Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat
pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru. Kurikulum adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum harus sesuai
dengan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang menggambarkan
pandangan hidup suatu bangsa. Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi,
tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat.
Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan masyarakat, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ide atau gagasan kurikulum hanya ada dalam pemikiran
seseorang yang telibat dalam proses pendidikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu dan relevansi, serta efesiensi manajemen pendidikan. Pemerataan
kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan
relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efesiensi manajemen
pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah/madrasah dan
pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

1
LANDASAN FILOSOFIS KURIKULUM

Filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum menjawab pertanyaan-pertanyaan


pokok seperti: hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana
yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan?Apa hakikat pengetahuan yang harus
dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistem nilai yang bagaimana yang harus
diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana sebaiknya proses
pendidikan berlangsung?. Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan
penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada empat fungsi filsafat dalam proses
pengembangan kurikulum. Pertama, filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
Dengan filsafat sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau
dibawa kemana siswa yang kita didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi
pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat
menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat sebagai sistem nilai dapat dijadikan
pedoman dalam merancang kegiatan pembelajaran. Keempat,melalui filsafat dapat ditentukan
bagaimana membentuk tolok ukur keberhasilan proses pendidikan (Sanjaya, 2015:43)
A. Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak relevan lagi
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam GBHN 1983 hasil Sidang Umum MPR 1983 menyiratkan keputusan politik yang
menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada kurikulum 1984. Karena
itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan pergantian Kurikulum 1975 menjadi
Kurikulum 1984 (Hidayat, 2013:8)
Secara umum dasar perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik.
3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.
4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.
5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang
pendidikan yang berdiri sendiri mulai dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah
menengah tingkat atas termasuk Pendidikan Luar Sekolah.

2
6. Pengadaan program studi baru (seperti di SMA) untuk memenuhi kebutuhan
perkembangan lapangan kerja.
Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan atau
tuntutan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terhadap
pendidikan, Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi karena itu diperlukan
perubahan kurikulum. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap
Kurikulum 1975 (Hidayat, 2013:8). Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional). Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai.
2. Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa
aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan untuk pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan
emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara optimal,
baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah
pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin
dalam dan dan luas materi pelajaran yang diberikan.
4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-konsep
yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan
latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pemahaman siswa, alat peraga sebagai
media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya.
5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian
materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada
jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semi-konkret, semi-abstak,
dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke
kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke
kompleks.
6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajar dan pembelajaran yang memberi tekanan kepada proses
pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan

3
perolehannya. Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif
dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran.
Orientasi pendidikan disiplin ilmu pada kurikulum SMA 1984 semakin kental
dibandingkan kurikulum sebelumnya. Orientasi pendidikan displin ilmu tampak pada
nama-nama mata pelajaran yang disamakan dengan disiplin ilmu dan pada mata
pelajaran. Peserta didik harus memegang peran aktif dalam belajar. Salah satu prinsip
pengembangan kurikulum 1984 adalah prinsip dekonstrasi yang mempunyai arti adanya
pembagian kewenangan dalam pengembangan kurikulum antara Pusat dan Daerah.

B. Kurikulum 1994
Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran
menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar,
kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena sesuai dengan
suasana pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) yang lebih
mengutamakan teori tentang proses belajar mengajar. Akibatnya, pada saat itu
dibentuklah Tim Basic Science yang salah tugasnya mengembangkan kurikulum di
sekolah. Tim ini memandang bahwa materi (isi) pelajaran harus diberikan cukup banyak
kepada siswa, sehingga siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu akan
mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak(Hidayat, 2013:8)
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem catur wulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun
menjadi tiga tahap diharapkan dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan
dari warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan
kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut perenialisme
tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. Kurikulum
1994 sesuai dengan aliran filsafat perenialisme, karena pada kurikulum 1994 lebih fokus
kepada aspek kognitif dan mengabaikan aspek-aspek lainnya.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain
sebagai berikut:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.

