PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif yang berhubungan dengan asersi – asersi tentang tindakan-tindakan dan
peristiwa-peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dan kriteria yang di tetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pengguna informasi
tersebut.
Seorang auditor yang merupakan pelaku auditing harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian internal yang memadai untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur
untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan
apakah pengendalian internal tersebut di operasikan. Untuk itulah diperlukan pengujian
pengendalian (test of control). Pengendalian yang telah diidentifikasikan auditor dalam
penetapan sebagai pengurang risiko pengendalian (control risk) harus didukung oleh pengujian
atas pengendalian untuk menjamin bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan efektif dalam
keseluruhan atau sebagai periode audit.
Seorang auditor juga harus melakukan tes lain yang dirancang untuk mendeteksi
monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap kewajaran saldo –
saldo laporan keuangan. Berbeda dengan pengajian pengendalian (test of control) dimana auditor
lebih fokus kepada proses/siklus, auditor memerlukan tes lain yang menekankan auditor pada
angka-angka. Adapun, salah satu jenis pengujian dasar yang digunakan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar adalah pengujian substantif. Pengujian
substantive meliputi prosedur- prosedur audit.
2. Rumusan Masalah
3. Batasan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan audit
hanya dalam pengujian secara substantif dan sampling dan tidak membahas audit secara
keseluruhan.
1. Untuk memahami audit dalam ruang lingkup pengujian secara substantive dan
sampling;
PEMBAHASAN
2. Sampling
a. Definisi
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan maksud untuk memperoleh sampel
yang representative. Sampel yang representative adalah sampel yang mempunyai
karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi. Disamping itu , sampel harus
mengandung stabilitas. Yang dimaksud disini adalah apabila jumlah sampel ditambah,
maka hasilnya harus sama, dan tidak berubah.
Definisi dan Tujuan Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen
dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut.
Risiko Sampling
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil
bukanlah sampel yang representative. Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa
kesimpulan auditor bila menggunakan sampling mungkin menjadi lain dari kesimpulan
yang akan dicapai bila cara pengujian yang sama diterapkan tanpa sampling. Tingkat
risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel. Semakin
kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya , semakin besar
ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya.
Risiko sampling dapat dibedakan atas :
a) Risiko sampling dalam pengujian substantif atas detail atau rincian.
b) Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian.
Risiko penentuan tingkat risiko yang terlalu rendah adalah risiko yang terjadi karena
menentukan tingkat risiko pengendalian berdasar hasil sampel terlalu rendah
dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijkan yang sesunggunya.
b) Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too hight)
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi adalah risiko yang
terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel terlalu
tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi prosedur atau kebijakan yang
sesungguhnya.
Risiko Non Sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling.
Risiko ini tidak akan pernah dapat diukursecara matematis. Risiko non sampling timbul karena :
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan
audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel.
Walaupun tidak dapat diukur secara matematis, risiko non sampling ini dapat ditekan auditor
Ada dua pendekatan umum dalam samplingaudit yang dapat dipilih auditor untuk
a. Sampling statistic
moteda sampling statistic atau non statistic tidak secara langsung mempengaruhi keputusan
auditor mengenai :
b) Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
A. Sampling Statistik.
Lebih banyak mengeluarkan biaya daripada sampling non statistik, biaya tersebut
dikeluarkan berkaitan dengan biaya pelaksanaan training bagi staf auditor untuk menggunakan
statistik dan biaya pelaksanaan implementasi rencana sampling statistik
Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal yaitu :
1. Attribute sampling
2. Variables sampling
rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan dalam populasi
.
B. Sampling non statistik
Pemilihan metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung
mempengaruhi. Keputusan auditor mengenai :
Faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantif,
meliputi :
Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai
Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas
Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor
Karakteristik populasi
Dalam pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel, auditor wajib mempertimbangkan aspek
kualitatif suatu salah saji yang meliputi : Sifat dan penyebab salah saji dan
kemungkinan hubungan antara salah saji dengan tahapan audit sebelumnya. Jika auditor
menemukan hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor tidak benar maka
harus mengambil tindakan yang dipandang perlu, seperti :
Variable sampling
· Klien tidak dapat menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar
Auditor juga dapat menggunakan variable sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu item
yang dicantumkan pada laporan keuangan. Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor,
Ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam variable sampling yaitu :
Sampling estimasi MPU disebut simple extention method meliputi penentuan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan
jumlah unit dalam populasi untuk memperoleh estimasi atas total nilai. Auditor juga menghitung
cadangan (allowance) risiko sampling untuk digunakan dalam pengevaluasian hasil sampel.
Menghimpun bukti bahwa saldo akun tercatat tidak mengandung salah saji yang material
Mengembangkan estimasi independen atas suatu jumlah akun apabila tidak ada nilai
buku yang tersedia
Langkah ini diambil apabila auditor bertujuan untuk memperoleh bukti bahwa saldo akun
tercatat tidak mengandung salah saji yang material. Sampling ini digunakan untuk mendeteksi
kesalahan dalam jumlah rupiah dalam populasi.
Unit sampling harus kompatibel dengan tujuan audit dan prosedur audit yang akan
diterapkan. Atas tujuan audit tersebut maka auditor menentukan unit samplingnya adalah line
entries dalam jurnal penjualan.
Ada beberapa faktor yang menentukan besar kecilya sampel dalam sampling estimasi MPU
yaitu Ukuran populasi: Semakin besar ukuran atau jumlah populasi semakin besar ukuran atau
jumlah sampel.Deviasi standar populasi yang diestimasikan.Variabilitas nilai populasi dinyatakan
dalam deviasi standar. Deviasi standar nilai audit item sampel dipakai sebagai estimasi deviasi
standar karena nilai audit tidak dihimpun untuk setiap item populasi.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi deviasi standar sampel yaitu :
Deviasi standar yang ditemukan dalam audit tahunsebelumnya terhadap klien yang sama,
dipakai untuk mengestimasi standar deviasi tahun ini
Nilai buku yang tersedia dipakai untuk mengestimasi deviasi standar
Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu kemudian berdasar nilai audit intern
sampel, auditor mengestimasi deviasi standar populasi
Risiko keliru menolak mempunyai hubungan terbalik dengan ukuran sampel. Semakin tinggi
risiko keliru menolak semakin kecil ukuran sampel yang diperlukan. Untuk menentukan risiko
keliru menerima yang tepat auditor dapat menggunakan pengalamannya sebagai auditor dan
pemahamannya terhadap klien.
Cadangan atau allowance yang direncanakan untuk risiko sampling adalah tingkat ketepatan
yang diterima oleh auditor. Cadangan atau allowance yang direncanakan untuk risiko sampling
sering disebut juga sebagai desired precision atau acceptable precision.
Pemilihan acak atau random yaitu setiap item atau unsur dalam populasi mempunyai
Pemilihan sistematis yaitu pemilihan item atau unsur dengan menggunakan interval konstan
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian
pengendalian yaitu :
Hubungan antara sampel dengan tujuan pengendalian tertentu
Tingkat penyimpangan maksimum dari prosedur atau kebijakan pengendalian intern yang
ditetapkan yang akan mendukung tingkat risiko pengendalian yang direncanakan
Tingkat risiko yang dapat diterima auditor atas penentuan risiko pengendalian yang
terlalu rendah
Krakteristik populasi
Penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too
low). Sering disebut juga risk of over reliance yaitu risiko yang terjadi karena menentukan
tingkat risiko pengendalian berdasar hasil sampel terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas
operasi prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya.
Penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).
Sering disebut juga risk of under reliance yaitu risiko yang terjadi karena menentukan tingkat
risiko pengendalian berdasar hasil sampel terlalu tinggi dibandingkan dengan efektivitas operasi
prosedur atau kebijakan yang sesungguhnya
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable deviation rate
(TDR), yang mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat diterima auditor.
TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel, semakin rendah TDR
semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau acceptable
risk of over reliance
Merupakan risiko bahwa auditor menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal pada
kenyataannya tingkat deviasi populasi lebih tinggi daripada ARO.
ARO dipengaruhi planned assessed level of control risk atau tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan yang direncanakan. ARO mempunyai hubungan searah dengan planned assessed level
of control risk, semakin tinggi planned assessed level of control risk semakin tinggi ARO.
Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi. Auditor perlu mengestimasi terlebih dahulu
expected population deviation rate (EPDR) untuk merencanakan jumlah sampel yang tepat.
Apabila EPDR tinggi jumlah sampel yang diambil harus besar..
Risiko ini berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada tidaknya
penyimpangan pengendalian. Risiko ini mempunyai hubungan terbalik dengan ukuran sampel,
semakin tinggi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah semakin besar
jumlah sampel yang diperlikan.
3. Penggunaan sampling di tes substantive
Penggunaan sampling di tes substantive pada dasarnya bertujuan untuk
menghemat waktu dan biaya audit. Hal yang terpenting dalam sampling adalah data
sample harus merepresentatifkan data populasi. Berikut kami berikan contoh
penerapan sampling pada tes substantive. Dalam ilustrasi ini, auditor hendak
melakukan tes detail terhadap Account Receiveable klien. Salah satu prosedur yang
dilakukan adalah melakukan confirmation. Berikut terlampir detail Account
Receiveable klien terdiri dari 101 customer yang berjumlah Rp 15.405.956.721.
Selanjutnya, dengan mempertimbangkan level materialitas dan Risk of Material
Misstatement klien, berikut kita input data dan kita dapatkan sample sejumlah 26 seperti pada
gambar berikut:
Langkah selanjutnya adalah mendapatkan sample interval. Dengan membagikan Total
Value to be sampled dengan angka 24, dimana angka 24 berasal dari nilai tengah 26 dan 22,
maka didapatkanlah sample interval sebesar 394.198.743. Nilai Total Value to be Sampled adalah
jumlah total Account Receiveable dikurangi dengan Related-Party Account Receiveable.
Penjelasannya seperti pada gambar dibawah ini:
Kemudian, hasil dari Selection Point ditambahkan dengan Sample Interval tadi. Selection
Point dipilih berdasarkan angka yang paling dekat dengan Accumulated Balance dimana
Selection Point harus lebih kecil dari Accumulated Balance. Setelah itu, didapatkanlah sample
sejumlah 26 customer untuk selanjutnya dilakukan prosedur audit, yaitu confirmation. Dengan
melakukan sampling pada tes substantive sesuai ilustrasi diatas, auditor hanya perlu
mengirimkan konfirmasi kepada 26 kustomer dari jumlah total 101 kustomer, dengan asumsi
bahwa 26 kustomer tersebut telah mewakili semua karakteristik detail Account Receiveable. Pada
akhirnya, auditor mendapatkan asersinya pada Account Receiveable ini (Right and Obligation,
Accuracy, Existence, Completeness, etc.).
BAB III
KESIMPULAN
Dalam praktiknya, audit melakukan 2 tes secara umum, yaitu tes pengendalian dan tes
substantive. Tes pengendalian bertujuan untuk mendapatkan asersi terkait pengendalian pada
sebuah akun / siklus akuntansi, dan tes substantive bertujuan untuk mendapatkan asersi terkait
nominal sebuah akun.
Tes substantive bisa terdiri dari prosedur analisis dan tes detail. Semakin rendah detection
risk, maka semain banyak tes substantive yang harus dilakukan.
Pada tes substantive, terdapat situasi dimana auditor mendpatkan detail (populasi) yang
sangat banyak untuk diuji. Auditor bisa saja melakukan tes substantive terhadap detail transaksi
akun tersebut, tetapi seringkali itu membutuhkan biaya dan waktu yang besar. Oleh karena itu,
salah satu solusi yang auditor dapat lakukan adalah dengan melakukan sampling. Kunci dari
sampling adalah data sample harus bisa merepresentatifkan data populasi.
Daftar Pustaka