Anda di halaman 1dari 83

a

s
k

p
Classic


 Beranda
1.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M DENGAN

GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULAR

HIPERTENSI DI RUANG MENGKUDU

RSU Dr. RM. DJOELHAM

KOTA BINJAI

DI

S
U

OLEH :

1. Deni ariansyah

2. Chairul saleh

AKADEMI KEPERAWATAN SEHAT BINJAI

T.A 2011-2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segalanya berkat limpahan
rahmatnya yang mana telah memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovascular
Hipertensi di Ruang Mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham Binjai”.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi
penulisan, isi dan juga penggunaan tata bahasa yang baik dalam penulisan laporan ilmiah ini.
Penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik dalam bantuan moril maupun
materil, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Bapak H. Hasan Basri Nasution,SKM,M.Kes selaku Ketua Yayasan Akademi Keperawatan


Sehat Binjai
2. Bapak Ilham Syahputra Siregar,S.Kep selaku Direktur Akademi Keperawatan Sehat Binjai
3. Bapak Dr.Mahim M.S Siregar Mars selaku Direktur RSUD RM Djoelham Kota Binjai
4. Ibu Tukinem AMK selaku Kepala Ruangan Mengkudu yang banyak membantu dalam proses
penyelesaian laporan kasus ini
5. Ibu Rahayu Kumala Dewi,S.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah member pengarahan
dalam menyusun laporan kasus ini
6. Para staff dosen Akademi Keperawatan Sehat Binjai
7. Kepada orang tua tercinta yang telah member dukungan baik itu moril maupun materil, serta
selalu mendoakan penulisa dalam menjalankan pendidikan di Akademi Keperawatan Sehat
Binjai
8. Rekan mahasiswa/i Akper Sehat Binjai atas motivasi serta saran dan kritik sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Akhir dengan rendah hati dan hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga
laporan karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya,
semoga Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua. Amiin

Binjai, April 2012

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :................................................................................................................ PENDAHUL
UAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Ruang Lingkup Masalah
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan
Umum
1.3.2. Tujuan
Khusus
1.4.
Metode Penulisan

BAB II :................................................................................................................ TINJAUAN


TEORITIS
2.1. ............................................................................................................................ Hipertensi
2.1.1. . Defenisi
2.1.2. Anatomi Fisiologi
2.1.3. . Etiologi
2.1.4. . Patofisiologi
2.1.5. . Tanda dan gejala
2.1.6. . Komplikasi
2.1.7. . Penatalaksanaan
2.1.8. Pencegahan
2.1.9. Pengobatan
2.1.10. Pemeriksaan penunjang......................................................................

2.2. ............................................................................................................................ Asuhan


Keperawatan
2.2.1. . Pengertian
2.2.2. . Diagnosa keperawatan
2.2.3. . Intervensi
2.2.4. . Implementasi
2.2.5... Evaluasi

BAB III ................................................................................................................. : TINJA


UAN KASUS
3.1. .... Pengkajian
3.1.1... Identitas pasien
................................................................................................................................... 3.1.2. Keluha
n utama pasien
................................................................................................................................... 3.1.3 Riway
at kesehatan sekarang
................................................................................................................................... 3.1.4 Riway
at kesehatan dahulu
................................................................................................................................... 3.1.5 Riway
at kesehatan keluarga
................................................................................................................................... 3.1.6. Riway
at / keadaan psikososial
................................................................................................................................... 3.1.7. Pemeri
ksaan fisik
................................................................................................................................... 3.1.8. Pengka
jian pola fungsional
................................................................................................................................... 3.1.9 Data
penunjang
................................................................................................................................... 3.1.10 Analis
a data
................................................................................................................................... 3.1.11 Diagno
sa keperawatan

BAB IV :................................................................................................................ PEMBAHAS


AN
4.1. ............................................................................................................................ Pengkajian
4.2. ............................................................................................................................ Diagnosa
keperawatan
4.3.............................................................................................................................. Perencanaan
4.4.............................................................................................................................. Pelaksanaan
4.5.............................................................................................................................. Evaluasi