4
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pembelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan
dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban)
dan penyelidikan.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan
soal dan pemecahan masalah.
6. Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya Kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama
sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented) (Hidayat, 2013:8) di antaranya sebagai berikut.
1. Beban belajar siswa terlalu berat karena karena banyaknya mata pelajaran dan
banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.
Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan Kurikulum 1994. Hal
ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut.
salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu:

5
1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntunan
kebutuhan masyarakat.
2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat antara
tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.
3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi
pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait seperti tujuan
materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku pelajaran.
5. Peyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya
dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya
yang tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 pada jenjang pendidikan dasar dan mencegah
dilaksanakan bertahap, yaitu tahap penyempurnaan jangka pendek dan penyempurnaan
jangka panjang. Kurikulum 1994 lebih menekankan pada pelajaran Matematika dan IPA.
Hal ini memberikan gambaran baru untuk mempersiapkan generasi muda untuk
mendukung industri yang berkaitan dengan IPA dan teknologi.

C. Kurikulum KTSP
Secara substansial, pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
lebih kepada mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai model
pengembangan kurikulum yang kini diberlakukan, memberikan ruang inovasi yang lebih
kepada pengelola satuan pendidikan untuk merancang kurikulumnya sendiri sehingga
lebih sesuai dengan karakteristik sumber daya dan kebutuhan lingkungan tempat satuan
pendidikan tersebut eksis dan berkembang.
Setiap proses pendidikan berangkat dari landasan filosofis yang melatar belakangi
tentang pandangan hakikat sifat dasar manusia. Dengan berbagai pandangan tentang
manusia akan berpengaruh terhadap konsep pendidikan. Konsep KTSP didasarkan pada
landasan filosofis tentang manusia telah memiliki potensi bawaan yang perlu diberikan
respon atau rangsangan yang tepat sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan hendaknya
menyediakan pengalaman-pengalaman baru yang dikaitkan dengan pengalaman yang
dimiliki peserta didik menjadi sebuah pengetahuan. Pendidikan diarahkan terhadap siswa

6
untuk mengembangkan dirinya melalui pengalaman-pengalaman yang disediakan di
sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang kontekstual, artinya bahwa
pengalaman di luar kelas dibawa ke dalam kelas.
Proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, asal masih dalam
kerangka edukatif. Pendidikan memberikan pengalaman kepada siswa melalui bentuk-
bentuk perbuatan yang melibatkan semua aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Jadi tugas guru adalah menentukan pengalaman belajar siswa, memilih strategi mengajar,
dan menilai tingkat pencapaian kompetensi siswa.
Sanjaya (2010) menyatakan bahwa KTSP pada hakikatnya berfungsi untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat mempertahankan, mengembangkan, dan dapat
hidup dalam sistem nilai masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu dalam proses
pengembangan KTSP harus mencerminkan sistem nilai yang ada di masyarakat. Sistem
nilai yang berlaku di masyarakat adalah Pancasila, oleh karena itu membentuk manusia
pancasila merupakan tujuan dan arah pendidikan. Dengan demikian isi kurikulum yang
dikembangkan harus memuat dan mencerminkan nilai-nilai Pancasila (Sanjaya, 2010:45).
Atas dasar nilai-nilai Pancasila itulah KTSP diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan memuat, kemahiran, ketepatan,
dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. KTSP mencakup sejumlah kompetensi
dan seperangkat tujuan pembelajaran, sehingga pencapaianya dapat diamati dalam bentuk
perilaku atau keterampilan peserta didik sekurang-kurangnya tingkat kompetensi
minimal.

D. Kurikulum 2013
Landasan filosofis yang digunakan oleh Kurikulum 2013 diambil dari berbagai aliran
filsafat pendidikan. Namun jika didalami lebih lanjut, kurikulum 2013 bercorak filsafat
idealisme, bercorak filsafat pendidikan perenialisme dan esensialisme. Kurikulum 2013
didasarkan pada filsafat idealisme yang memiliki pandangan ontologis bahwa realitas
spiritual, moral, dan mental yang bersifat stabil dan tidak berubah.
Kurikulum 2013 didasarkan pada pemikiran para cendekiawan, ilmuwan, filsuf,
pemikir agama (teolog) yang teruji keilmuannya. Kurikulum 2013 bertujuan mendidik
para siswa untuk dapat berpikir secara rasional, dan memiliki kapasitas intelektual yang
mewadahi. Dalam Kurikulum 2013, guru bertugas membantu para siswa agar mereka
dapat berpikir secara rasional dengan menggunakan metode Sokrates. Guru bertindak
sebagai fasilitator yang mengasah kecerdasan murid. Salah satu tujuan pendidikan

7
Kurikulum 2013 adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik,
sehingga menjadi orang yang memiliki kemampuan intelektual yang memadai.
Pengetahuan yang menjadi muatan pendidikan dan pembelajaran dalam Kurikulum 2013
adalah keterampilan esensial dan subjek akademik, penguasaan konsep dan prinsip-
prinsip mata pelajaran.
Keterampilan esensial yang diajarkan pada Kurikulum 2013 antara lain: keterampilan
membaca, keterampilan menulis, keterampilan berhitung, keterampilan menalar, dan
keterampilan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Keterampilan esensial penting
diajarkan kepada para siswa agar mereka menjadi orang yang bisa bertahan hidup atau
survive menghadapi segala tantangan hidup, bisa beradaptasi terhadap segala perubahan
yang begitu cepat pada era globalisasi sekarang ini. Dengan keterampilan dasar yang
dimilikinya, seorang bisa menjadi pembelajar seumur hidup (long life education), dia
bisa memilih informasi apa yang perlu dipelajari, keterampilan apa yang dibutuhkan,
sikap apa yang harus diambil, dan peluang apa yang bisa dimanfaatkan. Sebagai output-
nya, dia bisa bertahan di era globalisasi ini. Menurut Kurikum 2013 filsafat pendidikan
esensialisme, guru dianggap sebagai orang yang memiliki otoritas keilmuan pada bidang
studi yang dia ajar. Guru dianggap sebagai orang yang telah menjalani proses pendidikan
yang panjang sebelum dia menduduki jabatan guru. Calon guru juga mengikuti berbagai
tes untuk memastikan bahwa dia memiliki berbagai kompetensi antara lain: kompetensi
kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi pedagogis, dan kompetensi
professional. Guru memiliki berbagai kemampuan atau kompetensi dalam pembawaan
diri, komunikasi sosial, keterampilan mengajar, dan penguasaan materi bidang studi.
Guru adalah ilmuan sekaligus guru pengajar.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas
yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun
filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Berdasarkan hal tersebut,
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut :
1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa
kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik

8
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013
mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa
kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan kemampuan
mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap
permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofi
ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah sesuatu
yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses
pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan
keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,
diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial
di masyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran
disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat
dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism). Dengan
filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta
didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial

9
di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih
baik.
Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam
mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang
peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan umat manusia.

E.Kurikulum 2016
Setelah transisi dari Kurikulum KTSP 2006 ke Kurikulum 2013 yang terjadi pada
tahun 2013-2014 silam, kini pendidikan Indonesia kembali mengalami transisi ke
kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013 Revisi atau disebut juga Kurikulum Nasional.
Dengan kata lain, sistem pendidikan Indonesia sedang berjalan dengan 3 kurikulum
berbeda. Revisi Kurikulum 2013 resmi diluncurkan pada Maret 2016 lalu, diputuskan
nama kurikulum namun tidak berubah menjadi kurikulum nasional tapi tetap "Kurikulum
2013 Edisi Revisi", yang berlaku secara nasional. Anies menjelaskan ada beberapa
pertimbangan bahwa Kemendikbud tetap menggunakan sebutan Kurikulum 2013
(kurtilas). Diantaranya adalah supaya tidak memunculkan kesan bahwa pemerintah
membuat kurikulum baru. Karena pergantian dan penerapan kurikulum pendidikan ini
memang sering sekali terjadi di Indonesia.
Kurikulum itu sendiri merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah
hidup bangsa, ke arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan
oleh kurikulum yang digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan
tuntutan masyarakat cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari
kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi
perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk
mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Namun bagaimana
semua itu dapat terwujud dan terlaksana dengan baik sementara Kurikulum yang ada
selalu berganti ganti. Kemudian kembali kepada topik, apakah eksistensi Kurnas akan
kelak bernasib sama dengan K-13 yang tergantikan dengan cepat? Di dalam Penerapan K-
13 sendiri banyak sekali kritikan-kritikan, keluhan-keluhan serta permasalahan yang
muncul karena K-13 sebelumnya langsung diterapkan tanpa pernah diujicobakan. Tapi
dibandingkan dengan K-13, Kurnas bisa termasuk ke dalam kategori inovasi pendidikan
karena merupakan hasil penemuan penemuan baru untuk memecahkan masalah

10
pendidikan yang sebelumnya tidak ada di K-13.
Kurnas sesungguhnya merupakan hasil perbaikan substansi Kurikulum 2013 (K-13)
yang kini dalam proses revisi terkait dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, silabus,
evaluasi pembelajaran, dan jam belajar. Agar berjalan lebih efektif Kurnas harus bisa
disebarluaskan dan diratakan terlebih dahulu ke seluruh sekolah kemudian diterapkan
melalui tahapan: pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi. Kurnas
harus dimulai dengan membuat pemangku kepentingan seperti guru dan masyarakat tahu,
paham, atau mengerti isi inovasi tersebut. Pihak terkait harus diajak memahami atau
mendalami manfaat Kurnas. Para guru harus disiapkan dengan baik. Jangan sampai
kurikulum berlaku, mereka guru belum memahami semangat kurikulum. Oleh karena itu
sosialisasi dan pelatihan langsung (diklat) tenaga pendidik meliputi tujuan, isi, metode
mengajar, sampai evaluasi Kurnas sangat dibutuhkan.
Kurnas menuntut guru mengubah kebiasaan mengajar. Guru harus berperan sebagai
fasilitator siswa dalam setiap pembelajaran. Mendorong agar siswa berpikir kritis
menggunakan berbagai strategi seperti diskusi, konsultasi, siswa saling mengajar ‘peer
teaching’, dan peragaan. Kemudian pemodelan langsung, latihan terbimbing dan bebas.
Sepanjang tahap pengetahuan harus ditanamkan dan diyakinkan pula manfaat kurnas bagi
dunia pendidikan agar guru meminatinya. Kesediaan guru memahami kurnas dari berbagai
sumber seperti tutor sebaya, buku atau browsing akan membuat semakin efektif
tercapainya tahapan pengetahuan. Guru akan mempertimbangan karakteristik kurnas. Jika
Kurnas dipandang sulit, rumit, berbelit, maka sekolah-sekolah yang menjadi target
cenderung lambat. Jadi, pemerintah perlu terus berkomunikasi dengan sekolah untuk
meyakinkan bahwa Kurnas mudah diikuti dan dipraktikkan. Pemerintah juga harus lebih
mempertimbangkan lagi bagaimana kebijakan dalam penerapan dan pembuatan kurikulum
itu sendiri, pasalnya jika kurikulum terus berganti seperti ini, maka dimana letak tujuan
dan manfaat kurikulum pendidikan ini?
Berikut ini adalah beberapa point perubahan penting kurikulum 2013 setelah dilakukan
revisi.
1. Menggunakan metode pembelajaran aktif
Dengan menggunakan metode pembelajaran aktif ini diharapkan guru mampu
berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa menjadi menyenangi
kegiatan belajar mengajar. Jangan sampai kurikulumnya saja yang baru tapi cara
mengajarnya masih cara lama.

11
2. Proses berpikir siswa tidak dibatasi
Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usia anak atau disesuaikan
dengan kemampuannya.
3. Penyederhanaan aspek penilaian guru
Pada K13 versi lama, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual
(keagamaan) siswa. Sistem ini yang kemudian banyak dikeluhkan oleh para guru.
Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup dilakukan oleh
guru PPKn dan guru pendidikan agama- budi pekerti. Sementara guru mata pelajaran
lainnya hanya menilai aspek akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.
4. Meningkatkan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Dengan peningkatan hubungan antara KI dan KD ini mengakibatkan banyak buku
pelajaran kurikulum 2013 lama yang harus diperbaharui. Secara konten atau isi tidak
ada yang salah dalam buku Kurikulum 2013. Kesalahan terdapat pada urutan,
terutama buku tematik yang merupakan integrasi dari berbagai mata pelajaran.
Sehingga yang berubah adalah urutannya, misalnya untuk pelajaran di kelas 8
sebelumnya teori pitagoras diajarkan pada semester 1, di buku edisi revisi baru ini
diajarkan di semester 2, urutan penyajian tetap disesuaikan dengan kompetensi
dasarnya.
5. Teori 5M
Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta, tidak lagi sebatas
menjadi teori saja. Tetapi, guru dituntut untuk benar-benar menerapkannya dalam
pembelajaran.

