Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAFASAN PADA KASUS ASMA BRONKHIAL

2.1. Konsep Dasar Asma Bronkhial

2.1.1. Pengertian

Istilah Asma adalah berasal dari bahasa Yunani yang

berarti “ terengah-engah “ dan berarti serangan nafas pendek.

Perubahan patologis yang menyebabkab obstruksi saluran nafas

yang terjadi pada bronkhus. Penyempitan jalan nafas disebabkan

oleh bronkho spasme, edema mukosa, dan hipersekresi mukus yang

kental (Sylvia A. Price dan Lerraine M. Wilson, 2005).

Asma Bronkhial merupakan gangguan inflamasi kronik

jalan nafas yang melibatkan berbagai sel imflamasi. Dasar penyakit

ini adalah hiperaktivitas bronkhus dalam berbagai tingkat, obstruksi

jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan

nafas umumnya bersifat reversibel, namun dapat menjadi kurang

reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung berat dan lamanya

penyakit (Arif Mansjoer, 2000).

Asma Bronkhial adalah penyakit paru dengan karakteristik

obstruksi jalan nafas yang reversibel (tetapi tidak lengkap pada

beberapa pasien) baik secara spontan maupun dengan pengobatan,

inflamasi jalan nafas, peningkatan respon saluran nafas terhadap


berbagai rangsangan (Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama,

2004).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,

reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif

terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne , 2001).

Asma Bronkhial adalah suatu penyakit dengan

meningkatnya respons trakhea dan bronkhus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang

luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun

sebagai hasil pengobatan (Arif Muttaqin, 2008).

Asma adalah Obstruksi jalan napas akut, episode yang

diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respons pada

orang sehat. Asma telah didefinisikan sebagai gangguan yang

dikarakteristikkan oleh paroksisme rekurens mengi dan dispnea yang

tidak disertai oleh penyakit jantung atau penyakit lain (Tamboyang,

2000).

Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai

oleh periode episodek spasme otot-otot polos dalam dinding saluran

udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini

menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi

sulit dan menimbulkan bunyi mengi (Yasmin, 2003).

Jadi, Asma Bronkhial adalah suatu penyakit gangguan

jalan nafas obstruktif yang bersifat reversibel, ditandai dengan


adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan

penyempitan jalan nafas

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar : 2.1. Anatomi Sistem Pernafasan (Hidayat, 2009)

4
7

5
8

6
Gambar : 2.2. Anatomi paru

Keterangan Gambar :

1. Trakea 5. Lobus tengah


2. Bronkus utama kanan 6. Lobus bawah
3. Bronkus utama kiri 7. Fisura tranversal
4. Lobus bagian atas 8. Fisura balik
(Dikutip dari : Hansen Jon, T. 2002, Kaset Atlas Anatomi)

Gambar : 2.3. Anatomi Diagfragma Alveolus (Louse B.

Hawley, 2003)
Gambar : 2.4 Anatomi Diagram Sistem Pernafasan
(Hensen, 2002).

Gambar: 2.5 Organ saluran pernapasan (K. Bhakti Wida, 2007)

2.1.2.1. Anatomi

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-

paru adalah hidung, faring, laring, trakhea, bronkhus,

bronkheolus, dan alveolus. Udara mengalir dari hidung

masuk ke faring, laring atau kotak suara. Laring terdiri dari

rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-

otot dan mengandung pita suara. Diantara pita suara itu

terdapat ruang yang berbentuk segi tiga, yang bermuara

kedalam trakhea yang dinamakan glottis. Pada waktu

menelan laring akan bergerak ke atas, glottis akan menutup


dan epiglotis yang berbentuk seperti daun, mempunyai

gerakan seperti pintu pada pintu masuk laring.

Trakhea disokong oleh cincin tulang rawan.

Struktut trakhea dan bronkhus dianalogkan dengan sebuah

pohon, oleh karena itu dinamakan pohon trakheobronkhial.

Tempat trakhea bercabang menjadi bronkhus utama kiri dan

kanan dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak

syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk

berat jika syaraf-syaraf itu terangsang

Sebagai lanjutan dari trakhea adalah bronkhus.

Bronkhus ini bercabang menjadi bronkhus kanan dan

bronkhus kiri yang keduanya tidak simetris. Bronkhus

kanan lebih pendek, lebih lebar dan merupakan lanjutan

trakhea yang arahnya hampir ventrikal. Sebaliknya,

bronkhus kiri lebih panjang, lebih sempit dan merupakan

lanjutan trakhea dengan sudut yang lancip.

Keanehan anatomis ini mempunyai makna klinik

yang sangat penting. Pipa endotrakhea terletak sedemikian

rupa sehingga berbentuk saluran udara paten, yang mudah

masuk ke dalam cabang utama bronkhus kanan, jika pipa

tidak tertahan dengan baik pada mulut atau hidung. Jika

terjadi demikian, udara tidak dapat masuk ke paru-paru kiri

sehingga akan menyebebkan kolaps (atelektasis). Tetapi


arah bronkhus kanan yang hampir vertikal akan mudah

memasukkan kateter untuk melakukan pengisapan yang

dalam, juga benda asing yang terhirup terlalu dalam.

Di dalam paru-paru karbondioksida yang

merupakan salah satu hasil metabolisme menembus

membran alveoli kapiler darah ke alveoli dan setelah

melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar

melalui hidung dan mulut. Kedua, pernafasan internal

(pernafasan jaringan) mengitari seluruh tubuh, akhirnya

mencapai kapiler dimana darah bergerak sangat lamban. Sel

jaringan mengambil oksigen dari hemoglobin untuk

memungkinkan oksigenasi berlangsung dan darah

menerima sebagai ganti hasil buangan oksidasi yaitu

karbondioksida. Agar dalam proses respirasi berjalan baik

harus ada yang mengatur yaitu pusat pernafasan, yang

terdiri dari neuron dan reseptor yang terletak di dalam pons

dan medula oblongata. Pusat pernapasan merupakan bagian

dari sistem syaraf yang mengatur semua aspek pernafasan.

Faktor utama dalam pengturan pernafasan adalah respon

dari pusat kemoreseptor dalam pusat pernafasan terhadap

tekanan parsial karbondioksida dan pH darah arteri.

Peningkatan tekanan parsial karbondioksida ataupun

penurunan pH merangsang untuk terjadi pernafasan.


2.1.2.2. Fisiologi

Proses fisiologis respirasi dimana oksigen

dipindahkan dari udara ke dalam jaringan dan

karbondioksida dikeluarkan ke udara pada saat ekspirasi.

Proses respirasi dibagi menjadi tiga stadium.

Stadium pertama adalah ventilasi, ventilasi adalah

masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-

paru. Hal ini terjadi karena perbedaan tekanan yang terdapat

antara atmosfer dan alveolus oleh kerja mekanik otot-otot.

Pengaturan ventilasi di atur oleh medulla spon.

Inspirasi terjadi karena adanya stimulus dari medulla yang

merangasang kontraksi otot untuk inspirasi yang

menyebabkan diafragma turun dan iga terangkat. Adapun

otot-otot yang berperan dalam kontraksi adalah otot

Sternokleimatoideus yang mengangkat sternum ke atas dan

otot Surratus dan otot Scaienus dan otot Intercostalis

Externus yang berperan dalam mengangkat iga. Rongga

thorak membesar mengakibatkan tekanan didalam paru-

paru menurun dan volume pulmonal meningkat, karena

perbedaan tekanan udara atmosfer yang lebih tinggi

dibandingkan dengan tekanan didalam alveolus lebih

rendah maka udara akan masuk melalui Trakheabronkhial


ke vestibulum dan menuju alveoli serta dapat erat

berhubungan dengan darah didalam kapiler pulmonalis.

Ketika ekspirasi otot-otot diafragma dan intrcostalis

relaksasi, sehingga mengakibatkan thorak kembali kepada

keadaan istirahat. Paru-paru berkerut mengakibatkan

tekanan intrapulmoner meningkat (± 4 mm Hg) lebih besar

dari tekanan atmosfer (760 mm Hg + 4 mm Hg = 764 mm

Hg). Tekanan intrapulmoner diseimbangkan dengan

tekanan atmosfer pada akhir ekspirasi.

Pada stadium kedua proses respirasi ini mencakup

proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus

dan kapiler yang tipis. Oksigen menembus membran ini dan

di pungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke

jantung. Disini darah di pompa di dalam ventrikel kiri ke

semua bagian tubuh.

Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan

oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobin 95 %

jenuh oksigen. Di dalam paru-paru karbondioksida salah

satu hasil metabolisme menembus membran alveoli dan

kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui

trakheabronkhial dan trakhea dinafaskan ke luar melalui

hidung dan mulut.


Stadium terakhir dari proses respirasi yaitu

respirasi sel. Oksigen yang di keluarkan oleh alveoli ke

dalam darah pulmonal di angkut oleh hemoglobin menuju

ke jaringan. Proses difusi dan pengangkutan terjadi secara

bersamaan. Oksigen diangkut oleh darah dalam plasma dan

sedikit oksigen di larutkan di dalamnya. Sebagian besar

oksigen diangkut oleh hemoglobin dalam eritrosit (menjadi

oksihemoglobin). Oksihemoglobin yang di angkut melalui

arteri menuju kapiler. Karena tekanan oksigen partial dalam

jaringan lebih rendah, maka oksigen pindah dari plasma

melalui cairan intertisial menuju sel. Dalam upaya

mempertahankan keseimbangan antara plasma dan sel,

hemoglobin membebaskan oksigen untuk mempertahankan

keseimbangan dan sebagai hasil buangan oksidasi yaitu

karbondioksida.
Skema : 2.1 Fisiologi pernapasan

Inspirasi Pernapasan Ekspirasi

O2 di udara

Tek. Atsmosfir > Tek.Paru Tek.Atsmosfir

<

O2 Masuk ke Paru – Paru Paru - paru

Alveolus Alveolus

Tek. PO2 Alveolar >PO2 vena Difusi

Difusi Pusat Pernapasan di otak Tek. PCO2

Diikat oleh Hemoglobin Alveolar

<PCO2

Vena pulmonalis Vena

Jantung Neouron & reseptor Paru - paru

O2 dibawa oleh arteri Arteri

Pulmonalis

Ke seluruh tubuh

Kapiler PCO2 dan pH darah Jantung

Sel Vena Cava

Metabolisme Sel CO2 Masuk vena

( Sumber : Brunner & Suddarth, 2002 )


2.1.3. Klasifikasi

Menurut, Yasmin (2003) terdapat dua tipe utama Asma yaitu:

1. Asma Ekstrinsik

1) Juga disebut asma alergik atau atopik.

