Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.
Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15%
menderita komplikasi berat, dan sepertiganya merupakan komplikasi yang
mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari
setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini di perkirakan 90% terjadi di
Asia dan Afrika subsahara, 10% di Negara berkembang lainnya, dan kurang
dari 1% di Negara-negara maju. Di beberapa Negara resiko kematian ibu
lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di Negara maju, resiko ini
kurang dari 1 dalam 6000.
Mortalitas ibu merupakan salah satu indikator utama status kesehatan
suatu populasi. Indikator ini dan mortalitas bayi sudah lazim digunakan untuk
membandingkan status kesehatan Negara Amerika Serikat dengan Negara
lainnya. Angka mortalitas ibu yang terendah biasa ditemukan pada Negara
yang memiliki homogenitas tinggi, Negara industri, dan Negara maju. Negara
yang belum berkembang memiliki angka yang lebih tinggi akibat tingginy
aangka kemiskinan dan kurangnya kegiatan kesehatan masyarakat. Di
Amerika Serikat, angka kematian ibu biasanya lebih tinggi pada orang kulit
hitam dan Latin dibandingkan angka kematian ibu orang kulit putih dan Asia.
Usia juga berpengaruh pada mortalitas ibu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dan klasifikasi Kematian Ibu ?
2. Apa Penyebab kematian dan Kesakitan Ibu ?
3. Apa Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia ?
4. Apa Penyebab lainnyaKematian Ibu di Indonesia ?

1
5. Bagaimana Kerangka konseptual untuk meganalisis determinan kematian
ibu ?
6. Bagaimana Kematian Perinatal dan Neonatal ?
7. Bagaimana Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui definisi dan klasifikasi Kematian Ibu
2. Untuk Mengetahui Penyebab kematian dan Kesakitan Ibu
3. Untuk MengetahuiPenyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia
4. Untuk Mengetahui Penyebab lainnya Kematian Ibu di Indonesia
5. Untuk Mengetahui Kerangka konseptual untuk meganalisis determinan
kematian ibu
6. Untuk Mengetahui Kematian Perinatal dan Neonatal
7. Untuk Mengetahui Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Klasifikasi Kematian Ibu


Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian wanita yang
terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya
kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan. Indikator yang
umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu (Maternal
Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini mencerminkan obstetrik yang dihadapi oleh seorang ibu sewaktu
hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali, resikonya meningkat dan
digambarkan sebagai resiko kematian ibu spanjang hidupnya, yaitu
probabilitas menjadi hamil dan probabilitas kematian karena kehamilan
sepanjang masa reproduksi.
Penyebab Kematian tersebut dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar,
yaitu
1. Penyebab kematian langsung
Penyebab kematian berkaitan langsung dengan perjalanan kehamilan,
persalinan, post partum, sampai dengan sekitar masa puerperium. Bentuk
penyebab kematian adalah “trias klasik” berupa perdarahan, infeksi, dan
gestosis.
2. Penyebab kematian antara
Faktor penyebab kematian bersumber dari individu yang bersangkutan,
seperti grandemultipara, serta penyakit yang menyertai kehamilan, seperti
penyakit jantung, paru, dan ginjal, asma, dan infeksi pada kehamilan,
persalinan, serta kala nifas. Kehamilan yang disertai penyakit ini dapat
dimasukkan ke dalam kehamilan resiko tinggi dalam skala terbatas.

3
3. Penyebab kematian tidak langsung
a. Penyebab yang menyangkut keadaan umum di tengah masyarakat,
seperti kehamilan dengan anemia, tindakan yang tidak aman, dan
tidak bersih pada abortus, dan kekurangan gizi pada ibu hamil
b. Penyebab yang berkaitan dengan keterlambatan
1) Terlambat pengiriman referal karena berbagai alasan,
terutama karena jarak yang terlalu jauh dan medan yang berat.
2) Terlambat menegakkan diagnosis, sehingga diterima di
teempat rujukan sudah dalam keadaan terminal.
3) Terlambat mendapatkaan penanganan yang adekuat, bersih,
dan aman dipusat rujukan lebih tinggi.
4) Terlambat menyediakan berbagai fasilitas untuk memberikan
pertolongan gawat darurat
c. Tingkat kebudayaan yang masih rendah
1) Perujukan pasien memerlukan persetujuan pemuka
masyarakat.
2) Faktor lingkungan dan mitos masyarakat dapat mempengaruhi
dan memperberat keadaan ibu hamil. (Manuaba, IBG,
Chandranita, Fajar. 2007)

Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu


langsung. Pola penyebab langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan
(25%, biasanya perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam
kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak aman (13%),
dan sebab-sebab lain (8%) (Prawirohardjo. 2008)

2.2 Penyebab kematian dan Kesakitan Ibu


Diperkirakan dari setiapibu yang meninggal dalam kehamilan,
persalinan, atau nifas, 16–17 ibu menderita komplikasi yang mempengaruhi
kesehatan mereka, umumnya menetap. Penyebab utama kematian ibu telah
diuraikan di atas, yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan,
partus macet, dan aborsi. Kesakitan ibu terdiri atas komplikasi ringan sampai

4
berat berupa komplikasi permanen atau menahun yang terjadi sesudah nifas.
Contoh komplikasi ini adalah fistula, inkontinensia urin dan alvi, parrut
uterus, penyakit radang panggul, palsi, dan sindrom sheehan.
WHO memperkirakan sekitar 10% kelahiran hidup mengalami
komplikasi perdarahan pasca persalinan. Komplikasi paling sering dari
perdarahan pasca persalinan adalah anemia. Jika kehamilan terjadi pada
seorang ibu yang telah menderita anemia, maka perdarahan pascapersalinan
dapat memperberat keadaan anemia dan dapat berakibat fatal.
Infeksi juga merupakan penyebab penting kematian dan kesakitan ibu.
Insidensi infeksi nifas sangat berhubungan dengan praktik tidak bersih pada
waktu persalinan dan masa nifas. Infeksi Menular Seksual dalam kehamilan
merupakan factor resiko untuk sepsis, infeksi HIV/AIDS berhubungan
dengan peningkatan insiden sepsis. Sepsis yang resisten terhadap antibiotika
sering terjadi pada ibu-ibu dengan HIV positif, demikian pula infeksi pasca
seksio sesarea.
Eklampsia secara global terjadi pada 0,5% kelahiran hidupdan 4,5%
hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia mempengaruhi banyak organ vital.
Pascakonvulsi pada eklamsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati,
edema paru, perdarahan serebral, dan ablasio retina.
Persalinan mace tmerupakan 8% penyebab kematian ibu secara global.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah fistula vesikovaginalis dan atau
rektovaginalis. Di samping itu, dapat terjadi komplikasi yang berhubungan
dengan sepsis, terutama jika terjadi ketuban pecah dini. Komplikasi lain
adalah ruptura uteri yang dapat mengakibatkan perdarahan dan syok, bahkan
kematian.(Prawirohardjo. 2008)
Persalinan lama merupakan pula penyebabkematianjanin. Janin
meninggal karena tekanan berlebihan pada plasenta dan tali pusat. Kematian
janin dapat menjadi trigger terjadinya koagulasi intravaskular disseminata
dengan akibat perdarahan, syok, dan kematian
Insiden aborsi tidak aman secara global adalah sekitar 20 juta per tahun,
atau 1 di antara 10 kehamilan atau 1 aborsi tidak aman dengan 7