12
Kurikulum Tujuan/ Materi/Isi Pendekatan/ Evaluasi Peran Guru
Indikator Metode
1984 a. Pengadaan a. Konsep- a. Pendekatan Orientasi Guru sebagai
program studi konsep yang pembelajaran pendidikan fasilitator,
baru (seperti dipelajari berpusat pada disiplin ilmu karena yang
SMA) untuk siswa harus anak didik pada dituntut aktif
memenuhi berdasarkan melalui cara kurikulum siswanya
kebutuhan kepada belajar siswa SMA 1984 bukan
lapangan pengertian, aktif (CBSA). semakin kental gurunya.
kerja. baru b. Materi dibandingkan
b. Memanfaatkan diberikan pelajaran kurikulum
waktu belajar latihan dikemas dengan sebelumnya.
yang sangat terlebih pendekatan Orientasi
terbatas di dahulu. spiral pendidikan
sekolah harus b. Kurikulum (pendekatan disiplin ilmu
sehingga lebih ini berdasarkan tampak pada
benar-benar mengusung kedalaman dan nama-nama
fungsional dan procces skill keleluasan mata pelajaran
efektif. approach. materi yang
c. Salah satu pelajaran). disamakan
prinsip c. Menggunakan dengan
pengembang
pendekatan disiplin ilmu
an kurikulum
1984 adalah keterampilan dan pada mata
prinsip proses. pelajaran.
dekonstrasi
yang
mempunyai
arti adanya
pembagian
kewenangan
dalam
pengembang
an kurikulum
antara Pusat
dan Daerah.

13
1994 Penyempurnaan a. Kurikulum Pembelajaran di Sistem Dalam
kurikulum 1994 sesuai sekolah lebih pembagian pelaksanaan
dilakukan untuk dengan aliran menenkankan waktu kegiatan, guru
memperoleh filsafat materi pelajaran, hendaknya
kebenaran perenialisme pembelajaran yang yaitu dengan memilih dan
substansi materi karena pada cukup padat mengubah dari menggunakan
pelajaran dan kurikulum (berorientasi pada sistem catur strategi yang
kesesuaian 1994 lebih materi konsep wulan. melibatkan
dengan tingkat fokus kepada pelajaran/isi) dan Dengan sistem siswa aktif
perkembangan aspek keterampilan caturwulan dalam belajar,
siswa. kognitif. menyelesaikan soal yang baik secara
b. Kurikulum serta pemecahan pembagian mental, fisik,
ini bersifat masalah. dalam satu dan sosial.
kurikulum tahun menjadi Dalam
inti. tiga tahap mengaktifkan
c. proses diharapkan siswa guru
pembelajaran dapat dapat
menekankan menerima memberikan
pada pola materi bentuk soal
pembelajaran pelajaran yang
yang cukup banyak. mengarah
berorientasi pada jawaban
pada teori konvergen,
belajar divergen dan
mengajar, penyelidikan
kurang
diperhatikan
muatan (isi)
pelajaran.
KTSP Untuk sekolah diberi Penyampaian Atas dasar Menentukan
mempersiapkan kewenangan dalam nilai-nilai pengalaman
peserta didik agar penuh pembelajaran Pancasila belajar siswa,
dapat menyusun menggunakan KTSP memilih

14
mempertahankan, rencana pendekatan dan diarahkan strategi
mengembangkan, pendidikan metode yang untuk mengajar, dan
dan dapat hidup dengan bervariasi. pengembangan memilih
dalam sistem mengacu pada pengetahuan, tingkat
nilai standart- pemahaman, pencapaian
masyarakatnya standart yang kemampuan, kompetensi
sendiri. telah ditetapkan, nilai, sikap, siswa.
mulai dari dan memuat,
tujuan, visi- kemahiran,
misi, struktur ketepatan, dan
dan muatan keberhasilan
kurikulum, dengan penuh
beban belajar, tanggung
kalender jawab.
pendidikan,
hingga
pengembangan
silabusnya.