2) Aktivasi sel mast, infiltrasi eosinofil.

3) Dicetuskan oleh antigen dari lingkungan.

4) Terjadi reaksi antigen antibodi imunoglobulin E (IgE)

spesifik.

5) Mediator inflamatori trermasuk histamin, bradikinin,

leukotrienes, faktor penyakit trombosit, prostaglandin,

tromboksan A2 dan faktor kimia untuk eosinofik, trombosit,

netrofil, dan limfosit T.

6) Spasme bronkus terjadi dalam hitungan menit kemudian

memulih, reaksi lambat terjadi 4-8 jam kemudaian.

2. Asma Intrinsik

1) Penyebab alergi tidak diketahui

2) Sering terjadi pada masa dewasa, dapat sangat parah.

3) faktor-faktor pencetus termasuk infeksi traktus repiratorius,

obat-obatan iritan dari lingkungan, udara dingin, udara

kering, olah raga, stres emosional.


4) Kemungkinan penyebab spasme bronkus terjadi akibat

ketidakseimbangan antara sitem saraf otonom simpatis dan

parasimpatis.

5) Mediator kimia menyebabkan inflamasi dan konstriksi

bronkus.

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat

diklasifikasikan menjadi 3 tipe menurut ( Arjatmo Tjokronegoro dan

Hendra Utama, 2004) yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-

faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu

binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.

Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu

predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada

faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas,

maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap

pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara

dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran

pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat

dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat


berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa

pasien akan mengalami asma gabungan.

3. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

Tabel :2.1. Klasifikasi Derajat Asma


Gejala
Derajat Asthma Gejala Fungsi Paru
Malam
Intermitten Gejala < 1x /minggu < 2 kali VEP1
Mingguan Tanpa gejala di luar sebelum (volume
serangan. Serangan ekspirasi
siang fungsi paru paksa detik
asimtomatik dan normal pertama) atau
luar serangan. APE >80%

Persisten Gejala > 1 x /minggu > 2 kali VEP1 atau


Ringan tapi < 1x /hari seminggu APE > 80%
Mingguan Serangan dapat normal
mengganggu aktivitas
dan tidur

Persisten Gejala harian > sekali VEP1 atau


Sedang Menggunakan obat seminggu APE > 60%
Harian setiap hari. tetapi < 80%
Serangan mengganggu normal
aktivitas dan tidur.
Serangan 2x/minggu,
bisa berhari-hari
Persisten Gejala terus menerus Sering VEP1 atau
Berat Aktivitas fisik terbatas APE < 80%
Kontinu Sering serangan normal

Sumber: (Nursalam, 2001)

2.1.4. Faktor Pencetus Serangan Asma


Faktor-faktor yang mernimbulkan serangan Asma

Bronkhial atau sering disebut faktor pencetus menurut (Arif

Mansjoer, 2001) adalah :

1. Alergen

Alergen merupakan faktor pencetus asma yang sering

dijumpai pada penderita asma. Debu rumah, tungau debu rumah,

spora jamur, serpih kulit kucing, anjing dan sebagainya dapat

menimbulkan serangan asma pada penderita yang peka. Alergen-

alergen tersebut biasanya berupa alergen hirupan, meskipun

kadang-kadang makanan dan minuman dapat menimbulkan

serangan.

Pada respons alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan

dengan alergen kemudian menyerang sel-sel mast. Degranulasi sel

tersebut menyebabkan pelepasan produk sel mast (disebut

mediator) seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain.

Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus dan

kelenjar jalan nafas menyebabkan bronkospasme, pembengkakan

membran mukosa, dan pembentukan mukus yang banyak.

2. Infeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran nafas juga merupakan salah satu pencetus

yang paling sering menimbulkan serangan asma. Diperkirakan dua


pertiga penderita asma anak dan satu pertiga penderita asma

dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.

Berbagai macam virus, seperti virus influensa sangat sering

dijumpai pada orang yang sedang mengalami serangan asma.

Kemungkinan mendapatkan serangan asma makin besar bila

infeksi tadi cukup berat. Jika pada orang normal infeksi saluran

nafas hanya menyebabkan batuk, pilek dan demam, pada penderita

asma gejala tadi diikuti dengan serangan asma. Celakanya baik

batuk maupun asma yang dicetuskan oleh virus saluran nafas lebih

lama sembuhnya dibandingkan jika dicetuskan oleh bukan infeksi

virus.

3. Tekanan jiwa

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan

asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah

ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati

penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi

nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika

stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

4. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan

jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari

cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma


karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.

5. Obat-obatan

Obat-obatan yang sering mencetuskan serangan asma

adalah golongan reseptor beta, atau yang lebih populer disebut

beta-blocker. Golongan obat tersebut sering dipakai untuk

pengobatan penyakit jantung koroner dan darah tinggi. Pada

penderita asma berat, bahkan obat tetes mata yang mengandung

beta-blocker dalam dosis yang kecil pernah dilaporkan

menimbulkan serangan asma. Aspirin dan obat-obatan antirematik

dapat mencetuskan serangan asma pada 2 sampai 10% penderita

asma. Serangan asma biasanya berat, kadang disertai gejala alergi

lain seperti mata dan bibir bengkak, gatal-gatal kulit, meskipun

mekanismenya bukan reaksi alergi.

6. Polusi udara

Pemaparan terhadap berbagai bahan dalam lingkungan

kerja dapat menimbulkan asma pada mereka yang tidak pernah

menderita asma atau memperberat asma yang sudah ada. Sekarang

telah diketahui bahwa asap, uap dan debu yang ditimbulkan oleh

banyak bahan industri dapat menyebabkan asma. Dengan

demikian prevalensi asma lebih besar di kota-kota yang banyak

tempat industri dari pada di kota-kota yang sedikit tempat

industrinya.
Polusi udara di dalam rumahpun sering terjadi. Asap rokok,

semprotan obat nyamuk, semprotan rambut dapat mencetuskan

serangan asma. Penderita yang tidak merokok bisa mendapat

serangan asma karena berada dalam ruangan yang penuh asap

rokok. Penderita anak-anak lebih sering mendapat serangan asma

bila di rumahnya ada yang merokok. Bagi penderita asma yang

merokok, segera hentikan kebiasaan tersebut agar kelainan saluran

nafasnya tidak semakin parah. Elizabeth J. Corwin (2001)

menjelaskan lebih rinci bahwa terpajan asap rokok selama dalam

rahim atau masa anak-anak dini dianggap suatu faktor resiko untuk

menderita asma pada anak.

7. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya

serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.

Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri

tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada

waktu libur atau cuti.

2.1.5. Patofisiologi

Masuknya allergen terutama allergen inhalan menyebabkan

sel plasma terangsang untuk membentuk IgE kemudian melekat pada

sel mast dan basofil. Hal ini menyebabkan proses degranulasi yang

mengakibatkan pelepasan mediator seperti Histamin, SRS – A (Slow

Reacting Substance Of Anaphylaxis), ECF – A (Eosinophil


Chemotatic Factor Of Anaphylaxis), Bradikidin dan sebagainya.

Mediator yang dilepaskan tersebut menyebabkan terjadinya

kontraksi otot polos bronkhus, peningkatan permeabilitas pembuluh

darah di submukosa yang mengakibatkan edema dan peradangan,

serta peningkatan sekresi mukus, hal tersebut mengakibatkan

obstruksi jalan nafas sehingga penderita mengalami sesak nafas,

batuk-batuk, suara nafas berbunyi ( wheezing ), perpanjangan fase

ekspirasi dan peningkatan jumlah eusinofil. Sebagai akibat lain

terjadinya kenaikan resistensi aliran udara pada jalan nafas

menyebabkan penurunan tekanan partial oksigen dan kenaikan FRC.

FRC adalah kapasitas residu fungsional atau banyaknya udara yang

tertinggal selama ekspirasi. Paru-paru secara progresif menjadi

hiperinflasi dan udara terjebak oleh adanya sumbatan. (Hidayat,

2009).
WOC Astma bronchial

Terpapar Alergen

Pembentukan IgE

Diikat mastoisit pada jaring


Dan basofil pada sirkulasi

Rentan

Faktor pencetus Terpapar lagi

Kurang informasi Diikat oleh IgE

Kurang pengetahuan Influks Ca++

cAMP Menurun
Resiko kekambuhan

Degranulasi sel

Pembentukan Histamin

Kontraksi otot polos Permeabilitas kapiler Sekresi sal.mukosa


Sal. Pernafasan danproduksimukus
Bronkospasme Penyempitan sal. Nafas
ketidak
efektifan jalan
nafas

Pasokan O2 ke dalam Hiperventilasi


Tubuh Jumlah CO2

Gangguan pertukaran gas Distensi dinding dada pikiran


Terfokus pada
pernapasan
apnea saat tidur

gangguan pola napas

Ansietas Resiko
kelelahan
Resiko
kekambuhan Gangguan nutrisi

Skema : 2.2 WOC Asma Bronkhial (Hidayat, 2009).

2.1.6. Gejala dan Tanda

Adapun gejala-gejala utama yang di timbulkan ( Suyono, 2001)

yaitu:

1. Sesak nafas, akibat penyempitan saluran nafas akan terjadi sesak

nafas waktu menghembuskan nafas.

2. Nafas berbunyi ( wheezing ) terjadi karena udara di paksa untuk

mengalir melalui saluran nafas yang sempit dan udara akan

terdengar jelas pada saat ekspirasi.


