Anda di halaman 1dari 20

PENYAKIT

REUMATIK

Tugas: Epidemiologi Penyakit Non Menular


Dosen: Achmad Muttaqin, SKM, M.Epid

Disusun Oleh:
RIANG PRASETYA (135190094)
A1/V

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA 2015
. 1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rematik, pegal linu, nyeri otot dan sendi, merupakan penyakit-penyakit yang tidak
asing dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan kebanyakan pada masyarakat lansia (lanjut usia)
yang memang dekat dengan gangguan rematik yang merupakan salah satu dari penyakit
degeneratif.
Penyakit rematik (rheumatism) merupakan suatu kondisi yang menyakitkan, yang
mengefek berjutaan orang. Terdapat lebih dari 100 jenis penyakit rematik, antaranya adalah,
osteoartritis, rheumatoid artritis, spondiloartritis, gout, lupus eritematosus sistemik,
skleroderma, fibromialgia, dan lain-lain lagi. Penyakit ini menyebabkan inflamasi, kekakuan,
pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi, otot, tendon, ligamen, dan tulang.
Obat merupakan terapi utama untuk mengurangi efek dari rematik ataupun pegal linu.
Obat rematik/pegal linu merupakan penghilang rasa sakit yang secara umum dikategorikan
sebagai obat anti-inflamasi non- steroid (OAINS). Dalam kehidupan sehari-hari obat
rematik/pegal linu sangat mudah didapatkan, bahkan kita dapat dengan mudah
mendapatkannya dengan membeli di warung-warung, toko-toko, ataupun apotek-apotek
tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Sangat praktis, namun kebanyakan
masyarakat tidak mempertimbangkan dan tidak mempedulikan efek sampingnya jika ternyata
obat yang dibeli tersebut salah atau malah menimbulkan efek balik (kontra indikasi). Banyak
pasien yang mungkin karena merasa cocok dengan obat yang pernah diresepkan oleh
dokternya kemudian, ketika sakit lagi, mengulang resep tadi dengan membeli di toko obat.
Padahal, tanpa disadari penggunaan obat rematik yang tidak tepat bisa menyebabkan efek
samping kerusakan lambung atau saluran cerna.
Gejala yang sering timbul akibat efek samping dari obat-obat ini, antara lain
gangguan maag berupa rasa sakit atau tidak nyaman di uluhati, mual, muntah, perlukaan
bahkan tukak di lambung dan usus duabelas jari. Dan bisa mengakibatkan erosi klinis
dilambung sehingga terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas yang bisa berlanjut dengan
kematian.
Pada penelitian yang dilakukan RSCM (2005) pada 1.192 pasien dengan keluhan
buang air besar hitam, muntah darah, atau keduanya, lebih dari 90% disebabkan oleh
penggunaan obat rematik. Dan pada penelitian berikutnya (2009) resiko terjadinya tukak

2
lambung 1 dari 5 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, tukak yang bergejala terjadi pada 1
dari 70 pasien pemakai obat rematik/pegal linu, dan yang mengakibatkan perdarahan saluran
cerna atas pada 1 dari 150 pasien pemakai obat rematik/pegal linu. Menurut Graham (2008)
dari komite penasihat Food and Drug Administration, “Ketika kita sebagai dokter
meresepkan obat pada pasien, kita bukan hanya harus menjelaskan jenis obat yang kita
berikan, tetapi kita juga perlu membahas efek samping obat dengan baik dan apa yang harus
dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping tersebut”. Karena berdasarkan penelitian
yang dilakukan menunjukkan bahwa pasien yang memperhatikan efek samping dari obat
hanya sekitar 25%.
Menurut fakta yang telah telah dibahas tersebut, maka penulis ingin memperkenalkan
penyakit Reumatik lebih jelas dan singkat yang akan diterangkan didalam makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Reumatik (Osteoartritis)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan penyakit Reumatik?


2. Bagaimana cara mengetahui tanda dan gejala dari Reumatik?
3. Dan bagaimana cara mencegah serta penatalaksanaannya?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Reumatik


2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari penyakit tersebut
3. Serta untuk mengetahui bagaimana cara mencegah dan cara penatalaksanaan yang benar
menurut medis

D. Metode Penulisan

Metode yang saya gunakan adalah deskriptif, kajian pustaka dilakukan dengan mencari
literature di internet dan buku-buku panduan.

3
E. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Reumatik
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologi
E. Komplikasi
F. Pencegahan
G. Penatalaksanaan
H. Asuhan Keperawatan Reumatik

BAB III Penutup


A. Simpulan
B. Saran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Reumatik

Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan
tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama
pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban.
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan
trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur. Rhematoid artritis adalah
peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia
25-35 tahun.

B. Etiologi

Penyebab dari Reumatik belum dapat ditentukan secara pasti, tetapi dapat dibagi
dalam 3 bagian, yaitu:
1. Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan
rhematoid
2. Faktor metabolik
3. Infeksi dengan kecenderungan virus

Namun ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara
lain :
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

5
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diatas usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita
daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.

4. Genetik

5. Kegemukan dan penyakit metabolik


Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga


Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.

6
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu
mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang
rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

C. Tanda dan Gejala

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, etrutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang
merata dan warna kemerahan, antara lain :
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Sering keringat dingin, sekalipun waktu tidur
3. Kaki terasa sakit
4. Tulang-tulang dan persendian terasa sakit
5. Keluar keringat berbau anyir
6. Jika diraba, tulang terasa sakit
7. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
8. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
kursi, atau setelah bangun dari tidur.
9. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

7
10. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
sering) secara perlahan-lahan membesar.
11. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

D. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer.Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan
tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang.Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

E. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

8
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

F. Pencegahan

1. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi


2. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan
tulang dan otot kita kuat.
3. Makan makanan yang seimbang
4. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan

G. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi


inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan
mobilisasi penderita.

Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :


1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi
nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian
corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi
untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang
tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan
otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
4. Diet

9
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang
disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty
atau total join replacement untuk mengganti sendi.

H. Asuhan Keperawatan Reumatik

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (misal: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: misal: finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.

10
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan
interpretasi informasi

11
Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam
program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang
mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan
program
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.
(R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
(R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres

12
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal


Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:.
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
(R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganggu.
(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
isometris jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu
tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
(R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace

13
(R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan
posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa
depan.
(R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung)
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih
lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan.
(R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor
pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
(R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum
terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan.
(R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
perilaku positif yang dapat membantu koping.

14
(R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri)

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit
dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
(R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang
diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
(R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana
untuk modifikasi lingkungan.
(R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga
diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
(R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah,
ahli nutrisi.

15
(R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di
rumah)

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi
informasi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
(R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-
obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain
untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
(R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban.
Artritis rematoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya
sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan
umum cepat lelah.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang pria lebih sering
terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45
tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun
frekuensi oeteoartritis lebih banyak wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.

B. Saran

Bagi mahasiswa diharapkan dapat mengerti konsep rheumatoid atritis serta dapat
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

17
Pertanyaan-pertanyaan dari mahasiswa kelas A 1 / V:
1. Bagian tubuh mana yang diserang oleh reumatik?
Jawab:
Penyakit reumatik menyerang seluruh persendian tulang, juga jaringan otot atau
ligamen
2. Siapa yang umumnya terserang penyakit reumatik?
Jawab:
Umumnya penyakit reumatik menyerang orang tua /lansia
3. Apa pencegahan terhadap penyakit reumatik?
Jawab:
Pencegahan dilakukan saat usia muda dengan mengkonsumsi susu berkalsium tinggi
secara rutin
4. Apakah penyakit reumatik dapat disembuhkan?
Jawab:
Sebagian penyakit reumatik dapat sembuh sendiri. Dan sebagian lagi dapat
menimbulkan komplikasi berupa kecacatan dan penurunan kualitas hidup
5. Apa ciri-ciri penderita reumatik?
Jawab:
- Sering mengalami mati rasa atau kesemutan pada pergelangan kaki dan tangan
- Rasa pegal pada sendi, biasanya berlangsung lebih dari seminggu
- Rasa kaku pada sendi di pagi hari
- Adanya benjolan yang tumbuh di kulit dekat dengan persendian, biasanya sering
muncul dibelakang siku atau sendi-sendi jari

18
Kriteria Kausalitas Austin Bradford Hill

Faktor-faktor resiko penyakit reumatik:


Menurut pakar kesehatan, beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan
reumatik ataupun pegal linu antara lain:
• Usia diatas 40 tahun dan prevalensi pada wanita lebih tinggi
• Genetik
• Kegemukan dan penyakit metabolik
• Cidera sendi yang berulang
• Kepadatan tulang berkurang (osteoporosis)
• Beban sendi terlalu berat (olah raga beban atau kerja tertentu)

1. Kekuatan hubungan
Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan pasti, namun faktor genetik dan faktor
predisposisi bahwa hormon seks merupakan salah satu penyebab. Hal ini dapat dilihat
dari prevalensi penderitanya 2x lebih banyak diderita oleh kaum wanita dibandingkan
dengan kaum pria.
2. Temporal
Timbulnya penyakit reumatik dikarenakan kurangnya konsumsi kalsium di usia muda
dan juga faktor pemicu konsumsi makanan yang berhubungan dengan penyakit
tersebut. Misalnya kangkung, tomat, daging merah, gula, kafein, minyak nabati dan
alkohol.
3. Respon terhadap dosis
Belum ada fakta klinis yang membuktikan bahwa erat hubungannya faktor makanan
dan kebiasaan yang berbanding lurus dengan penyakit rematik
4. Reversibilitas
Semakin kurangnya konsumsi kalsium di usia muda maka semakin besar
kemungkinan terkena reumatik di usia lanjut
5. Konsistensi
Temuan studi pada berbagai populasi dan penelitian yang berbeda belum dapat
membuktikan erat hubungannya dengan penyakit reumatik

19
6. Layak Biologis
Ada mitos yang mengatakan bila sering mandi di malam hari dan sering
mengkonsumsi makanan seperti: kangkung, tomat, kol, dapat memicu timbulnya
penyakit reumatik. Namun hal inipun belum bisa dibuktikan secara klinis.
7. Spesifikasi
Penyebab timbulnya penyakit reumatik lebih dari 1 faktor, sehingga suatu penyebab
yang menimbulkan penyakit tidak berlaku untuk penyakit tidak menular. Karena
penyakit tidak menular memiliki lebih dari 1 faktor resiko
8. Analogi
Ada persamaan penyebab dan akibat timbulnya penyakit reumatik dengan asam urat,
Contoh:
Bila seseorang makan kacang dalam jumlah berlebih dan rutin, selain reumatik dapat
juga menimbulkan penyakit asam urat.

20

Anda mungkin juga menyukai