WAWANCARA (INTERVIEW)
A. Pengertian
Wawancara atau interview merupakan salah satu alat penilaian non tes yang digunakan
untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan tanya jawab
sepihak, atau dengan kata lain wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka,
dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan wawancara itu hanya berasal dari pihak
pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab (Pertanyaan
hanya diajukan oleh subjek evaluasi). Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data
dengan cara mengajukan pertanyaaan secara lisan kepada sumber data dan sumber data juga
memberikan jawaban secara lisan juga. Secara umum yang dimaksud dengan wawancara
adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan
tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah
ditentukan. Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan anak bimbing pada
saat tertentu yang memerlukan bantuan. (Arifin, 1998:44). Wawancara adalah suatu teknik
penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face
relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuanya atau kepada temannya.
B. Tujuan wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan
kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
C. Wawancara sebagai Alat Penilaian
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat dapat digunakan untuk menilai hasil dan
proses belajar. Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara,
yakni:
Tahap awal pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengondisikan situasi wawancara.
Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraban sehingga siswa tidak merasa takut,
dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan benar atau jujur.
Penggunaan pertanyaan, setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan pertanyaan-
pertanyaan sesuai dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara bertahap dan
sistematis berdasarkan rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
Pencatatan hasil wawancara, hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga supaya tidak
lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini
disusun dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Setelah mengetahui tujuannya, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dari wawancara
tersebut.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk bersetruktur ataukah
bentuk terbuka
4. Buatlah pertanyaan wawancara sesuai dengan bentuk wawancara.Ada baiknya dibuat pula
pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancara, baik pedoman wawancara terpimpin
atau untuk wawancara bebas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam wawancara:
1. Menjaga hubuangan yang baik, rahasia peserta didik harus dijaga dengan baik.
2. Batasi waktu dalam wawancara.
3. Mencatat semua hasil wawancara
D. Jenis - Jenis Wawancara
Menurut Responden Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview langsung dan tidak langsung. Interview langsung
terjadi apabila interview langsung dilakukan dengan interviewee. Sedangkan interview tidak
langsung terjadi apabila interview dilakukan untuk mendapatkan data mengenai individu
yang lain.
Menurut Prosedur Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview terstruktur dan tidak terstruktur. Interview
terstruktur adalah interview yang pertanyaaan-pertanyaan interview yang diajukan sudah
direncanakan secara rinci dan jelas dan dijadikan sebagai pedoman interview (interview
guide). Sedangkan interview tidak terstruktur adalah interview yang pertanyaaan-pertanyaan
interview yang diajukan tidak direncanakan secara rinci dan jelas, hanya memuat pokok-
pokoknya saja.
Menurut Situasi Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview formal dan informal. Interview formal terjadi apabila
interview dilakukan di sebuah tempat formal dan bersifat resmi. Sedangkan interview
informal terjadi apabila dilakukan bukan di sebuah tempat formal dan bersifat tidak resmi,
seperti percakapan biasa.
Menurut Perencanaan Interview
Dibagi menjadi dua yaitu interview berencana dan insidental. Interview berencana
dilaksanakan apabila interview direncanakan waktu dan tempatnya. Sedangkan interview
incidental dilaksanakan secara kebetulan apabila ada kesempatan mengadakan interview.
E. Format Wawancara
Gunarsah (2003:38-39) mengungkapkan ada lima tahapan struktur wawancara sebagai
berikut :
1. Rapport
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa Kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana
yang akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa klien merasa enak
menghadapi pewawancara. Acap kali penting menerangkan tujuan dari wawancara dan apa
yang konselor bisa dan tidak bisa melakukan.
2. Pengumpulan Data
Tahap untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan
diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara
dan bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya.
3. Menentukan Hasil Sesuai dengan Arah Kemana Klien Inginkan.
Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah diatasi.
Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yang dikehendaki klien dan
yang senada atau tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh
pewawancara.
4. Mengemukakan Macam - Macam Alternatif Penyelesaian Masalah.
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam alternatif.
Seringkali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya
dan merupakan tahapan yang berlangsung paling lama.
5. Generalisasi dan Pengalihan Proses Belajar.
Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses belajarnya, perasaannya dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai
proses konseling itu sendiri. Kelima tahapan wawancara ini dapat disingkat
dengan lima pertanyaan sederhana dan singkat sebagai berikut :
1. Apa Kabar?
2. Apa Masalahnya?
3. Apa yang anda inginkan akan terjadi?
4. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu?
5. Apakah Anda mau melakukan hal itu?
F. Fungsi Wawancara
Fungsi wawancara pada dasarnya dapat digolongkan kedalam tiga golongan besar:
1. Sebagai Metode Primer, apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data,
atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-metode
pengumpulan data lainnya.
2. Sebagai Metode Pelengkap, jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-informasi
yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
3. Sebagai Kriterium, metode wawancara digunakan orang untuk menguji kebenaran dan
kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan cara lain, seperti observasi, test,
kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk keperluan semacam itu metode wawancara akan
menjadi batu pengukur atau kriterium
G. Keuntungan wawancara yaitu :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keaadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan
baik antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
H. Kelemahan wawancara sebagai alat penilaian :
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
I. Langkah - Langkah Pengembangan Wawancara.
a. Merumuskan tujuan
b. Merumuskan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
c. Menyusun kisi-kisi
d. Menyusun pedoman wawancara
e. Menyusun Lembaran penilaian
J. Contoh Wawancara
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai cara belajar siswa dirumah
Bentuk : Bebas
Responden : Siswa yang memperoleh prestasi yang tinggi.
Nama siswa :……………….
Kelas :……………….
Jenis kelamin :……………….
Pertanyaan, jawaban siswa, komentar dan kesimpulan hasil wawancara:
1. Kapan dan berapa lama anda belajar dirumah?
2. Bagaimana anda mempersiapkan diri untuk balajar secara efektif?
3. Seandainya anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang
anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?
Contoh II:
1) Apakah mahasiswa mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau
petunjuk dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2) Pada saat mengalami kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau
kepada dosen?
……………………………………………………………………………
3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi
pelajaran?
……………………………………………………………………………
4) Apakah mahasiswa mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi
yang sedang dibahas?
……………………………………………………………………………
5) Apakah mahasiswa selalu mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
6) Apakah materi pelajaran dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya
kelak?
……………………………………………………………………………
7) Apakah mahasiswa di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8) Apakah menurut mahasiswa lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk
belajar?
……………………………………………………………………………
9) Apakah orang tua mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10) Apakah mahasiswa mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Arniatiu (2010). Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non- Publikasi.
Bahri Djamarah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT.
Rineka Cipta,
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fuadi, Athok. Sistem Pengembangan Evaluasi. (Ponorogo Press, 2006).
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
PENDAHULUAN
Pada tulisan kali ini saya akan coba mengulas sedikit mengenai aspek-aspek penting mengenai
sikap dan prilaku dalam wawancara umum pekerjaan. Sebelum saya jelaskan uraiannya, perlu
di ketahui bahwa bahasa tubuh seseorang atau Gestur adalah suatu bentuk komunikasi non-
verbal dengan aksi tubuh yang terlihat mengkomunikasikan pesan-pesan tertentu, baik sebagai
pengganti bicara atau bersamaan dengan paralel atau rangkaian kata-kata.
Gestur mengikutsertakan pergerakan dari tangan, wajah, atau bagian lain dari tubuh. Gestur
membebaskan individu untuk mengkomunikasikan berbagai bentuk perasaan dan pandangan,
dari menghina, kebencian, marah, senang, tanda kesepakatan atau menyutujui dan kasih
sayang. Terkadang bersamaan dengan bahasa tubuh dengan tambahan perkataan saat
berbicara.
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa tubuh atau gestur
merupakan satu bentuk komunikasi non verbal dengan aksi tubuh yang menghantarkan pesan-
pesan tertentu yang mengikut sertakan pergerakan dari tangan, wajah, atau bagian lain dari
tubuh yang mengekspresikan bentuk kesan dan pesan dari seseorang yang seringkali dengan
tambahan perkataan saat berbicara.
Dari penjelasan di atas, bisa sedikit menggambarkan bahwa sikap tubuh atau gestur seseorang
saat melakukan wawancara pekerjaan, bisa sangat menentukan proses keberhasilan dalam
menghadapi sesi tes wawancara, karena pada dasarnya setiap manusia dalam melakukan
aktifitas apapun pasti melakukan rangkaian gerakan, begitu juga saat wawancara.
PEMBAHASAN
Menurut Dra. Lydia Indira., Mpsi dan Dra. Esiyanera., MM selaku dosen pengajar dari Fakultas
Psikologi Universitas Jayabaya sekaligus praktisi yang dipercayakan dalam melakukan
kegiatan wawancara pekerjaan, saat di tanyakan mengenai aspek-aspek apa yang meyakinkan
pewawancara menerima hasil interview dalam wawancara, serta aspek -aspek yang
meyakinkan pewawancara untuk menerima intervee dalam wawancara pekerjaan
mengemukakan bahwa ada beberapa aspek penilaian yang menentukan hasil wawancara yaitu
:
1.Kesan pertama : Kesan pertama meliputu aspek-aspek prilaku dari
1.Cara melangkah atau berjalan.
2.Sikap pertama atau atitude.
3.Bahasa tubuh atau gestur.
1.Cara Berjalan
Kesan pertama yang di kemukakan di sini yaitu saat intervee masuk ke dalam ruangan
wawancara. Saat intervee masuk aspek yang di perhatikan di sini adalah cara melangkah atau
cara berjalan subjek. Karena cara berjalan orang yang antusias atau bersemangat berbeda
dengan orang yang kurang bersemangat. Orang yang semangat menunjukan langkah berjalan
panjang atau melangkah ringan dengan ketegasan. Berbeda dengan orang yang kurang antusias
menunjukan langkah setengah-setengah dengan kata lain langkah kaki yang berat.
Jadi cara melangkah seseorang saat memasuki ruangan interview sudah mencerminkan sikap
mental seseorang dalam menghadapi sesi yang akan di laksanakan, dalam arti siap
melaksanakan wawancara.
1.Sikap duduk
Sikap duduk dilihat saat sesi wawancara berlangsung apakah subjek gelisah, sabar atau tidak
dalam proses wawancara ini. Subjek yang mulai gelisah akan menunjukan sikap yang kurang
betah seperti menunjukan ketidaknyamanan sehingga sering mengganti posisi atau berpindah
posisi saat duduk. Misalnya keresahan terlihat saat subjek memindahkan posisi kursi untuk
maju atau mundur, posisi pinggul di geser ke kiri, kanan, atau bahkan menujukan kekakuan
dalam posisi duduk.
Dari posisi ini dapat di simpulkan bahwa subjek kurang siap untuk melakukan proses
wawancara, merasa tertekan dengan situasi yang ada sehingga selalu berganti-ganti posisi saat
duduk, kurang percya diri atau menampilkan kekakuan sehingga menyulitkan subjek untuk
menjawab pertanyaan serta mengganggu pewawancara untuk mendapatkan informasi yang di
perlukan.
2.Sikap badan
Posisi atau sikap badan orang yang percaya diri atau sikap badan normal berbeda dengan sikap
badan yang ingin mendominasi atau menguasai juga berbeda dengan sikap badan orang yang
kurang terbuka atau percaya diri. Hal ini sangat berpengaruh terhadap nilai subjek saat
wawancara berlangsung.
Sikap badan orang yang percaya diri saat wawancara berlangsung seperti duduk dengan santai
dengan posisi badan tegap, posisi lengan terbuka dengan tangan terletak di atas meja sehingga
memberi kesan bahwa subjek tidak tertekan dengan keadaan lingkungan yang ada sehingga
cepat dalam memberikan respon-respon dari pertanyaan yang di ajukan.Bila seseorang tidak
percaya diri atau ragu-ragu sering kali melakukan gerakan-gerakan tubuh yang kurang di
perlukan atau tidak sesuai dengan bahasa tubuh dari respon yang sebenarnya, misalnya tangan
memegang kancing baju, memegang rambut, atau memegang-megang benda disekitarnya,
mengatur baju atau mengatur posisi duduk.
Berbeda dengan sikap badan yang ingin mendominasi atau menguasai misalnya posisi kaki di
panggku di atas lutut dengan posisi badan menarik ke belakang disertai tangan menangku dada
atau posisi lengan terbuka dengan tangan terletak di atas meja disertai posisi badan yang di
condongkan ke depan memberikan kesan yang kurang baik terhadap nilai subjek karena posisi
seperti itu bisa di artikan seperti posisi mempertahankan diri jika tangan memangku dada
(menutup diri), atau kaki yang di pangku di atas lutut di sertai kepala yang di tarik ke belakang
yang di miringkan ke kiri atau ke kanan mengesankan menyepelekan hal yang di hadapi yang
akan mempengaruhi hasil dalam wawancara.
3.Mimik wajah
Mimik wajah menujukan ekspresi atau perasaan yang di rasakan oleh sujbek. Namun yang
paling penting dari mimik wajah adalah eye kontak atau kontak mata langsung antara
interviewer dan interviee.Mata yang menatap langsung pewawancara atau interviewer
merupakan bagian dari sikap yang percaya diri, sebaliknya bila tatapan mata yang tidak teratur
seperti menatap ke atas, ke bawah atau kesamping kanan atau kiri memberikan arti tidak
percaya diri atau ragu-ragu.
Orang yang berani menatap mata lawan bicaranya secara langsung secara otomatis
membutuhkan keberanian eksta karena mempertahankan durasi kontak tatapan dengan lawan
bicara apalagi saat menghadapi wawancara pekerjaan, sehingga mengesankan bahwa dia yakin
dengan apa yang dikatakannya, yang akan mempengaruhi nilai seseorang dalam proses
wawancara.
1.Intonasi suara
Inonasi suara perlu di perhatikan ketika proses wawancara berlangsung, karena intonasi dari
nada suara orang yang percaya diri berbeda dengan intonasi suara orang yang kurang percaya
diri.
Orang yang percaya diri berbicara dengan nada suara yang tidak terlalu besar atau keras, tidak
juga terlalu kecil serta penekanan dari setiap intonasi makna atas setiap kata-kata dan kalimat
terdengar dengan jelas serta proses penyampaian pesan atau informasi yang terjadi berlangsung
dengan lancar tanpa adanya pengulangan-pengulangan terhadap kalimat yang di ucapkan.
Sebaliknya berbeda dengan intonasi suara orang yang kurang percaya diri.
Dari jawaban-jawaban yang di utarakan intervee dapat dilihat respon serta dinamika atau
konsep berpikir dari subjek, yang membantu interviewer untuk menilai dan menarik
kesimpulan yang di butuhkan untuk keperluan wawancara.
3.Konsep diri
Konsep diri yang jelas sangat membantu intervee dalam menghadapi sesi wawancara, karena
dalam konsep diri terdapat aspek motivasi dan pola berpikir seseorang. Jika subjek termotivasi
untuk bekerja di dalam perusahaan yang di inginkan maka secara tidak langsung dia akan
mencari tahu informasi-informasi umum mengenai perusahaan tersebut.
Seringkali pewawancara akan menanyakan pertanyaan misalnya apakah yang anda ketahui
tentang perusahaan ini, jika subjek dapat menjawab pertanyaan tersebut, itu menandakan
bahwa subjek memiliki keingintahuan mengenai perusahaan atau institusi tersebut. Tetapi jika
subjek tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, bisa di artikan bahwa subjek kurang
memiliki ketertarikan untuk mengetahui kejelasan bidang dari institusi atau perusahaan
tersebut.
