Di susun oleh :
Mega Meilia 1178020136
Mohammad Guntur Guntur 1178020141
Mutia Aprilianti Nur Azizah 1178020165
Dede Irfan Maulana Yusuf 1178020262
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji serta Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang mana atas
segala rahmat, berkat serta karunia-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa sholawat
serta salam kami panjatkan kepada Nabi kita, Nabi besar, Nabi penutup segala Nabi yakni
Muhammad Shallahu’alaihi Wassallam.
Makalah ini yang berjudul “KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI”
bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Teori Perilaku Organisasi, selain dari itu
juga makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan serta meningkatkan keilmuan
mengenai perilaku dalam berorganisasi khususnya mengenai Kekuasaan dan Politik.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam segala
bentuk baik itu dalam bentuk materi ataupun moril. Terutama kami sangat berterima kasih
sekali kepada dosen pengampu mata kuliah Teori Perilaku Organisasi yakni Ibu Meli Fauziah,
S,Pd., M.E yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat lebih berfikir kritis, logis,
dan sistematis terhadap keilmuan mengenai perilaku dalam berorganisasi khususnya mengenai
Kekuasaan dan Politik.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-
kesalahan, kami sadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan supaya kami dapat
memperbaikinya dikemudian hari.
penyusun
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan
2. macam-macam landasan kekuasaan
3. Apa saja taktik kekuasaan ?
4. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi ?
5. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organsasi ?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah maklah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui pengertian kekuasaan
2. Dapat mengetahui landasan kekuasaan
3. Apa saja taktik kekuasaan
4. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (Power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.
Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Ada juga Definisi Kekuasaan dalam Organisasi menurut para ahli:
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imabalan, atau
dari wewenang formal.
1. Kekuasaan Koersif (Coercive Power)
Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang memberikan
reaksinya terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat negatif yang
mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman
aplikasi, sanksi fisik, yang menimbulkan rasa sakit, menimbulakan frustrasi melalui
pembataasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologis atau
keamanan.
3. Kekuasaan Legitimasi
Dalam kelompok atau organisasi formal, barangkali akses yang paling mudah ditemui pada
satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang. Hal ini disebut
kekuasaan legitimasi (legitimate power). Kekuasaan ini melambangkan kewenangan formal
utnuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi.
Posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan. Namun,
kekuasaan legitmasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan memberikan imbalan.
Secara spesifik, kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-
anggota dalam sebuah organisasi. Ketika kepala sekolah, presiden bank, atau kapten tentara
berbicara (dengan asumsi arahan mereka dipandan ada dalam wewenang jabatan mereka), para
guru, teller, dan letnan satu akan mendengarkan dan, biasanya, mematuhinya.
b. Kekuasaan Pribadi
Merupakan kekuasaan yang berasal dari karakteristik individual mereka yang unik
terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan karena keahlian dan kekuasaan rujukan.
1. Kekuasaan karena Keahlian (Expert Power)
Kekuasaan karena keahlian (expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian,
keterampilan khusus, atau pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh
yang paling kuat karean dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi. Karena pekerjaan
semakin terspesialiasi, kita menjadi semakin bergantung kepada para ahli untuk mencapai
tujuan. Jadi, meskipun secara umum diakui bahwa dokter memiliki keahlian dan dengan
memiliki kekuasaan sebagai ahli sebagian besar diantara kita mengikuti saran-saran yang
diberikan oleh dokter kita Anda juga harus mengakui bahwa para spesialis bidang komputer,
akuntan pajak, ahli ekonomi, mengakui bahwa para spesialis bidang komputer, akuntan pajak,
ahli ekonomi, psikolog industri,dan spesialis – spesialis lain mampu menjalankan kekuasaan
sebagai hasil dari keahlian mereka.
C. Taktik Kekuasaan
Taktik kekuasaan adalah cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan ke dalam
tindakan-tindakan tertentu. Dibagian ini kita akan meninjau kembali pilihan-pilihan taktik yang
populer dan berbagai kondisi yang mungkin lebih efektif dibanding yang lain. Penelitian telah
mengidentifikasi sembilan macam taktik pengaruh, yaitu :
1. Legitimasi
Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa sebuah permintaan
selarasdengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
2. Persuasi rasional
Menyajikan a’rgumen-argumen yang logis dan berbagai bukti faktual untuk memperluhatkan
bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
3. Seruan inspirasional
Mengembangkan komitmen emosinal dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan,
dan aspirasi sebuah sasaran.
4. Konsultasi
Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara
melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akan di jalankan.
5. Tukar pendapat
Memberikan imbalan kepada terget atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai
ganti karena mau menaati suatu permintaan.