5
kelahiranhidup. Komplikasi yang terjadiberupa sepsis, perdarahan, trauma
genital dan abdominal, perforasi uterus, dankeracunanbahan abortifasien.
Kematian dapat terjadi karena gangren gas dan gagal ginjal akut. Komplikasi
jangka panjang aborsi tidak aman adalah nyeri panggul menahun, penyakit
radang panggul, oklusi tuba, dan infertilitas sekunder. Dapat pula terjadi
kehamilan ektopik, persalinan prematur, atau abortus spontan pada kehamilan
berikutnya.
Kesakitan yang menyusul penyebab tidak langsung adalah misalnya
anemia, malaria, hepatitis, tuberkolusis, dan penyakit kardiovaskuler. Salah
satu kesakitan yang utama adalah anemia, yang disamping menyebabkan
kematian melalui henti kardiovaskular, juga berhubungan dengan penyabab
langsung kematian ibu. Ibu yang anemia tidak dapat menoleransi kehilangan
darah seperti perempuan sehat tanpa anemia. Pada waktu persalinan,
kehilangan darah 1.000 ml tidak mengakibatkan kematian pada ibu sehat,
tetapi pada ibu anemia, kehilangan darah kurang dari itu dapat berakibat fatal.
Ibu anemia juga meningkatkan resiko operasi atau penyembuhan luka tidak
segera, sehingga luka dapat terbuka seluruhnya.
Malaria meningkatkanrisiko anemia ibu, prematuritas, dan BBLR
padakehamilanpertama. Prevalensi dan densitas parasitemia pada
primigravida lebih tinggi dari pada ibu tidak hamil. Infeksi HIV juga
meningkatkan resiko komplikasi malaria. Hepatitis virus dalam kehamilan
merupakan keadaan yang meningkatkan case fatality rate35 kali daripada ibu
tidak hamil. Hepatitis virus umumnya terjadi pada trimester tiga kehamilan,
dapat menyebabkan persalinan prematur, gagal hati, perdarahan, dan janin
pada umumnya sulit diselamatkan.(Prawirohardjo. 2008)
2.3 Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia
Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak banyak berubah, yaitu
perdarahan, eklampsia, komplikasi aborsi, partusmacet, dan sepsis.
Perdarahan yang bertanggung jawab atas sekitar 28% kematian ibu, sering
tidak dapat diperkirakan dan terjadi tiba-tiba. Sebagian besar perdarahan
terjadi pascapersalinan, baik karena atonia uteri maupun sisa plasenta. Hal ini

6
menunjukkan penanganan kala III yang kurang optimal dan kegagalan sistem
pelayanan kesehatan menangani kedaruratan obstetri dan neonatal secara
cepat dan tepat. Eklampsia merupakan penyebab nomor 2, yaitu sebanyak
13% kematian ibu. Sesungguhnya kematian karena eklamsia dapat dicegah
dengan pemantauan dan asuhan antenatal yang baik serta dengan teknologi
sederhana.
Aborsi tidak aman merupakan penyebab dari 11% kematian ibu.
Kematian ini dapat dicegah jika ibu mempunyai akses terhadap informasi dan
pelayanan kontrasepsi dan asuhan pasca keguguran. Penyebab kematian ibu
lainnya adalah sepsis, kontributor 10% kematian ibu di Indonesia. Sepsis pun
dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih, deteksi dini
infeksi, dan asuhan nifas yang baik. Partus macet berkontribusi sekitar 9%
kematian ibu di Indonesia.(Prawirohardjo. 2008)

7
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI pada tahun 1991, yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun
meskipun tidak terlalu signifikan. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015
adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015.

2.4 Penyebab lainnya


Resiko kematian ibu dapat ditambah dengan adanya anemia, penyakit
infeksi seperti malaria, TBC, hepatitis atau HIV/AIDS. Pada 1995 prevalensi
anemia adalah 51% pada ibu hamil. Anemia dalam kehamilan akan
menyebabkan meningkatnya faktor keguguran, prematuritas, atau berat bayi
lahir rendah. Defisiensi energi kronis merupakan penyebab lain kematian ibu.
Status sosial ekonomi keluarga, pendidikan, budaya, akses terhadap
pelayanan kesehatan, serta transportasi juga berperan pada kematian ibu.

8
Disamping berbagai penyebab yang diuraikan di atas, Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah yang secara langsung ataupun tidak langsung
berperan mempersuli tupaya penurunan AKI, seperti masalah pertumbuhan
penduduk, transisi demografi, desentralisasi, utilisasi fasilitas kesehatan,
pendanaan dan kurangnya koordinasi instansi terkait baik di dalam negeri
maupun bantuan dari luar negeri.(Prawirohardjo. 2008)
2.5 Kerangka konseptual untuk meganalisis determinan kematian ibu

Pada 1992 McGarthy dan Maine mengembangkan suatu kerangka


konseptual kematian ibu, kerangkai ini secara sederhana untuk menganalisis
determinan kematian kesakitan ibu. Terdapat 3 komponen dalam proses
kematian ibu. Yang paling dekat dengan kematian dan kesakitan adalah
kehamilan, persalinan, atau komplikasinya. Seorang perempuan harus hamil
atau bersalin dahulu sebelum dapat digolongkan sebagai kematian ibu.
Komponen kehamilan, komplikasi, atau kematian ini secara lengkap
dipengaruhi oleh 5 determinan antara, yaitu kesehatan, status reproduksi,
askses terhadap pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, dan faktor lain yang
tidak diketahui. Determinan antara lain dipengaruhi oleh determinan lain
yang digolongkan sebagai komponen sosioekonomi dan budaya. Tiap-tiap
komponen dirinci lebih lanjut sebagaimana diuraikan dalam gambar 2.

Determinan jauh Determinan antar Hasil

9
Status kesehatan
kehamilan

Status reproduksi
Faktor-faktor komplikasi
sosial ekonomi
dan budaya Akses terhadap pelayanan kesehatan

Mati/cacat
Perilaku/pemanfaatan pelayanan kesehatan

Faktor-faktor yang tidak diketahui/tidak


diperkirakan

Gambar 1. Kerangka analisis determinan kematian dan kesakitan ibu

Berdasarkan kerangka konseptual ini intervensi dapat dilakukan dengan:

1. Mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya


kehamilan berencana
2. Mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan, persalinan, atau masa nifas dengan melakukan
asuhan antenatal dan persalinan bersih dan aman
3. Mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang berakhir dengan
kematian atau kesakitan melalui pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial
Dasar dan komperhensif

Determinan jauh Determinan antara Hasil

10
Status perempuan Status kesehatan
kehamilan
dalam keluarga dan 1. Gizi
masyarakat 2. Penyakit infeksi
1. Pendidikan 3. Penyakit menahun
2. Pekerjaan 4. Riwayat komplikasi
3. Pendapatan kehamilan
4. sosial Komplikasi
Status reproduksi 1. Perdarahan
Status keluarga 1. Umur 2. Infeksi
dalam masyarakat 2. Paritas 3. Preeklampsia/
1. Pendapatan 3. Status marital
Keluarga Eklampsia
2. Pendidikan 4. Partus mancet
Akses terhadap
3. pekerjaan 5. Ruptura uteri
pelayanan kesehatan
Status masyarakat 1. Lokasi
1. Kesehatan 2. Jenis pelayanan
2. Sumber daya yang tersedia
3. Transportasi 3. Kualitas pelayanan
4. Akses terhadap Mati/cacat
4.
informasi

Perilaku terhadap
pelayanan kesehatan
1. KB
2. Asuhan antenatal
3. Asuhan persalinan
4. Pelayanan
tradisional
5. Abortus
6.

Faktor yang
tidak diketahui/ tidak
diperkirakan

Gambar 2. Kerangka analisis determinan kematian dan kesakitan ibu

2.6 Kematian Perinatal dan Neonatal

11
Telah terjadi penurunan angka kematian anak dalam 10-15 tahun
terakhir meskipun kematian neonatal dini dan lahir mati masih tinggi. Dari
7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu
perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi
pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap bayi baru lahir
meninggal, terjadi pula 1 lahir mati. Penyebab kematian adalah asfiksia,
trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab
lain. Jika tidak meninggal, keadaan ini akan meninggalkan masalah bayi
dengan cacat.
Beban kesakitan karena perinatal besar. Kematian karena kondisi
perinatal saja dengan 2.15 juta Disability adjusted life years (DALYS) karena
defek kelahiran, tetanus neonatorum, sifilis kongenital, lahir mati, HIV/AIDS
karena transmisi perinatal. Juga belum termasuk kebutaan karena infeksi
gonorea pada mata, kebutaan, tuli, dan masalah jantung karena infeksi rubela.
Penurunan angka kemtian perinatal yang lambat disebabkan pula oleh
kemiskinan, status perempuan yang rendah, gizi buruk, deteksi dan
pengobatan kurang cukup, kehamilan dini, akses dan kualitas asuhan
antenatal, persalinan, dan nifas yang buruk.(Prawirohardjo. 2008)
2.7 Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Secara garis besar, upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal
adalah sebagai berikut.
1. Membina kesepakatan politik
a. Meningkatkn upaya pembangunan dalam arti luas sehingga siklus
kemiskinan dapat diubah menjadi siklus kesejahteraan.
b. Menetapkan sasaran yang hendak dicapai
1) Meningkatkan pendidikan masyarakat sehingga memudahkan
penerimaan KIE-KIEM hidup sehat.
2) Meningkatkan penerimaan gerakan KB, karena KB merupakan
salah satu sisi aspek poleksosbudhankan keluarga.
3) Meningkatkn penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (NKKBS), sehingga kualitas individu dapat

12
ditingkatkan untuk menuju perbaikan kualitas dan potensi
masyarakat.
c. Menetapkan ukuran yang digunakan untuk menilai kualitas
masyarakat
1) Aspek fisik: jumlah angka kematian ibu dn perinatal, usia
harapan hidup.
2) Aspek nonnfisik: produktivitas tinggi, kemandirian sosial
tinggi, pengangguran rendah, situasi poleksosbudhankam dapat
dikendalikan.
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat. Masyarakat sesungguhnya adalah
sasaran dan sekaligus pembangunan yang harus diikutsertakan dan terlibat
di dalam upaya meningkatkan proses pemeliharaan kesehatannya. Dalam
upaya ini, bidan dan petugas Puskesmas berperan sangat besar untuk
membangkitkan semangat dan partisipasi masyarakat dengan :
a. Terlibat di dalam posyandu.
b. Mengikuti pembangunan secara langsung d tidak langsung,
diantaranya menerima konsep gerakan KB menuju tingkat
kesejahteraan yang lebih baik.
c. Membantu bidak di desa untuk membangun Polindes (Pondok
Kesehatan Desa), untuk kepentingan dan memudahkan masyarakat.
d. Mungkin dapat menghimpun dana untuk kepentingan kesehatan
umum lingkungannya khususnya unuk mempercepat proses dari
rujukan sehingga diterima masih dalam keadaan optimal sehat.
3. Meningkatkn upaya pelayanan kesehatan. Berbagai upaya kesehatan telah
nyata dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat. Peranan pemerintah
sangat dominan, tetapi masyarakat juga diperkenankan untuk
berpartisipasi. Pemerintah telah membangun mata rantai pelayanan
kesehatan mulai dari tingkat tertinggi sampai tingkat bawah.
a. Pusat rujukan nasional rumah sakit: RSU Cipto mangunkusumo,
Jakarta; RSU Dr. Soetom, Surabaya; RSU rujukan nulear Hasan

13
Sadikin, Bandung; RS Harapan Kita Pusat rujukn Bayi Tabung,
Jakarta; RS Kanker, Jakarta.
b. Pusat rujukan propinsi: Rumah Sakit Umum Pusat; Rumah Sakit
Daerah. Di setiap provinsi terdapat rumah sakit yang tergolong tipe
B (plus) da sebagian menjadi Rumah Sakit Pendidikan.
c. Rumah sakit kabupaten yang dilengkapi dengan empat hingga
spesialis pokok dan fasilitas lain yang diperlukan. Sebagai menjadi
rumah sakit rujukan bagi kabupaten lain. Di Kabupaten, bagian
Obgin harus mampu memberikan pelayanan POEK dan PONEK.
Pertolongan persalinan dibantu dengan pertograf WHO.
d. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) didirikan untuk
mendekatkan pelayanan terhadap msyarakat. Puskesmas kini dapat
dilayani oleh bebrapa orang dokter dengan pembagian kerja sesuai
dengan minatnya. Fungsi Puskesmas harus dapat memberikan
pelayanan kesehatan, khususnya untuk Obgin, dengan memberikan
Pelayanan Obstetri Emergensi Darurat (POED), dan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi Darurat (PONED).
Puskesmas yang mempunyai tempat tidur diharuskan mampu
memberikan pertolongan persalinan dengan partografWHO.
e. Bidan di desa
Bidan secara terbatas harus diberikan alih ilmu pengetahuan
dan teknologi Obstetri dan Ginekologi, sehingga mereka dapat
memberikan pertolongan dalam keadaan darurat. Bidan harus
mampu meningkatkan semangat partisipasi masyarakat dalam upaya
kesehatan umum dan khusus. Mereka harus mampu bekerja sama
dengan dukun sapai pada suatu saat mereka akan menggantikan
dukun untuk memberikan pertolongan persalina secara bersih dan
aman. Bidan juga harus mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan khusus melalui Posyandu.

14
Dengan memperhatikan jenjang kesehatan yang di
canangkan, pemerintah sangat berusaha untuk mendekatkan tempat
pelayanan ke tengah masyarakat sehingga layanan tersebut
memberikan kemudahan bagi masyrakat. Namun, pada akhirnya,
pengelolaan da pemanfaatan fasilitas tersebut berpulang kembali
pada tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sendiri.
4. Meningkatkan upaya pelaksanaan kesehatan. Dapat dikemukakan bahwa
upaya umum kesehatan bersumber dari konsep kesehatan dibawah ini.
a. Upaya promotif. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
yang sudah dicapai.
b. Upaya preventif
1) Mengupayakan untuk menghindari terkena penyakit sehingga
kesehtan tetap terpelihara secara optimal.
2) Mengupayakan untuk menghindari penularan penyakit dengan
meningkatkan daya tahan tubuh, diantaranya dengan vaksinasi.
c. Upaya kuratif
1) Meningkatkan ilmu pengetahuan da teknologi kedokteran
dengan berbagai subspesialisasi.
2) Meningkatkan sarana penunjang sehingga mampu menegakkan
diagnosis dini.
3) Meningkatkan kemampuan untuk mengikuti perkembangan
IpTekDok dunia, sehingga kita mampu bersaing di dunia dan
bukan hanya menjadi pasar karena jumlah penduduk yang besa.
d. Upaya rehabilitasi. Setelah menderita penyakit, masih diperlukan
penanganan untuk mampu pulih kembali ke fungsi yang optimal.
Upaya rehabilitasi juga berarti mempersiapkan penderita supaya
dapat diterima di masyarakat, dalam kondisi pascarehabilitasi yang
baru.

15
Menurunkan angka kematian ibu dan perinatal tida dapat dilakukan
dengan mudah, melainkan pertimbangan yang kompleks dan menyeluruh
untuk mengerahkan semua.(Manuaba, IBG, Chandranita, Fajar. 2007)

BAB 3
PENUTUP

16
3.1 Kesimpulan
1. Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
tergantung pada tempat atau usia kehamilan. Klasifikasi penyebab
kematian ibu yaitu penyebab kematian langsung, antara, dan tidak
langsung.
2. Diperkirakan dari setia pibu yang meninggal dalam kehamilan,
persalinan, ataunifas, 16 – 17 ibu menderita komplikasi yang
mempengaruhi kesehatan mereka, umumnya menetap. Penyebab utama
kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan,
partus macet, dan aborsi
3. Penyebab kematian ibu sejak dahulu di Indonesia tidak banyak berubah,
yaitu perdarahan, eklampsia, komplikasiaborsi, partusmacet, dan sepsis
4. Penyebab lainnya yaituadanya anemia, penyakitinfeksiseperti malaria,
TBC, hepatitis atau HIV/AIDS.
5. Pada 1992 McGarthy dan Maine mengembangkan suatu kerangka
konseptual kematian ibu yang secara garis besar menguraikan kerangkai
ini secara sederhana untuk menganalisis determinan kematian kesakitan
ibu.
6. Telah terjadi penurunan angka kematian anak dalam 10-15 tahun terakhir
meskipun kematian neonatal dini dan lahir mati masih tinggi. Dari 7,7 juta
kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu perinatal
atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada
minggu pertama kehidupan.
7. Secara garis besar upaya menurunkan angka kematian ibu dan perinatal
adalah membina kesehatan politik, meningkatkan partisipasi masyarakat,
meningkatkan upaya pelayanan kesehatan, dan meningkatkan upaya
pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Setelah ditarik kesimpulan sebagaimana tersebut di atas selanjutnya
penulis mengajukan beberapa saran, yaitu sebagai berikut :Untuk Mahasiswa

17
diharapkan mahasiswa dapat berpartisipasi dalam upaya menekan AKI dan
AKB sesuai kemampuan dan teori yang sudah didapatkan.Untuk Akademi
diharapkan Akademi dapat memberikan penilaian terhadap mahasiswa
apakah sudah memahami penjelasan dari tugas yang diberikan. Untuk
Masyarakat diharapkan masyarakat dapat mengetahui AKI dan AKB dan
upaya-upaya yang sudah dan yang akan dilaksanakan untuk menekan AKI
dan AKB.

Daftar Pustaka

18
Manuaba, IBG, Chandranita, Fajar. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. IlmuKebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

19

Anda mungkin juga menyukai