Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang
belakang (vertebra) yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Biasanya penutupan
tabung saraf terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Namun jika sesuatu
yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat
tabung saraf akan terjadi. Diperkirakan bahwa hampir 50 % defek tabung
saraf dapat dicegah jika wanita yang bersangkutan meminum vitamin-vitamin
prakonsepsi termasuk asam folat
Spina bifida adalah penutupan salah satu kolumna vertebralis tanpa
tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang ( Donna L.wong,2003).
Penyakit spina bifida atau sering dikenal dengan sumbing tulang belakang
adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini
menyerang melalui medulla spinalis dimana ada suatu celah pada tulang
belakang (vertebra). Hal ini terjadi karena ada satu atau beberapa bagian dari
vertebara gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat
menyebabkan cacat berat pada bayi,ditambah lagi penyebab utama dari
penyakit ini masih belum jelas.
Hal ini jelas akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf karena
medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki peranan
yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medulla spinalis
mengalami gangguan,system-sistem lain yang diatur oleh medulla spinalis
pasti juga akan terpengaruh dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan
semakin memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia , apalagi pada bayi
yang system tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.Fakta mengataka
dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu
ensefalus,anensefali, dan spina bifida. Sebanyak 65% bayi baru lahir terkena
spina bifida. Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang
lahir di Belanda menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya.
Bayi – bayi tersebut butuh perawatan medis yang intensif sepanjang hidup
mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak
harus dioperasi berulang kali.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari spina bifida ?
2. Bagaimana etiologi spina bifida ?
3. Apa saja klarifikasi dari spina bifida ?
4. Apa saja tanda gejala dari spina bifida ?
5. Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan ?
6. Bagaimana penatalaksanaan spina bifida ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien spina bifida ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari spina bifida.
2. Untuk mengetahui etiologi spina bifida.
3. Untuk mengetahui apa saja klarifikasi dari spina bifida.
4. Untuk mengetahui apa saja tanda gejala dari spina bifida.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan untuk spina bifida.
6. Untuk mengetahui penatalaksaan spina bifida.
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien spina
bifida.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI SPINA BIFIDA


Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan
atau tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L. Wong,
2003). Spina bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada
tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa
vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh atau kondisi yang
terjadi ketika janin berkembang di dalam rahim dan tulang belakangnya tidak
membentuk dengan benar (cacat tabung saraf). Beberapa vertebra (ruas tulang
di tulang belakang) tidak menutup untuk membentuk lingkar normal mereka
di sekitar sumsum tulang belakang.
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada
arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari
kanalis pada perkembangan awal dari embrio (Chairuddin Rasyad, 2007).
Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan
lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya
ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra
pada daerah lumosakral.

B. ETIOLOGI
Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat
dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan.
Kekurangan asam folat pada saat kehamilan satu gugus yang berperan dalam
pembentukan DNA pada proses erithropoesis. Yaitu, dalam pembentukan sel-
sel darah merah atau eritrosit (butir-butir darah merah) dan perkembangan
sistem syaraf. Rendahnya kadar vitamin maternal
Rendahnya vitamin maternal yang di konsumsi akan mengurangi
vitamin yang dibutuhkan dalam pembentukan embrio, apa lagi pada awal
masa kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan dalam membutuk tulang
pada bayi, menjadi lambat dan kurang sempurna.
Penonjolan dari korda spinalis dan meningens menyebabkan
kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut atau
di bagian bawahnya.
Faktor genetik dan lingkungan (nutrisi atau terpapar bahan berbahaya)
dapat menyebabkan resiko melahirkan anak dengan spina bifida.
Pada 95 % kasus spina bifida tidak ditemukan riwayat keluarga dengan defek
neural tube. Resiko akan melahirkan anak dengan spina bifida 8 kali lebih
besar bila sebelumnya pernah melahirkan anak spina bifida.

C. KLARIFIKASI
1. Spina bifida okulta
Merupakan spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa vertebra
tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak
( meningitis ) tidak menonjol.
Gejalanya:
a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sacrum .
2. Spina bifida aperta
Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong selaput otak menonjol
melalui lobang. Kulit diatas pembengkakan biasanya tipis, tekanan pada
kantong menyebabkan fontanella menonjol. Spina Bifida Aperta dapat
terjadi 2 keadaan :
a. Meningokel
Adalah ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang
(cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang) dan
meninges (jaringan yang meliputi sumsum tulang belakang), tidak
ada keterlibatan saraf. meningens menonjol melalui vertebra yang
tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah
kulit.
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang
bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan
sumsum tulang belakang. Meningokel memiliki gejala lebih ringan
daripada myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari
tulang pelindung, Meningocele adalah meningens yang menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan
berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya
meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal.
Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat
tonjolan saraf corda spinal. Seseorang dengan meningocele biasanya
mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat mengontrol
saluran kencing ataupun kolon.
b. Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan
paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh,
kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya
sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi
pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf
yang mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat
terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis
myelomeningocale ialah jenis yang paling sering dtemukan pada
kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina
bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di
sekitar otak.

D. TANDA GEJALA
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis
dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa
gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang
dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Gejalanya dapat berupa :
1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada
bayi baru lahir.
2. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
3. Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
4. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
5. Lekukan pada daerah sakrum.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada trimester pertama wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang
disebut Triple Screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida,
sindroma down dan kelainan bawaan lainnya. 85 % wanita yang mengandung
bayi dengan spina bifida akan memiliki kadar serum alfa feytoprotein yang
tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban)
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
2. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda
spinalis maupun vertebra.
3. CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk
menentukan lokasi dan luasnya kelainan.

F. ASUHAN KEPERAWATAN
Ilustrasi kasus :
Ny.H memiliki seorang bayi. Bayi Ny. H bernama An.A berjenis kelamin
laki-laki, lahir dengaan kelainan tulang belakang. Dokter mengatakan An.A
menderita penyakit Spina Bifida, dan harus segera dioperasi. Tn.J suami Ny.
H sangat cemas dengan tindakan yang akan dilakukan pada anaknya.
A) Pengkajian :
1. Identitas pasien
Nama : An. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 10 February 2017
Alamat : Jl. Pulau Moyo No.10X
Agama : Hindu
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk : 17 February 2018
Identitas penanggung jawab
Nama ibu : Ny. H
Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Nama ayah : Tn.J
Pekerjaan ayah : Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
2. Keluhan utama :
Terjadi abnormalitas keadaan medula spinalis pada bayi yang baru
dilahirkan.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Saat ini An. A menderita penyakit spina bifida.
4. Riwayat kesehatan keluarga :
Saat hamil ibu jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung
asam folat misalnya sayuran, buah-buahan (jeruk,alpukat), susu,
daging, dan hati.
5. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : E : 4, V : 5, M : 6
b. Tanda tanda vital : S : 37,8 0 C
RR : 32 x/menit
N : 120 x/ menit
c. Keadaan fisik :
1) Kepala dan leher
Kepala : bentuk normochepale, tidak ada lesi, warna rambut
hitam.
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
tidak ada lesi, nadi karotis teraba.
2) Dada
Paru : Wishing (-)
Ronchi (-)
Jantung : irama teratur.
3) Payudara dan ketiak
Tidak ada benjolan di payudara dan ketiak.
4) Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi atau luka
Auskultasi : terdengar suara peristaltik usus lemah
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
dan perut tidak kembung.
5) Integumen
Warna kulit pasien sawo matang.
6) Ekstremitas
a) Atas
Tangan lemah Capilarry refill time < 2 detik.
b) Bawah
Kaki lemah .Capilarry refill time < 2 detik.
d. Aktivitas/istirahat
Kaki An.A lemas.
e. Sirkulasi
Tidak terjadi pelebaran kapiler, tidak terjadi sianosis.
f. Eliminasi
Tidak mengalami inkontinensia urine maupun alvi
g. Nutrisi
Peristaltic usus An. A lemah
h. Neuromuskuler
Kaki An. A lemas
i. Pernapasan
Pernapasan dangkal, napas pendek,
j. Kenyamanan
An. A akan dilakukan operasi.
B) Analisa Data
Nama : An. A
Umur : 1 tahun

NO Hari/ tanggal DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM


1. Sabtu ,17 DS : Spina bifida Cemas
February - Keluarga Ny. H
2018 mengatakan cemas
dengan tindakan operasi Di lakukan
terhadap anaknya. tindakan
DO: pembedahan
- Ny.H tampak bingung
dan ketakutan

2. DS : Agen injuri fisik Nyeri Akut


(prosedur
- Ny. H mengatakan An.A
pembedahan)
menangis terus setelah
operasi
DO:
- Tampak anak A
menangis kesakitan
- Skla nyeri:
P : luka operasi
Q : seperti di tusuk
jarum
R : belakang
S:7

T : setiap saat
- TTV :
N : 120 x/menit
S : 37,8 C
RR : 32 x/ menit

C) Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (proses
pemebedahan)
2. Cemas berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan

D) Intervensi

Hari/ No. Rencana Keperawatan


Tgl
Dx
Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil

Sabtu 1 NOC NIC


Setelah dilakukan 1. Menurunkan
,17 1. Atur posisi
asuhan keperawatan tegangan dan
Febru pasien
selama 2 x24 jam mengurangi
ary senyaman
diharapkan nyeri nyeri.
2017 mungkin 2. Agar pasien relax
pasien berkurang 2. Lakukan
dan merasa
dengan kriteria hasil : teknik pijat
1. Anak tidak nyaman.
bayi dengan 3. Mengevaluasi
menangis lagi
2. TTV normal benar. skala nyeri untuk
N : 130 x/ menit 3. Kaji skala
tindakan
S :36- 37,5 C nyeri dan
RR : 30-40 x/mnt selanjutnya.
TTV. 4. Untuk
4. Kolaborasi
mengurangi nyeri
dengan tim
yang dirasakan
medis dalam
pasien.
pemberian
obat
analgetik

Sabtu 2 Setelah dilakukan 1. Bina 1. Mempermudah


,17 asuhan keperawatan hubungan intervensi
Febru selama 1 x24 jam saling selanjutnya
2. Mengurangi
ary diharapkan masalah percaya
2. Libatkan kecemasan
2017 cemas dapat teratasi
3. Dengan tidakan
semua
dengan kriteria hasil :
1. Ekspresi wajah anggota oprasi penyakit
ceria. keluarga bisa
2. Klien mengatakan 3. Jelaskan
disembuhkan.
tidak cemas bahwa
penyakit bisa
disembuhkan
E) Implementasi

Hari/ Jam No Tindakan Evaluasi formatif Ttd


Dx Keperawatan
Tgl

Sabtu ,17 Pukul 1 Memberikan DS : -


February 11.00 posisi supinasi
DO : pasien masih
2017 WITA
menangis

Pukul 2 membina DS : keluarga pasien


11.00 hubungan saling mengatakan masih
WITA percaya cemas karena
anaknya terus
menangis

DO : keluarga pasien
tampak cemas

Pukul 1 Melakukan DS : -
teknik pijat bayi
12.30 DO : Pasien tampak
dengan benar.
WITA cemas dan takut

Pukul 2 Melibatkan DS : -
12.30 semua anggota
DO : keluarga Pasien
keluarga
WITA tampak koperatif

Pukul 1 Mengkaji skala DS : -


nyeri dan
14.00 DO :
melakukan
WITA pemeriksaan ttv N : 120 x/ menit

S: 37,8 C
RR : 32 x /menit

Skala nyeri : 7

Pukul 2 Menjelaskan DS : keluarga pasien


14.00 bahwa penyakit mengatakan
bisa disembuhkan mengerti tentang
WITA
penyakit yang
dijelaskan

DO : keluarga pasien
terlihat lega
mengetahui penyakit
anaknya bisa
disembuhkan

Pukul 1 Kolaborasi DS : -
dengan tim medis
15.00 DO : antalgin 150
dalam pemberian
mg
WITA obat analgetik

Minggu, Pukul 1 Memberikan DS : -


18 posisi supinasi
11.30 DO : pasien
February
terkadang menangis
2018 WITA

Pukul 2 Membina DS : keluarga pasien


hubungan saling mengatakan masih
11.30
percaya cemas karena
WITA anaknya terkadang
masih menangis

DO : keluarga pasien
tampak cemas

Pukul 1 Melakukan teknik DS : -


pijat bayi dengan
13.00 benar. ( baby DO : Pasien sudah
massage) mau menerima
WITA
kehadiran perawat

Pukul 2 Melibatkan DS : -
semua anggota
13.00 DO : keluarga Pasien
keluarga
tampak koperatif
WITA

Pukul 1 Mengkaji skala DS : -


nyeri dan
15.00 DO :
melakukan
WITA pemeriksaan ttv N : 123 x/ menit

S: 37,5 C

RR : 32 x /menit

Skala nyeri : 5

Pukul 2 Menjelaskan DS : keluarga pasien


bahwa penyakit mengatakan
15.00
bisa disembuhkan mengerti tentang
WITA penyakit yang
dijelaskan

DO : keluarga pasien
terlihat lega
mengetahui penyakit
anaknya bisa
disembuhkan

Pukul 1 Kolaborasi DS : -
dengan tim medis
16.00 DO : antalgin 150
dalam pemberian
WITA mg
obat analgetik
Senin , Pukul 1 Memberikan DS : -
19 posisi supinasi
08.00 DO : pasien sudah
February
tidak menangis lagi
2018 WITA

Pukul 1 Melakukan teknik DS : -


09.00 pijat bayi dengan
DO : Pasien tampak
WITA benar. ( baby
senang diberikan
massage)
pijat refleksi

Pukul 1 Mengkaji skala DS : -


11.00 nyeri dan
DO :
WITA melakukan
pemeriksaan ttv N : 125 x/ menit

S: 37,3 C

RR : 35 x /menit

Skala nyeri : 3

Pukul 1 Kolaborasi DS : -
15.00 dengan tim medis
DO : antalgin 150
WITA dalam pemberian
mg
obat analgetik
F) EVALUASI

No Hari/Tgl Jam No Evaluasi Ttd


Dx

1. Senin , Pukul 1 S : Keluarga pasien mengatakan


19 11.00 anaknya sudah tidak menangis
February lagi.
WITA O : - anak tampak tidak menangis
2018
lagi
- Tanda –tanda vital pasien
normal :
S : 37,3 C
N : 125 X/menit
RR: 35 x/ menit
-Skala nyeri : 3
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi

2 Senin , Pukul 2 S : Keluarga pasien mengatakan


19 11.00 cemasnya sudah berkurang
February karena anaknya sudah tidak
WITA
2018 menangis lagi.
O : - anak tampak tidak menangis
lagi
- Tanda –tanda vital pasien
normal :
S : 37,3 C
N : 125 X/menit
RR: 35 x/ menit
-Skala nyeri : 3
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada
arkus pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf
dari kanalis spinalis pada perkembangan awal dari embrio. Penyebab dari
spina bifida belum diketahui secara pasti,tetapi diduga akibat faktor genetik
dan kekurangan asam folat pada masa kehamilan. Gejala bervariasi
tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf
yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi
oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio.
Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin
hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior
vertebra pada daerah lumosakral.

B. SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk
semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan
pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. BPS – BKKBN – Depkes . Jakarta:SDKI 2012.
NANDA. (2006).Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi2015-2017.
Edisi ke-10. Jakarta : EGC
Rasjad Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Edisi ketiga. Yarsif
Watampore. Jakarta,; 355-357
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai