Ukuran dan bentuknya bervariasi dari satu individu ke individu lain, tergantung :
Banyaknya isi
Lanjutnya pencernaan
Kuatnya otot – otot ventrikulus
Keadaan usus – usus disekelilingnya
Dapat dibedakan :
Curvatura mayor
Curvatura minor
Paries ventralis
Paries dorsalis
Pada batas antara corpus dan pars pylorica, lengkung venriculus lebih membuat
suatu sudut atau angulus dengan incisura yang melintang disebut incisura
angularis.
Pada pylorus terdapat tempat yang sempit disebut isthmus dengan vena yang
berjalan melintang. Terdapat serabut – serabut yang berjalan melingkar
membentuk m. Sfingter pylori.
A. Daerah cardia
Foveola lebar dan dalam
Kelenjar amat sedikit, berbentuk tubular simplek bercabang
Sel kelenjar adalah sel mukosa, mirip sel mukosa pada sel pylorus
Kelenjar pendek – pendek dan agak bergelung
C. Daerah pylorus
Terdapat dua jaringan saraf utama intrinsik saluran cerna : pleksus mientrikus (pleksus
Auerbach) di antara lapisan otot longitudinal luar dan sirkular tengah yang berperan pada
kontrol motorik, serta pleksus submukosa (pleksus Meissner) diantara lapisan otot
sirkular tengah dan mukosa yang mensarafi epitel kelenjar, sel endokrin usus, pembuluh
darah submukosa, dan pengaturan berbagai sekresi usus. Secara kolektif, neuron-neuron
ini membentuk sistem saraf usus/enterik. Neurotransmitter di sistem ini meliputi
asetilkolinamin, noreepinefrin, epinefrin, asam amino, gas NO, CO, dll.
Persarafan ektrinsik rangkap dari sistem saraf otonom, berupa baik aktivitas kolinergik
parasimpatis (serabut praganglion) yang meningkatkan kerja otot polos usus mendominasi
pada situasi tenang maupun aktivitas noradrenergik simpatis (serabut pascaganglion) yang
mengurangi kerja otot sambil menimbulkan kontraksi otot sfingter.
Untuk pembuluh darah usus memiliki persarafan rangkap : yaitu meniliki persarafan
noradrenergik ekstrinsik dan persarafan intrinsik melalui serabut sistem saraf enterik.
1. Pengisian lambung
Jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat
mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1000 ml ketika makan.
Akomodasi perubahan volume yang besarnya hingga 20x lipat tersebut akan
menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan
intra lambung jika tidak terdapat dua faktor ini : (1) plastisitas otot polos lambung
dan (2) relaksasi reseptif lambung pada saat ia terisi.
2. Penyimpanan lambung
3. Pencampuran lambung
4. Pengosongan lambung
1. Lemak
Lemak, dicerna dan diserap lebih lambat dibandingkan dengan nutrien
lain. Selain itu, pencernaan dan penyerapan lemak hanya berlangsung di
dalam lumen usus halus. Oleh karena itu, apabila di duodenum sudah
terdapat lemak, pengosongan isi lambung yang berlemak lebih lanjut ke
dalam duodenum ditunda sampai usus halus selesai mengolah lemak yang
sudah ada disana.
2. Asam
Asam, karena lambung mengeluarkan asam Hidroclorida, kimus yang
sangat asam dikeluarkan ke dalam duodenum, tempat kimus tersebut
mengalami netralisasi oleh natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disekresikan
ke dalam lumen duodenum oleh pancreas. Dengan demikian, asam yang
tidak dinetralkan di duodenum menghambat pengosongan isi lambung yang
asam lebih lanjut sampai proses netralisasi selesai.
3. Hipertonisitas
Hipertonisitas dan peregangan maksudnya bergantung pada jumlah dan
tingkat keenceran dari kimus yang nantinya berpengaruh pada kerja
duodenum. Semakin banyak dan semakin pekat maka duodenum akan
semakin ekstra bekerja untuk menyerap makanan dan berusaha
memperlambat pengosongan lambung. Namun sebaliknya, semakin encer
dan sedikit kimus yang ada semakin ringan pula kerja dari duodenum dan
semakin cepat melakukan pengosongan lambung.
4. Peregangan
2. Diabetes melitus
- Gastroparesis
- Hipertiroid
- Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
3. Psikogen : Histeria
Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial,
karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum. peranan endoskopi
saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut
lambung.
Dispepsia fumgsional
Disfungsi sensorik motorik gastroduodenum
Gasrtoporesis idiopatik/hipomotilitas antrum
Disritmia gaster
Hipersensitifitas gaster/duodenum
Gastritis H pylori
Idiopatik
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang mungkin dikerjakan antara lain: darah lengkap dan
pemeriksaan darah dalam tinja serta urin, elektrolit, calcium dan amylase, fungsi
hati, fungsi tyroid dan ECG. Terutama untuk pasien berumur lebih dari 45 tahun dan
umur muda dengan gejala yang sering kambuh. Kita harus selektif dalam
pemeriksaan ini dengan mengingat indikasi klinik dan pertimbangan biaya dan
efektifitas.
Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda
infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung
lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga
menderita dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada
karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan
karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa
CA 19-9( Vilano et al, 2002).
Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi segera dikerjakan jika memang ada gejala "peringatan" dan
pasien yang sangat kuatir tentang adanya penyakit serius yang mendasarinya.
Untuk pasien lainnya, para klinisi harus memutuskan antara segera mengetahui
diagnosa definitif dengan endoskopi dan mengetahui dulu hasil terapi
percobaan medis empiris (therapi exjuvantivus).
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau
usus kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan
lambung. Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk
mengetahui. Apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi
merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah :
CLO (rapid urea test)
Patologi anatomi (PA)
Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam
rangka penelitian
b. Foto seri sinar-X dengan Barium pada GI atas kurang akurat dibanding
endoskopi untuk diagnosis ulkus peptikum dan refluks gastroesofageal.
c. Test non-invasif untuk mendeteksi infeksi HP dengan IgG serologik atau Urea
Breath Test (lihat Algoritma I.) Keduanya mempunyai sensitivitas dan
spesifiksitas > 90% untuk pemeriksaan cancer gaster.
d. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan
kontras ganda. Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan
bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks
gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama di
bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi, pilorus sering
menutup, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002).
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang
disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk
niche dari tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin.
Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler, tidak
terlihat peristaltik di daerah kanker. Bentuk dari lambung
berubah (Hadi, 2002). Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos
abdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut
off sign), atau tampak dilatasi dari intestinal terutama di jejunum yang disebut
sentina lloops (Hadi, 2002).
e. "USG dan CT Scan" hanya dilakukan bila secara klinis atau laboratoris ada
kecurigaan ke arah penyakit pankreas atau empedu.
f. Pengukuran PH Intraesophagus (monitor 24 jam) dilakukan terhadap pasien
dengan Dispepsia Non Spesifik dan hasil endoskopi yang normal untuk
mendiagnosa kemungkinan refluks gastroesofageal. Tapi bagaimanapun hal ini
tidak praktis, untuk kasus yang dicurigai penyakit refluks gastroesofageal
langsung kita terapi imperik anti refluks.
g. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus
dapat dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah,
penurunan berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk
bila pendertita makan. (Mansjoer, 2007).
h. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi
kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
5.1. Medikamentosa
Terapi dispepsia sangat bergantung pada penuebab spesifikya dan mungkin
memerlukan perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang
jarang, dapat dilakukan pembedahan.
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan
menyebabkan sakit dan peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian
besar tipe gastritis, terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau
menetralkan asam lambung, seperti :
1. Antasida.
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat. Antasida (antacid, antiacid) merupakan salah satu pilihan
obat dalam mengatasi sakit maag. Antasida diberikan secara oral (diminum)
untuk mengurangi rasa perih akibat suasana lambung yang terlalu asam, dengan
cara menetralkan asam lambung. Asam lambung dilepas untuk membantu
memecah protein. Lambung, usus, dan esophagus dilindungi dari asam dengan
berbagai mekanisme.
Ketika kondisi lambung semakin asam ataupun mekanisme perlindungan
kurang memadai, lambung, usus dan esophagus rusak oleh asam dan memberikan
gejala bervariasi seperti nyeri lambung, rasa terbakar, dan berbagai keluhan
saluran cerna lainnya.
Umumnya antasida merupakan basa lemah. Biasanya terdiri dari zat aktif yang
mengandung alumunium hidroksida, madnesium hidroksida, dan kalsium (bisa
anda lihat di kemasan antasida).
Terkadang antasida dikombinasikan juga dengan simetikon yang dapat
mengurangi kelebihan gas.
Efek samping yang utama antasida dengan zat aktif alumunium hidroksida
adalah konstipasi (sembelit). Sedangkan antasida dengan zat aktif magnesium
hidroksida dapat menyebabkan diare, sehingga kedua zat aktif ini sering
dikombinasikan agar efek samping dapat diminimalisir. Seseorang yang
mengalami gangguan ginjal harus berhati-hati dalam menggunakan antasida yang
mengandung magnesium, bahkan bila perlu jangan menggunakannya.
Antasida yang mengandung kalsium dapat mengontrol keasaman di lambung
sekaligus sebagai suplementasi kalsium. Suplemen kalsium sangat penting bagi
wanita postmenopause. Antasida yang mengandung kalsium dapat menyebabkan
sembelit.
2. Penghambat Asam.
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
4. Cytoprotective agents.
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang
melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate
dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga
menghambat aktivitas H pylori. Terapi terhadap H pylori.
Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling
sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa
proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi
untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhka inflamasi dan meningkatkan
efektifitas antibiotik.
Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk
membunuh H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi
dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
(Advetorial Indofarma)
5.2. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
(rokok)
(alkohol)
TIU 6 Mengetahui dan memahami tentang israf dan tabdzir
Secara etimologis, boros dalam bahasa Arabnya adalah israf atau tabdzir. Israf
bentukan dari akar kata sarafa, yang artinya melalaikan, mengabaikan, tidak
mengetahui, melewati/melalui, dan memakan daunnya (sarakat as-surfatu as-sajarah).
Dapat pula diartikan melampaui batas (jawadza al-had). Jika disebut asrafa al-mal maka
sama dengan badzarahu yang artinya memboroskan atau membuang-buang. Sedangkan
pelakunya disebut musrifin.
Sinonimnya adalah al-tabdzir, yang berasal dari akar kata badzara. Artinya al-habba
yang berarti menabur (benih), menanam, menumbuhkan, tumbuh-tumbuhan,
menyebarkan, memboroskan dan menghambur-hamburkan harta. Orang yang
menghambur-hamburkan harta disebut al-mubadziru atau al-mubadzriku. Jika kata
tabdzir dipergunakan dalam kalimat badzara al-mal tabdziran (menghambur-hamburkan
harta), maknanya satu akar kata dengan israfan dan badzratan.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia boros dpt diartikan dengan
"berlebih-lebihan atau menghambur-hamburkan alam, pemakaian uang atau pun
barang-barang. Allah memerintahkan kepada kaum muslim untuk menunaikan
kewajiban terkait dengan harta yg dikuasainya yaitu memenuhi hak keluarga dekat, org
miskin dan orang dalam perjalanan. Islam mengajarkan pada umatnya untuk memiliki
kepedulian sosial sebagai dasar ciptanya ketentuan dn kedamaian.
Hanya saja kata israf lebih banyak bermakna infak (membelanjakan harta) untuk
perkara maksiyat. Dengan demikian jika kata israf disebut bersamaan dengan kata
infak, maknanya adalah memberikan harta untuk tindakan maksiyat. Sedangkan al-
tabdzir bermakna tunggal yaitu menghambur-hamburkan harta secara boros.
Dalam al-Quran kata israf dan musrifin disebut sebanyak 23 kali dalam 21 ayat.
Sedangkan al-tabdzir disebut dalam QS. Al-Isra’ [17] ayat 26-27 sebanyak 3 kali. Kata
israf dan musrifin disebutkan dalam al-Quran dalam banyak arti. Al-Quran menyatakan
kata musrifin dengan makna mu’ridin ‘an dzikrillah (melalaikan dzikir kepada Allah,
QS. Yunus [10]:12), orang yang keburukannya melebihi kebaikannya (QS. Al-Mukmin
[40]: 43). Kata musrifin bisa pula diartikan mufsidin (pembuat kerusakan, QS. Asy-
Syuara (151-152)
Allah telah melarang kaum muslimin untk mencari kekayaan dengan cara batil dan
juga melarang membelanjakan harta yg dikuasi secara boros. Boros merupakan perilaku
syaithan yang harus dihindari setiap umat muslim dalam berbagai situasi dan keadaan.
Sikap boros akan menimbulkan kesengsaraan di dunia dan akhirat kelak. Adpn
persamaan syetan dengan pmborosan adalah sama-sama ingkar terhadap nikmat Allah
SWT. Org yg dilmpahkan harta kekayaan, yang kemudian dipergunakn untuk jalan yg
diridhai-Nya dan dengan batas2 yg diridhai pula dlm membelanjakan harta kekayaan
tdk blh boros melebihi kpnntgn yg dprlukn.
Sikap mendambakan kemewahan dunia semata sebagai tabiat buruk harus
ditinggalkan. Seperti Allah memberikan pelajaran kepada qorun dng harta
kekayaannyaa telah dibenam di dalam bmi. Apabila ada orang yang memiliki sikap
berlebihan atau boros maka akan menerima siksa Allah SWT.
"Dan berikan kepada keluarga-keluarga terdekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang berada dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
harta-hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan." (QS Al Isro’ 26-27)
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka
orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan
perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hambah-hambah-Nya dan siapa
pulakah yang mengharamkan rizki yang baik?" (Al A'raf: 31 - 32).
Sebagian orang menjadikan ayat-ayat di atas sebagai dalil untuk mangharamkan
infaq dalam jumlah banyak sekalipun untuk persoalan-persoalan mubah. Mereka
menyatakan, bahwa israf (berlebih-lebihan) dan tabdzir (penghambur-hamburan) dalam
segala hal hukumnya haram. Sampai-sampai saat seseorang berwudhu dengan air yang
berlebihan adalah perbuatan haram, karena dijumpai larangannya. Kekeliruan pendapat
ini hingga mengharamkan hal-hal yang halal disebabkan ketidakmampuan untuk
membedakan antara kata israf dan tabdzir menurut makna bahasa dengan makna syara'.
Perlu diketahui bahwa kedua kata yaitu israf dan tabdzir memiliki makna bahasa dan
syara'. Adapun makna kata saraf dan israf tersebut menurut makna bahasa adalah
melampaui batas serta i'tidal lawan dari kata qashdu. Sedangkan kata tabdzir dipergu-
nakan dalam kalimat: Badzara Al Mal Tabdziran (Menghamburkan-hamburkan harta)
satu akar kata maknanya dengan israfan dan badzratan. Keduanya, kata israf dan
tabdzir menurut makna syara' berarti menafkahkan harta untuk hal-hal yang telah
dilarang Allah. Sedangkan untuk hal-hal yang diperintahkan, baik sedikit maupun
banyak bukan termasuk israf maupun bukan tabdzir.
Setiap bentuk nafkah (pengeluaran) untuk hal-hal yang dilarang Allah, baik sedikit
maupun banyak adalah israf dan tabdzir (menurut makna syara').
Imam Az Zuhri meriwayatkan bahwa tatkala beliau menyatakan firman Allah:
"Dan janganlah kamu menjadikan tanganmu terbelenggu di atas lehermu, dan janganlah
membukanya lebar-lebar".(Al Isro': 29). Beliau berkomentar : “janganlah kamu
mencegah tanganmu dari kebajikan, serta jangan dipergunakan memberikan nafkah
untuk kebatilan”.
"Dan orang-orang yang apa bila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-
lebihan dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan) itu di tengah-tengah antara
yang demikian". (Al-furqon: 67)
Isrof yang dimaksud dalam ayat ini semata-mata menafkahkan harta untuk
kema'siyatan. Adapun untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka tidak tergolong
israf. Ayat tersebut artinya: "Janganlah kalian menafkahkan harta-harta kalian untuk
kemaksiatan, dan jangalah kalian bakhil (bakhil) terhadap sesuatu yang mubah. Bahkan
nafkahkanlah harta tersebut dalam perkara mubah yaitu keta'atan sebanyak-banyaknya.
Dengan demikian menafkahkan (harta) untuk selain perkara mubah adalah tindakan
tercela, dan bakhil (kikir) dalam perkara mubah juga tercela. Yang terpuji adalah
memberikan nafah untuk perkara mubah dan keta'atan.
“Begitulah orang-orang yang lalai kepada Allah itu memandang baik apa yang selalu
mereka kerjakan” (QS Yunus : 12)
Jadi kata israf dan musrifin memiliki beberapa makna syara'. Oleh karena itu,
penafsiran menurut makna bahasa tidak diperbolehkan. Bahkan, harus dibatasi hanya
dengan makan syara' saja. Dengan meneliti kata musrifin, israf, mubadzirin dan tabdzir
dalam Al Qur'an yang ada semata-mata hanya satu makna yaitu menafkahkan harta
dalam perkara yang haram.
Israf dalam praktek wudhu, maknanya adalah melebihi tiga kali (guyuran air),
karena hal ini telah melampaui apa yang telah diperintahkan oleh syara'. Praktek
tersebut jelas-jelas tergolong israf, jadi maknanya bukan israf (berlebih-lebihan) dalam
pemakaian air. Seperti halnya menjadikan sholat sunah subuh lebih dari dua rakaat,
padahal sunnahnya dua rakaat. Sama halnya menjadikan bacaan tasbih sebanyak tiga
puluh lima kali, padahal sunahnya tiga puluh tiga kali.
Berdasarkan hal itu, sebenarnya seorang muslim bisa saja menafkahkan hartanya
untuk perkara mubah dan keta'atan sekehendak hatinya, tanpa syarat-syarat mengikat
apapun. Baik karena ia butuhkah, ataupun karena semata-mata pemberian saja,
semuanya adalah mubah. Dan bukan dianggap israf. Penyataan yang menyatakan
bahwa hal itu tergolong israf yang diharamkan adalah tidak benar, sebab itu berarti
mengharamkan sesuatu yang dimubahkan. Sedangkan menyatakan sesuatu yang tidak
dinyatakan oleh syara' termasuk perbuatan dusta atas nama Allah.
Ayat-ayat yang menyatakan tentang israf dan tabdzir amat jelas. Bahwa kesemuanya
memiliki arti membelanjakan harta untuk perbuatan (perkara) yang haram. Padahal,
disamping itu Allah juga tidak mengharamkan idha'atul mal (melenyapkan harta
kekayaan) tanpa ada sebab apapun.
Melampaui batas harus memiliki batasan tertentu. Sedangkan yang dapat
menentukan batasan tersebut adalah syara', bukan akal, adat, kebiasaan, begitu juga
bukan kesederhanaan yang menjadi standar hidup. Syara' sebenarnya telah menjelaskan
bahwa batasannya adalah sesuatu yang dihalalkan Allah. Maka disebut melampaui
batas, apabila melakukan sesuatu yang tidak dihalalkan Allah atau yang
diharamkannya.
Seandainya seseorang ingin mengatakan dan menetapkan batas-batas (ukuran)
tersebut maka untuk menafsirkan kata israf menurut arti bahasa tadi dalam ayat-ayat Al
Qur'an, jelas hal-hal ini tidak mungkin, karena harus kembali kepada makna syara'.
Walhasil penafsiran israf dan tabdzir, menurut makna bahasa tidak dapat dibenarkan.
Dan haram bagi siapapun untuk menafsirkan dengan konteks tersebut. Sebab, hal itu
tidak termaktub di dalamnya. Bahkan harus ditafsirkan berdasarkan makna syara' yang
ada dalam nas-nas Al Qu'an.
Sebagai seorang muslim tentunya kita tidak boleh putus asa atau bahkan lupa untuk
mencari penawar serta obat dari penyakit ini sebab kita tahu bahwa setiap penyakit
pasti ada obatnya, demikian pula tentunya dengan penyakit Israf ini, dan diantara obat
tersebut selain tentunya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meninggalkan sebab-
sebab diatas, serta dengan cara mencari obat-obat yang lain, dan diantara obat-obat
yang lain itu adalah :
1. Berfikir tentang konsekwensi yang akan ditimbulkan oleh penyakit Israf. Sebab
dengan perfikir kita bisa mengetahui apa pekerjaan yang akan kita lakukan itu
berakibat baik atau buruk, tentunya untuk kita serta untuk orang lain.
2. Berusaha mengekang hawa nafsu dari segala keinginan yang berlebihan atau sesuatu
yang kurang bermanfaat, dengan cara sering solat malam, puasa sunnah,
memperbanyak sedekah, membantu pekerjaan orang lain serta meringankan
bebannya.
3. Sering membaca sunnaah-sunnah Nabi SAW dan sejarah Beliau, sebab dengan
membaca sunnaah-sunnahnya kita akan tahu betapa banyak sunnah-sunnah Nabi
SAW yang mengandung peringatan tentang bahaya penyakit Israf, dan bagaimana
Beliau serta keluarganya berusaha mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang
berlebihan.
4. Menengok kembali akan kehidupan para sahabat, salafussoleh, para mujahid dan
ulama. Dalam kehidupan mereka, mereka selalu hidup dalam kesederhanaan dan
mereka tidak pernah mencari harta kecuali untuk tujuan akheratnya. Pernah suatu
hari sahabat Salman al Farisi menemui khalifah Abu Bakar Assidik yang pada saat
itu beliau (Abu Bakar Assidik) sedang sakit, berkatalah Salman kepada beliau:
Wahai Khalifah Rasulullah SAW berilah aku wasiat sebelum anda meninggal, maka
Abu Bakar Assidik berkata kepada Salman "Sesungguhnya Allah SWT telah
membuka pintu rizki didunia untuk kalian semua, maka janganlah engkau pernah
mengambilnya kecuali rizki yang bisa menyampaikan engkau keakhirat nanti.
5. Menjauhkan diri dari teman yang mempunyai sifat boros dan berusaha membiasakan
hal-hal yang terpenting dalam memenuhi kebutuhan jiwa dan raga.
6. Bergaul dengan teman-teman yang hemat (bukan pelit) yang mereka tidak terlalu
terpengaruh dengan silaunya kehidupan dunia, dan yang hanya mengejar dunia demi
meninggikan islam dan untuk tujuan akherat. Teman yang bisa memelihara harta,
kehormatan dan teman yang tahu akan pentingnya sebuah pengorbanan.
8. Selalu berfikir akan kenyataan kehidupan manusia pada umumnya dan kehidupan
seorang muslim pada khususnya. Sebab yang demikian dapat mengantarkan kita
kepada menjauhi sifat Israf dan bahkan dapat menyadarkan kita akan kenikmatan
serta kelezatan dunia yang sementara.
9. Senantiasa mengingat mati dan setelahnya, dan betapa dahsyatnya akan keadaan hari
akhirat nanti, hingga kita bisa mempersiapkan bekal untuk hari nanti.
10. Mengingat akan jalan dan tujuan yang sebenarnya harus kita tempuh serta
mencapai akan tujuan tersebut, dan segala rintangannya. Karena yang demikian
membuat kita sadar bahwa bekal yang sebenarnya adalah bukan dengan cara hidup
mewah dan berfoya-foya, tapi dengan cara meneguhkan hati kita dan berusaha
mengekang hawa nafsu dari hal-hal yang berlebihan.