2013 Mendidik para Pengetahuan Menggunakan Kurikulum Guru bertugas


siswa untuk dapat yang menjadi metode kooperatif 2013 lebih membantu
berpikir secara muatan menerapkan para siswa
rasional, dan pendidikan dan pengalaman agar mereka
memiliki pembelajaran belajar yang dapat berpikir
kapasitas dalam memeberikan secara rasional
intelektual yang Kurikulum kesempatan dengan
mewadahi. 2013 adalah luas bagi menggunakan
keterampilan peserta didik metode
esensial dan untuk Sokrates. Guru
subjek menguasai bertindak
akademik, kompetensi sebagai
penguasaan yang fasilitator yang
konsep dan diperlukan mengasah

15
prinsip-prinsip bagi kecerdasan
mata pelajaran. kehidupan di murid.
masa kini dan
masa depan.
Revisi Mengintegrasikan Kurnas bisa Menggunakan Hal-hal Guru
Penguatan termasuk ke metode penting yang berperan
Pendidikan dalam kategori pembelajaran aktif harus sebagai
Karakter (PPK) inovasi dievaluasi fasilitator
di dalam pendidikan adalah siswa dalam
pembelajaran. karena penilaian setiap
Karakter yang merupakan hasil sikap, pembelajaran.
diperkuat penemuan- ketuntasan Guru dituntut
terutama 5 penemuan baru belajar, untuk benar-
karakter, yaitu: untuk mekanisme benar
religius, memecahkan dan prosedur, menerapkan
nasionalis, masalah pengolahan teori
mandiri, gotong pendidikan yang serta laporan 5M(mengingat
royong, dan sebelumnya hasil belajar. memahami,
integritas. tidak ada di K- menganalisis,
13. Proses dan mencipta)
revisi terkait dalam
dengan pembelajaran.
kompetensi inti,
kompetensi
dasar, silabus,
evaluasi
pembelajaran,
dan jam belajar.
Agar berjalan
lebih efektif
Kurnas
disebarluaskan
dan diratakan.

16
PENUTUP

Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus
merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang
pendidikan. Sebagai suatu landasan fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam
proses pengembangan kurikulum. Secara umum dasar perubahan Kurikulum 1975 ke
Kurikulum 1984 salah satunya terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai
bidang studi dengan kemampuan anak didik. Kurikulum 1994 sesuai dengan aliran filsafat
perenialisme, karena pada kurikulum 1994 lebih fokus kepada aspek kognitif dan
mengabaikan aspek-aspek lainnya. Konsep KTSP didasarkan pada landasan filosofis tentang
manusia telah memiliki potensi bawaan yang perlu diberikan respon atau rangsangan yang
tepat sesuai dengan fitrahnya. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan
Indonesia saat ini sedang berjalan dengan 3 kurikulum berbeda.

17
Daftar Pustaka

Sanjaya, Wina. (2015). Kurikulum dan Pembelajaran(Teori dan Praktek KTSP). Jakarta:
Prenadamedia Group.
Arifin, Zainal. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hidayat, Sholeh. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta : Prenada Media Group
Internet Online:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=402398&val=3912&title=TINJAUAN%
20FILOSOFIS%20KURIKULUM%202013
Internet Online:
https://www.kompasiana.com/ysfalfan/revisi-kurikulum-2013_591dfeb81bafbd2c7f4a3ee0

18
1. Atas dasar apa Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak sesuai lagi dan perlu adanya
perubahan kurikulum?
Jawab:
terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan
kemampuan anak didik, selain itu ada kesenjangan antara program kurikulum dan
pelaksanaannya di sekolah serta padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di
setiap jenjang.
2. Apa perbedaan kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013?
Jawab:
Pada KTSP proses pembelajaran yang lebih dominan adalah aspek kognitif, psikomotor,
dan afektif, sedangkan pada kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar nantinya
yang lebih dominan adalah afektif, psikomotor, baru kognitif. Artinya siswa dalam
proses lebih menonjolkan afektif dan psikomotornya. Pada kurikulum 2013 belum
sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan, pada kurikulum KTSP Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi
tertentu dan Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar
sendiri.
3. Apakah yang menyebabkan kurikulum 2013 harus direvisi?
Jawab:
Di dalam Penerapan K-13 sendiri banyak sekali kritikan-kritikan, keluhan-keluhan serta
permasalahan yang muncul karena K-13 sebelumnya langsung diterapkan tanpa pernah
diujicobakan.
4. Sebutkan keterampilan-keterampilan esensial yang diajarkan pada Kurikulum 2013!
Jawab:
Keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berhitung, keterampilan
menalar, dan keterampilan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Keterampilan esensial
penting diajarkan kepada para siswa agar mereka menjadi orang yang bisa bertahan hidup
atau survive menghadapi segala tantangan hidup.
5. Jelaskan Pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA)
Jawab:
CBSA adalah pendekatan untuk pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara optimal, baik dalam ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor.

19

Anda mungkin juga menyukai