3. Batuk-batuk, disebabkan karena rangsangan pada tenggorokan

ataupun adanya riak pada saluran nafas.

4. Riak yang banyak, disebabkan karena hipersekresi dari mukus.

Pada serangan asma yang lebih berat akan didapatkan gejala-

gejala antara lain, kontraksi otot-otot bantu pernafasan, sianosis,

gangguan kesadaran, penderita tampak lelah, hiperinflasi dada

dan takikardi.

2.1.7. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan yang menunjang diagnosa Asma menurut

Doengoes (2000) antara lain:

1 Sinar X dada/rontgen : Dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru;

mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal;

penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); penigkatan tanda

bronkovaskuler (bronkitis); hasil normal selama periode remisi

(asma).

2 Tes fungsi paru-paru : dilakukan untuk menentukan penyebab

dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah

obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi

dan untuk mengevaluasi efek terapi misal : Bronkodilator.

3 TLC : Penigkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang

pada asma, penurunan emfisema.

4 Gas Darah Analisa : Memperkirakan progresi proses penyakit

kronis, mis. Paling sering PaO2 menurun, dan PaCO2 normal


atau meningkat (bronkitis kronis dan emfisema) tetapi sering

menurun pada asma, pH normal atau asidotik, alkalosis

respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema

sedang atau asma).

5 Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi,

mengidentifikasi patogen, pemeriksaan sistolik untuk mengetahui

keganasan atau gangguan alergi.

6 EKG : deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma

berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian gelombang P pada

lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS

(emfisema).

Diagnostik ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang menurut (Arif Muttaqin, 2008)

1. Anamnesa

Anamnesa yang teliti merupakan hal yang penting, selain untuk

menegakkan diagnosis juga untuk menentukan faktor pencetus.

Perlu diteliti riwayat penyakit masa lalu, mulai timbul serangan,

riwayat alergi dan riwayat penyakit pada keluarga.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

1) Dada tampak hiperinflasi dengan hipertrofi otot-otot bantu

pernapasan

2) Cemas / gelisah / panik / berkeringat


3) Tekanan darah meningkat

4) Nadi meningkat

5) Pulsus paradoksus = penurunan tekanan darah sistolik lebih

dari 10 mmHg pada waktu inspirasi

6) Frekuensi pernapasan meningkat

7) Sianosis

8) Pada auskultasi terdengar wheezing

3. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan

adalah sebagai berikut ( Dinda, 2008):

1) Spirometri

Spirometri digunakan untuk mengukur volume udara yang

keluar masuk paru-paru, dapat juga untuk mengukur kecepatan

arus udara yang keluar / masuk paru-paru. Dengan demikian,

merupakan alat untuk mengukur secara obyektif adanya

obstruksi jalan nafas, beratnya derajat obstruksi, menilai

perubahan perbaikan obstruksi setelah pengobatan.

2) Test kulit

Test kulit bertujuan untuk menunjukkan adanya antibody IgE

yang spesifik dalam tubuh. Test ini hanya menyokong

anamnesa, karena alergi yang menunjukkan test kulit positif

tidak selalu merupakan penyebab asma.

3) Eusinofil darah
Terlihat adanya peningkatan jumlah eosinofil total dalam darah

lebih dari 250/mm³.

4) Uji Provokasi Bronkhus

Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan

adanya hiperaktivitas bronkhus dilakukan uji provokasi

bronkhus.

5) Pemeriksaan sputum

Dilakukan untuk melihat adanya eosinofil dalam sputum.

6) Pemeriksaan analisa gas darah

Dilakukan pada asma yang berat karena pada keadaan tersebut

dapt terjadi hipoksia, hiperkapmia dengan asidosis pernafasan

yang memerlukan tindakan segera dan tepat.

7) Pemeriksaan Radiologi

Pada umumnya tidak ditemukan kelainan, hanya gambaran

vaskuler yang meningkat.

2.1.8. Penatalaksanaan Medis

Upaya perawatan dalam penatalaksanaan dan pemberian

pengobatan sesuai dengan program dokter menurut (Tjikronegoro,

2004) yaitu :

1. Istirahat
Selama pasien sesak nafas harus istirahat di tempat tidur dan

kebutuhan pasien sehari-hari dibantu oleh perawat sesuai dengan

kemampuannya, seperti : makan, minum, defekasi dan kebersihan

umum pasien

2. Observasi keadaan pasien, terutama pada saat terjadinya serangan

asma yang berat, meliputi :

1) Tekanan Darah, nadi, pernafasan setiap 2 jam

2) Suhu tubuh setiap 4 jam

3) Warna kulit, sianosis setiap 2 jam

4) Tingkat kesadaran setiap 1-2 jam, bila ada penurunan

kesadaran segera lapor kepada dokter.

Tujuan observasi keadaan ini adalah untuk mengetahui

perubahan yang terjadi pada pasien, sehingga dapat segera

dilaporkan kepada dokter untuk segera ditanggulangi.

3. Mengawasi pemberian cairan melalui infuse

Cairan harus cukup di berikan, karena biasanya tejadi kehilangan

banyak cairan akibat hiperventilasi, diaforensi dan lain-lain.

Biasanya diberikan berupa infuse dektrose 5% 2 - 3 liter setiap

hari atau minum secukupnya. Selain itu pemberian obat-obatan

lewat infuse.

4. Pemberian obat-obatan sesuai dengan program dokter

Didalam pemberian obat-obatan, perawat harus mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang jenis obat dan cara kerja serta
cara pemberiannya, agar program pengobatan dapat barjalan

sesuai dengan yang diharapkan.( Dinda, 2008).

1. Aminophilin

a) Dosis awal : 5-6 mg/kg BB, diberikan secara IV diencerkan

dengan dextrose 5 % menjadi 20 cc, diberikan dalam waktu

10-15 menit, diharapkan akan tercapai kadar serum

terapetik 10-20 ug/ml. Bila dalam 12 jam sebelumnya

pasien telah mendapat aminophilin maka pemberian

diberikan setengah dosis yang dibutuhkan.

b) Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar serum

tetap dalam kadar terapeutik : 0,5-0,9 mg/kg BB dalam

dextrose 5% atau NaCl 0,9 % dan lama pemberian infuse

aminophilin 24-72 jam.

c) Dosis oral 2-4 mg/kg BB/kali, 3 kali sehari segera setelah

pemberian parental di hentikan.

2. Kortikosteroid

Diberikan secara intravena dan obat-obatan pilihan utama

yaitu :

a) Hidrokortison suksinat : 4 mg/kg BB atau 200-400 mg IV

tiap 2-8 jam tergantung beratnya keadaan serta kecepatan

respon, dengan dosis keseluruhan 1-4 gr/24 jam. Bila tidak


tersedia obat tersebut, dapat digunakan obat lain dalam

dosis ekuivalen

b) Triamsinolon 40-80 mg IV

c) Deksametason 5-10 mg IV

d) Pemberian kortikosteroid secara parental di hentikan setelah

24-72 jam, tergantung pada cepatnya perbaikan.

3. Amin Simptomatik :

Terbutalin, metaproterenol, ventolin dan salbutamol diberikan

dengan berbagai cara :

a) Inhalasi : tiap 2 jam diberikan 10 kali, dengan larutan 2 %

melalui IPPB atau salbutamol 1,5 mg/24 jam.

b) Adrenalin : 0,2-0,5 cc, subkutan dapat diberikan setiap 6-8

jam bila obat-obatan beta selektif tidak tersedia.

4. Antibiotika :

Diberikan bila ada tanda-tanda infeksi.

5. Sedativa atau obat penenang atau antihistamin

Dalam keadaan apapun sebaiknya tidak diberikan obat-obatan

ini, oleh karena dapat menekan pusat pernafasn. Obat-obatan

ini dapat diberikan bila dipasang alat nafas mekanik

(respirator).

2.1.9. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada Asma Bronkhial (Arif

Muttaqin, 2008) yaitu :


1. Status asmatikus, terjadi karena penanganan yang kurang adekuat

yang mana merupakan kelanjutan dari Asma Bronkhial

2. Atelektasis, terjadi karena kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi

akibat dari sumbatan jalan nafas, maka udara yang harus

dikeluarkan direabsorbsi oleh darah sehingga terjadi atelektasis

3. Emphysema terjadi karena spasme bronkus yang terlalu lama

menyebabkan hipertropi otot polos dan penyempitan saluran

nafas yang menetap.

Menurut suyono (2001), komplikasi yang timbul dari

penyakit Asma Bronkhiale adalah :

a. Pneumothorak

b. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis.

c. Atelektasis

d. Aspergilosis bronkopulmoner alergik

e. Gagal napas

f. Bronkhitis

g. Fraktur iga

h. Status Asmatikus

2.2. Konsep Proses Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah pelayanan keperawatan yang

dilakukan oleh seorang perawat dengan pendekatan keperawatan (Nursalam,

2001).
Proses keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan

secara sistematis dan menggunakan pemikiran, pengetahuan dan

pengalaman yang dipergunakan oleh perawat dalam membantu pemecahan

masalah pasien. Kegiatan ini terdiri dari lima tahap yaitu tahap pengkajian,

tahap penyusunan diagnosa keperawatan, perencanaan, tahap pelaksanaan

dan tahap evaluasi (Hidayat, 2008).

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis

dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan

masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dan

respons klien terhadap penyakitnya (Tarwoto Wartonah, 2001).

2.2.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari

berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan klien (Brunner dan Suddart,2002).

Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan

kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu

diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai

dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam

standar praktik keperwatan dari ANA (American Nursing

Association) (Nursalam, 2001).


Pengkajian pada klien dengan diagnosa Asma Bronkhial

adalah sebagai berikut:

1. Biodata

Biodata meliputi identitas klien dan identitas penanggung jawab.

