By: Drs. Sulis Yani Hariyanto, M.Ed (Widyaiswara PPPPTK BOE Malang)
1. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan
dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator dan komunikan
memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan. Umpan balik yang
sesuai dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan dapat saja
memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang
terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan
komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya
telah dimengerti oleh komunikan. Sebagai contoh, auditor meminta data
anggaran kepada auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi
menolak memberikan data tersebut, maka komunikasi yang terjadi telah
efektif. Komunikasi tersebut efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai
keinginan auditor, karena pesan telah dimengerti dengan benar dan diberikan
umpan balik.
Agar komunikasi efektif terjadi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keselarasan elemen-elemen komunikasi dengan pesan. Elemen-
elemen komunikasi harus mendukung isi pesan.Elemen-elemen
komunikasi tersebut adalah komunikator, encoding, saluran, decoding,
dan komunikannya. Komunikasi akan efektif jika terdapat keselarasan isi
pesan dengan elemen-elemen lain dari proses komunikasi.
b. Minimalisasi hambatan komunikasi. Komunikasi akan efektif jika
hambatan berhasil diminimalkan. Hambatan komunikasi dapat terjadi
pada tiap elemen komunikasi termasuk pada situasi komunikasi
Berikut ini ilustrasi ketika keselarasan elemen-elemen komunikasi tidak
diperhatikan yang mendorong komunikasi menjadi tidak efektif.
3. Komunikasi Persuasif.
Komunikasi persuasif dapat dilihat sebagai derajat interaksi yang lebih
tinggi dibanding komunikasi efektif dan empatik. Komunikasi persuasif
bertujuan untuk membuat komunikan memberikan umpan balik sesuai
keinginan komunikator. Pengertian persuasif sendiri adalah perubahan sikap
akibat paparan informasi dari pihak lain. Dalam audit, komunikasi persuasif
banyak digunakan, mulai dari permintaan kesediaan auditan untuk membantu
kelancaran audit, hingga mendorong auditan untuk melaksanakan
rekomendasi audit.
2. Empati. Mendengarkan untuk empati adalah suatu cara untuk menunjukkan perhatian
yang tulus, pengertian, dan keterlibatan. Mendengarkan untuk empati adalah usaha
untuk memosisikan diri kita dalam sudut pandang komunikan guna mengerti dan
mengapresiasi apa yang dipikir dan dialami komunikan. Panduan mendengarkan
untuk empati, sebagai berikut:
a. Tunjukkan ketertarikan.
b. Jangan memotong pembicaraan.
c. Tetap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat.
d. Tetap tidak evaluatif, kecuali jika sangat diperlukan.
e. Saat mendengarkan tetap awas pada isyarat permintaan pilihan atau
saran.
f. Menjawablah dengan taktis dan penuh pengertian.
3. Evaluasi. Mendengarkan untuk evaluasi bertujuan untuk menilai apa yang didengar
dan dilihat saat berkomunikasi. Mendengarkan untuk evaluasi adalah tingkatan
berikut dari mendengarkan untuk pemahaman dan empati, karena kita tidak siap untuk
menilai sebelum kita memahami dengan benar pesan verbal dan nonverbal dari mitra
komunikasi kita. Panduan mendengarkan untuk evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Senang / Bahagia.
2. Sedih.
3. Marah.
4. Tidak suka.
5. Jijik.
6. Takut.
7. Terkejut.
Bahasa tubuh adalah gerakan-gerakan anggota tubuh yang merupakan
perwujudan dari “informasi dan perintah” otak. Gerakan-gerakan ini bersifat
spontan karena merupakan hasil belajar seseorang berdasarkan pengaruh-
pengaruh genetik dan kebudayaan. Berikut ini contoh-contoh sederhana bahasa
tubuh: