Anda di halaman 1dari 18

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Lansia
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Durmin (1992)
membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun), dan older elderly (75
tahun). Sementara Munro dkk (1987) mengelompokkan older elderly menjadi
2 bagian yaitu usia 75-84 tahun dan 85 tahun. Di Indonesia M. Alwi Dahlan
menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60 tahun
(Arisman, 2010).
Lansia merupakan kelompok yang sedang mengalami proses perubahan
secara bertahap dalam jangka tertentu tertentu, lansia dikelompokkan menjadi
4 kelompok yaitu: (WHO, 2008).

1. Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun


2. Lansia (Elderly) : 60-74 tahun
3. Lansia tua (Old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (Very Old) : usia di atas 90 tahun

B. Kesehatan Lansia (Primadi, 2013)


a. Status Kesehatan Lansia
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami
penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak
menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif
menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi,
stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan
penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia
dan hepatitis.
Angka kesakitan (morbidity rates) lansia adalah proporsi penduduk
lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka kesakitan merupakan salah
satu indikator yang digunakan untuk mengukur derajat kesehatan
penduduk. Angka kesakitan tergolong sebagai indikator kesehatan
negatif. Semakin rendah angka kesakitan, menunjukkan derajat kesehatan
penduduk yang semakin baik.
Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93%
artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang di antaranya
mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005-2012,
derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai
dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia.
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis,
kecelakaan, kriminalitas atau sebab lainnya. Keluhan kesehatan tidak
selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari, namun
terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh
penduduk dapat menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara kasar.
Berdasarkan Susenas 2012, separuh lebih lansia (52,12%)
mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir, dan tidak ada perbedaan
lansia yang mengalami keluhan kesehatan berdasarkan jenis kelamin
(laki-laki 50,22%; perempuan 53,74%). Secara umum derajat kesehatan
penduduk lansia masih rendah, yang dapat dilihat dengan peningkatan
persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan dari
tahun 2005-2012.
Faktor yang juga mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh
lansia adalah pola hidup yang dijalaninya sejak usia balita. Pola hidup
yang kurang sehat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, masalah
umum yang dialami adalah rentannya terhadap berbagai penyakit.
Di dalam Susenas dikumpulkan informasi mengenai jenis keluhan
kesehatan yang umum. Keluhan kesehatan yang paling tinggi adalah
jenis keluhan lainnya (32,99%). Jenis keluhan lainnya di antaranya
keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti asam urat,
darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes. Kemudian jenis keluhan
yang juga banyak dialami lansia adalah batuk (17,81%) dan pilek
(11,75%).
Penyakit Tidak Menular adalah penyakit degeneratif karena
berhubungan dengan proses degenerasi (ketuaan). Selain itu Penyakit
Tidak Menular disebut juga new communicable disease karena dianggap
dapat menular melalui gaya hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut
pola makan, kehidupan seksual dan komunikasi global. Inti atau
substansi dalam epidemiologi penyakit tidak menular adalah
ditemukannya penyebab dalam hal ini atau yang dipakai adalah istilah
ditemukannya faktor resiko sebagai faktor penyebab.
Penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

b. Upaya kesehatan lansia


Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status
kesehatan para lanjut usia, melakukan beberapa program yaitu:
1. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di
pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok
lansia melalui program Puskesmas Santun Lanjut Usia.
Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang
melaksanakan pelayanan kepada lansia dengan mengutamakan aspek
promotif dan preventif di samping aspek kuratif dan rehabilitatif,
secara pro-aktif, baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan
dukungan bagi lansia.
Puskesmas Santun Usia Lanjut menyediakan loket, ruang
tunggu dan ruang pemeriksaan khusus bagi lansia serta mempunyai
tenaga yang sudah terlatih di bidang kesehatan lansia dengan target
Rencana Strategis Kesehatan tahun 2012 adalah 352 dan tahun 2014
sebanyak 602.
Berdasarkan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2011
secara nasional persentase puskesmas yang memiliki posyandu lansia
adalah 78,8%. Provinsi dengan persentase puskesmas tertinggi yang
memiliki posyandu lansia adalah Provinsi DI Yogyakarta (100%)
diikuti Jawa Tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%). Sedangkan
persentase terendah ada di Papua (15%), Papua Barat (18,2%) dan
Sulawesi Barat (22,2%). Bila dilihat dari lokasi, persentase
puskesmas di perkotaan yang memiliki posyandu lansia 80,9%,
sementara di perdesaan 78,3%.
Untuk puskesmas yang memiliki Kelompok Peduli Lansia
secara nasional persentasenya hanya 25,5%. Provinsi dengan
persentase puskesmas tertinggi yang memiliki Kelompok Peduli
Lansia adalah DI Yogyakarta (53,6%) diikuti Sumatera Selatan
(44%) dan DKI Jakarta (41,7%). Sedangkan persentase terendah ada
di Provinsi Maluku (0%), Papua (2,5%) dan Nusa Tenggara Timur
(4,5%). Berdasarkan lokasi, persentase puskesmas yang memiliki
Kelompok Peduli Lansia di perkotaan 32,2%, sementara di perdesaan
23,8%.
2. Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui
pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit. Saat ini baru ada 8
Rumah Sakit Umum tipe A dan B yang memiliki Klinik Geriatri
Terpadu yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta; RSUP
Karyadi, Semarang; RSUP Sardjito, Yogyakarta; RSUP Sanglah,
Denpasar; RSUP Hasan Sadikin Bandung; RSUP Wahidin,
Makassar; RSUD Soetomo, Surabaya dan RSUD Moewardi, Solo.
3. Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan
gizi bagi usia lanjut.
Program kesehatan lansia adalah upaya kesehatan berupa
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan
status kesehatan lansia. Kegiatan program kesehatan lansia terdiri
dari: 1) Kegiatan promotif penyuluhan tentang Perilaku Hidup Sehat
dan Gizi Lansia; 2) Deteksi Dini dan Pemantauan Kesehatan Lansia;
3) Pengobatan Ringan bagi Lansia dan 4) Kegiatan Rehabilitatif
berupa Upaya Medis, Psikososial dan Edukatif.

C. Puskesmas Santun Lanjut Usia


WHO tahun 2004 secara khusus membuat sebuah program Fasilitas
Kesehatan Primer Ramah Lansia yang bertujuan: (WHO, 2004).
 Meningkatnya sikap, pengetahuan, dan keterampilan provider
kesehatan dalam melayani pasien lansia
 Menyesuaikan manajemen kesehatan primer dengan kebutuhan pasien
lansia
 Memudahkan akses lansia dalam berobat.

Di Indonesia, mengingat kebutuhan pelayanan kesehatan merupakan


masalah utama bagi para lanjut usia, perlu dilakukan peningkatan upaya
melalui pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan disamping
upya penyembuhan dan pemulihan. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan berupa peningkatan
dan pengembangan kegiatan melalui strategi puskesmas santun lanjut usia.
Adapun tujuan umumnya adalah: meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
terhadap lanjut usia dalam rangka mencapai Indonesia sehat 2010, sedangkan
tujuan khusus puskesmas santun lanjut usia adalah:
 Melakukan perencanaan lebih terarah dalam pelaksanaan pelayanan
kepada lanjut usia sesuai dengan kebutuhan setempat.
 Melakukan pelayanan proaktif serta pemberian pelayanan yang
komprehensif dan lebih berkualitas bagi penduduk lanjut usia
 Memberikan kemudahan pelayanan sebagai bentuk penghargaan kepada
lanjut usia
 Menurunkan angka kesakitan pada lanjut usia di wilayah kerja
puskemas
 Mewujudkan lanjut usia yang produktif dan bahagia
Puskesmas santun lanjut usia adalah puskesmas yang melakukan
pelayanan kepada lanjut usia yang mengutamakan aspek promotif dan
pereventif disamping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara pro aktif baik dan
sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lanjut usia
(Kemenkes, 2014).
Puskesmas santun lanjut usia memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas dan sopan. Lanjut usia
sebagai kelompok umur yang kemampuan fisiknya sangatlah terbatas
dibandignkan dengan kelompok umur lainnya. Kerap kali mempunyai
kebutuhan pelayanan yang berbeda dengan kelompok umur lainnya.
Lanjut usia yang mempunyai gerak yang lamban. Kesiapan petugas
puskesmas dalam pelayanan perlu diperhatikan yaitu:
a. Kesabaran didalam menghadapi lanjut usia
b. Kemauan dan kemampuan untuk memberikan penjelasan secara
tuntas
c. Melayani kebutuhan pelayanan kesehatan lanjut usia sesuai dengan
prosedur pelayanan yang berlaku
d. Menghargai lanjut usia dengan memberikan pelayanan dengan sopan
santun
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lanjut usia.
Kemudahan pelayanan bagi lanjut usia dibutuhkan karena pada
kenyataannya kondisi fisiknya lanjut usia seringkali membutuhlan
perhatian dan prioritas dalam penangannya sepeti didahulukan dari
kelompok umur lainnya, untuk menghindari antrian yang berdesakan.
Kemudahan lainnya yang bisa diberikan kepada lanjut usia adalah
puskesmas dapat memberian pelayanan melalui loket pendaftaran
tersendiri atau antria loket khusus untuk lansia, ruang
pemeriksaan/konseling yang terpisah dengan kelompok umur lainnya,
ruang tunggu dengan tempat duduk khusus ramah lansia, kama mandi
atau toilet yang aman bagi lanjut usia, semua fasilitas ini dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
3. Memberikan keringanan/penghapusan biaya pelayanan kesehata bagi
lanjut usia dari keluarga miskin/tidak mampu. Mengingat lanjut usia
kebanyakan sudah pensiun atau tidak bekeja lagi, seringkali mereka
mempunyai keterbatasan dalam pendanaan , baik dalam mencukupi biaya
hidup ataupun dalam menyediakan dana bagi kebutuhan kesehatannya.
Oleh karena itu bagi para lanjut usia yang tidak mampu atau terlantar,
perlu diberikan keringanan ataupun penghapusan biaya pelayanan di
puskesmas sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk mendapatkan fasilitas
jamkesmas maka lanjut usia harus mendapat prioritas dan difasilitasi oleh
puskesmas untuk mendapatkan kartu jamkesmas tersebut.

4. Memberikan dukungan/bimbingan pada lanjut usia dalam memeliharan


dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
a. Melakukan penyuluahan kesehatan dan gizi kepada lanjut usia untuk
tetap berperilaku sehat, agar dapat lebih meningkatkan
kesehatannya.’
b. Menganjurkan untuk tetap melakukan aktifitas eharihari sesuai
kemampuan serta menjaga kebugarannya secara rutin, antara lain
dengan berolahraga/senam lanjut usia
c. Menganjurkan untuk tetap melakukan dan mengembangkan hobi
atau kemampuannya, terutama bagi aktifitas yang merupakan usaha
ekonomi poduktif.
d. Menganjurkan untuk melakukan aktifitas-aktifitas sehari-hari secara
bersam-sama dengan lanjut usia lainnya melalui kelompok lanjut
usia di masyarakat, antara lain dalam kegiatan keagamaan, kesenian,
rekreasi. Denga kegiatan tersebut diharapkan akan dapat merasakan
kebersamaan dan saling berbagi pengalaman.
5. Melakukan pelayanan secara pro aktif untuk dapat menjangkau sebanyak
mungkin sasaran lanjut usia yang ada wilayah kerja puskesmas. Sesuai
dengan fungsinya sebagai unit terdepan dalam melakukan pembinaan
kesehatan masyarakat, maka dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
kepada lanjut usia, tidak saja dilakukan hanya dnegan melayani para
lanjut usia yang berkungjung ke puskemas, teteapi juga membentuk,
memfasilitasi pembentukan dan melakukan pembinaan kepada kelompok
lanjut usia ini diantarannya adalah deteksi dini, pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan kepada lanjut usia pada saat kegiatan kelompok
(Posyandu, posbindu) Bagi para lanjut usia yang mendapat perawatan di
rumah sakit, sebagai tindak lanjut pengobatan kepada lanjut usia yang
sakit yang dirawat dirumah, maka petugas puskesmas diharapkan mampu
melaksanakana kunjungan rumah untuk melaksanakan program
perawatan kesehatan masyarakat. Kegiatan lain pelayanan kesehatan
lanjut usia adalah melalui kegiatan puskemas keliling atau kunjungan
luar gedung untuk kegiatan lain yang berhubungan dengan kesehatan
lanjut usia.
6. Melakukan kerja sama dengan lintas progam dan lintas sektor terkait di
kecamatan dengan asas kemitraan. Pembinaan kesehatan usia lanjut
khususnnya dalam pembinaan kesehatan, kadang-kadng memerlukan
peran program dan sektir lain untuk membantu keberhasilan pembinaan
tersebut. Misalnya dalam kaitan kesehatan mental dan sosial atau
peningkatan peran keluarga dan masyarakat dalam pemberdayaan lanjut
usia.

Kegiatan Puskesmas Santun Lanjut Usia


Kegiatan yang dilakukan di puskesmas santun lanjut usia pada
prisnsipnya sama dengan kegiatan yang dilakukan di puskemas pada
umumnya.
Kegiatannya :
a. Kegiatan yang dilaksanakan didalam gedung adalah:
1. Perencanaan
 Pengumpulan data dasar melalui pendataan sasaran lanjut usia
dan melakukan pemetaan
 Pendekatan dan kerjasama dengan lintas sektor dan masyarkat
2. Pelaksanaan
 Promotif: penyuluhan kepada lanjut usia, keluaga atau
masyarakat sekitarnya
 Preventif: deteksi dini dan pemantauan kesehatan lanjut usia
dengan menggunakan Kartu menuju sehat (KMS)
 Kuratif: pengobatan dan perawatan bagi lanjut usia yang sakit.
Bila dibutuhkan penanganan dengan fasilitas yang lebih
lengkap, dilakukan rujukan kerumah sakit.
 Rehabilitatif: dapat berupa upaya medis, psikososial, esukatif
atau upaya lain yang dapat mengembalikan seara optimal
kemampuan fungsional dan kepercayaan diri lanjut usia.
3. Monitoring dan evaluasi melalui pencatatan dan pelaporan atau
pengamatan langsung
b. Untuk kegiatan diluar gedung, sebagai bentuk impelementasi dari
pelayanan yang proaktif dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di
kelompok lanjut usia(posyandu lansia). Jenis pelayan kesehatan yang
dapat diberikan kepada lanjut usia dikelompok sebagai berikut:
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari (activity of day living)
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan, minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
kecil/besar dan sebagainya.
2. Pemeriksaan status mental Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan metode 2 menit (KMS
lansia)
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh
(IMT)
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensi meter dan
stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama satu menit
5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes melitus)
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal
8. Pelaksanaan rujukan ke Rumah sakit bila mana ada keluahan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7
9. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam ataupun di luar kelompok dalam
rangka kungjungan ruamah dan konseling kesehatan yang dihadapi
oleh individu dan atau kelompok lanjut usia
10. Kunjugan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelopok
lanjut usia yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (Perkesmas), kegiatan ini menunjang upaya
pemulihan lansia pasca sakit dengan mengurangi kelemahan dan
memelihara agar lansia tetap berfungsi misalnya: mengajarkan diit
dan perawatan kaki pada DM pembelajaran pergerakan pada
penyembuhan pasca injury, konseling.
11. Pemberian makanan tambahan (PMT) sebgai contoh menu makan
dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia
12. Kegiatan olahrga antara lain senam lanjut usia, gerak jalan santai,
dan lain sebgainya untuk kebugaran.

Kebijakan Program Puskesmas Santun Lanjut Usia


Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara menyeluruh, terpadu dan bermutu yang antara lain
melakukan upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, serta sebagai pusat
pengembangan dan peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah kerjannya.
Kebijakan pembinaan kesehatan lanjut usia:
1. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan manajemen
yang baik dan
2. berkesinambungan (Helath Approach)
3. Pembinaan progam kesehatan lanjut usia terutama ditujukan pada
upaya peningkatan
4. kesehatan dan kemampuan untuk mandiri agar selama mungkin tetap
produktif dan tetap berperan aktif dalam masyarakat
5. Pembinaan program kesehatan lanjut usia dilaksanakan sebagai
bagian dai upaya kesehatan keluarga melalui pelayanan kesehatan di
tingkat pelayanan dasar dan rujukannya
6. Pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan melalui pendekatan
holistic yaitu pendekatan terpadu yang berlainan dengan pendekatan
multidisipliner, yaitu mengobati lansia secara tim dan bukan lansia
berkonsultasi kepada masing masing spesialis. Hal tersebut berguna
untuk mengurangi polifarmasi.
7. Upaya pembinaan kesehatan lanjut usia dilaksanakan secara terpadu
dengan meningkatkan peran lintas program dan lintas sektor
8. Upaya promotif dan preventif dalam menyelenggarakan pembinaan
kesehatan usia lanjut dilaksanakan secara komprehensif bersama-
sama dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
9. Peningkatan peran serta aktif masyarakat termasuk swasta dan
partisipasi lanjut usia sendiri diarahkan dan dilakukan atas dasar
kekeluargaan dan kegotongroyongan serta dibina oleh pemerintah
pada semua tingkat adminstrasi.
10. Partisipasi aktif masyarakat diharapkan seperti pendataan,
pemanfaatan pelayana, pengenalan, pengenaan dini masalah
kesehatan pada lanjut usia, pengaturan transportasi dan pendanaan
bagi rujukan yang diperlukan.
11. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilaksanakan dengan menerapkan
kendali mutu pelayanan di setiap jenjang dan penerapan standar
pelayanan.
12. Pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan sesuai dengan situasi,
kondisi serta kebutuhan daerah setempat.

Adapun aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan ini adalah:


a. Aspek pembinaan dan pelayanan kesehatan
1. Promotif
Pembinaan pada lanjut usia dibagi atas komponen kegiatan
pokok:
 Sasaran langsung, dengan menyelenggarakan paket
pembinaan terhadap kelompok lanjut usia bedasarkan umur
 Sasaran tidak langsung, pembinaan melalui upaya
penyuluhan (KIE)
2. Preventif
Pemeriksaan dini dan pemeliharaan kesehatan
3. Kuratif
Pengobatan terhadap lanjut usia, termasuk rujukan ke rumah
sakit
4. Rehabilitatif
Merupakan upaya untuk mengembalikan semaksimal mungkin
kemampuan fungsional serta kemandirian lanjut usia.
b. Aspek manegerial
Pengelolaan program kesehatan lanjut usia di Puskesmas
dilaksanakan melalui perencanaan, penggerakan sasaran dan
pemantauan evaluasi. Upaya ini melibatkan partisipasi masyarakat,
instansi lintas sektoral serata sangat diharapkan dapat melibatkan
peran swasta dengan asas kemitraan.

D. Posyandu Lansia (Anonim, 2013)


Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya Posyandu lansia
secara garis besar untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan
usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Sedangkan tujuan khusus pembentukan posyandu lansia antara lain :
 Meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri
kesehatannya;
 Meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat
dalam menghayati dan mengatasi kesehatan usia lanjut;
 Meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut;
 Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut.

Sasaran dan Jenis Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia


Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan I Kebijaksanaan Program, sasaran pelaksanaan pembinaan
kelompok usia lanjut dibagi menjadi dua antara lain ;
 Sasaran Langsung, meliputi Pra lansia (usia 45 – 59 tahun), Lansia (usia
60 – 69 tahun) dan Lansia risiko tinggi (usia > 70 tahun)
 Sasaran Tidak Langsung, antara lain a). Keluarga lansia; b). Masyarakat
lingkungan lansia; c). Organisasi sosial yang peduli terhadap
pembinaan kesehatan lansia; d). Petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia; e). Petugas lain yang menangani kelompok lansia; dan
f). Masyarakat luas

Sedangkan jenis pelayanan kesehatan pada Posyandu, dikelompokkan


sebagai berikut:
 Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan atau minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar
atau kecil dan sebagainya;
 Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
Pemeriksaan status mental dilakukan karena proses mental lansia sudah
mulai dan sedang menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa,
kesulitan dalam menerima hal baru, juga merasa tidak tahan dengan
tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur
dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan
hal tertentu sehingga mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan;
 Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh
(IMT);
 Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama satu menit;
 Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist, Sahli atau
Cuprisulfat;
 Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus);
 Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal;
 Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir a sampai g;
 Penyuluhan bila dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok lansia;
 Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
lansia yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat (Public Health Nursing).

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi


setempat yaitu:
 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan sebagai contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lansia
serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut;
 Kegiatan olahraga antara lain senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional


Lanjut Usia, organisasi posyandu lanjut usia adalah organisasi
kemasyarakatan non struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk
sehat dan sejahtera, yang diorganisir oleh seorang koordinator atau ketua,
dibantu oleh sekretaris, bendahara dan beberapa orang kader. Organisasi
posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat,
tetapi dapat juga dilakukan oleh Kelompok seminat dalam masyarakat
misalnya Club Jantung Sehat, Majelis Ta’lim, WULAN (warga usia lanjut),
kelompok gereja, dan lain – lain; Organisasi profesi; Institusi
pemerintah/swasta; dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Sementara mekanisme pelayanan posyandu lansia, disusun mengikuti
mekanisme pelaksanaan kegiatan Posyandu pada umumnya, dengan lima
tahap kegiatan/lima meja. Penyusunan ini antara lain bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap mereka.
1. Pendaftaran anggota kelompok lansia sebelum pelaksanaan pelayanan
yang dilakukan oleh kader;
2. Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pada tahap ini
dilaksanakan oleh kader dan dibantu oleh petugas kesehatan;
3. Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan
status mental yang dilakukan oleh petugas kesehatan;
4. Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana);
5. Pemberian penyuluhan dan konseling.

Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasional


Lanjut Usia, untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima
terhadap lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang benar dan tepat waktu, serta pengendalian yang akurat.
Beberapa data yang dibutuhkan pada proses perencanaan Posyandu Lansia
antara lain :
1. Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan
2. Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah cakupan
3. Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok umur)
4. Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah cakupan
5. Jumlah lanjut usia yang mandiri
6. Jumlah lanjut usia yang cacat
7. Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar dan tidak terlantar.
8. Jumlah lanjut usia yang produktif
9. Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan penelantaran, pelecehan,
pengucilan dan kekerasan
Data tersebut diatas dapat diperoleh dari Kelurahan/Desa atau melalui
PKK dengan kegiatan Dasawisma dimana satu kader membina 10 keluarga.
Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta produktif harus dibuat kriteria
yang jelas. Untuk hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner
(lampiran) Rencana yang perlu disusun antara lain meliputi: a). Frekuensi
kegiatan posyandu lanjut usia; b) Jenis kegiatan posyandu; c). Tenaga
pelaksana kegiatan; d). Biaya kegiatan posyandu; dan e). Pengembangan
kegiatan lanjut usia.

E. Care of Elderly Patient di Puskesmas Gedong Tataan


Tabel 1. Data Penduduk Lansia Wilayah Kerja Puskes Gedong Tataan Tahun
2014
Desa Pria Wanita Jumlah
Sukaraja 285 284 569
Bagelen 260 250 510
Gedong Tataan 175 168 343
Bogorejo 160 148 308
Karanganyar 103 95 198
Kutoarjo 100 95 194
Sukadadi 158 154 312
Waylayap 105 102 207
Pampangan 69 65 134
Padang Ratu 59 54 113
Cipadang 238 229 467
Jumlah 1711 1644 3355

Di Puskesmas Gedong Tataan sudah mulai dilaksanakan Puskesmas Santun


Lansia yaitu:
Bentuk kesantunan pada lansia misalnya:
 Melayani lansia dengan senyum, ramah, sabar dan menghargai
sebagai orang tua.
 Proaktif dan responsif terhadap permasalahan kesehatan lansia.
 Kemudahan akses layanan bagi lansia baik prosedur layanan maupun
fasilitasnya.
Jasa layanan yang bisa diberikan:
 Pelayanan kesehatan One stop service di ruang tersendiri. Pelayanan
one stop service adalah pelayanan kepada Lansia mulai dari
pendaftaran sampai mendapat obat dilaksanakan satu paket di satu
ruang. Dengan begitu Lansia tidak perlu berpindah tempat dan antre
lagi untuk pelayanan lainnya dalam Puskesmas.
 Konseling lansia
 Posyandu lansia (13 Posyandu)
 Senam lansia setiap hari Jumat
 Pegangan rambat dan kursi roda

Gambar 1. Kursi Roda dan pegangan rambat untuk lansia

Gambar 2. Pasien Lansia Tidak Perlu Mengantri


Gambar 3. Klinik Lansia

Gambar 4. Lansia Kit

Anda mungkin juga menyukai