BAB V :................................................................................................................ KESIMPULA


N DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Negara industri hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan utama. Di

Indonesia Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu diperbaikan oleh dokter yang

bekerja pada kesehatan primer, karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka

panjang yang di timbulkannya. Berdasrkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :

Hipertensi primer, yang tidak di ketahui penyebabnya atau diopatik, Hipertensi sekunder yaitu

hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

(Suyono, 2001, h 453)

Di Indonesia banyak penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4%,

yang merupaka hipertensi terkontrol. Privalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya

tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi

hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90%

merupakan hipertensi esensial. Hasil peneltian dari MONICA (multinational monitoring

kardiovascular diseases), angka kejadian di Indonesia berkisar 2-18% diberbagai daerah, jadi di

Indonesia saat ini kira-kira terdapat 20 juta orang penderita hipertensi.


(Weblog, ririns)
Perjalanan penyakit hipertensi sangatlah perlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak

menunjukan gejala selama bertahun-tahun, masa laten ini menyelubungi perkembangan

penyakit, sampai terjadi kerusakan organ yang penting. Bila terdapat gejala maka biasanya

bersifat non-spesifik. Misalnya sakit kepala atau pusing, apabila hipertensi tetap tidak diketahui

dan tidak dirawat mengakibatkan kelemahan karena stroke atau gagal ginjal mekanis.
(Sylvia Anderson, 2006 : h 583)

Penyakit jantung hipertensi ditegakan bila dapat dideteksi hipertrofi ventrikel kiri sebagai

akibat langsung dari peningkatan bertahap tahanan pembuluh ferifer dan beban aktif ventrikel

kiri. Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan lamanya peningkatan

diastolik. Pengaruh faktor genetik disini lebih jelas.

(Mansjoer, 2001 : h 441)

Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia 30 tahun atau 40 tahun.

Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa dimulai lebih awal. Pada tahap awal,
tekanannya mungkin naik secara berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika

mengendarai mobil jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya

mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada kasus-kasus seperti ini

kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita

menyebutnya “hipertensi perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,

penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa memiliki berbagai bentuk.

Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit mengetahui orang-orang muda dengan

tekanan darah yang sangat tinggi, dari 200/120 samapi 250-140.

(Hans p. wolf. 2006 : h 63)

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi

diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) angka yang lebih rendah diperoleh pada saat

jantung berelaksasi (diastolik) tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg di defenisikan sebagai

“normal” pada tekanan darah tinggi bisanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau keatas, diukur kedua lengan

iga dalam jangka beberapa minggu.

(weblog, Wikipedia-indonesia/)

1.2 Ruang lingkup

Dalam penulisan kasus ini penulisa akan mengambil kasus yaitu “Asuhan Keperawatan

pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Kardiovascular Hipertensi di Ruang Mengkudu” di RSUD

DR.RM Djoelham Kota Binjai.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk menerapkan dan mengetahui gambaran Asuan Keperawatan pada Tn.M dengan

Gangguan Sistem Kardiovasculer Hipertensi di ruang Mengkudu RSUD Dr. RM Djoelham kota

binjai.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada Tn.M dengan gangguan sistem

Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai

b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer

Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai

c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem

Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai

d. Mampu melaksanakan pelaksanaan keperawatan pada Tn.M dengan gangguan sistem

Kardiovasculer Hipertensi di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai


e. Mampu melaksanakan evaluasi pada Tn.M dengan gangguan sistem Kardiovasculer Hipertensi

di ruang mengkudu RSUD Dr.RM Djoelham kota Binjai.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam penulisan Karya Ilmiah ini adalah metode kognitif

yang metode ilmiah yang bersifat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan metode

deskriptif yang memaparkan pokok masalah yaitu dengan cara :

a. Study kepustakaan

Yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang mengacu dan berhubungan dengan

pembahasan yang dibahas pada kardiovascular hipertensi

b. Study kasus

Yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung atau melaksanakan asuhan keperawatan

langsung pada pasien melalui wawancara, observasi langsung dan dokumentasi.


