METALOGRAFI KUALITATIF
4.1. Tujuan
1. Mengetahui metode metodemetalografi kuantitatif
2. Mengetahui bentuk fasa dari baja AISI 1045 hasil perlakuan panas dengan
berbagai media pendingin.
3. Mengetahui cara penggunaan mikroskop optik
4. Mengetahui alat dan bahan yang di gunakan dalam pengujian metalografi
kualitatif
36
[BAB IV METALOGRAFI KUANTITATIF] KELOMPOK 5
3. Pembingkaian (Mounting)
Bahan uji yang relatif kecil dan sukar untuk dipegang pada waktu akan digerinda atau
dipoles maka bahan tersebut perlu disalut. Untuk penyalutan dipakai alat penyalut dan
bahan penyalut seperti pada tabel . Proses penyalutan ada dua cara yaitu menggunakan
alat pembingkaian untuk bahan yang memerlukan panas dan penyalutan untuk bahan
yang tidak memerlukan panas hanya menggunakan cetakan saja.
1. Phenolic
4. Penggerindaan
Penggerindaan benda uji dilakukan pada kertas ampelas dimulai dari tingkat kasar
sampai tingkat halus. Tingkatan kehalusan kertas ampelas ditentukan oleh ukuran
serbuk silikon karbida pada kertas tersebut. Kertas ampelas tingkat kehalusan 220
berarti serbuk silikonkarbida kertas itu dapat lolos dari ayakan dengan 220 lubang pada
luas 1 inchi2.
a. Digerinda pada tingkat 220 dengan arah tegak lurus pada garis pemotonan bahan uji.
b. Digerinda pada tingkat 320 tegak lurus pada arah penggerindaan pertama
c. Digerinda pada tingkat 400 tegak lurus pada arah penggerindaan kedua
d. Digerinda pada tingkat 600 tegak lurus pada arah penggerindaan ketiga
Dalam waktu penggerindaan tekanan tangan pada kertas ampelas jangan terlalu kuat
dan bahan uji dialiri air pendingin yang banyak. Fungsi air untuk mencegah panas yang
terjadi pada bahan uji tersebut.
5. Pemolesan (Polishing)
Untuk meningkatkan tingka kehalusan yang maksimal maka bahan uji yang telah
digerinda selanjutnya diproses polishing. Mesin poles metalografi terdiri dari iringan
yang berputar dan diatasnya diberi kain poles terbaik namanya kain selvyt (sejenis kain
beludru). Cara pemolesannya yaitu benda uji diletakkan di aas piringan yang berputar
dan kain poles diberi air serta ditambahkan sdikit pasta poles. Pasta poles yang biasa
dipakai adalah jenis Alumina (Al2O3) yang dalam perdagangan ada yang diberi nama
Diamatin atau Gama Alumina atau Pasta Intan. Selama pemolesan kain poles tersebut
harus selalu diberi tetesan air. Putaran piringan pada mesin poles metalografi anara 100
rpm sampai 300 rpm.
Untuk meyakinkan hasil pemolesan terakhir apakah sudah bebas dari garis-garis
pemotongan atau belum maka bahan uji yang sudah dibersihkan dapat dilhat di bawah
mikroskop pada pembesaran 50 kali atau 100 kali. Bila masih terdapat garis-garis pada
permukaan benda maka proses polishing dilanjutkan terus menerus sampai tidak
terdapat garis-garisnya.
6. Pengetsaan (Etching)
Hasil dari proses pemolesan akan berupa permukaan yang mengkilap seperti cermin.
Agar struktur logam terlihat jelas maka permukaan tersebut dietsa. Berikut ini beberapa
larutan etsa untuk pemeriksaan makro dan mikro yang biasa dipakai dalam metalografi.
A. Bahan larutan etsa makro
a. Hidrochloric, komposisinya 50 % asam hidroclhoric dalam air dengan menggunakan
suhu 700-800 sampai 1 jam. Pemakaiannya untuk besi dan baja.
b. Sulphuric, komposisinya 20 % asam sulphuric dalam air dengan menggunakan suhu
80% waktu yang dipakai 10-20 detik. Penggunaannya untuk bahan besi dan baja.
c. Nitric, komposisinya 25 % asam Nitric dalam air, seperti a dan b boleh dingin kalau
cocok. Pemakaiannya untuk bahan besi dan baja.
C. Tahapan Pengetsaan
B
Melakukan pembingkaian pada setiap spesimen
analisa
kesimpulan
7. Alkohol secukupnya
8. Kapas secukupnya
9. Tisu gulung secukupnya
4.5. Pengolahan dan Pengumpulan Data
4.5.1. Pengumpulan Data
Foto spesimen sebelum di metalografi
b. Normalizing
sampai permukaan rata dan mengkilap seperti kaca dengan arah 90, 0, 270, 180 derajat.
Pada tahap pengamplasan menggunakan mesin di utamakan tidak ada beberapa dimensi
akibat terlalutertekannya spesimen ke amplas. Proses berikutnya adalah pemolesan,
yang bertujuan untuk menghilangkan goresan hasil pengamplasan. Proses berikutnya
adalah pengetsaan menggunakan nital3%. Pengetsaan berfungsi untuk membuat
gambaran konfigurasi batas butir. Prinsipnya adalah ketika proses etsa ion ion akan
menuju ketempat tempat yang anodik katodik pada permukaan yang di poles. Pada
proses berikutnya adalah pengamatan menggunakan mikroskop dengan mikroskop
optik.
Dan didapatkan hasil bahwa data sesuai dengan standar bahwa pada spesimen yang di
beri perlakuan annealing menghasilkan fasa perit dan pearlit, spesimen yang diberi
perlakuan normalizing menghasilkan fasa perit dan pearlit, spesimen yang diberi
perlakuan quenching oli menghasil fasa pearlit dan martensit. Spesimen yang diberi
perlakuan quenching air garam menghasilkan fasa martensit dan austent sisa.
4.7. Kesimpulan
a. Dalam baja AISI 1045 yang diberi perlakuan annealing memberikan hasil fasa
pearlit dan perit.
b. spesimen yang diberi perlakuan normalizing menghasilkan fasa perit dan pearlit
c. spesimen yang diberi perlakuan quenching oli menghasil fasa pearlit dan
martensit
d. Spesimen yang diberi perlakuan quenching air garam menghasilkan fasa
martensit dan austent sisa.