 : 09) Susu formula yang tersaji dihadapan kita saat ini adalah

susu formula dengan nutrisi yang diserupakan dengan kandungan Air Susu Ibu (ASI), adapun

nutri yang terkandung yang terdapat dalam susu formula seperti kalsium, aa dan dha,

prebiotik, laktosa, sukrosa, kolin, omega 3, omega 6, omega 9, fos dan gos dan lain-lain.

Adapun indikator dalam variabel ini adalah pengetahuan, sikap dan keterpaparan

iklan susu formula.

B. Teori Penyebab
1. Penyebab Diare

Menurut Maryanti (2011 : 102) Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut

diantaranyan :

a. Faktor Infeksi

1) Infeksi internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak seperti infeksi bakteri, infeksi virus, dan

infeksi parasit

2) Infeksi parenteral merupakan infeksi diluar saluran pencernaan makanan,

seperti : Otitis Media Akut (OMA), Bronkopneumonia, Tonsilitis, Ensefalitis.

Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida, monosakarida, pada bayi dan anak-

anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

2) Malabsorbsi lemak.

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor Makanan seperti : Makanan basi, susu formula, alergi terhadap makanan

dan lain-lain.

d. Faktor Psikologis seperti : rasa takut dan cemas walupun jarang dapat

menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih bersar

2. Pengobatan diare
Menurut Rukiyah & Lia (2013 : 153) pengobatan diare dapat dilakukan dengan cara

pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat), dietetik (pemberian makannan, obat-obatan,

sering tidak diperlukan antibiotik, saat ini lebih disarankan terutama pemberian zat probiotik

dan zink.

3. Susu Formula

Tidak dapat dipungkiri lagi begitu banyak merk brand susu yang ada di Indonesia

mengatakan susu brand miliknya merupakan susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak.

Tetapi pada kenyataanya dan faktanya merk susu yang ada di Indonesia memiliki komposisi

yang kurang untuk dikatakan susu yang baik untuk tumbuh kembang anak , jadi untuk para

orang tua bersikaplah bijak dalam memilih susu untuk tumbuh kembang anak, (Nirwana,

2014 : 86).

Ingat, susu formula hanya sebagai pendamping bukan susu untama bagi anak kita.

Susu utama untuk anak kita adalah air susu ibu (ASI), pilihlah susu formula yang cocok, dan

jangan tergoda dengan embel-embel terlengkap dalam komposisi susu, pahami bahwa dalam

reaksi bayi terhadap susu berbeda-beda, jangan lantas mengganti susu formula si kecil hanya

karena melihat anak teman kita lebih bagus pertumbuhannya, (Nirwana, 2014 : 87)

4. Penelitian Terkait sebelumnya


Adapun sebagai perbandingan penelitian ini penulis membandingkan dengan

penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut :

Hasil penelitian Astari (2013) menunjukkan Hubungan pemberian susu formula, jenis

susu formula dan cara pemberian susu formula pada anak 0 – 6 bulan dengan kejadian diare

Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pemberian susu formula dengan kejadian

diare (p value = 0,000 OR 14,114 CI = 2,969 - 66,428).

Hasil analisis untuk jenis susu formula menunjukkan tidak ada hubungan dengan

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan hasil statistik terdapat hubungan

bermakna antara cara penyajian susu formula dengan kejadian diare (p value = 0,040 OR

4,143 dan CI = 1,211- 8,844).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kalay menunjukkan bahwa yang

memiliki tindakan tidak baik dalam pemberian susu formula sebanyak 62,5% dalam

pemberian susu formula, sedangkan persentase kejadian diare dalam tiga bulan terakhir pada

bayi usia 0-6 bulan yaitu sebesar 41,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi

usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado (p = 0,392). ¶

httpfkm.unsrat.ac.idwp-contentuploads201210Hertina-Kalay.pdf pada tanggal 04 Mei 2015

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Rizky Alhuda Rachman, Irawan Anasta

Putra, dan Benhard Asianto Purba (2013) menyatakan Setelah diuji secara statistik dengan

Chi Squere diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara pemberian susu formula dengan

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013.

Dari hasil perhitungan PR = 6.250( Confidence Interval (CI) 95% = 3.315 – 11.785 ) dapat

diartikan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki risiko 6,250 kali terkena diare

dari pada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

bayi dengan susu formula sebanyak 48 orang (36%). Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan

bayi yang ASI eksklusif yaitu sebanyak 75 orang (61%).


BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Menurut Sekaran yang dikutip dalam Hidayat (2014 : 41) kerangka konsep merupakan

model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau

menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah,

singkatnya, konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu

untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti.

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya,

variabel dibedakan menjadi 2, yaitu variabel dependen (variabel terikat / akibat / terpengaruh)

dan variabel independen (variabel bebas / sebab / mempengaruhi). Sehubungan dengan hal

tersebut, maka perlu diteliti Hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi

diare pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan sehingga dapat disusun kerangka konsep penetian

ini secara sistematis sebagai berikut.

3.1 Skema Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Susu Formula Kejadian Diare Pada


Indikator : Bayi Usia 0-6 Bulan.
1. pengetahuan Indikator :
2. sikap 1. Pengetahuan
3. keterpaparan iklan susu formula. 2. Sikap
3. perilaku
B. Definisi Operasional

1. Variabel independen

No. Variabel Pengertian Indikator Cara ukur Alat ukur Skala ukur
Susu Formula Pengetahuan ibu Wawancara kuesioner ordinal
1
tentang susu formula terpimpin
Sikap ibu terhadap Wawancara kuesioner ordinal
2 Susu Formula pemberian susu terpimpin
formula
keterpaparan iklan Wawancara kuesioner ordinal
Susu Formula susu formula terpimpin
3
terhadap orang ibu
bayi

2. Variabel dependen

No. Variabel Indikator Cara ukur Alat ukur Skala ukur


Kejadian diare Pengetahuan ibu Wawancara kuesioner ordinal
1 pada bayi usia 0- tentang diare terpimpin
6 bulan
Kejadian diare Sikap ibu apabila Wawancara kuesioner ordinal
2 pada bayi usia 0- anaknya terkena terpimpin
6 bulan diare
Kejadian diare Perilaku ibu dalam Wawancara kuesioner ordinal
pada bayi usia 0- menanggani terpimpin
3 6 bulan anaknya terkena
diare

C. HIPOTESIS

Ha : ada hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare pada bayi

dengan usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.

Ho : tidak ada hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare pada

bayi dengan usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei analitik. Penelitian

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015. Pengumpulan data

dilakukan pada bulan februari 2013, dengan meggunakan kuesioner.

B. Populasi, Sampel dan rumus penentuan sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Sembawa Banyu Asin. Pada penelitian ini, digunakan tehnik total sampling yang berarti

seluruh populasi bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas kenali Besar. Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar

dan orang tua yang mau diwawancarai. Sedangkan kriteria eksklusi adalah bayi yang tidak

mengkonsumsi susu atau hanya mengkonsumsi air teh, atau air beras (tajin), bayi yang

mengkonsumsi susu formula dan ASI, dan bayi dengan penyakit berat dan komplikasi,

misalnya: TBC, pneumonia, mengalami kelainan kongenital, dalam keadaan gizi buruk dan

sebagainya. Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan kusioner dan pada

kuesioner penelitian ini terdapat 24 pertanyaan. Sebelum instrumen penelitian digunakan,

dilakukan uji coba terhadap 25 orang responden yang tidak menjadi subyek penelitian.

Dimana sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama
dengan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil adalah bayi usia 0-6 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin.

2. Sample Penelitian

Berdasarkan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan

kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin

tahun 2015, didapatkan dari 123 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang

mendapakan susu formula sebanyak 48 orang (39%) sedangkan yang mendapatkan ASI

eksklusif sebanyak 75 orang (61%). Bayi yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%)

sedangkan bayi yang pernah mengalami diare 45 orang (36,6%).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di rekam medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

terletak di Jl. Demang Lebar Daun,Pakjo Palembang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Menurut Hidayat (2014 : 90) merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang

akan dilakukan dalam meneliti yang terdiri dari :


a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewancarai

langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara

langsung.

b. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

lansung kepada responden penelitiaan untuk mencari perubahan atau hal-hal yang

akan diteliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data

yang bersal dari dokumen asli, seperti gambaran tabel atau daktar periksa pasien.

d. Angket atau Questionnaire

Angket merupakn cara pengumpulan data berupa angket atau kuesioner denga

beberapa pertayaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan

dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat

rahasia.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Hidayat(2014 : 92) dalam menyusun instrumen atau alat ukur penelitian,

peneliti hendaknya memahami dan jenis instrumen yang akan digunakan apakah akan

menggunakan angket, daftar pemeriksa, lembar observasi, atau instrumen lainnya. Adapun

penelitian menggunakan angket dan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

ordinal. Skala ordinal merupakan skala yang berjenjang atau tingkatan, seperti kurang,
cukup, baik, tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, rendah, sedang, tinggi, miskin, sederhana dan

lain-lain.

E. Teknik pengolahan data dan analisa data

1. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2010 : 75). Data diolah dengan menggunakan program

komputer, dengan tahapan pengolahan data sebagai berikut :

1. Editing

Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isian formulir atau kuesioner tersebut.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data atau angka bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry).

3. Memasukkan Data ( Data Entry ) atau Processing

Setelah semua isian check list terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan data) dari check

list ke program computer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)


Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

F. Tekhnik Analisis Data

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

univariatyang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian untuk mengetahui

distribusi frekuensi dari pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam menanggani anaknya

yang terkena diare terhadap anaknya yang dianalisis dengan tabel frekuensi.

Anda mungkin juga menyukai