Identitas klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku, alamat, tanggal masuk RS. Identitas

penanggung jawab meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan

dengan klien, pekerjaan, dan alamat.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Keluhan utama meliputi sesak nafas, bernafas terasa berat pada

dada, dan adanya keluhan sulit untuk bernafas.

b. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan

terutama dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan mendadak,

kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain seperti

wheezing,keringat dingin, penggunaan otot bantu pernafasan,

kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan

darah.

c. Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti

adanya infeksi saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan,

amandel, sinusitis, dan polip hidung,. Riwayat serangan asma,

frekuensi, waktu, dan alergrn-alergen yang dicurigai sebagai

pencetus serangan, setra riwayat pengobatan yang dilakukan

untuk meringankan gejala asma.

d. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tenyang riwayat

penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota

keluarganya karena hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih

ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. (Doengoes,2000).

3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Menurut Virginia

Handerson.

Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, penulis

menggunakan konseptual Virginia Handerson, dimana terdapat 14

komponen meliputi:

1) Bernafas

Pada klien dengan asma biasanya didapatkan klien mengeluh

merasa sesak, batuk beriak dan bunyi nafas tidak normal seperti

wheezing.

2) Nutrisi
Pola nutrisi yang perlu dikaji adalah adanya penurunan nafsu

makan, nausea, BB menurun, massa otot menurun, dan tonus

otot menurun.

3) Eliminasi

Pola BAB dan BAK yang perlu dikaji adalah biasanya

berkaitan dengan kebutuhan cairan kerena dapat terjadi oliguria

dan diaforesis.

4) Aktivitas

Kegiatan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada

klien asma tidak dapat terpenuhi terutama saat terjadi serangan,

karena klien merasa cepat lelah dan lemah, mengalami

keterbatasan mobilitas fisik sehingga tergantung pada orang

lain.

5) Istirahat dan tidur

Perlu dikaji kebiasaan istirahat dan tidur klien dan hal-hal yang

dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur klien,

klien dengan Asma Bronkhial kemungkinan akan terganggu

pola istirahat dan tidurnya bila terjadi serangan,

cemas,khawatir dan sebagainya.

6) Personal hygiene
Perlu dikaji kebiasaan klien mengenai pemeliharaan dan

perawatan kesehatan diri sendiri misalnya kebiasaan mandi,

ganti pakaian, memakai alas kaki. Biasanya pada klien yang

menderita asma, selama klien sesak nafas harus istirahat di

tempat tidur dan kebutuhan pasien sehari-hari dibantu oleh

perawat sesuai dengan kemampuannya, seperti : makan,

minum, defekasi dan kebersihan umum pasien.

7) Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuh

Bagaimana respon klien terhadap suhu ruangan di Rumah Sakit

dan bagaimana cara klien mengatasi dalam hal perubahan

cuaca, misalnya bila cuaca panas atau dingin.

8) Kebutuhan berpakaian

Pakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

menutupi tubuh sehubungan dengan diri klien.

9) Rasa aman dan nyaman

Masing-masing individu memiliki pandangan yang berbeda

mengenai kenyamanan diri, rasa aman dan nyaman dapat

terganggu saat terjadi serangan asma.

10) Berkomunikasi dengan orang lain

Klien susah bicara atau bicara terbata-bata sehingga klien akan

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain

saat terjadi serangan asma.

11) Pekerjaan atau kebutuhan bekerja


Dikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan

apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat, serta

dikaji juga mengenai lingkungan pekerjaan klien apakah

terpapar dengan berbagai alergen.

12) Kebutuhan spiritual/beribadah

Kebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah sesuai

dengan kepercayaannya.

13) Belajar

Dikaji mengenai pentingnya belajar tentang kesehatan terutama

yang berhubungan dengan pengelolaan penderita Asma

Bronkhial.

14) Rekreasi

Dikaji mengenai pentingnya rekreasi untuk mengurangi

pikiran-pikiran tentang penyakit yang diderita.

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, kegelisahan,

kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi pernafasan

yang meningkat, penggunaan otot-otot bantu pernafasan,

sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.

2) B1 (Breathing)

a. Inspeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan

frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu

nafas. Inspeksi dada terutama untuk melihat postur

bentuk dan kesimetrisan, adanya peningkatan diameter

anteroposterior, retraksi otot-otot interkostalis, sifat dan

irama pernafasan, dan frekuensi pernafasan.

b. Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspanti, dan taktil

fremitus normal.

c. Perkusi

Pada perkusi di dapatkan suara normal sampai

hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan

rendah.

d. Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai

dengan ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali

inspirasi, dengan bunyi nafas tambahan wheezing pada

akhir ekspirasi.

3) B2 (Blood)

Perlu dimonitor dampak asma pada status kardiovaskular

meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan

CRT, serta Hb.

4) B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping

itu, diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat

kesadaran klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.

5) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena

berkaitan dengan intake cairan. Oleh karena itu, perlu

dimonitor ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan

tanda awal dari syok.

6) B5 (Bowel)

Perlu juga dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri dan tanda-tanda

infeksi, mengingat hal-hal tersebut juga merangsang serangan

asma. Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah,

frekuensi dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi

kebutuhannya. Pada klien dengan sesak nafas, sangat potensi

terjadi kekurangan pemunuhan kebutuhan nutrisi, hal ini karena

terjadi dipnea saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan

yang dialami klien.

7) B6 (Bone)

Perlu dikaji adanya edema ekstremitas, tremor dan tanda-tanda

infeksi pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan

asma. Pada integumen perlu dikaji adanya permukaan yang

kasar, kering, kelainan pigmen, turgor kulit, kelembaban,


mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, eksim, dan

adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis, serta mukosa

bibir. Pada rambut, dikaji warna rambut, kelembapan, dan

kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur dan istirahat

klien yang meliputi berapa lama klien yidur dan istirahat, sarta

berapa besar akibat kelelahan yang di alami klien. Adanya

wheezing, sesak, dan ortopnea dapat memengaruhi pola tidur

dan istirahat klien.

Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti

olahraga, bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga

dapat menjadi faktor pencetus asma yang disebut dengan

exercise induced asma.

5. Pemeriksaan penunjang

Pada Kasus Asma Bronkhial biasanya pemeriksaan

penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan spirometri, uji

provokasi bronkhus, pemeriksaan sputum, pemeriksaan eosinofil

darah, uji kulit, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan analisa

gas darah

6. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan

masalah kesehatan dan perawatan klien(Doenges, 2000).


Berdasarkan data-data yang telah terkumpul maka dapat

dianalisa dan mencari kemungkinan penyebab timbulnya

masalah dan merumuskan diagnosa yang ada pada pasien baik

aktual maupun potensial.

2.2.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,

2000).

Gordon (2000), mendefinisikan bahwa diagnosa

keperawatan adalah “masalah kesehatan aktual dan potensial

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu

dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan

keperawatan”. Kewenangan tersebut didasarkan pada standar

praktek keperawatan dan etik keperawatan yang berikut adalah

diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien asma

bronkhial ( Arif Muttaqin, 2008), yaitu:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme.

2.Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi


dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan.

3.Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi

CO2, peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan

proses penyakit.

4.Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik

tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas.

5.Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2

hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.

6.Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan

mengenai penyakitnya.

2.2.3. Rencana Keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai

setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan

rencana dokumentasi (Nursalam, 2001).

Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai

suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah,

tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,

rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang

asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang memerlukan


asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Misalnya,

semua klien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang

pengelolaan cairan dan nyeri. Sehingga semua tindakan

keperawatan harus distandarisasi. Standar tindakan tersebut dapat

dibaca di SAK (Standar Asuhan Keperawatan) atau SOP (Standar

Operasional) dari Depkes RI (1995) (Nursalam, 2001).

Tabel : 2.2 Perencanaan Keperawatan

No.
Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan (a) Kaji (a) Karakteristik
keperawatan diharapkan jalan warna, sputrum dapat
nafas menjadi efektif dengan kekentalan menunjukkan
kriteria hasil: dan berat
(a) menentukan posisi jumlah ringannya
yang nyaman sehingga sputum obstruksi
memudahkan
peningkatan pertukaran
gas. (b) Instruksika (b) Batuk yang
(b) dapat n klien tidak terkontrol
mendemontrasikan pada melelahkan
batuk efektif metode dan inefektif
(c) dapat menyatakan yang tepat serta
strategi untuk dalam menimbulkan
menurunkan mengontro frustasi.
kekentalan sekresi l batuk.
(d) tidak ada suara nafas
tambahan (c) Ajarkan (c) Sekresi kental
klien sulit untuk
untuk dikeluarkan
menurunk dan dapat
an menyebabkan
viskositas sumbatan
sekresi. mukus yang
dapat
menimbulkan
atelektasis.
(d) Auskultasi (d) Berkurangnya
paru suara
sebelum tambahan
dan setelah
sesudah tindakan
tindakan menunjukan
keberhasilan.

(e) Lakukan (e) Fisioterpi dada


fisioterapi merupakan
dada strategi untuk
dengan mengeluarkan
tehnik sekret.
drainage
postural,pe
rkusi dan
fibrasi
dada.

(f) Dorong (f) Hygiene mulut


dan atau yang baik
berikan meningkatkan
perawatan rasa sehat dan
mulut mencegah bau
mulut.

2.2. Setelah dilakukan tindakan (a) Monitor (a) Takipnea,


keperawatan diharapkan klien frekuensi, irama yang
akan mendemontrasikan pola irama dan tidak teratur
nafas efektif dengan kriteria kedalaman dan bernafas
hasil: pernafasan dangkal
(a) Frekuensi nafas yang menunjukkan
efektif dan perbaikan pola nafas
pertukaran gas pada paru yang tidak
(b)Menyatakan faktor efektif
penyebab dan cara adaptif
mengatasi faktor-faktor (b) Posisikan klien (b) Posisi semi
tersebut dada posisi fowler akan
semi fowler. menurunkan
diafragma
sehingga
memberikan
pengembanga
n pada organ
paru
(c) Alihkan (c) Ansietas
perhatian dapat
individu dari menyebabkan
pemikiran pola nafas
tentang tidak efektif.
keadaan
ansietas dan
ajarkan cara
bernafas
efektif

(d) Minimalkan (d) Distensi


distensi gaster. gaster dapat
menghambat
kontraksi
diafragma

(e) Kaji (e) Adanya apnea


pernafasan tidur
selama tidur. menunjukkan
pola nafas
yang tidak
efektif
(f) Yakinkan klien (f) Rasa ragu–
dan beri ragu pada
dukungan saat klien dapat
dipsnea menghambat
komunikasi
terapeutik.

3 3. Setelah dilakukan tindakan (a) Pantauan status (a) Untuk


keperawatan diharapkan klien pernafasan tiap mengidentifik
akan mempertahankan 4 jam, hasil asi indikasi
pertukaran gas dan oksigenasi GDA, kearah
adekuat dengan kreteria hasil pemasukan dan kemajuan
(a) Frekuensi nafas 16 – 20 haluaran. atau
kali/menit penyimpanga
(b) Frekuensi nadi 60 – 120 n dari hasil
kali/menit klien
(c) Warna kulit normal, tidak
ada dipnea dan GDA (b)Tempatkan (b)Posisi tegak
dalam batas normal klien pada memungkink
posisi semi an expansi
fowler. paru lebih
baik
(c) Berikan terapi (c) Untuk
intravena memungkink
sesuai anjuran. an rehidrasi
yang cepat
dan dapat
mengkaji
keadaan
vaskular
untuk
pemberian
obat – obat
darurat.
(d)Berikan (d)Pemberian
oksigen oksigen
melalui kanula mengurangi
nasal 4 l/mt beban otot –
selanjutnya otot
sesuaikan pernafasan.
dengan hasil
PaO2

(e) Berikan (e) Pengobatan


pengobatan untuk
yang telah mengembalik
ditentukan an kondisi
bronkus
seperti
kondisi
sebelumnya
(f) serta amati bila (f) Untuk
ada tanda – memudahkan
tanda toksisitas bernafas dan
mencegah
atelektasis

4. Setelah dilakukan tindakan (a) Mengidentifika (a) Merencanakan


keperawatan kepada klien si faktor yang tindakan yang
diharapkan kebutuhan nutrisi dapat dipilih
klien terpenuhi dengan criteria menimbulkan berdasarkan
hasil sebagai berikut: nafsu makan penyebab
(a) Klien menghabiskan porsi menurun masalah.
makan di rumah sakit misalnya
(b) Tidak terjadi penurunan muntah dengan
berat badan ditemukannya
sputum yang
banyak
ataupun
dipsnea.

(b) Anjurkan klien (b) Dengan


untuk oral perawatan
hygiene paling mulut yang
sedikit satu jam baik akan
sebelum meningkatkan
makan. nafsu makan.

(c) Lakukan (c) Mengetahui


pemeriksaan kondisi usus
adanya suara dan adanya
perilstaltik dan konstipasi.
usus serta
palpasi untuk
mengetahui
adanya masa
pada saluran
cerna

(d) Berikan diit (d) Memenuhi


TKTP sesuai jumlah kalori
dengan yang
ketentuan. dibutuhkan
oleh tubuh

(e) Bantu klien (e) Kelelahan


istirahat dapat
sebelum makan menurunakn
nafsu makan.

(f) Timbang berat (f) Turunya berat


badan setiap badan
hari mengindikasik
an kebutuhan
nutrisi kurang.

C 5. Setelah dialakukan tindakan (a)Jelaskan (a) Diketahuinya


keperawatan diharapkan klien sebab –sebab faktor–faktor
akan terpenuhi kebuutuhan keletihan penyebab
istirahat untuk individu maka
mempertahankan tingkat diharapkan
energy saat terbangun dengan bias
kriteria hasil: menghindarin
(a)Mampu mendiskusikan ya.
penyebab keletihan
(b)Klien dapat tidur dan (b) Hindari (b) Tidur
istirahat sesuai dengan gangguan merupakan
kebutuhan tubuh saat tidur. upaya
(c)Klien dapat rilek dan memulihkan
wajahnya cerah. kondisi yang
telah menurun
setelah
aktivitas

(c)Menganalisa (c) Skala Rhoten


bersama – untuk
sama tingkat mengetahui
kelelahan tingkat
dengan kelelahan
menggunaka yang dialami
n skala klien.
Rhoten
(1982).

(d) Indentivikas (d) Kelelahan


i aktivitas – terjadi karena
aktivitas ketidak
penting dan seimbangan
sesuaikan antara
antara kebutuhan
aktivitas aktifitas dan
dengan kebutuhan
istirahat. istirahat.

(e)Ajarkan (e) Pernafasan


teknik efektif
pernafasan membantu
yang efektif. terpenuhnya
O2 dijaringan.

(f) Pertahankan (f) O2 digunakan


tambahan O2 untuk
bila latihan . pembakaran
glukosa
menjadi
energi.
(g) Hindarkan (g) Sedatif dan
penggunaan hipnotik
sedatif dan melemahkan
hipnotif. otot–otot
khususnya
otot
pernafasan.

6. Setelah dialakukan tindakan (a)Observasi (a) Penyuluhan


keperawatan kepada klien kondisi umum kesehatan
diharapkan klien mengetahui klien hanya dapat
dan memahami tentang factor dilakukan jika
pencetus dan metode kondisi klien
pencegahan penyakitnya memungkinka
dengan kriteria hasil : n.
(a)Klien mendemonstrasikan
pengetahuan yang
meningkat. (b) Kaji tingkat (b) Tingkat
(b) Klien mampu pengetahuan pengetuhan
mendiskusikan klien klien dapat
penyakitnya dengan tepat. mempermuda
h perawat
dalam
menentukan
materi apa
yang
dibutuhkan
klien.

(c)Berikan (c) Pendidikan


pendidikan kesehatan
kesehatan dapat
tentang meningkatkan
penyakitnya. pengetahuan
klien
sehingga
tindakan
pencegahan
dapat
dilakukan.

2.2.4. Tindakan Keperawatan


Tindakan / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al, 2001).

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan

ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang

spesifik dilaksanakan untuk memodofikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan

dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan

dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan

untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Selama tahap pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan

data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan

kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam

format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2001).

2.2.5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk

memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian,


analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius &

Bayne, 2000).

Menurut Griffith & Christensen (2002) evaluasi sebagai

sesuatu yang direncanakan, dan perbandingan yang sistematik pada

status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien

dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan

efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi merupakan langkah

terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan

sengaja dan terus menerus yang melibatkan klien perawat dan

anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan evaluasi adalah :

1. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai

atau tidak

2. Untuk melakukan pengkajian ulang

Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak

dapat dibuktikan dengan prilaku klien

1 Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai

dengan pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah

ditentukan

2 Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan

prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan

yang telah ditentukan

3 Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau
sama sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan.

Menurut Alimul, (2001) catatan perkembangan merupakan

catatan tentang perkembangan keadaan klien yang didasarkan pada

setiap masalah yang ditemui pada klien. Modifikasi rencana dan

tindakan mengikuti perubahan keadaan klien. Adapun metode yang

digunakan dalam catatan perkembangan adalah sebagai berikut :

S : Data subjektif

Perkembangan keadaan didasarkan pada apa yang dirasakan,

dikeluhkan, dan dikemukakan klien.

O : Data objektif

Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau

tim kesehatan lain.

A : Analisis

Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif

dinilai dan dianalisis, apakah perkembangan kearah perbaikan

atau kemunduran. Hasil analisis dapat menguraikan sampai

dimana masalah yang ada dapat diatasi atau adakah

perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa

keperawatan baru.

P : Perencanaan

Rencana penanganan klien dalam hal ini didasarkan pada hasil

analisa di atas yang berisi malanjutkan rencana sebelumnya


apabila keadaan atau masalah belum teratasi dan membuat

rencana baru bila rencana awal tidak efektif.

I : Implementasi

Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana.

E : Evaluasi

Evaluasi berisi tentang sejauh mana rencana tindakan dan

evaluasi telah dilaksanakan dan sejauh mana masalah pasien

teratasi.

R : Reassesment

Bila berhasil evaluasi menunjukkan masalah belum teratasi,

pengkajian ulang perlu dilakukan kembali melalui proses

pengumpulan data subjektif, data objektif, dan proses

analisisnya.

Rencana evaluasi tindakan yang akan digunakan pada kasus

kelolaan adalah SOAP.

LAPORAN KASUS
Tanggal Masuk : 25 Maret 2011

Jam : 06:45 Wita

Ruang / Kelas : Bugenville

Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Provinsi NTB

No RM : 23 43 99

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2011

Jam Pengkajian : 08.00 Wita

3.1. Pengkajian

3.1.1. Biodata

1. Identitas Klien

Nama : Ny “ S”

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku/bangsa : Sasak/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Karang Timbal,Punie Kec.Kota Mataram.

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn “S”

Usia : 27 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam
Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan klien : Suami

3.1.2. Riwayat Kesehatan

1 Keluhan Utama

Sesak Napas.

2 Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas disertai

batuk berdahak sejak semalam faktor pencetus karena di rumah klien

berdebu sehingga klien kambuh lagi sesaknya, dan klien masuk ke

rumah sakit melalui IGD pada tanggal 25 maret 2011, pukul 06.45

wita. Saat di IGD keadaan umum lemah, TD 100/70 mmHg, Nadi

100 kali/menit, RR 30 kali/menit. Terapi oksigen 2 liter/menit, pada

pukul 08.00 wita klien dikirim ke ruangan bugenville untuk

mendapat perawatan yang lebih lanjut. Dan klien masuk ke rumah

sakit yang ke-5 kalinya.

3 Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan bahwa menderita sesak napas sejak 3 tahun yang

lalu, sering bolak balik puskesmas dan IGD untuk berobat bila

sesaknya kambuh, dan sekarang adalah 5 kalinya di rawat inap di

Rumah Sakit.

4 Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan ibunya mengalami sesak napas, dan bapaknya

mengalami penyakit TBC. Tidak ada keluarga yang menderita

penyakit berat seperti hipertensi, DM dan penyakit jantung lainnya.

5 Riwayat Kesehatan Lingkungan

Klien mengatakan keadaan rumah cukup bersih disapu 2 kali sehari,

lengkap dengan jendela namun jarang dibuka dan ventilasi kurang.

dan tempat tinggal klien tanahnya berdebu.

Skema : 2.3. Genogram Keluarga

2000 2003
TBC Asma

26 27
66
6

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

: Sakit ♀

: Meninggal ♂

: Meninggal ♀
: Garis perkawinan

: Lingkungan tinggal serumah

: Garis keturunan

Penjelasan:

Klien mengatakan mempunyai 2 saudara kandung dari

hasil pernikahan orang tuanya, saat ini klien sudah

berkeluarga dan mempunyai anak 1. Bapak klien sudah

meninggal karena mengalami penyakit TBC dan ibu klien

masih hidup akan tetapi mengalami penyakit Asma.

3.1.3. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Untuk mengkaji kebutuhan biopsikososial spiritual pada Ny

“S” dengan diagnosa medis asma bronchial, penulis menggunakan

konseptual Virgina Handerson dengan komponen sebagai berikut:

1 Respirasi

Sebelum Sakit : Klien mengatakan sudah mengalami sesak napas

sejak 3 tahun yang lalu, klien mengatakan

penyakit ini sangat mengganggu bila sudah

kambuh.

Saat Sakit : Klien mengatakan napasnya terasa berat, klien

mengatakan sesaknya kambuh karena di rumah

klien berdebu dan sesak, fase ekspirasi yang

panjang, dan inspirasi yang panjang yang disertai

batuk, RR 30 kali/menit, terdengar suara napas


wheezing, tidak terdapat sianosis, klien terpasang

Nasal kanula 2 liter/menit.

2 Nutrisi

Sebelum Sakit :Klien mengatakan biasa makan 3kali sehari dengan

menu makan nasi, sayur dan kadang-kadang

disertai ikan, klien biasa minum 5-6 gelas sehari

(800-1200cc/hari ), ditambah dengan minum kopi

3 gelas sehari, tidak ada pantangan pada makanan

apapun.

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak ada nafsu makan, klien

tidak menghabiskan makanan yang telah

disediakan oleh Rumah Sakit habis.

3 Eliminasi

Sebelum Sakit : Klien mengatakan BAB 1-2 kali sehari, konsistensi

setengah padat, warna kuning kecoklatan, bau khas

feses, tidak ada keluhan saat BAB. BAK 3-4 kali

sehari, warna kuning jernih bau khas urine.

Saat Sakit : Klien mengatakan tidak ada perubahan pola

eliminasi, tidak ada keluahan masalah eliminasi,

BAB 1 kali selama di RS warna kuning kecoklatan,

konsistensi setengah padat,bau khas feses, BAK 3 -

4 kali selama di RS, warna kuning jernih, bau khas

urine.
4 Aktivitas

Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa kebutuhan aktivitas sehari

hari dapat dilakukan dengan baik, tetapi apabila

timbul sesak, maka kebutuhan aktivitasnya sehari-

hari akan terhambat.

Saat Sakit :Klien mengatakan mengalami keterbatasan

aktivitas karena sesaknya dan klien tampak lemah.

5 Istirahat Tidur

Sebelum Sakit : Klien mengatakan jarang tidur siang sedangkan

tidur pada waktu malam hari mulai pukul 23.00

wita dan bangun pukul 05.00 wita.

Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa tidur yang

disebabkan oleh sesaknya dan klien selalu

terjaga, sehingga klien selalu Nampak tidak

segar,tidur klien 4-5 jam/hari.

6 Berpakaian

Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa berpakaian adalah hal

yang penting dalam hidup sehari-hari. Dalam

memilih pakaian tidak ada masalah dan bisa

mengenakan pakaian sendiri dan apabila kotor

akan diganti.
Saat Sakit :Klien mengatakan tidak ada masalah dalam

berpakaian, hal ini dapat dilihat dari klien dapat

mengganti pakaian sewaktu-waktu.

7 Mempertahankan Temperatur Tubuh

Sebelum sakit :Klien mengatakan pada saat cuaca yang panas klien

biasa mengenakan pakaian tipis dan menyerap

keringat, saat cuaca dingin klien menggunakan

pakaian yang tebal dan menggunakan selimut

Saat sakit :Klien mengatakan di Rumah Sakit cuacanya agak

panas tetapi klien tidak mengganggap bahwa hal itu

adalah suatu masalah.

8 Personal Hygiene

Sebelum Sakit : Klien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari pagi

dan sore dan menggunakan sabun, sikat gigi

dengan pasta gigi, keramas 1-2 kali seminggu

menggunakan sampo kadang minyak kelapa.

Saat Sakit :Klien mengatakan semenjak berada di Rumah Sakit

klien tidak pernah mandi, gosok gigi dan keramas.

9 Rasa Aman Nyaman

Sebelum Sakit :Klien mengatakan selalu merasa nyaman dan aman

bersama keluarganya meskipun hidup sederhana,

namun klien mengaku tidak nyaman ketika sesaknya

mulai kambuh.
Saat Sakit :Klien mengatakan merasa aman dirawat di rumah

sakit namun kurang nyaman karena suasana ruangan

yang kurang tenang dan kondisi penyakit yang

diderita.

10 Komunikasi

Sebelum Sakit :Klien mengatakan mennjalin hubungan baik dengan

semua orang baik keluarga, sahabat dan orang lain

Saat Sakit :Klien mengatakan tidak mengalami gangguan

komunikasi dengan orang lain. Seperti dokter

perawat dan pasien lain yang satu ruangan

dengannya..

11 Bekerja

Sebelum Sakit :Klien mengatakan dapat melaksanakan tugasnya

sebagai ibu rumah tangga misalnya, mencuci,

memasak dan sebagainya tanpa ada pantangan.

Saat Sakit :Klien mengatakan semenjak berada di Rumah Sakit

Klien tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai ibu

rumah tangga karena kondisi dan keadaanya yang

tidak memungkinkan.

12 Spiritual

sebelum Sakit :Klien memeluk agama islam, klien mengatakan

selalu melaksanakan ibadah yaitu shalst 5 waktu.


Saat Sakit : :Klien mengatakan semenjak berada di Rumah Sakit

klien tidak pernah menjalankan shalat 5 waktu dan

klien hanya berdoa saja untuk kesembuhannya.

13 Rekreasi

:Klien mengatakan jarang pergi bermain dan

rekreasi karna klien mengatakan sudah tidak senang

lagi karena klien sibuk mengurus anaknya, sehingga

klien tidak menganggap sebagai suatu kebutuhan.

14 Belajar

:Klien sering menanyakan penyebab timbulnya

penyakit klien dan ingin mengetahui lebih banyak

tentang penyakit klien dan berharap penyakit klien

cepat sembuh.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Compos Mentis

3. Tanda-tanda Vital: Tekanan Darah: 100/70 mmHg

Nadi : 100 kali/menit

Suhu : 36,7oC

Respirasi : 30 kali/menit
4. Pemeriksaan Head To Toes

1) Kepala

Inspeksi : rambut lurus, hitam, agak kusut, tidak ketombe tidak

ubanan.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada lesi

2) Mata

Inspeksi :Simetris, dengan pupil normal, konjungtiva tidak anemis.

3) Hidung

Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada polip, lubang hidung bersih,

terlihat napas cuping hidung, terpasang selang O2 2

liter/menit.

4) Mulut dan gigi

Inspeksi :Mukosa mulut kering, mulut bau, gigi lengkap agak kotor

dan kuning.

5) Telinga

Inspeksi :Simetris, tidak ada penumpukan serumen, pendengaran

normal.

6) Leher

Inspeksi :Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar

limpa pembesaran vena jugularis.

Palpasi :Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba

adanya massa.
7) Dada

Inspeksi :Bentuk simetris, tampak tarikan dinding dada, ada

penggunaan otot bantu pernafasan, RR: 30 kali/menit.

Palpasi :Tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada nyeri

tekan dan turgor kulit menurun.

a) Paru

Auskultasi :Terdengar suara napas tambahan yakni suara

wheezing.

Perkusi : tidak ada penumpukan cairan pada paru-paru.

b) Jantung

Perkusi : jantung pekak, tidak ada pembesaran jantung.

Auskultasi : suara jantung S1S2 tunggal, tidak ada murmur

ataupun gallop

8) Abdomen

Inspeksi :Simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak ada

pembengkakan pada abdomen.

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan abdomen

Auskultasi:Bising usus 12 kali/menit.

Perkusi :Tidak terjadi distensi abdomen.

9) Genetalia

inspeksi :Tidak ada lesi, , tidak terpasang kateter.


10) Ekstermitas Atas

Inspeksi :Terpasang infus Nacl 20 tetes/ menit pada tangan kanan,

kekuatan otot 5 (0-5)

Palpasi :Akral dingin, turgor kulit baik, CRT 3 detik

11) Ekstremitas Bawah

Inspeksi :Simetris, tidak ada oedema, kekuatan otot 5 (0-5) refleks

patella positif.

Palpasi : Akral dingin.