- Wawancara

Yaitu melakukan wawancara langsung pada pasien maupun pada kelurga pasien dan juga

perawat yang ada diruangan tersebut untuk memperoleh keterangan yang jelas, baik subjektif

maupun objektif.

- Dokumentasi

Yaitu penulisan memperoleh data dari status pasien dan medical record.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi
Imu pengobatan mendefinisikan hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (yaitu

meningkat secara berlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah arteri sistolik yang bisa

disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak peduli apa penyebabnya, mengikuti suau pola yang

khas. (Wolff.2006 : h 62)

Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi

“ringan” dan “sedang” gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit

kardiovaskular. (Anderson : 2006. h 582)

Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah seseorang berada

pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang

menggangu tubuh penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan

memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2002. h 17)


Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan

tekanan darah secara kronis (dalam jangka lama) penderita yang mempunyai sekurang-

kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan

mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah tinggi adalah salah satu resiko untuk stroke,

serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. (weblog,

wikipedia indonesia)

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem peredaran darah manusia terdiri atas jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe.

Jantung merupakan organ penting yang memompa darah dan memelihara peredaran melalui

saluran tubuh.

Arteri membawa darah dari jantung

Vena membawa dara ke jantung

Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang diantaranya dan merupakan jalan lalu

lintas antara makanan dan bahan buangan. Disini juga terjadi pertukaran gas dalam cairan ekstra
seluler atau intershil. Saluran limfe mengumpulkan, menggiring dan menyalurkan kembali ke

dalam limfenya yang dikeluarkan melalui dinaing kapiler halus untuk membersihkan jaringan.

Saluran limfe ini juga dapat dianggap menjadi bagian sistem peredaran.

Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar

jantung. Denyut ini mudah diraba ditempat arteri temporalis diatas tulang temporal atau arteri

dorsalis pedis di belokan mata kaki. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-

beda, dipengaruhi penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai

dengan siklus jantung jumlah denyut jantung 70 berarti siklus jantung 70 kali per menit.

Kecepatan normal denyut nadi per menit :

Pada bayi yang baru lahir

Selama tahun pertama

Selama tahun kedua

Pada umur 5 tahun


Pada umur 10 tahun

Pada orang dewasa


(Pearce. 2009 : h 151)

Tekanan Darah

Tekanan darah sangat penting dalam sirkulasi darah dan selalu diperlukan untuk daya

dorong yang mengalirkan darah didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga darah

didalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap.

Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah dari pembuluh vena ke

pembuluh arteri. Pada sirkulasi tertutup aktivitas pompa jantug berlangsung dengan cara

mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan perubahan tekanan darah dan

sirkulasi darah. Pada tekanan darah didalam arteri kenaikan arteri pada puncaknya sekitar 120

mmHg tekanan ini disebut tekanan stroke. Kenaikan ini menyebabkan aorta mengalami distensi

sehingga tekanan didalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung
menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan tekanan

diastole.

Kecepatan Tekanan

Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah

dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler,

dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler. Faktor lain yang membantu

aliran darah kejantung maupun gerakan otot kerangka mengeluarkan tekanan diatas vena,

gerakkan yang dihasilkan pernafasan dengan naik turunnya diafragma yang bekerja sebagai

pemopa, isapan yang dikeluarkan oleh atrium yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari

vena dan tekanan darah arterial mendorong darah maju. Perubahan tekanan nadi pengaruhi oleh

faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya pengaruh usia dan penyakit arteriosklerosis.

Pada keadaan arteriosklorosis, olasitias pembuluh darah kurang bahkan menghilang sama sekali,

sehingga tekanan nadi meningkat.


Kecepatan aliran darah dibagian tengah dan pada bagian tepi (ferifer) yang dekat dengan

permukaan bagian dalam dinding arteri adalah sama, aliran bersifat sejajar yang konsentris

dengan arah yang sama jika dijumpai suatu aliran darah dalam arteri yang mengarah kesegala

jurusan sehingga memberikan gambaran aliran yang yang tidak lancer. Keadaan dapat terjadi

pada darah yang mengatur melalui bagian pembuluh darah yang mengalami sumbatan atau

vasokonstriksi. (Drs_H.Syaifuddin. 2006 : h 130)

2.1.3 Etiologi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan penanggulangan yang

baik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi seperti umur, obesitas,

asupan garam yang tinggi adanya riwayat hipertensi dalam keluarga.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga

hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus banyak faktor yang mempengaruhi seperti

genetik, lingkungan hiperaktivitas susunan saraf simpatis. Dalam defekekstesi Na peningkatan


Na dan Ca intra selular dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,

merokok, serta polisitemia.

2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya

diketahui seperti penggunaan esterogen, penyakit ginjal. Hipertensi vascular renal dan hipertensi

yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Manjoer. 2001 : h 518)

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kalenjar adrenal

yang menghasilkan hormone edinefrin (adrenalim) atau noredinefrin (noradrenalin) kegemukan

(obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas), stress, alkohol, atau garam dalam makanan bisa

memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang memiliki kenaikan yang diturunkan stress

cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika stress berlalu,

maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. (Weblog, Wikipedia indonesia)

2.1.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah difusi (konsentik). Pada

masa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit

berlanjut terus, hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah

koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan volume jantung akibat

peningkatan volume diastolik akhir adalah khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini

diperlihatkan sebagai penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)

penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan konsumsi oksigen ke otot

jantung serta penurunan efek-efek mekanik pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn

penyakit dalam jantung koroner.

Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan pembumluh darah koroner juga

meningkat sehingga cadangan aliran darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi

koroner pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung.

Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot polar dalam resitensi seluruh badan.

Kemudian terjadi valensi garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance pembuluh ini

dan meningkatnya tahanan perifer.

2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan kapiler per unit otot jantung bila

timbul hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini

Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi akibat penyakit meskipun

tampak sebagai penyebab patologis yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.

(Arif Manjoer. 2001 : h 441)

2.1.5 Tanda dan Gejala

Pemeriksaan yang paling sederhana adalah palpasi hipertensi karateristik lama, untuk

bertambah bila terjadi dibatasi ventrikel kiri iktusikordis bergerak kiri bawah, pada kultasi Pasien
dengan hipertensi konsentri dapat ditemukan 5 bila sudah terjadi jantung didapatkan tanda-tanda

rusiensi mitra velature. (Arif Mansjoer. 2001 : h 442)

Pada stadium ini hipertensi, tampak tanda-tanda rangsangan sipatis yang diakibatkan

peningkatan aktivitas system neohormonal disertai hipertomia pada stadium, selanjutnya

mekanisme kopensasi pada otot jantung berupa hiperpeuti. (Arir Mansjoer. 2001 : h 442)

Gambaran klinis seperti sakit kepala adalah serta gejala gangguan fungsi distolik dan

peningkatan tekanan pengsien ventrikel walaupun fungsi distolik masih normal, bila berkembang

terus terjadi hipertensi eksentri dan akhirnya menjadi dilarasi ventrikel kemudian gejal banyak

datang. Stadium ini kadang kala disertai dengan sirkulasi ada cadangan aliran darah ovoner dan

makin membentuk kelaianan fungsi mekanik/pompa jantung yang selektif. (Mansjor, 2001 : h

442)

2.1.6 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain masa berupa pendarahan

vetria, bahkan gangguan pada penglihatan sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah

otak. (Arif Mansjoer, 2001)

2.1.7 Penatalaksanaan

Pengbobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi normal, pengobatan

jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular

dan menurunkan faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.

Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis yaitu : menurunkan

isi cairan intravascular dan non darah dengan neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf

simpatis dan respon kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat vasediator.

(Arif Manjoer, 2001)


2.1.8 Pencegahan

1. Berhenti merokok secara total dan tidak mengkonsumsi alkohol

2. Melakukan antisipasi fisik secara teratur atau berolaraga secara teratur dapat mengurangi

ketegangan pikiran (strees) membantu menurunkan berat badan, dapat membakar lemak yang

berlebihan.

3. Diet rendah garam atau makanan, kegemukan (kelebihan berat badan harus segera di kurangi)

4. Latihan ohlaraga yang dapat seperti senam aerobic, jalan cepat, dan bersepeda paling sedikit 7

kali dalam seminggu.

5. Memperbanyak minum air putih, minum 8- 10 gelas/ hari.

6. Memeriksakan tekanan darah secara normal / berkala terutama bagi seseorabg yang memiliki

riwayat penderita hipertensi.

7. Menjalani gaya hidup yang wajar mempelejari cara yang tepat untuk mengendalikan stress.
(Bambang Sadewo, 2004)

2.1.9 Pengobatan

Jenis-jenis pengobatan

1. Arti hipertensi non Farmokologis

Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural cammitoe dictation evalution

treatmori of high blood preasure

a. Tumpukan berat badan obesitas

b. Konsumsi garam dapur

c. Kurangi alkohol

d. Menghentikan merokok

e. Olaraga teratur

f. Diet rendah lemak penuh

g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah


2. Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin volume input

b. Penyakit beta (B.Blocker)

c. Antoganis kalsium

d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)

e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)

f. Obat penyekar ben

g. Vasodilatov

(Arif Mansjoer, 2001, 522)

3. Perubahan gaya hidup

Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan

berbagai penyakit digeneratif lainnya.

 Mengkurangi konsumsi garam


 Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik

 Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih menggunakan tangga dari pada limfa

 Menghentikan kebiasaan merokok

 Menjaga kestabilan BB

Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman angka sebagai salah satu upayahnya.

2.1.10 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan

menentukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya

diperiksa unaralis darah perifer lengkap kemih darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa, kolestrol total, kolestrol HDI, dan EKG).

Sebagai tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin protein urine

24 jam, asam urat, kolestrol LDL, TSH dan ekokardiografi.

(Mansjoer Arif,2000 : 49)


2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek

keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang

memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional dan ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan klien.
(Iyert el, al, 1996)

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan

pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien guna mengetahui berbagai

permasalahan yang ada.


(Aziz Alimul. 2009 : h 85)

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al (2001) adalah

1. Aktivitas istirahat

Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup


Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit

screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.

Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis

- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak)

- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis

- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat

- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia

- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi

vertical kiri).

3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau jarah kronis (dapat

mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan

dengan pekerjaan.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian, tangisan yang meledak, gerak

tangan empeti otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan

mengelam peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi

kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna

diuretik.

Tanda : - Berat badan normal atau obesitas

- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)

- Kongestiva

- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).

6. Neurosensori

Gejala : - Keluhan pening/pusing

- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam)

- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh

- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis

Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara, efek, proses fikir atau memori.

7. Nyeri/Ketidak nyamanan

Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)

- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi

- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya

- Nyeri abdomen / massa

8. Pernapasan

Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja

- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum

Tanda : - Distres respirasi

- Bunyi nafas tambahan

- Sianosis
9. Keamanan

Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan

- Hipotesia pastural

Tanda : - Frekuensi jantung meningkat

- Perubahan trauma jantung (takipnea)

10. Pembelajaran/Penyebab

Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung, DM

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau

masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. (Aziz Alimul, 2009 : h 92)


Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial. Sebagai

dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan

kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana menurut

Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan

gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan

pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,

vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan

gejala yang menetapkan diagnosis aktual

2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d

melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat

bangun dan hilang secara spontan setelah beberapa waktu


3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang kelebihan atau

kelemahan

4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan

kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh

5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional, perubahan hidup

beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan

b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, meminta informasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan

untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi masalah pasien.

(Aziz Alimul. 2009 : h 106)

Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut dongoes et al (2000)

adalah :
Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan afterload,

vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan

gejala yang menetapkan diagnosis actual.

Intervensi :

 Pantau TD

 Catat keberadaan

 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan

 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi

 Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang

masalah kaskuler
 Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan kongesti vena)

 Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik

 Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin keterkaitan

dengan kosokentreksi atau mencerminkan kekomposisi/penurunan curah jantung

 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler

 Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan relaksasi

 Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan perjalanan penyakit hipertensi

 Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang sehingga tak

menurunkan TD

 Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan obat dalam jumlah

penting sedikit dan dosis paling rendah.