Terkadang untuk mengetahui rutinitas dalam rentang kekosongan yang dialami oleh subjek,
interviewer menanyakan pertanyaan misalnya hal-hal apa saja yang anda lakukan untuk
mengisi kekosongan sejak anda lulus tahun 2012 hingga tahun 2014 ini. Hal apa saja yang anda
kerjakan dalam rentang waktu dua tahun ini. Jika subjek menjawab pertanyaan dengan kurang
jelas (menganggur Pak atau Bu) maka akan sangat mempengaruhi hasil kesimpulan penilaian
interviewer terhadap intervee.
KESIMPULAN
Jadi dari hasil wawancara terhadap pewawancara, dapat di simpulkan bahwa aspek-aspek yang
meyakinkan pewawancara menerima hasil interview dalam wawancara, serta aspek -aspek
yang meyakinkan pewawancara untuk menerima intervee dalam wawancara pekerjaan meiputi
bagian-bagian seperti kesan pertama, penampilan fisik, gestur atau sikap tubuh serta respon
verbal dan kognitif intervee atau individu yang di wawancara yang mempengaruhi kesimpulan
pewawancara untuk menilai hasil dari keseluruhan proses wawancara yang berlangsung.
Demikian hasil wawancara saya terhadap pewawancara, semoga tulisan ini dapat memberikan
pengetahuan yang memperluas cakrawala pemikiran serta pengetahuan kita sehingga
bermanfaat bagi diri dan pembaca. Karena pada dasarnya “Manusia Hidup Untuk
Memanusiakan Manusia” Terima Kasih.
Pengetahuan pekerjaan sosial.
a. Observasi
b. Wawancara
c. Mendengarkan
d. Komunikasi efektif
b. Membentuk kontrak
a. Brokering
b. Mediasi
c. Advokasi
d. Konseling
e. terapi
4. Keterampilan administrasi dan manajemen pelayanan yang
mencakup:
a. Timing
c. Perencanaan pelayanan
d. Partialisasi
e. Individualisasi
Menurut Achlis, prinsip ini dapat diartikan bahwa pekerja sosial sungguh
menaruh perhatian mengenai apa-apa yang terjadi pada sistem klien,
dan mampu mengkomunikasikan perasaan perasaan ini dengan penuh
kesadaran akan tanggungjawab, perhatian, penghargaan, serta
pengetahuan mengenai manusia dan harapan atau keinginan
keinginannya untuk melanjutkan dan meningkatkan kehidupannya.
Dengan kata ini merupakan pernyataan kesungguhan tanpa syarat dari
pihak pekerja sosial untuk memberikan perhatian kepada kehidupan
serta kebutuhan kebutuhan klien, suatu keinginan untuk mewujudkan
dan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk membantu klien.
Prinsip concern for the other hendaknya diartikan bahwa kita merespon
aa yang diinginkan dan dibutuhkan klien, bukan merespon apa yang kita
inginkan. Ini berarti bahwa pekerja sosial dapat menawarkan
keterampilan-keterampilannya, pengetahuannya, menawarkan dirinya
serta perhatiannnya kepada klien agar dipergunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan klien.
5. Keselarasan (Congruence).
6. Empati.
7. Individualisasi (Individualization)
Sikap tidak meghakimi sangat penting sebagai basis relasi kerja antara
klien dan pekerja sosial. Sebab landasan kerja ini adalah tingkat
kepercayaan dan respek klien terhadap pekerja sosial. Terdapat
kesalahpahaman tentang sikap tidak menghakimi dengan penilaian
profesional. Sikap menghakimi harus dihindari tetapi penilaian
profesional adalah sangat penting.
Menjadi seorang warga negara berarti meiliki hak-hak sosial dan terlibat
didalam arus utama kehidupan sosial. Dalam penghargaan terhadap
nilai ini, praktek pekerjaan sosial memainkan peranan penting dalam
mempromosikan atau memperjuangkan perolehan status
kewarganegaraan seseorang, keluarga atau kelompok tertentu yang
mengalami kecenderungan untuk terabaikan secara sosial.
Menurut ganjaran
Menurut kebutuhan