Anda di halaman 1dari 2

Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

barang modal). Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna
usaha tanpa hak opsi.

Ditinjau dari teknis pelaksanaannya transaksi sewa guna usaha dapat dilakukan secara langsung (direct
lease) maupun dengan cara penjualan dan penyewaan kembali (sale and lease back).

PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai
sisa barang modal harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal golongan
1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan
bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
4. Dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 mengatur mengenai
ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan transaksi finance lessee sbb :
 Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan sampai
saat lessee membeli barang tersebut.
 Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang disewagunausahakan
maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan dasar yaitu harga opsi barang modal yang
bersangkutan.
 Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee, kecuali pembebanan atas
tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee.
 Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari masa yang ditentukan, Dirjen Pajak melakukan
koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha tersebut dan memperlakukannya sebagai operating
lease. Perubahan ini tidak dilakukan apabila terjadi karena force majeur, gagal
bayar (default), maupun pertimbangan ekonomi tanpa motif menghindari pajak dan tidak ada
hubungan istimewa antara lessor dan lessee.
 Lesee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa guna usaha.
AKUNTANSI UNTUK SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI

1. Pembayaran jaminan dibukukan sebagai piutang kepada lessor.


2. Nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa dibukukan sebagai aset tetap dan
kewajiban sewa guna usaha.
3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah tingkat bunga yang
dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku pada awal sewa guna usaha.
4. Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak dialokasikan dan
dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga.
5. Asset tetap sewa guna usaha yang dikapitalisasi selanjutnya diamortisasi selama taksiran umur
ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama untuk aset sejenisnya.
6. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual, amortisasi sewa guna usaha
akhir tahun, dan amortisasi keuntungan modal dan kerugian modal.
7. Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk
usaha lessee.
8. Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali, maka selisih harga jual dengan nilai buka aset
dibukukan sebgai “keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan” yang harus diamortisasi secara
proposional.
PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA

1. Membeli secara Langsung atau Melalui Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak adalah beban penyusutan.
2. Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan dan umur ekonomis
yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
3. Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang dikeluarkan untuk membayar
sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan pada tahun yang bersangkutan.
4. Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dari umur ekonomis sehingga perusahaan dapat
membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat dibandingkan apabila menggunakan penyusutan
(penyusutan yang dipercepat).
2. Penjualan dan Penyewaan Kembali
Hal yang perlu diperhatikan adalah jika gedung dimiliki secara langsung, maka biaya yang boleh
dikurangkan hanya beban penyusutan atas gedung yang harus dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun.
Apabila diperoleh melalui sewa guna usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang dikeluarkan untuk
pembayaran sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.

3. Pengadaan Mesin Baru


Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat diakui sebagai biaya
adalah beban penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban penyusutan, metode yang dapat digunakan
adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun.

4. Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung


Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan pembelian langsung secara
tunai dilakukan dengan cara membandingkan jumlah biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak. Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah
seluruh biaya sewa dan beban penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung adalah
sebesar beban penyusutannya saja.

5. Tanah dan Bangunan yang Sudah Dimiliki, Sebaiknya Direvaluasi, Tidak Direvaluasi, atau
Dijual dan Disewakan Kembali
6. Analisis Alternatif yang Sebaiknya Dipilih
Sebelum menentukan alternatif mana yang sebaiknya dipilih, terlebih dahulu penulis akan melakukan
perhitungan harga perolehan dan penhematan pajak baik secara nominal maupun nilai utnai untuk ketiga
alernatif, baik revaluasi, tanpa revaluasi, maupun penjualan dan penyewaan kembali.

Anda mungkin juga menyukai