Diagnosa Keperawatan II
Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d melaporkan

tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan

hilang secara spontan setelah beberapa waktu.

Intervensi :

 Kaji respon pasien terhadap aktivitas

 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

 Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

 Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu keseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

 Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III


Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau

kelemahan.

Intervensi :

 Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan gula

sesuai indikasi

 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

 Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet


Rasionalisasi :

 Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi

 Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat / memblok

respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komlikasinya

 Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala adanya peningkatan

tekanan vaskuler serebral

 Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala


 Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf simfatis

 Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan dengan kebutuhan

merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :

 Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

 Saraf laporan gangguan tidur

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan startegi untuk

mengatasinya

 Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :
 Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena disproporsi antara

kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa tubuh

 Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan kegemukan yang

merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya

 Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus berkeinginan untuk

menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil

 Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan individu untuk

penyesuaian / penyuluhan

 Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara teori dapat menurunkan

BB 0,5 kg/hari

 Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien telah/dapat mengontrol

perubahan

 Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis

 Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Diagnosa V
Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional, perubahan hidup

beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan.

Intervensi :

 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

 Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal

 Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular

 Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

 Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi hipertensi klanik

menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari

 Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator yang ditekan dan

diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik


 Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap pandangan pasien tentang

apa yang diinginkan

 Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk menghindari rasa yang tidak

menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana pengobatan b/d

pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima informasi

Intervensi :

 Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan

perjanjian tindak lanjut

 Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional


 Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

 Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan kontinyu, maka

perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan

 Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan pasien

melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat

 Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit

kardiovaskular

 Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan peningkatan frekwensi

jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja

miokardium.

(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategis

keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz Alimuml. 2001 : h 11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan

dan mempasilitas koping perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan

baik. Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih

tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

Diagnosa keperawatan I :
 Memantau TD

 Mencatat keberadaan

 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

 Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan lingkungan

 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

 Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

 Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

 Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

 Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam dan

gula sesuai indikasi


 Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

 Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

 Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

 Mencatat laporan gangguan tidur

 Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan strategi untuk

mengatasinya

 Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

 Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

 Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

 Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler

 Membahas pentingnya menghentikan merokok


Diagnosa keperawatan VI :
 Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan

perjanjian tindak lanjut

 Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

 Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana

tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul. 2009 : hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan:

1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk

mencapai tujuan)
(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

Diagnosa I

 Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung

 Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima

 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Diagnosa II

 Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

 Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

 Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III
 Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol

 Mengungkan metode yang memberikan pengurangan

 Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

 Menunjukkan perubahan pola makan

 Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

 Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya

 Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

 Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen


 Mempertahankan Td dalam perimeter normal

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas Pasien

a. Identitas Pengkajian

Nama : Tn.M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

Tanggal Masuk : 16 April 2012

No.Register : 06-46-47

Ruangan/Kamar : Mengkudu (K2B2)

Golongan Darah : O

Tanggal Pengkajian : 17 April 2012

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Keperawatan : Hipertensi

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn.D

Hubungan dengan Pasien : anak

Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun

Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

3.1.2 Keluhan Utama

Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit kepala

disertai leher terasa tegang dan kaku.

3.1.3 Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangn mengkudu dengan

keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien mengatakan

sulit beraktivitas.

3.1.4 Riwayat Masa Lalu

Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus yang

sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan


3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien adalah

faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga pernah

menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

3.1.6 Riwayat Keadaan Psikososial

Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien sangat

optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah SWT, pasien

memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.

Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Laki-laki exit (meninggal)

: Perempuan exit (meninggal)

: Tinggal satu rumah

: Hubungan / pertalian keluarga

: Penderita / pasien
Dari keterangan genogram diatas orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua

laki-laki pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien

meninggal karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10

jumlah saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai

beriku : anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut

meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah

pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum Dr.RM.Djoelham.

Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal karena penyakit stroke,

anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-laki, anak kesembilan laki-

laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini meninggal karena menderita penyakit

stroke.

Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah

menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu rumah

terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri pasien, kedua

orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal dikarenakan
menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum ada yang

meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.

3.1.7 Pemeriksaan Fisik

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 350c

Keadaan umum : Lemah

Penampilan : Pasien kurang rapi dan bersih

n : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan prevalensi 15) sadar sepenuhnya,

dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya

TB : 178 cm

BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk

3.1.8 Pengkajian Pola Fungsional

a. Kepala

Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe

b. Penglihatan

Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan slekta baik tidak dijumpai

c. Penciuman

Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan

d. Pendengaran

Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan dan

pendarahan

e. Mulut

Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan

f. Pernafasan
Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan

g. Jantung

Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya

dijumpai nyeri pada dada

h. Abdomen

Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar

i. Ekstremilasi

pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua

aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

j. Pola Kebiasaan

1. Nutrisi

Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang berlemak,

sedangkan makanan pantangan tidak ada.

Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi dengan

diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan lemak.
2. Eliminasi

BAB : Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek

Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek

BAK : Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari

Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3. Pola Istirahat

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,

Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasientidak bisa tidur

karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan pucat.

4. Pola Aktivitas

Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam

kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah sakit

tidak terlaksana optimal karena badrest


5. Personal Hygine

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala

bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6. Therapy

Infus RL : 20 gtt/i

Furosemide : 1 amp/12 jam

Amlodepine : 2 x 10 mg

Dulculax syrp :3x1

Cotrimoxazole : 3x4 80 mg

B.Laxadine : 3x1

Ludios : 2x1

Sohobion : 2x1

3.1.9 Data Penunjang


Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratoriun sebagai berikut :

Kimia Darah Hasil Normal

l 1,35 <1 Mg/dL

ek 0,59 <0,25 Mg/Dl

30,5 <37 U/I

38,4 <40 U/I

27,2 10-15 Mg/dL

im 1,08 0,6-11 Mg/dL

id 7,8 3,4-70 Mg/dL

erol total 129 <200 Mg/dL

ride 93 <150 Mg/dL

38 >55 Mg/dL

72 <150 Mg/dL

Gula Darah Hasil Normal


Puasa 75-115

2 Jam pp <120

dd random 92

serologi

3.1.10 Analisa Data

NO DATA PENYEBAB MASALAH


DS:
1 Pasien mengatakan kepala pusing, Peningkatan Gangguan rasa nyaman
dan leher terasa tegang. tekanan darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

DS:
2 Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
Ds
4 : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas

Do : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d


peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak

meringis kesakitan, kondisi badan lemah.

TD : 170/100 mmHg

Pols : 90 x/i

RR : 22 x/i

Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d


perubahan jenis diet d/d Makanan yang
di sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek
hospitalisasi d/d pasien tampak pucat,
mata cekung, tidur malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan aktivitas

pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

3.1.11 Diagnosa Keperawatan

Nama : Tn.M

Umur : 60 Tahun

Ruang : Mengkudu

No.Reg : 06-46-47

Tabel Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA
NO DATA TUJUAN
KEPERAWATAN INTERVE
DS:
1 Pasien mengatakan kepala Gangguan rasa nyaman nyeri b/d Nyeri dan Atur posisi
pusing, dan leher terasa tegang. peningkatan tekanan darah pusing hilang pasien
d/d pasien tampak meringis  Berikan istirah
DO: : Px tampak meringis kesakitan, kesakitan, kondisi badan cukup
kondisi badan lemah lemah.  Anjurkan pasie
TD : 170/100 mmHg TD : 170/100 mmHg menghindari mak
Pols : 90 x/i Pols : 90 x/i mengandung gara
RR : 22 x/i RR : 22 x/i  Kolaborasi deng
Temp : 370C Temp : 370C dalam pemberian

2DS: Pasien mengatakan tidak selera Gangguan pola nutrisi b/d Kebutuhan  Beri makan pas
makan perubahan jenis diet d/d nutrisi tapi sering
Makanan yang di sajikan terpenuhi  Beri makanan
DO: pasien tampak lemah, habis 1/3 porsi keadaan hangat
Makanan yang di sajikan habis 1/3  Beri makana
porsi berpariasi
 Beri penjelasan
manfaat makanan

