PENDAHULUAN
Abortus merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering terjadi
perdarahan yang biasanya sedikit, namun lama kelamaan perdarahan menjadi cukup
banyak seperti haid dan keadaan ini merupakan salah satu kegawatdaruratan pada ibu
hamil di trimester pertama yang tidak hanya mengancam keselamatan janin namun
juga ikut serta menambah angka kematian ibu . Abortus adalah pengeluaran hasil
dari kejadian infeksi setidaknya 4,2 juta abortus dilakukan setiap tahunnya
diantaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat
abortus tidak aman di wilayah Asia Tenggara di perkirakan antara satu sampai 250,
Negara maju hanya satu dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa
Abortus sebagai salah satu kator yang berkontribusi dalam meningkatkan angka
kematian ibu. .Angka Kematian ibu memang menjadi perhatian dunia internasional.
585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia sendiri
penyebab kematian ibu masih merupakan “trias klasik”, yaitu perdarahan 60%
(184,2/100.000 KH), infeksi 30% (92,1 /100.000 KH), dan gestosis 10% ( 30,7
angka kematian ibu adalah 290,8/100.000 kelahiran hidup lalu pada SDKI tahun 2007
Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat 228 per 100.000 kelahiran dan dalam survei yang
sama terjadi peningkatan pada angka kematian ibu di tahun 2012 tercatat 359 per
100.000 kelahiran.
Dengan melihat data yang terdapat di dinas kesehatan provinsi Sumatera Selatan,
tercatat AKI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 yaitu 131/100.000 KH
terjadi peningkatan pada tahun 2012 yaitu 146/100.000 KH. Di tahun 2013 hasil
Kota Palembang untuk Tahun 2011, diketahui Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
11 orang atau 36.2/100.000 kelahiran hidup ( Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Kota
Palembang, 2011). Jumlah kematian ibu tahun 2012 di Kota Palembang, berdasarkan
laporan sebanyak 13 orang dari 29.451 kelahiran hidup (Profil Pelayanan Kesehatan
Dasar, 2012). Penyebabnya yaitu decomp (23%) perdarahan (15%) hipertensi (54%)
Jenis abortus yang paling sering terjadi adalah abortus inkompletus yang biasa
disebut dengan aborsi tidak lengkap, dimana janin yang dikandungnya sudah keluar
sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini terjadi, maka
harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan karena perdarahan yang banyak
umur, paritas, riwayat kehamilan, dan tingkat pendidikan (Halim. R, et al,( 2011) ;
Hardjito.K et al (2011) )
Melihat dari medical record kasus abortus di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang, abortus inkomplit yang diperoleh pada tahun 2010 …… orang, pada
tahun 2011 ....... orang, pada tahun 2012 sebanyak ........ orang, pada tahun 2013
Mengetahui dimana kasus abortus inkomplit dari tahun 2010 - 2014 makin
Umur dan Pendidikan dengan kejadian Abortus Inkomplit pada ibu hamil di
Apakah ada hubungan antara umur dan pendidikan dengan kejadian abortus
inkomplit pada ibu hamil di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun
2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Abortus Inkomplit pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
sekunder dari medical record. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif, untuk melihat gambaran kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil
yang akan dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Rumah Sakit Islam Siti
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu
bertahan hidup ( Cunnigham G,dkk,2005 : 571)
1. Pengertian
a. Abortus adalah keadaan yang menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gr atau kurang dari 20 minggu (
Wikjosastro Hanifa, 2002 : 302)
b. Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebab dimana berada bedan kurang dari 500 gr
atau umur kehamilan kurang dari 20 minggu ( Sastrawinata S, 2005: 7)
c. Keguguran adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan
kurang dari 28 minggu ( Manuaba IBG, 1998 : 214)
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus yaitu :
a. Faktor Janin
Kelainan yang palin sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu :
1) Kelainan telur, telur kosong ( blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploid)
2) Embrio dengan kelainan local.
b. Factor maternal
1) Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang, terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimerte
kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara pasti, apakah
janin yang terinfeksi atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
a. Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks,
vericella zozter, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan
ensefalomielitis.
b. Bakteri, misalnya Salmonella typhi.
c. Parasit, misalnya toxoplasma gondi, plasmodium.
2) Penyakit vascular,misalnya hipertensi vascular.
3) Penyakit endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi
progesterone tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tyroid,
defesiensi insulin.
4) Factor imunologis, ketidak cocokan (inkompabilitas) system
HLA(Human Leukocyte Antigen)
5) Trauma, kasusunya jarang terjadi segera setelah trauma tersebeut,
misalnya trauma akibat pembedahan :
a. Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
graviditatum sebelum minggu ke 8.
b. Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus saat hamil.
6) Kelainan uterus, hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma sub mukosa
), serviks inkompetan atau retroflexio uteri gravidiuncarcerata.
7) Factor psikosomatik, pengaruh dari factor ini masih dipertanyakan, tetapi
diduga penyebab abortus.
c. Factor eksternal
1) Radiasi, dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama
dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
2) Obat-obatan, anatagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain,
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16
minggu, kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak
membahayakan janin, atau pengobatan penyakit Ibu yang parah.
3) Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen atau
benzene (Sastrawinata S, 2005)
d. Factor ayah
Translokasi kromoson pada sperma dapat menyebabkan abortus
(Cunningham G, dkk, 2005 :577 )
3. Patofisiologi
Pada awal permulaan keguguran terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang
diikuti oleh kematian jaringan sekitar (nekrosis). Nekrosis jaringan sekitar desidua
basalis menyebabkan terlepasnya hasil konsepsi sebagian atau seluruhnya,
sehingga bagian yang terlepas, ini merupakan benda asing dalam uterus. Dengan
adanya benda asing dalam uterus menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut oleh adanya kontraksi uterus maka abortus
member gejala umum berupa nyeri perut karena kontraksi disertai perdarahan dan
pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena vili koreales belum menembus desidua lebih dalam, sehingga
umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke atas umumnya yang dikeluarkan
setelah ketuban pecah ialah janin, disusui beberapa waktu kemudian plasenta.
Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak segera terlepasnya dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature (Wikjosastro
Hanifa, 2002 : 303)
Bentuk perdarahan karena keguguran dapat bervariasi, seperti :
a. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.
b. Sekaligus dalam jumlah yang besar disertai gumpalan.
c. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun menimbulkan syok, nadi
meningkat dan tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah ujung tungkai
dingin (Manuaba IBG, 1998 : 216)
4. Klasifikasi
Abortus dapat dibedakan atas :
a. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi yang tidak didahului factor-faktor
mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan alamiah ( Mochtar R, 2006 :
211)
5. Dasar diagnosis
a. Terdapatnya keterlambatan datang bulan.
b. Terjadinya perdarahan
c. Disertai nyeri perut
d. Dapat disertai oleh pengeluaran hasil konsepsi
e. Pemeriksaan hasi tes hamil dapat masih positif atau sudah negative (Mauaba IBG,
1998 : 215)
6. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
hiperretrofleksi jika peristiwa ini, penderita perlu diamati denga teliti. Perforasi
uterus mungkin dapat terjadi apabila dikerjakan oleh orang awan karena perlukaan
uterus biasanya luas dan mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau
usus. Dengan adanya dugaan/kepastian terjadinya perforasi, laparatomi segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengurangi komplikasi.
c. Infeksi
Kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari luar sehingga menimbulkan
kemandulan.
d. Syok
Syok pada abortus biasa terjadi karena perdarahan atau syok hemoragik dan
infeksi berat (syok endoseptik)
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang yang tertinggal dalam uterus.sehingga
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.(
Sarwono Prawirohardjo,2008)
b) Dapat diraba jaringan dalam rahim atau di kanalis servikalis atau kadang-
f) Abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka serta uterus yang berukuran
lebih kecil dari kehamilan dan kantong gestasi sulit untuk di kenali
Bila terjadi perdarahan yang hebat dapat di pasang infus dan transfusi darah
hasil konsepsi secara digital agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus
kurang dari 14 minggu. Dan dengan induksi pada umur kehamilan diatas 14 minggu.
Penanganan spesifik :
a) Tentukan besar uterus ( taksir usia gestasi),kenali dan atasi setiap komplikasi (
b) Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai dengan perdarahan hingga
ukuran sedang,dapat di keluarkan secara di gital atau cunan ovum. Setelah itu
evaluasi perdarahan. Bila perdarahan terus berlangsung,evakuasi sisa hasil konsepsi
dengan AVM atau D& K( pilihan tergantung dari usia gestasi,pembukaan serviks dan
b) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis ( ampisilin 500 mg oral
c) Bila terjadi infeksi ,beri ampisillin 1gr dan metronidazole 500 mg setiap 8 jam.
d) Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu,segera lakukan
e) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu
Pada beberapa kasus ,abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman,oleh
a) Pastikan tidak ada komlikasi berat seperti sepsis,perforasi uterus,atau cidera intra
region genitalia.
c) Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau
1. Umur Ibu
Umur adalah dihitung berdasarkan tahun kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir.
Remaja wanita merupakan populasi resiko tinggi terhadap komplikasi kehamilan,
penyulit ini terjadi karena pada remaja biasanya masih tumbuh dan berkembang
sehingga memiliki kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita yang lebih tua.
Sehingga akibatnya, mortalitas, perinatal, dan morbilitas meternal sangat tinggi pada
remaja wanita hamil dibanding dengan wanita dalam usia 20-an (Hamilton PM, 2000)
Fakta berbicara aborsi telah dilakukan oleh 2,3 juta perempuan. Diperkirakan
diseluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1000 wanita usia produktif. Umur
Ibu merupakan salah faktor resiko terjadinya abortus. (Wheerler Linda, 2004)
Reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adala
20-30 tahun
Kehamilan maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. (Wikjosastro
Hanifa, 2002)
Wanita hamil pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-
alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fisikis belum matang dalam
mengahadapi tuntutan beban moril, dan emosional, dan dari segi medis sering mendapat
gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan
sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami kemunduran, juga
wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi antenatal diantaranya
abortus.
Frekuensi abortus yang secara klinis bertambah 12% pada wanita yang berusia
kurang dari 20 tahun, menjadi 26% pada wanita berumur diatas 40 tahun. (Cunningham
G, dkk, 2005 : 573)
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun mati. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian meternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani denga suhan obsterik labih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagai kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak direncanakan. (Wikjosastro Hanifa, 2002)
Seorang Ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko kesehatannya dan juga bagi
kesehatan anaknya. Hal ini beresiko karena pada ibu dapat timbul kerusakan-kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin
(Manuaba IBG, 1998)
Paritas yang tinggi merupakan salah satu factor tinggi pada ibu hamil. Kejadian
kematian pada persalinan pertama cukup tinggi (38,8 per 1000 kelahiran hidup dan
persalinan lebih dari tiga kali akan lebih tinggi yaitu 77,5 per 1000 kelahiran hidup).
Bayi yang dilahirkan oleh Ibu denga paritas tinggi mempunyai resiko tinggi terhadap
terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan rahim tidak
sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulakan kerusakan pada pembuluh
darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin akan berjurang
disbanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada
bayi.
World Futurnity Survey yang diadakan 40 negara berkembang mengatakan bahwa
40-60% wanita berkeluarga tidak ingi menambah anak lagi. Namun 50-75% dari jumlah
itu ternyata tidak menggunakan salah satu metode kontrasepsi efektif sehingga
kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan masih cukup besar, abortus
yang sering terjadi pada kehamilan pertama adalah karena factor fisik atau pun alasan
sosila belum siap memiliki anak. (Wikjosastro hanifa, 2002)
3. Jarak kehamilan
Jarak kehamilan adalah jarak atau lamanya waktu antara kelahiran anak terdahulu
dengan kelahiran dengan anak berikutnya. Selain factor umur Ibu dan paritas, jarak
kehamilan juga merupakan penentu tingkat resiko kehamilan dan persalinan. Jarak
kehamilan yang kurang dari 2 tahun merupakan factor risiko tinggi. (Manuaba IGB,
1998)
Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan Ibu dan janin yang dikandungnya.
Seorang wanita memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis
dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
berikutnya.
Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk
terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko
kesehatan wanita hamil jika ditunjang dengan social ekonomi yang buruk. Dengan
kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan
resiko terjadinya abortus. (Prasetyo, 1998)
Disamping membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik perlu waktu untuk pulih
secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana, sehingga tidak menimbulakan
kehamilan yang tidak direncanakan karena sebagian dari resiko tinggi adalah kehamilan
yang tidak direncanakan. (Manuaba IGB, 1998)
BAB III
kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu dan kelainan
Kerangka konsep ini berdasarkan kerangka teori menurut Lawrence W Green 1980
yang terdiri dari faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Peneliti hanya
UMUR
Ukur
1. Pendidikan
Pendidikan Tingkat pendidikan ibu Check List Ordinal
Tinggi ( SMA-
hamil saat mengalami
Perguruan
abortus inkomplit yang
Tinggi )
tercatat dalam buku
2. Pendidikan
laporan di Rumah Islam
Rendah ( SD-
Siti Khadijah Palembang SMP )
Tahun 2013
Ukur
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder berupa medical record pasien
Abortus Inkomplit di RSI Siti Khadijah tahun 2013. Jenis penelitian yang digunakan
adalah observasional berupa pengamatan atas karakteristik objek secara nonpartisipatif.
Dengan menggunakan metode deskriptif yakni melihat gambaran kejadian abortus
inkomplit di RSI Siti Khadijah tahun 2013
B. Populasi Penelitian
Populasi yang diambil adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk
dipelajari dikemudian ditarik kesimpulannya. Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil yang mengalami abortus yang tercatat di rekam medik RSI
Siti Khadijah Palembang tahun 2013 sebanyak......orang, sedangkan sampel pada
penelitian ini yaitu semua ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit yang tercatat di
rekam medik RSI Siti Khadijah Palembang tahun 2013 sebanyak......orang.
Pengambilan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling yaitu pengambilan
kasus/responden yang kebetulan ada pada saat penelitian dilakukan.
C. Sample Penelitian
Besar sample dalam penelitian ini menggunakan rumus Notoatmodjo, sebagai berikut :
N
n=
1 + N(d2)
Keterangan :
N = besar populasi
n = besar sample
d2 = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
maka :
n = N
1+N (d2)
= 130
1+130 (0,1)
= 130
1 + 1,3
= 130
2,3
= 56,521 dibulatkan menjadi 57
Jadi besar sample yang diambil adalah 57 kejadian abortus inkomplit pada ibu hamil.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di rekam medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang terletak di Jl. Demang Lebar Daun,Pakjo Palembang.
Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2015.
E. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo prinsip dasar dan kaidah etika penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Sebagai ungkapan,
peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan subjek (inform consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (Inspect for privacy and
confudentially)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk tidak memberikan
apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti
cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusivencess)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan presedur penelitian.
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan
dan keuntungan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh
sebab itu, pelaksanaan penelitiaan harus dapat mencegah atau paling tidak
mengurangi rasa sakit, cidera, stres maupun kematian subjek penelitian.