6. Seruan pribadi
Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
7. Menyenangkan orang lain
Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat permintaan.
8. Tekanan
Yaitu dengan cara Menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
9. Koalisi
Meminta bantuan orng lain untuk membujuk sasaran (target) atau mengguanakan dukungan
orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.
Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain. Secara khusus
bukti menunjukan bahwa persuasi nasional, seruan inspirasional dan konsultasi cenderung
menjadi cara yang paling efektif. Sebaliknya tekanan lebih sering menjadi bumerang dan paling
tidak efektif diantara kesembilan taktik itu. Anda juga dapat meningkatkan kemungkinan
keberhasilan anda dengan cara menerapkan lebih dari satu jenis taktik pada saat yang
bersamaan atau secara berurutan, sepanjang pilihan-pilihan taktik anda itu selaras. Sebagai
contoh menggunakan taktik yang menyenangkan orang lain ataupun legitimasi dapat
meminimalkan reaksi negatif yang mungkin timbul akibat “didikte” oleh atasan.
Faktor-faktor Individu :
1. Kemampuan merefleksi diri yang baik
2. Pusat Kendali Internal
3. Kepribadian yang lincah
4. Investasi Organisasi
5. Alternatif pekerjaan lain
6. Harapan akan kesuksesan
b. Faktor Organisasi
Kegiatan politik kiranya leih merupakan fungsi karakteristik organisasi ketimbang
fungsi variabel perbedaan individu. Mengapa?karena tidak sedikit organisasi memiliki banyak
karyawan dengan karakter-karakter individu yang kita sebut sebelumnya , namun kadar
perilaku politiknya sangat beragam.
Tanpa menafikan peran yang mungkin dijalankan oleh perbedan-perbedaan individual
dalam menumbuh kembangkan proses politisasi, bukti menunjukkan bahwa situasi dan kultur
tertentulah yang lebih mendukung politik. Secara lebih khuus, jika sumber daya sebuah
organisasi berkurang, ketika pola sumber daya yang ada berubah dan ketika muncul
kesempatan untuk promosi, politisasi lebih dimungkinkan untuk muncul permukaan. Selain it
kultur yang tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah, ambiguitas peran, sistem evaluasi
kinerja yang tidak jelas, praktik alokasi imalan zero-sum (perolehan hangus karena kurang
memuaskan), pengambilan keputusan secara demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan
manajer-manajer senior yang egois menciptakan lahan pembiakan yang subur bagi politisasi.
Ketika organisasi melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi, pengurangan
sumber daya harus dilakukan. Terancam kehilangan sumber daya, orang bisa terlibat dalam
tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi perubahan
apapun,khususnya yang mengimplikasikan realokasi sumber daya dalam organisasi secara
signifikan, berkemungkinan merangsang timbulnya konflik dan meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi sebagai salah satu tindakan paling politis dalam organisasi. Peluang
promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing mendapatkan sumber daya yang
terbatas dan mencoba secara positif mempengaruhi hasi; keputusan.
Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi, semakin tinggi tingkat perilaku
politik dan semakin mungkin perilaku politik itu akan tidak sah. Karenanya, tingkat
kepercayaan yang tinggi secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan secara khusus
akan menghambat tindakan politik yang tidak sah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekuasaan (Power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.
Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imabalan, atau
dari wewenang formal. Sedangkan kekuasaan pribadi merupakan kekuasaan yang berasal dari
karakteristik individual mereka yang unik terdapat dua basis kekuatan Pribadi, yaitu kekuasaan
karena keahlian dan kekuasaan rujukan.
Taktik Kekuasaan merupakan cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan kedalam
tindakan-tindakan tertentu. Terdapat Sembilan taktik pengaruh diantaranya legitimasi, persuasi
rasional, seruan inspirasional, konsultasi, tukar pendapat, seruan pribadi, menyenangkan orang
lain, tekanan, dan koalisi.
Ketergantungan akan meningkat manakala sumber-sumber daya yang dikendalikan itu
penting, langka, dan tidak tergantikan. Koalisi merupakan suatu kelompok informal yang diikat
bersama dengan sebuah isu yang diperjuangkan bersama. Koalisi yang berhasil terdiri atas
anggota-anggota yang sifatnya cair dan bisa berbentuk secara cepat, menjangkau isu yang
menjadi sasaran mereka, dan cepat pula bubarnya.
Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak dipandang sebagai bagian dari peran
formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha memengaruhi,
distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan faktor organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Organizational
Behavior, Buku 2 Edisi 12. (hal. 128-161). Jakarta : Salemba Empat.
Gilbert W. Fairholm, Organizational Power Politics: Tactics in Organizational Leadership,
2nd
Edition (Santa Barbara: Praeger, 2009) , p.5.