3.1.5. Pemeriksaan Penunjang

Tabel: 3.1. Pemeriksaan labolatorium pada tanggal 25 Maret 2011

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

Bilirubin-total 0, 45 mg% < 1,0


-direk 0, 20 mg% < 0,2
SGOT/AST 31 uL <40
SGPT/ALT 33 uL <41
Alkali phosphatase 104 uL L: 115 P: 105
Total protein 6.1 gr% 6.4-8.3
Albumin 3.6 gr % 3.5-5.0
Globulin 2.5 gr% 2.9-3.3
Urea 23 mg% 6-26
Kreatinin 0.8 mg% L: 0.9-1.3 P: 0.6-11

3.1.6. Therapy Obat

1 Nacl : 2 amp aminopilin(drip) 20 tetes/menit

2 D5% 20 tetes/menit

3 Combivent 1 flas/8 jam

4 Nairet 3 x 1 / 2 amp
5 Salbutamol 3x2 mg/hari

6 Dexametason 3x0,5 mg/hari

3.2. Diagnosa keperawatan

Tabel: 3.2. Analisa data

Nama : Ny ’S’ Dsiagnosa Medis : Asma Bronkhial

Umur : 26 Tahun No RM : 23 43 99

No. Symptom Etiologi Problem


Dx
1. DS : Terpapar Allergen Tidak efektifnya
a) klien mengeluh bersihan jalan
sesak napas dan napas
batuk berdahak
b) klien Pelepasan histamin
mengatakan
napas terasa
berat dan sesak
c) klien
mengatakan Bronkhus spasme
menderita asma
sejak 3 tahun
yang lalu. Sekresi sel mukosa
DO : dan produksi mukus
a) tampak napas yang berlebihan
cuping hidung
(mengembang)
b) tampak tarikan
dinding dada
c) terdengar suara
napas tambahan
wheezing
d) terpasang O2 2
liter/menit
melalui kanula
nasal
e) TD: 100/70
mmHg, Nadi
100 kali /menit,
suhu 36,5o C,
RR 30 kali
/menit.
f) tidak terdapat
sianosis.

2. DS: Permeabilitas Pemenuhan nutrisi


a) klien mengatakan kapiler kurang dari
tidak ada nafsu kebutuhan
makan, klien tidak
menghabiskan Penyempitan sal.
makanan yang telah Nafas
disediakan oleh
Rumah Sakit habis.
Hiperventilasi
DO:
a) Mukosa bibir kering
b) Turgor kulit Distensi dinding
menurun dada
c) CRT 3 detik
d) BB 40 kg
e) Tampak lemah Dispnea/Ansietas

Anoreksia

3. DS : Faktor Pencetus Resiko


a) Klien mengatakan kekambuhan
dirinya menderita
asma sejak 3 tahun Kurang Informasi
yang lalu.
b) klien mengatakan
kambuh sesaknya Kurang
karena di rumah pengetahuan
klien berdebu.
c) Klien mengatakan
sering bolak balik
puskesmas dan IGD
bila sesaknya
kambuh.
d) Klien mengatakan
keadaan rumah
cukup bersih disapu
2 kali sehari,
lengkap dengan
jendela namun
jarang dibuka dan
ventilasi kurang.
Daerah tempat klien
berdebu.

DO : -
a) Rumah klien tampak
berdebu
b) Jendela klien
tampak tidak dibuka
setiap harinya.

3.2.2 Rumusan Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus yang ditandai dengan klien mengeluh

sesak napas dan batuk berdahak, klien mengatakan napas terasa

berat dan sesak, klien mengatakan menderita asma sejak 3 tahun

yang lalu. tampak napas cuping hidung, tampak tarikan dinding

dada, terdengar suara napas tambahan wheezing, terpasang O2 2

liter/menit melalui kanula nasal, TD:100/70 mmHg, Nadi:100

kali/menit, suhu:36,5oC, RR:30 kali/menit, tidak terdapat sianosis

2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

anoreksia ditandai dengan klien mengatakan tidak ada nafsu

makan, klien tidak menghabiskan makanan yang telah disediakan

oleh Rumah Sakit habis, mukosa bibir kering, turgor kulit

menurun, CRT 3 detik, BB 40 kg, dan tampak lemah.

3. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang faktor pencetus dan metode pencegahannya yang ditandai


dengan klien mengatakan dirinya menderita asma sejak 3 tahun

yang lalu, klien mengatakan sesaknya kambuh karena di rumah

klien berdebu, klien mengatakan keadaan rumah cukup bersih

disapu 2 kali sehari, lengkap dengan jendela namun jarang dibuka

dan ventilasi kurang. Daerah tempat tinggal klien merupakan

lingkungan yang dekat dari keramaian, dan bila musim kemarau

tanah kering dan berdebu.

3.3 Rencana Keperawatan

Tabel: 3.3. Rencana Keperawatan

Nama : Ny ”S” Dignosa Medis : Asma Bronkhial

Umur : 26 Tahun No. RM : 23 43 99

Wkt/Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
25/3/11 1 Setelah dilakukan a) Kaji a) Data penunjang
08.00 tindakan frekuensi untuk
keperawatan selama dan pola intervensi
3x24 jam nafas selanjutnya.
diharapkan jalan
nafas menjadi
efektif dengan b) Kaji warna, b) Karakteristik
kriteria hasil : kekentalan sputum
a) menentukan dan jumlah menunjukkan
posisi yang sputum. berat ringannya
nyaman obstruksi.
b) mendemonst
rasikan c) Intruksikan c) Batuk yang
batuk yang klien pada tidak terkontrol
efektif metode yang melelahkan dan
c) suara nafas tepat dalam inefektif serta
tambahan mengontrol menimbulkan
berkurang batuk frustasi.
dengan
batuk efektif
d) Auskultasi d) Berkurangnya
paru nafas tambahan
sebelum dan menunjukkan
sesudah keberhasilan
tindakan. tindakan.

e) Ajarkan e) Fisioterapi
keluarga dan dada
lakukan merupakan
fisioterapi strategi untuk
dada. mengeluarkan
sekret.

f) Dorong f) Hiegene mulut


untuk yang baik
melakukan meningkatkan
perawatan rasa sehat dan
mulut. mencegah bau
mulut.

g) Kolaborasi g) Bronkhodilator
dalam dapat
pemberian menyelebarkan
obat bronkhus
bronkhodilat sehingga jalan
or dan nafas menjadi
antitusif. lebih lebar.
Antitusif
mengencerkan
dahak sehingga
mudah untuk
dikeluarkan.

25/3/11 2 Setelah dilakukan (a) Identifikasi (a) Merencanakan


08.45 tindakan faktor yang tindakan yang
keperawatan selama dapat dipilih
3x24 jam menimbulkan berdasarkan
diharapkan klien nafsu makan penyebab
kebutuhan menurun masalah.
nutrisinya terpenuhi misalnya
dengan kriteria muntah
hasil: dengan
a) Klien ditemukannya
menghabisk sputum yang
an porsi banyak
makan di ataupun
rumah sakit dipsne
b) Tidak terjadi
penurunan
berat badan (b) Anjurkan klien (b)Dengan
untuk oral perawatan
hygiene mulut yang
paling sedikit baik akan
satu jam meningkatkan
sebelum nafsu makan.
makan.

(c) Lakukan (c) Mengetahui


pemeriksaan kondisi usus
adanya suara dan adanya
perilstaltik dan konstipasi.
usus serta
palpasi untuk
mengetahui
adanya masa
pada saluran
cerna

(d) Berikan diit (d)Memenuhi


TKTP sesuai jumlah kalori
dengan yang
ketentuan dibutuhkan
oleh tubuh
.
(e) Bantu klien (e) Kelelahan
istirahat dapat
sebelum menurunakn
makan nafsu makan.

(f) Timbang berat (f) Turunya berat


badan setiap badan
hari mengindikasik
an kebutuhan
nutrisi kurang.
25/3/11 3 Setelah dilakukan a. Observasi a. Penyuluhan
09.00 tindakan kondisi umum kesehatan hanya
keperawatan selama klien dapat dilakukan
3x 24 jam jika kondisi klien
diharapkan klien memungkinka
mengetahui dan
memahami tentang
faktor pencetus dan b. Kaji tingkat b.Tingkat
metode pencegahan pengetahuan pengetuhan klien
penyakitnya dengan klien dapat
kriteria hasil : mempermudah
a) Klien perawat dalam
mendemonst menentukan
rasikan materi apa yang
pengetahuan dibutuhkan klien.
yang
meningkat. c. Berikan c. Pendidikan
b) Klien pendidikan kesehatan dapat
mampu kesehatan meningkatkan
mendiskusik tentang pengetahuan klien
an penyakitnya sehingga tindakan
penyakitnya pencegahan dapat
dengan dilakukan
tepat. berdasarkan
pengetahuan yang
telah diterima.
3.4. Implementasi Keperawatan

Tabel: 3.4. Tindakan Keperawatan

Nama : Ny”S” Dignosa Medis : Asma Bronkhial

Umur : 26 Tahun No. RM : 23 43 99

Wkt/tgl Dx Implementasi Respon Hasil


26/3/11 1` a) Mengkaji a) Frekuensi nafas 30x/menit
08.00 frekuensi dan dengan pola nafas yang
pola nafas tidak teratur.

08.15 b) Mengkaji b) Warna sputum kuning


warna, kehijauan, kental dengan
kekentalan dan jumlah ± 5 cc
jumlah sputum.

08.30 c) Mengintruksika c) Klien mengatakan mengerti


n klien pada tentang apa yang
metode yang diinstruksikan. Klien tampak
tepat dalam melakukan batuk efektif.
mengontrol
batuk dengan
batuk efektif.

08.45 d) Posisikan klien d) Klien mengatakan merasa


pada posisi semi lebih nyaman dan nafas
fowler terasa lebih ringan.

09.00 e) Melakukan e) Sebelum dan setelah


Auskultasi paru tindakan terdengar suara
sebelum dan nafas wheezing pada kedua
sesudah paru.
tindakan.
10.00
f) Mengalihkan f) Perhatian klien tidak dapat
perhatian klien dialihkan. Klien tampak
dari pemikiran melakukan nafas efektif
tentang keadaan
ansietas dan
ajarkan cara
bernafas efektif.
10.15 g) Mengajarkan g) Klien mengatakan masih
keluarga dan terasa dahak di
lakukan tenggorokannya
fisioterapi dada.

10.20 h) mengkaji status h) RR: 30 kali/menit, tampak


oksigenasi nafas cuping hidung, tampak
menggunakan alat bantu
pernafasan, terpasang 02 2
liter/menit, distensi dinding
dada, pola nafas klien tidak
teratur, tidak terdapat
sianosis, klien tampak
kelelahan saat bernafas.

10.30 i) Kolaborasi i) Klien mengatakan sudah


dalam merasa lebih baik. Suara
pemberian obat nafas tambahan berkurang.
bronkhodilator
dan antitusif.

