PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan yang tepat bagi bayi dan anak usia dini adalah Air Susu Ibu (ASI)
eksklusifyakni pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan yang diberikan
sesering mungkin. ASI juga merupakan susu terbaik karena mengandung nutrisi yang
seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi. Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi
juga diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Organisasi Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI
eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah satu alasannya karena ASI
mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna dan ini juga sesuai dengan Resolusi World
kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan indonesia yang lebih baik,
upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan penting
sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. Kelangsungan
hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal-awal
kehidupannya, yaitu tidak sampai mencapai usia satu tahun atau usia dibawah lima tahun
(Maryunani, 2010 : 1)
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL), angka kematian bayi
dan balita Indonesia adalah yang tertinggi di negara ASEAN lainnya. Penyebab kematian
Menurut Ngastiyah yang dikutip dalam (Maryumi, 2010 : 21) Diare adalah keadaan
frekuensi buang air besar dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi
feses encer dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja.
terutama pada anak-anak balita frekuensi serta angka kematiannya tinggi sekali.
Menurut Solaiman yang dikutip dalam (Maryumi, 2010 : 20) Angka kematian akibat
diare di Indonesia masi sekitar 7,4%, sedangkan anggka kematian akibat diare persisten lebih
tinggi yaitu 45%. Sementara itu pada survey morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun
2001, menemukan angka kejadian diare di Indonesia adalah sekitar 200-374 per 1000
penduduk. Insiden penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 per penduduk,
Angka kejadian dan kematian diare pada anak-anak di negara-negara yang sedang
berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang mendapat susu formula, angka
tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI.
Hal ini disebabkan karena dalam ASI terdapat zat imun yang terletak pada immunoglobulin,
sekretori dan laktoferi. Zat imun tersebut bersi dan bebas kontaminasi, mmunoglobulin yang
berfungsi sebagai pencegah terjangkitnya penyakit pada bayi, zat sekretori berguna untuk
melumpuhkan bakteri pathogen e-coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan (Nirwana,
2014 : 125).
Susu formula bayi dimaksudkan sebagai pengganti ASI bila ibu tidak menyusui.
Nutrisi yang baik semasa hamil sangat penting sebagai persiapan dan perawatan menyusui.
Memberikan susu-formula secara parsial dapat berpengaruh negatif pada pemberian ASI, dan
mengubah keputusan untuk tidak menyusui sulit dilakukan. Saran para ahli kesehatan harus
diikuti dalam pemberian makanan bayi. Susu formula bayi harus disiapkan dan digunakan
sesuai petunjuk. Penggunaan susu formula bayi secara tidak benar atau tidak tepat dapat
menimbulkan bahaya kesehatan terutama terserang diare. Ganguan diare 3 sampai 5 kali
lebih sering dijumpai pada bayi yang diberi susu formula (Nirwana, 2014 : 130)
Susu formula adalah produk yang berasal dari susu sapi atau hewan lainnya dan atau
dari bahan lainnya yang telah terbukti cocok untuk makanan bayi. Susu formula sebaiknya
dikomsumsi oleh anak berusia 1 tahun ke atas. Susu formula boleh dikomsumsi oleh bayi di
bawah satu tahun hanya dalam kondisi tertentu saja. Ada beberapa resiko yang diakibatkan
dari mengkonsumsi susu formula pada bayi yaitu, pelarut yang tidak tepat, apabila terlalu
encer berisiko gizi kurang dan apabila terlalu kental dapat menyebabkan dehidrasi dan
Tidak disangsikan lagi Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan terbaik untuk bayi
merupakan pemberian Allah SWT yang tidak akan dapat ditiru oleh para ahli di bidang
makanan bayi dimanapun. ASI mengandung nutrient (zat gizi) yang cukup dan bernilai
biologi tinggi. Disamping itu juga mengandung zat kekebalan (imunologi) yang sangat
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan
kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara
aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan
yang untuh terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga menstimuli perkembangan yang memadai
dari sistem imunology bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat
oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen anti inflamasi, yang
Bayi yang dirawat di puskesmas karena diare telah dipelajari untuk mengidentifikasi
dan mengetahui sebab terjadinya dari susu formula, rata-rata ibu yang tidak menyusui
bayinya secara langung disebabkan oleh beberapa hal antara lain ASI tidak keluar atau
memang ibu sedang sakit sehingga tidak bisa menyusui bayinya atau ASI tidak cukup untuk
kebutuhan bayi.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis termotivasi untuk
melakukan penelitian mengenai Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare
Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2013.
B. Masalah Penelitian
Dari data yang terurai diatas, didapatkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak usia 0 – 6 bulan
C. Pertayaan penelitian
Adakah hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak usia 0 – 6
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Adakah hubungan pemberian susu formula terhadap kejadian diare anak
2. Tujuan Khusus
anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.
b. Diketahuinya pemberian susu formula termasuk jenis susu formula dan cara
pemberian susu formula terhadap kejadian diare kepada anak usia 0-6 bulan di
c. Diketahuinya Cara pemberian susu formula adalah cara penyiapan dan pemberian
yang sesuai dengan petunjuk dalam kemasan susu formula terhadap kejadian
diare kepada anak usia 0-6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun
2015.
d. Diketahui Jenis pemberian susu formula adalah ketepatan jenis susu formula
terhadap kejadian diare kepada anak usia 0-6 bulan yang diberikan di Puskesmas
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan, informasi dan umpan balik bagi
proses pembelajaran pemberian susu formula terhadap anak usia 0 – 6 bulan dan
memberikan sumbangan pemikiran terhadap penelitian dimasa yang akan datang serta
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadikan masukkan atau saran bagi petugas kesehatan,
dalam rangka mensosialisasikan tentang dampak pemberian susu formula dengan kejadian
diare pada bayi usia 0-6 bulan dan pentingnya ASI ekslusif.
3. Bagi Penelitian
Hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai penerapan ilmu yang telah didapatkan di
institusi, selain itu juga dapat menambah wawasan penelitian khususnya mengenai
pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Penelitian tentang hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare
pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015. dimana
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian susu formula kepada bayi usia
0-6 bulan, pemberian susu formula termasuk jenis susu formula dan cara pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan. Cara pemberian susu formula adalah cara penyiapan dan
pemberian yang sesuai dengan petunjuk dalam kemasan susu formula. Jenis pemberian susu
formula adalah ketepatan jenis susu formula yang diberikan, sedangkan variabel dependen
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Subjek penelitian adalah keseluruhan ibu-ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan, penelitian dilakukan pada pertengahan bulan Mei 2015 di
Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015 yang dibatasi dengan kriteria inklusi dan
ekslusi. Kriteria inklusi bayi yang telah diberikan susu formula sedangkan kriteria ekslusi
bayi yang ibu/pengasuhnya tidak bersedia menjadi responden. Sampel dalam penelitian ini
adalah bayi yang berusia 0-6 bulan yang berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Sembawa
Banyu Asin. Responden adalah ibu/pengasuh yang paling sering berperan mengasuh bayi
sebanyak 90 responden. Desain penelitian yang digunakan yaitu survey analitik dengan
menggunakan teknik cross sectional dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Dalam
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling. Penelitian
ini menggunakan instrumen kuesioner Data dianalisis statistik dengan menggunakan uji Chi-
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Pengertian Diare
Menurut Maryuni (2010 : 21) Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari,
Adapun menurut Astari (2013) diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume,
keenceran dan frekuensi, dengan atau tanpa lendir darah lebih dari 3 kali/hari dan pada
neonates lebih dari 4 kali/hari.5,6 Diare termasuk penyakit berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Penyebab
a. Diare akut : dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihatnya dara dan
b. Diare dengan terlihat darah dalam tinja, keluar tinja sedikit-sedikit dan sering.
Adapun indikator dalam kejala diare pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan bagaimana
pengetahuan, sikap dan perilaku orang ibu terhadap pencegahan diare terhadap anaknya.
3. Susu Formula
Susu formula merupakan susu buatan pabrik yang telah diformulasi menyerupai ASI,
walau ASI tetap yang terbaik. Susu formula dibuat sesuai golongan usia bayi, mulai dari bayi
yang baru lahir (new born) usia 0-6 bulan, 6-12 bulan, dan usia batita 1-3 tahun, usia
prasekolah 3-5 tahun, serta usia sekolah lima tahun ke atas (Sutomo dkk, 2010).
a. Formula awal (starting formula), yang di bagi dalam Formula awal adaptasi
Menurut Nirwana (2014 : 02) Syarat Susu yang baik Apabila susu sudah terkena
udara, susu tidak bisa dijamin kesterilannya adapun susu yang baik meliputi banyak faktor
diantaranya adalah warna, rasa, bau, berat jenis, kekentalan, titik beku, titik didih dan tingkat
keasaman.
Menurut Nirwana (2014 : 09) Susu formula yang tersaji dihadapan kita saat ini adalah
susu formula dengan nutrisi yang diserupakan dengan kandungan Air Susu Ibu (ASI), adapun
nutri yang terkandung yang terdapat dalam susu formula seperti kalsium, aa dan dha,
prebiotik, laktosa, sukrosa, kolin, omega 3, omega 6, omega 9, fos dan gos dan lain-lain.
Adapun indikator dalam variabel ini adalah pengetahuan, sikap dan keterpaparan
B. Teori Penyebab
1. Penyebab Diare
Menurut Maryanti (2011 : 102) Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut
diantaranyan :
a. Faktor Infeksi
penyebab utama diare pada anak seperti infeksi bakteri, infeksi virus, dan
infeksi parasit
Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia dibawah 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor Makanan seperti : Makanan basi, susu formula, alergi terhadap makanan
dan lain-lain.
d. Faktor Psikologis seperti : rasa takut dan cemas walupun jarang dapat
2. Pengobatan diare
Menurut Rukiyah & Lia (2013 : 153) pengobatan diare dapat dilakukan dengan cara
pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat), dietetik (pemberian makannan, obat-obatan,
sering tidak diperlukan antibiotik, saat ini lebih disarankan terutama pemberian zat probiotik
dan zink.
3. Susu Formula
Tidak dapat dipungkiri lagi begitu banyak merk brand susu yang ada di Indonesia
mengatakan susu brand miliknya merupakan susu yang terbaik untuk tumbuh kembang anak.
Tetapi pada kenyataanya dan faktanya merk susu yang ada di Indonesia memiliki komposisi
yang kurang untuk dikatakan susu yang baik untuk tumbuh kembang anak , jadi untuk para
orang tua bersikaplah bijak dalam memilih susu untuk tumbuh kembang anak, (Nirwana,
2014 : 86).
Ingat, susu formula hanya sebagai pendamping bukan susu untama bagi anak kita.
Susu utama untuk anak kita adalah air susu ibu (ASI), pilihlah susu formula yang cocok, dan
jangan tergoda dengan embel-embel terlengkap dalam komposisi susu, pahami bahwa dalam
reaksi bayi terhadap susu berbeda-beda, jangan lantas mengganti susu formula si kecil hanya
karena melihat anak teman kita lebih bagus pertumbuhannya, (Nirwana, 2014 : 87)
Hasil penelitian Astari (2013) menunjukkan Hubungan pemberian susu formula, jenis
susu formula dan cara pemberian susu formula pada anak 0 – 6 bulan dengan kejadian diare
Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara pemberian susu formula dengan kejadian
Hasil analisis untuk jenis susu formula menunjukkan tidak ada hubungan dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan hasil statistik terdapat hubungan
bermakna antara cara penyajian susu formula dengan kejadian diare (p value = 0,040 OR
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kalay menunjukkan bahwa yang
memiliki tindakan tidak baik dalam pemberian susu formula sebanyak 62,5% dalam
pemberian susu formula, sedangkan persentase kejadian diare dalam tiga bulan terakhir pada
bayi usia 0-6 bulan yaitu sebesar 41,6%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara tindakan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi
usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado (p = 0,392). ¶
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Rizky Alhuda Rachman, Irawan Anasta
Putra, dan Benhard Asianto Purba (2013) menyatakan Setelah diuji secara statistik dengan
Chi Squere diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara pemberian susu formula dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013.
Dari hasil perhitungan PR = 6.250( Confidence Interval (CI) 95% = 3.315 – 11.785 ) dapat
diartikan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki risiko 6,250 kali terkena diare
dari pada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
bayi dengan susu formula sebanyak 48 orang (36%). Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan
A. Kerangka Konsep
Menurut Sekaran yang dikutip dalam Hidayat (2014 : 41) kerangka konsep merupakan
model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau
menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah,
singkatnya, konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu
untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti.
variabel dibedakan menjadi 2, yaitu variabel dependen (variabel terikat / akibat / terpengaruh)
dan variabel independen (variabel bebas / sebab / mempengaruhi). Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu diteliti Hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi
diare pada bayi dengan usia 0 – 6 bulan sehingga dapat disusun kerangka konsep penetian
1. Variabel independen
No. Variabel Pengertian Indikator Cara ukur Alat ukur Skala ukur
Susu Formula Pengetahuan ibu Wawancara kuesioner ordinal
1
tentang susu formula terpimpin
Sikap ibu terhadap Wawancara kuesioner ordinal
2 Susu Formula pemberian susu terpimpin
formula
keterpaparan iklan Wawancara kuesioner ordinal
Susu Formula susu formula terpimpin
3
terhadap orang ibu
bayi
2. Variabel dependen
C. HIPOTESIS
Ha : ada hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare pada bayi
Ho : tidak ada hubungan antara pemberian susu formula terhadap insidensi diare pada
bayi dengan usia 0 – 6 bulan di Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin Tahun 2015. Pengumpulan data
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sembawa Banyu Asin. Pada penelitian ini, digunakan tehnik total sampling yang berarti
seluruh populasi bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas kenali Besar. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar
dan orang tua yang mau diwawancarai. Sedangkan kriteria eksklusi adalah bayi yang tidak
mengkonsumsi susu atau hanya mengkonsumsi air teh, atau air beras (tajin), bayi yang
mengkonsumsi susu formula dan ASI, dan bayi dengan penyakit berat dan komplikasi,
misalnya: TBC, pneumonia, mengalami kelainan kongenital, dalam keadaan gizi buruk dan
sebagainya. Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan kusioner dan pada
dilakukan uji coba terhadap 25 orang responden yang tidak menjadi subyek penelitian.
Dimana sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama
dengan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil adalah bayi usia 0-6 bulan di
2. Sample Penelitian
kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sembawa Banyu Asin
tahun 2015, didapatkan dari 123 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang
mendapakan susu formula sebanyak 48 orang (39%) sedangkan yang mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 75 orang (61%). Bayi yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%)
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rekam medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
2. Waktu Penelitian
Menurut Hidayat (2014 : 90) merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang
langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara
langsung.
b. Observasi (pengamatan)
lansung kepada responden penelitiaan untuk mencari perubahan atau hal-hal yang
akan diteliti.
c. Dokumentasi
yang bersal dari dokumen asli, seperti gambaran tabel atau daktar periksa pasien.
Angket merupakn cara pengumpulan data berupa angket atau kuesioner denga
beberapa pertayaan. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan
dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang bersifat
rahasia.
Menurut Hidayat(2014 : 92) dalam menyusun instrumen atau alat ukur penelitian,
peneliti hendaknya memahami dan jenis instrumen yang akan digunakan apakah akan
menggunakan angket, daftar pemeriksa, lembar observasi, atau instrumen lainnya. Adapun
penelitian menggunakan angket dan skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
ordinal. Skala ordinal merupakan skala yang berjenjang atau tingkatan, seperti kurang,
cukup, baik, tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, rendah, sedang, tinggi, miskin, sederhana dan
lain-lain.
1. Pengolahan data
1. Editing
Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
2. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data atau angka bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
Setelah semua isian check list terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.
Pemprosesan data dilakukan dengan cara meng-entry (memasukkan data) dari check
Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data
univariatyang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian untuk mengetahui
distribusi frekuensi dari pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam menanggani anaknya
yang terkena diare terhadap anaknya yang dianalisis dengan tabel frekuensi.