Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan bisa terjadi setiap saat, dan merupakan proses yang dinamik
serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang
semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan.
Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan, kegagalan dan
kegembiraan.
Adapun bentuk dari perubahan perilaku tersebut yaitu:
Karena terpaksa (complience), karena meniru (identification), karena
menghayati (internalizationz).
Didalam bentuk-bentuk perubahan tersebut setiap orang akan
mengalami proses perubahan perilaku diantaranya : menyadari, mengganti
dan mengintrospeksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perubahan perilaku ?
2. Bagaimana bentuk – bentuk perubahan perilaku ?
3. Bagaimana proses perubahanperilaku ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1 Untuk mengatahui perubahan perilaku.
2 Untuk mengatahui bentuk-bentuk perubahan perilaku.
3 Untuk mengatahui proses perubahan perilaku.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Perilaku


1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan/tindakan seseorang
dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikan
kebijakan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku adalah sesuatu
kegiatan atau aktifitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Oleh sebab itu dari segi biologis semua makhluk hidup termasuk binatang
dan manusia mempunyai aktivitas masing – masing. Perilaku adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat dilihat dari pihak luar. Perilaku manusia antara
satu dengan yang lain tidak sama baik dengan kepandaian, bakat, sikap,
minat maupun kepribadian.
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri
manusia, sedangkan dorongan merupakan usaha untuk memenuhi
kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku adalah respons individu
terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
Perilaku merupakan respons, yang terdiri dari respons motorik : berbicara,
berjalan, dan sebagainya. Respons fisiologik reaksi hormonal aktivitas
system syaraf otonomik dan sebagainya. Respons kognitif pernyataan yang
muncul dipikiran, imajinasi, dan sebagainya. Respons afektif rasa benci,
kecewa, marah dan sebagainya.
(http://fitri-ya.blogspot.co.id/2013/04/prinsip-perubahan-prilaku.html)

2
2. Teori-teori tentang perilaku
Banyak teori – teori tentang prilaku yang dikemukakan antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial.
Teori ini sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak
seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan “cognitibe dissonance”
adalah keadaan ketidak seimbangan psikologi yang diliputi oleh
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.
Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah
tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut
“consonance” (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri
individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang
dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau
keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek, dan
stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
berbeda/bertentangan di dalam diri individu sendiri, maka terjadilah
dissonance.
Ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang
yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena
adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan
jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama
pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu
tersebut.
Contoh : seorang ibu rumah tangga yang bekerja dikantor. Di satu
pihak, dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya,
yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-
anaknya, termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak
bekerja, jelas ia tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di
pihak yang lain apabila ia bekerja ia khawatir terhadap perawatan
terhadap anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen

3
(argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya
sebagai ibu rumah tangga yang baik.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hal:135-136)
2. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu itu tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus
yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila
stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang
tersebut. Menurut katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan
individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi
dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat
bertindak (berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan
kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi
kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya, orang
mau membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar sudah
menjadi kebutuhannya.
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya manusia dapat
melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
Misalnya: orang dapat menghindari penyakit demam berdarah,
karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
Dalam peranannya dengan tindakannya itu seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-
hai tersebut seseorang telah melakukan keputusan-keputusan
sehubungan dengan objek atau stimulus yang yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan
tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat.
Misalnya: Bila seseorang merasa sakit kepala, maka secara cepat,
tanpa berfikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa sakit

4
tersebut dengan membeli obat di warung dan minumnya, atau
tindakan-tindakan lain.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri sesorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh
sebab itu perilaku dapat merupakan “layar” di mana segala ungkapan
diri orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang,
gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
Teori ini berkenyaakinaan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam
kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus- menerus dan berubah
secara relatif.(Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hal:136-137)

2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Prilaku


1. Karena terpaksa (complience)
Perubahan perilaku dengan cara perilaku cenderung tidak baik dan
perubahan perilaku cenderung bersifat tidak tahan lama. Pemberontakan
pikiran bahkan sering terjadi pada individu tersebut. Hal yang perlu
diketahui, tidak semua individu bisa menerima informasi yang mereka
butuhkan, apalagi suatu pemaksaan dalam perubahan perilaku. Individu
yang demikian cenderung memberontak dan bahkan mungkin cenderung
berfikir negatif terhadap pemaksaan perubahan perilaku yang diharapkan,
meskipun perubahan perilaku yang diharapkan adalah positif. Oleh karena
itu cara perubahan perilaku ini cenderung tidak efektif.
Contoh:
1) Seorang anak yang dipaksa orang tuanya untuk menggosok gigi sehabis
makan dan sebelum tidur, awalnya anak tersebut tidak mau tapi lama-
lama karena paksaan dari orang tuanya anak tersebut jadi mau sehingga
terjadilah perubahan perilaku anak tersebut, karena dipaksa oleh orang
tuanya anak menjadi mau melakukannya.

5
2) Orang tua yang menyuruh anaknya melakukan aborsi dan meminta
bantuan kepada bidan. Awalnya bidan tidak mau melakukan aborsi,
tetapi karena diberi imbalan yang begitu besar dan bidan dipaksa untuk
mau melakukannya dan akhirnya ia mau melakukan aborsi.
3) Seorang ibu yang telah mempunyai banyak anak dengan jarak anak
yang terlalu dekat. Lalu hamil lagi pada usia 45 tahun dan tenaga
kesehatan menyarankan dan memaksa ibu tersebut untuk menjalani
program KB dan suaminya juga memaksa. Beberapa upaya telah
dilakukan dan tenaga kesehatan juga sudah mengatakan resiko hamil
dan melahirkan pada usia tersebut agar si istri mau KB tapi si ibu
tersebut tidak mau karena si ibu berpendapat bahwa banyak anak
banyak rezeki tapi setelah mendengar pemberitahuan dari si bidan, si
ibu jadi mau untuk menjadi aseptor KB.
2. Karena meniru (identification)
Perubahan perilaku dengan cara meniru merupakan suatu cara
perubahan perilaku yang paling banyak terjadi. Seseorang cenderung
meniru tindakan orang lain atau bahkan meniru apa yang dialihat tanpa
mencerna apa yang dia lihat.
Contoh:
1) Seorang remaja yang awalnya tidak memperhatikan kebersihan pada
dirinya/personal hyginenya,tapi setelah diberikan penyuluhan dan apa
manfaat dari menjaga kebersihan diri.dan akhirnya remaja tersebut
meniru bagaimana cara menjaga kebersihan.
2) Pemenuhan gizi pada ibu hamil sangatlah penting,banyak ibu yang
tidak memenuhi gizi dengan baik, tapi setelah di berikan gambaran
mengenai pentingnya gizi selama kehamilan,maka ibu tersebut mulai
meniru bagaimana cara megatur gizi seimbang selama kehamilan.
3) Seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi,lalu ia tidak tau bagaimana
cara merawat tali pusat agar tidak terjadi infeksi pada bayinya, lalu
bidan mempraktekkan bagaimana cara merawat tali pusat agar tidak
infeksi dan akhirnya ibu mulai meniru dan melakukan sendiri
bagaimana cara merawat tali pusat.

6
3. Karena menghayati (internalization)
Manusia adalah makhluk yang sempurna di antara makhluk ciptaan
Tuhan yang lain, karena hanya manusia yang mampu berpikir tentang
hidup, pandai memahami rahasia hidup, menghayati kehidupan dengan
arif, dan mempertajam pengalaman-pengalaman baru. Biasanya perubahan
perilaku karena penghayatan ini cenderung dari pengalaman pribadi
individu tersebut atau bahkan mengadopsi dari pengalaman orang lain.
Seseorang yang merasa perilaku tersebut pantas dan harus ada pada
dirinya, maka dengan terbuka dia akan melakukan perubahan perilaku
dalam dirinya.
Contoh:
1) Seorang ibu rumah tangga yang kurang peduli akan kebersihan
rumahnya. Suatu ketika anaknya menderita demam berdarah dan ini
membuat ibu tersebut menyadari bahwa perilakunya yang tidak mau
peduli dengan kebersihan rumahnya yang membuat anaknya menderita
demam berdarah. Dan inilah yang membuat ibu tersebut sadar betapa
pentingnya menjaga kebersihan rumahnya agar kesehatan keluarga
tetap terjaga.
2) Seorang bapak yang merupakan perokok aktif sejak usia muda
menderita penyakit gangguan pernafasan dan paru-paru. Setelah
beberapa kali memeriksakan diri ke dokter dan dokter tersebut meminta
agar bapak tersebut untuk tidak merokok lagi. Akan tetapi bapak
tersebut tidak mempedulikan nasehat dokter, dia tetap mengkonsumsi
rokok. Ternyata penyakitnya semakin parah dengan stadium lanjut.
Kemudian bapak tersebut teringat kembali dengan saran dokter untuk
berhenti merokok dan akhirnya bapak tersebut menyadari bahwa dia
memang harus berhenti merokok. Setelah itu perlahan-lahan bapak
tersebut mencoba untuk berhenti merokok dan akhirnya berhasil dan
penyakitnya mulai berkurang.
(http://fitri-ya.blogspot.co.id/2013/04/prinsip-perubahan-prilaku.html)

7
Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelomokkan menjadi 3, yakni:
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan
ekonomi, maka anggota msyarakat didalamnya juga akan mengalami
perubahan.
Misalnya: bu Ani apabila sakit kepala (pusing) membuat ramuan daun-
daunan yang ada dikebunnya, lalu meminumnya. Tetapi karena
intensifikasi kebunnya, maka daun-daunan untuk obat tersebut terbabat
habis diganti dengan tanaman-tanaman untuk bahan makanan. Maka
dengan tidak berfikir panjang lebar lagi bu Ani berganti minum jamu
cap jago yan dapat dibeli di warung.
2. Perubahan Rencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri
oleh subjek. Misalnya Pak Anwar adalah perokok berat. Tetapi karena
pada suatu saat ia terserang batuk yang sangat menggangu, maka ia
memutuskan untuk mengurangi merokok sedikit demi sedikit, dan
akhirnya ia berhenti merokok sama sekali.
3. Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di
dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagai orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah
perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readines of change) yang
berbeda-beda.
(Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hal:144-145)

8
2.3 Proses Perubahan Perilaku
Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha
mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil
untuk merubah perilaku:
1. Menyadari.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuatidentifikasi
tentang apa/bagianmana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa
perubahan tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa
kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan.
Contoh:
1) Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak
peduli akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar
tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang
dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa
tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan
mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya
2) Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit
kista, menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan
yang tidak sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar
menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang
bagi kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai
menerapkan pola makan sehat dan seimbang.
2. Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti
merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan
yang diyakini salah.
Contoh:
1) Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat
dengan membubuhi tali pusat dengan betadine atau alkohol kemudian
tali pusat bungkus. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari adanya
infeks pada tali pusat. Sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan

9
kemungkinan infeksi. Betadine dan alkohol akan menyebabkan tali
pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan
tali pusat yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya
pertukaran udara. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan
membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadine atau alkohol
diganti dengan hanya membersihkan dengan air DTT dan
mengeringkannya.
2) Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan
Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca
kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak
mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan
tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan
lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD
dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting
terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah
persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi
ibu dan bayinya.
3. Mengintrospeksi.
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian
mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan.
Contoh:
1) Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat
pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki
perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan
kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya.
Jika sebelumnya seorang ibu melahirkan bayi prematur maka pada
kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan
memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir
dengan keadaaan aterm.(http://fitri-ya.blogspot.co.id/2013/04/prinsip-
perubahan-prilaku.html)

10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat dilihat dari pihak luar.
Perilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik dengan
kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
2. Adapun bentuk dari perubahan perilaku tersebut yaitu : Karenaterpaksa
(complience), karena meniru (identification), karena menghayati
(internalizationz).
3. Menurut WHO, perubahan perilaku itu dikelomokkan menjadi 3, yaitu:
perubahan alamiah (Natural Change), perubahan rencana (Planned
Change) dan kesediaan untuk berubah (Readiness to Change).Proses
perubahanperilaku yaitu menyadari, mengganti dan mengintrospeksi.

3.2 Saran
Bagi mahasiswa diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dan bagi petugas kesehatan diharapkan dengan makalah ini dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang kebidanan
sehingga dapat memaksimalkan kita untuk promosi kesehataan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo notoatmodjo.2003.ilmu kesehatan masyarakat (prinsip-prinsip


dasar).Jakarta:PT RINEKA CIPTA.

Fitri-ya.2013.prinsip-prinsip perubahan perilaku.http://fitri-ya.blogspot.co.id


(Diunduh 7 maret 2018)

12

Anda mungkin juga menyukai