10.45 2 a) Mengidentifikas a) Klien mengatakan tidak ada


i faktor yang nafsu makannya karena
dapat klien sering merasa nyeri
menimbulkan saat bernafas
nafsu makan
menurun
misalnya
muntah dengan
ditemukannya
sputum yang
banyak ataupun
dipsnea.

11.00 b) Menganjurkan b) Klien tampak menggosok


klien untuk oral giginya dengan
hygiene paling menggunakan fasta gigi
sedikit satu jam
sebelum makan.

11.15 c) Melakukan c) Tidak ada suara peristaltik


pemeriksaan usus
adanya suara
perilstaltik usus
serta palpasi
untuk
mengetahui
adanya masa
pada saluran
cerna.

11.30 d) Memberikan diit d) Diberikan nasi yang


TKTP sesuai disediakan dari rumah sakit
dengan
ketentuan

11.45 e) Membantu klien e) Klien tampak susah tidur


istirahat dan istirahat
sebelum makan

11.50 f) Menimbang f) BB klien 40 kg


berat badan
setiap hari

12.00 3 a) Observasi a) Keadaan umum sedang


keadaan umum
klien

12.30 b) Kaji tingkat b) Klien mengatakan sudah


pengetahuan sedikit memahami tentang
klien penyakitnya

12.45 c) Berikan c) Klien mengatakan dapat


pendidikan lebih memahami tentang
kesehatan penyakitnya., klien
tentang menunjukkan perilaku
penyakitnya, diskusi yang positif dengan
meliputi petugas.
pengertian,
penyebab dan
faktor pencetus

27/03/11 1 a) Mengkaji a) frekuensi napas 24x/mnt,


08.00 frekuensi dan napas tidak teratur.
pola napas.

08.15 b) Mengkaji b) Sputum kental kuning


warna, kehijauan.
kekentalan dan
jumlah sputum.
08.45 c) Menganjurkan c) Klien melakukan batuk
dan efektif yang diajarkan
menganjarkan perawat.
batuk efektif

09.00 d) Posisikan klien d) Klien mengatakan merasa


pada posisi semi lebih nyaman dan nafas
fowler terasa lebih ringan

09.25 e) Melakukan e) Suara napas wheezing


Auskultasi paru terdengar berkurang setelah
sebelum dan dilakukan tindakan batuk
sesudah efektif.
tindakan.

09.45 f) Mengalihkan f) Perhatian klien tidak dapat


perhatian klien dialihkan. Klien tampak
dari pemikiran melakukan nafas efektif
tentang keadaan
ansietas dan
ajarkan cara
bernafas efektif.

10.00 g) Melakukan g) Klien mengatakan merasa


fisioterapi dada. lebih baik setelah dilakukan
fisioterapi dada.

10.30 h) Mengkaji status h) RR: 26 kali/menit, tampak


oksigenasi nafas cuping hidung, tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan, terpasang 02 2
liter/menit, distensi dinding
dada, pola nafas klien tidak
teratur, tidak terdapat
sianosis, klien tampak
kelelahan saat bernafas.

10.45 i) Kolaborasi i) Klien mengatakan merasa


dalam lebih nyaman setelah
pemberian obat diberikan obat.
bronkhodilator
dan antitusif.

10.50 2. a) Mengidentifikas a) Klien mengatakan tidak ada


i faktor yang nafsu makannya karena
dapat klien sering merasa nyeri
menimbulkan saat bernafas
nafsu makan
menurun
misalnya
muntah dengan
ditemukannya
sputum yang
banyak ataupun
dipsnea.

11.00 b) Menganjurkan b) Klien tampak menggosok


klien untuk oral giginya dengan
hygiene paling menggunakan fasta gigi
sedikit satu jam
sebelum makan.

11.15 c) Melakukan c) Tidak ada suara peristaltik


pemeriksaan usus
adanya suara
perilstaltik usus
serta palpasi
untuk
mengetahui
adanya masa
pada saluran
cerna

11.30 d) Memberikan diit d) Diberikan nasi yang


TKTP sesuai disediakan dari rumah sakit
dengan
ketentuan

11.45 e) Membantu klien e) Klien tampak tidur dan


istirahat istirahat dengan nyenyak
sebelum makan

11.50 f) Menimbang f) BB klien 40 kg


berat badan
setiap hari
12.00 3. a) Observasi a) Keadaan umum sedang
keadaan umum
klien.

12.30 b) Kaji tingkat b) Klien mengatakan sudah


pengetahuan sedikit memahami tentang
klien penyakitnya

13.00 c) Berikan c) Klien mengatakan dapat


pendidikan lebih memahami tentang
kesehatan penyakitnya., klien
tentang menunjukkan perilaku
penyakitnya, diskusi yang positif dengan
meliputi petugas.
pengertian,
penyebab dan
faktor pencetus

28/03/11 1 (a) Mengkaji (a) frekuensi napas 22


08.00 frekuensi dan kali/menit, napas tidak
pola napas. teratur.

08.15 (b) Mengkaji (b) Sputum kental kuning


warna, kehijauan.
kekentalan dan
jumlah sputum.

08.30 (c) Menganjurkan (c) Klien melakukan batuk


dan efektif yang diajarkan
menganjarkan perawat.
batuk efektif

08.45 (d) Posisikan klien (d) Klien mengatakan merasa


pada posisi semi lebih nyaman dan nafas
fowler terasa lebih ringan

09.00 (e) Melakukan (e) Suara napas wheezing


Auskultasi paru terdengar berkurang setelah
sebelum dan dilakukan tindakan batuk
sesudah efektif.
tindakan.

09.45 (f) Mengalihkan (f) Perhatian klien tidak dapat


perhatian klien dialihkan. Klien tampak
dari pemikiran melakukan nafas efektif
tentang keadaan
ansietas dan
ajarkan cara
bernafas efektif.

10.00 (g) Melakukan (g) Klien mengatakan merasa


fisioterapi dada. lebih baik setelah dilakukan
fisioterapi dada.

10.30 (h) Mengkaji status (h) RR: 22 kali/menit, tidak ada


oksigenasi nafas cuping hidung, tidak
menggunakan alat bantu
pernafasan, terpasang 02 1
liter/menit, tidak terjadi lagi
distensi dinding dada, pola
nafas klien teratur, tidak
terdapat sianosis, klien tidak
kelelahan lagi saat bernafas.

10.45 (i) Kolaborasi (i) Klien mengatakan merasa


dalam lebih nyaman setelah
pemberian obat diberikan obat.
bronkhodilator
dan antitusif.

11.15 2. a) Mengidentifikas a) Klien mengatakan ada


i faktor yang nafsu makannya dan
dapat menghabiskan makanan
menimbulkan yang disediakan dari Rumah
nafsu makan Sakit
menurun
misalnya
muntah dengan
ditemukannya
sputum yang
banyak ataupun
dipsnea.

11.30 b) Menganjurkan b) Klien tampak menggosok


klien untuk oral giginya dengan
hygiene paling menggunakan fasta gigi
sedikit satu jam
sebelum makan.
11.45 c) Melakukan c) Tidak ada suara peristaltik
pemeriksaan usus
adanya suara
perilstaltik usus
serta palpasi
untuk
mengetahui
adanya masa
pada saluran
cerna

12.00 d) Memberikan diit d) Diberikan nasi yang


TKTP sesuai disediakan dari rumah sakit
dengan
ketentuan

12.15 e) Membantu klien e) Klien tampak tidur dan


istirahat istirahat dengan nyenyak
sebelum makan

12.30 f) Menimbang f) BB klien 40 kg


berat badan
setiap hari

13.00 3. a) Mengobservasi a) Keadaan umum sedang


keadaan umum
klien

13.30 b) Mengkaji b) Klien mengatakan sudah


tingkat sedikit memahami tentang
pengetahuan penyakitnya
klien
c) Klien mengatakan dapat
13.50 c) memberikan lebih memahami tentang
pendidikan penyakitnya., klien
kesehatan menunjukkan perilaku
tentang diskusi yang positif dengan
penyakitnya, petugas.
meliputi
pengertian,
penyebab dan
faktor pencetus
3.5 Evaluasi

Tabel: 3.5. Evaluasi Keperawatan

Nama : Ny ”S” Dignosa Medis : Asma Bronkhial

Umur : 26 Tahun No. RM : 23 43 99

Wkt/Tgl Dx Evaluasi Paraf


28/03/11 1 S:
a) Klien mengatakan napasnya sudah
09.00 tidak sesak lagi.
b) Klien mengatakan sudah tidak ada
dahak lagi bila batuk

O:
a) Keadaan umum baik
b) Klien tampak rileks dan nyaman
c) Napas klien tampak ringan
d) T D : 120/80 mmHg, Nadi 88x/mnt,
RR 20x/menit
e) Tidak ada sputum
f) Tidak terdengar suara napas
tambahan, suara wheezing tidak
terdengar lagi.
A:
Masalah teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
28/3/11 2 S:
10.00 a) klien mengatakan ada nafsu makan,
b) klien mengatakan menghabiskan
makanan yang telah disediakan
oleh Rumah Sakit habis.
O :
a) Klien tampak menggosok giginya
dengan menggunakan fasta gigi
b) Tidak ada suara peristaltik usus
c) Klien tampak tidur dan istirahat
dengan nyenyak
d) BB klien 40 kg
e) Klien tampak segar
f) CRT 2 detik

A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
28/03/11 3 S:
a) Klien mengatakan dapat lebih
11.00 memahami tentang penyakitnya
b) Klien mengatakan tahu faktor
pencetus asma dan akan berusaha
menghindari faktor pencetus
tersebut
c) Klien mengatakan akan memlihara
rumahnya dan membuka jendela
rumahnya pagi dan siang hari agar
rumah tidak pengap dan ventilasi
cukup.
O:
a) Klien menunjukkan perilaku diskusi
yang positif dengan perawat.
b) Klien tampak paham apa yang
dijelaskan perawat dan bisa
menjawab pertanyaan perawat yang
berkaitan dengan penyakitnya
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai