TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
1. Definisi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan
Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, di rumah, dan tempat rekreasi (Kussiono,2004).
1
Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika
bekerja
Peralatan apa yang mereka gunakan
Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan
pekerja
Pekerjaan dan tempat kerja dapat menimbulkan cedera dan luka pada
tubuh. Untuk menghindari cedera, pertama-tama yang dapat kita
lakukan adalah mengidentifikasi resiko. Setelah resiko diidentifikasi,
kemudian mencari jalan untuk menghilangkannya (Tarwaka, 2004).
2
yang bergetar getaran
Dingin Atau Dingin mengurangi daya Atur suhu ruangan, beri
Panas Yang raba, arus darah, insulasi pada tubuh.
Ekstrim kekuatan, dan
keseimbangan. Panas
menyebabkan kelelahan
Organisasi Termasuk bekerja dengan Beban kerja yang layak,
Kerja Yang irama mesin, istirahat istirahat yang cukup,
Buruk yang tidak cukup, pekerjaan yang
kerja yang monoton, bervariasi, otonomi
beberapa pekerjaan yang individu
harus dikerjakan dalam
satu waktu
3
menggerakan tangan.
Tenosynovitis : Sakit, bengkak, sulit Gerakan yang
radang pada tendon menggerakan tangan. berulang-
dan/atau pangkal ulang dan berat.
tendon Dapat
disebabkan oleh
peningkatan kerja
yang
tiba-tiba, atau
pengenalan
pada proses baru
Tegang pada leher Rasa sakit di leher dan Menahan postur
atau bahu: radang bahu yang kaku
pada tendon dan
atau pangkal
tendón
Gerakan jari yang Kesulitan Gerakan berulang-
tersentak: radang menggerakkan ulang. Terlalu lama
pada tendon jari dengan pelan, mencengkam,
dan/atau dengan terlalu keras atau
pangkal tendon di atau tanpa rasa sakit terlalu
jari sering
4. Keluhan Muskuloskeletal
Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan yang sering terjadi
adalah keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang
mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama
akan menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dengan keluhan muskuloskeletal disorders atau cedera pada sistem
muskuloskeletal.
4
2. Keluhan menetap, yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit
pada otot masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai industri telah banyak dilakukan dan
hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
punggung, pinggang dan otot-otot bawah. Di antara keluhan otot
skleletal tersebut yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian
pinggang (low back pain) (Widyastuti,2009).
5
(Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain Injuries), CTD
(Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion Injury).
Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri
punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki.
Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya MSD yaitu posture
yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali,
dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007). Level MSD dari yang
paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam
bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas.
6
postur kerja serta menggunakan instrument-instrumen pencegahan
MSD.
7
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan,
sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Sistem-sistem
tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan
dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi,
sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan
sistem saraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi
karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu
ergonomik/ person centered ergonomics (Moore, 2002).
8
Gambar 3. Anatomi tulang belakang (Snell, 2005)
9
sacrum tergabung menjadi satu kesatuan dan membentuk tulang
yang kuat.
10
a) Diskogenik
Sindroma radikuler biasanya disebabkan oleh suatu hernia nucleus
pulposus yang merusak saraf-saraf disekitar radiks. Diskus hernia
ini bisa dalam bentuk suatu protrusio atau prolaps dari nucleus
pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks.
Lokalisasinya paling sering di daerah lumbal atau servikal dan
jarang sekali pada daerah torakal.
b) Non-diskogenik
Biasanya penyebab LBP yang non-diskogenik adalah iritasi pada
serabut sensorik saraf perifer, yang membentuk n.iskiadikus dan
bisa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau
imunologis, yang mengiritasi n.iskiadikus dalam perjalanannya dari
pleksus lumbosakralis, daerah pelvik, sendi sakro-iliaka, sendi
pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus/ neuritis n.
iskiadikus (Cohen, K. 2007).
11
a) Sikap tubuh dan desain tempat kerja
Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan sakit punggung. Posisi statis, terus
menerus akan menyebabkan otot-otot menjadi spasme dan akan
merusak jaringan lunak.
Sikap duduk yang baik adalah (Lutam, B. 2005):
(1) Tidak menghalangi pernafasan.
(2) Tidak menghambat sistem peredaran darah.
(3) Tidak menghalangi gerak otot atau menghalangi fungsi
organ-organ dalam tubuh.
b) Faktor getaran
Mekanisme dan prevalensi keluhan akibat pengaruh getaran tidak
banyak diketahui. Suatu pegangan alat yang begetar dapat
mempengaruhi gerakan kontraksi otot dalam rangka menstabilkan
tangan tersebut dan alat dengan demikian dapat menimbulkan efek
lebih pada punggung dan leher.
c) Faktor psikososial
Stres dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan
faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah
punggung
d) Faktor Indvidu
Faktor umur
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada
tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30
tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan
parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas
pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang,
semakin tinggi risiko orang tersebut tersebut mengalami
penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu
timbulnya gejala LBP. Bahwa pada umumnya keluhan
muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65
tahun. Pada usia 35, kebanyakan orang memiliki episode
pertama mereka kembali sakit (Trimunggara, 2010).
Faktor jenis kelamin
Laki–laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai dengan 60 tahun, namun pada
12
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan
ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang. Pada peneltian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-
rata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari
kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan
kaki yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara
pria dan wanita adalah 1:3 (Tarwaka, 2004).
Faktor risiko kebiasaan olahraga
Banyak faktor yang mempengaruhi kesegaran jasmani
seseorang, salah satunya gaya hidup seperti konsumsi makanan,
pola aktivitas, dan kebiasaan merokok. 80% kasus nyeri tulang
punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan
(tonus) otot atau kurang berolah raga (Meliala, 2004).
Faktor status gizi
Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan
meningkatkan insiden terjadinya gangguan musculoskeletal,
terutama pada punggung bawah karena lumbal merupakan titik
mobilitas dari punggung. Berat badan yang berlebihan
menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga pusat
gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan
lordosis lumbalis, akan bertambah yang kemudian menimbulkan
kelelahan pada otot.
Faktor risiko rokok
Dalam laporan resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah
kematian akibat merokok tiap tahun adalah 4,9 juta dan
menjelang tahun 2020 mencapai 10 juta orang per tahunnya.
Hubungan yang signifikan antar kebiasaan merokok dengan
keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang
memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu,
13
merokok dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan
mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat
terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Trimunggara,
2010).
Faktor masa kerja
Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya
seseorang bekerja disuatu perusahaan. Terkait dengan hal
tersebut, nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
bermanifestasi. Jadi semakin lama waktu bekerja atau semakin
lama seseorang terpajan faktor risiko maka semakin besar pula
risiko untuk mengalaminya.
Faktor bersandar saat bekerja
Bekerja dalam posisi duduk dengan sandaran yang tepat
memberikan keuntungan yakni kurangnya kelelahan pada kaki,
terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya
pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi
darah (Trimunggara,2010)
14
menegangnya otot-otot, bebasnya adrenalin, meningkatnya
perdarahan ke dalam organ-organ yang perlu bekerja, lebih
dalamnya pernafasan lebih cepatnya jantung dan nadi, bertambah
tingginya tekanan darah, meningkatnya kebutuhan akan tenaga,
serta pembebasan lemak dan gula ke dalam darah. Waktu bekerja
dan istirahat dipengaruhi oleh beban kerja, cara kerja, lingkungan
kerja dan syarat kerja. Sebenarnya jika faktor-faktor pekerjaan
sangat luas sifatnya, pengaturan waktu bekerja dan istirahat yang
tepat adalah individual (Suma’mur, 2009).
b. Lamanya bekerja
Lama bekerja dalam hubungan pelaksanaan tugas dan
pemeliharaan keadaan tubuh tetap bertalian dengan pekerjaan
sewaktu-waktu menurut beban kerja, pekerjaan dalam sehari,
seminggu, dan lain-lain. Lamanya seseorang bekerja sehari secara
baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat atau
kehidupan keluarga dan masyarakat.
c) Istirahat
Telah diuraikan sebelumnya bahwa secara fisiologis istirahat sangat
perlu untuk mempertahankan kapasitas kerja. Waktu istirahat tidak
saja perlu bagi kegiatan fisik saja tetapi juga untuk pekerjaan
15
mental yang memerlukan aktivitas saraf. Sebagai contoh adalah
pekerjaan repetitif yang memerlukan waktu-waktu istirahat.
Terdapat 4 jenis istirahat, yaitu :
(1) Istirahat secara spontan, yaitu istirahat pendek setelah
pembebanan.
(2) Istirahat curian, yaitu istirahat yang terjadi jika beban kerja tak
dapat diimbangi oleh kemampuan kerja.
(3) Istirahat oleh karena ada pertalian dengan proses kerja
tergantung dari peralatan atau prosedur-prosedur kerja.
(4) Istirahat yang di tetapkan, yaitu istirahat atas dasar ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan tentang pengaturan waktu
kerja (pasal 79, ayat 2) yaitu istirahat antara jam kerja,
sekurang-kurangnya ½ jam setelah bekerja selama 4 jam
bekerja terus menerus (Suma’mur, 2009).
16
dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang
tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
b) Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya
(psychological overlay).
17
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila
ada hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper
motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat
membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
18
pasien diangkat sejauh 400 dan sejauh 900. Percobaan ini
untuk merenggangkan nervus ischiadicus dan radiks-
radiksnya. Penderita dalam posisi terlentang dan tidak
boleh tegang (Harsono, 2009).
b) Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang
dan pada sendi sakroiliaka. Tindakan yang dilakukan
adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
19
X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,
sendi, dan luka degeneratif pada spinal. Gambaran x-ray
sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran
sehingga efek radiasi dapat dikurangi. X-ray merupakan tes
yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan
keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri
punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes
penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto x-ray dilakukan
pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan bila perlu oblique
kanan dan kiri.
Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan x-ray pada spinal cord dan
canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu
cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis,
sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar
fluoroskopi dan gambar x-ray. Myelogram digunakan untuk
diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus
intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.
20
Gambar 6. Hasil foto spinal cord
21
Gambar 7. Hasil lumbar spine
22
o Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik
biasa. Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan
ketergantungan
b) Terapi fisik
1. Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi
pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang
membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah
baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam
kecepatan penyembuhan.
2. Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi
inflamasi dan spasme otot. Pada keadaan akut biasanya
dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas
maupun dingin.
3. Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada LBP akut namun
dapat digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi
akut atau nyeri pada LBP kronis. Sebagai penyangga korset
dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat
mengurangi spasme.
4. Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal
pada punggung seperti jalan kaki, naik sepeda atau
berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
23
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik,
kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan
latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon
sehingga aliran darah semakin meningkat.
5. Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya
vertebra lumbosakral tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan
ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan
untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi
meringkuk seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai
digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan
posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung
bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu
ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai rentang
maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali
gerakan, 2 kali sehari.
6. Latihan penguatan
(1) Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki
ke depan dan belakang dari posisi berbaring.
(2) Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring
lutut ditekuk dan kembali diluruskan dengan tumit tetap
menempel pada lantai (menggeser tumit).
(3) Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi
telentang, dengan lutut dan punggung fleksi, kaki
bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan
pada lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari
lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu pada
lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis
vertebra lumbal.
(4) Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan
jarak 10-20 cm, kemudian punggung menekan dinding
dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
24
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk
memperkuat muskulus kuadriseps.
c) Terapi operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi
pada saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang.
Tindakan operatif pada LBP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa: (Suryamiharja, 2000).
(1) Defisit neurologik memburuk.
10.Pencegahan
25
Cara pencegahan terjadinya low back pain dan cara mengurangi nyeri
apabila LBP telah terjadi dapat dilakukan sebagai berikut (Kaufmann,
2000):
a) Latihan Punggung Setiap Hari
(1) Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.
Tekukan satu lutut dan gerakkanlah menuju dada lalu tahan
beberapa detik. Kemudian lakukan lagi pada kaki yang lain.
Lakukanlah beberapa kali.
(2) Berbaringlah terlentang dengan kedua kaki ditekuk lalu
luruskanlah ke lantai. Kencangkanlah perut dan bokong lalu
tekanlah punggung ke lantai, tahanlah beberapa detik
kemudian relaks. Ulangi beberapa kali.
(3) Berbaring terlentang dengan kaki ditekuk dan telapak kaki
berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial, dengan melipatkan
tangan di tangan dan mengangkat bahu setinggi 6 -12 inci dari
lantai. Lakukan beberapa kali.
b) Berhati-hati saat mengangkat
(1) Gerakanlah tubuh kepada barang yang akan diangkat sebelum
mengangkatnya.
(2) Tekukan lutut, bukan punggung, untuk mengangkat benda
yang rendah.
(3) Peganglah benda dekat perut dan dada. Tekukan lagi kaki saat
menurunkan benda.
(4) Hindari memutarkan punggung saat mengangkat suatu benda.
c) Lindungi punggung saat duduk dan berdiri.
(1) Hindari duduk di kursi yang empuk dalam waktu lama.
(2) Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja,
pastikan bahwa lutut sejajar dengan paha. Gunakan alat Bantu
(seperti ganjalan/ bantalan kaki) jika memang diperlukan.
(3) Jika memang harus berdiri terlalu lama, letakkanlah salah satu
kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Berjalanlah sejenak
dan mengubah posisi secara periodik.
(4) Tegakkanlah kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan
baik tidak teregang.
(5) Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga
pada saat duduk dikursi.
d) Tetaplah aktif dan hidup sehat
26
(1) Berjalanlah setiap hari dengan menggunakan pakaian yang
nyaman dan sepatu berhak rendah.
(2) Makanlah makanan seimbang, diet rendah lemak dan banyak
mengkonsumi sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
(3) Tidurlah di kasur yang nyaman.
(4) Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau
terjadi trauma.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
27
Cailliet R. 2005. Cervical And Neck Pain. 3nded. FA Davis Co. Philadelphia.
Dr. Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Fajrin I. 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Low Back Pain karena
Spondylosis Lumbal dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation dan Terapi Latihan William Flexion Exercise. Surakarta.
28
Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4921/BAB%20I%20-
VI.docx?sequence=2 diakses tanggal 6 Juni 2015.
Snell, Richard S,. 2005. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih
bahasa Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.
29