3 DS: Pasien mengatakan susah Gangguan istirahat tidur b/d Istirahat tidur Beri pasien rua
tidur efek hospitalisasi d/d pasien pasien nyaman
tampak pucat, mata cekung, terpenuhi  Batasi jam
DO: pasien tampak pucat, mata tidur malam + 2 jam susah pasien ; pagi jam
cekung, tidur malam + 2 tidur siang Sore 16-17
jam pasien susah tidur siang Malam 19-21
 Batasi jumlah pen
 Hindari keributan
 Rapikan tempat ti
4Ds : pasien mengatakan kedua aktivitas pasien Bantu aktivitas pa
kakinya susah digerakkan terpenuhi  Beri posisi yan
Do : aktivitas paiens di bantu oleh Gangguan pola aktivitas b/d semi fowler
keluarga dan perawat  Dekatkan barang
dibutuhkan pasien
kelemahan fisik d/d pasien

tampak susah melakukan

aktivitas, semua aktivitas

dibantu oleh keluarga dan

perawat

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis temukan dalam

praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus di Rumah

Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada pembahasan ini penulis akan menguraikan

mulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

4.1 Pengkajian

Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh pengumpulan

data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak ditemukan kesulitan, karena

px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data dapat diperoleh dengan mudah.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka ditemukan 3 diagnosa

keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa

keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood vasoontriksi,

iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang

menetapkan diagnosa

2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d melaporkan tentang

nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada saat bangun tidur dan tulangn secara

spontan

3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan kelemahan

4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan kebutuhan

matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh

5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan hidup beragam d/d

menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang pengetahuan/daya ingat

d/d menyatakan masalah meminta informasi.


Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d


peningkatan tekanan darah d/d pasien tampak meringis
kesakitan, kondisi badan lemas.
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan


jenis diet d/d Makanan yang di sajikan
habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek
hospitalisasi d/d pasien tampak pucat,
mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang

4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan

perawat.
Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan teoritis yang tidak

terdapat pada tinjauan kasus

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa kontriksi, iskemia

intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis aktual.

Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap

curah jantung

2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk mengatasi atau meminta

bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena px mempunyai mekanisme koping yang

baik

3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak baik dijumpai pada

tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang diberikan oleh tim medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak ditemukan pada

tinjauan teoritis
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek
hospitalisasi d/d pasien tampak pucat,
mata cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang

4.3 Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnose keperawatan dalam rangka mengatasi permasalahan

yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan keperawatan agar asuhan keperawatan

yang diberikan dapat dilakasanakan lebih rasional dan benar-benar berkualitas sehingga

kebutuhan px dapat terpenuhi dengan optimal.

4.4 Pelaksanaan

Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada perencanaan yang

disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya

kerja sama yang baik antara penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya

fasilitas yang memadai.

4.5 Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan keluarga px, dokter

dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat diamati dengan jelas, disamping itu

px memberikan respon yang positif terhadap tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien hipertensi yang

dirawat di Rumah Sakit Umum DR.RM. Djoelham Kota Binjai. Selanjutnya penulis akan

menguraikan kesimpulan dan saran untuk menguraikan mutu asuahan keperawatan pada klien

dengan hiperetensi.

Kesimpulan

- Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan distolik > 90 mmHg

- Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai pada orang yang lanjut

usia

- Pada penerapan asuhan keperawatan pada kenyataannya hampir seluruhnya ada pada tinjauan

kasus

- Pada tahap evaluasi dan diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan

dalam proses penyembuhan.

5.2 Saran
- Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan terutama

perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa diperhatikan

- Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat, berharap px

agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan pelaksanaan dari tindakan yang

dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah

dimengerti

- Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan tindakan tersebut

- Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien, tim medis

dalam proses keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta

Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi

C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta

Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta

Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika, Jakarta.

Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI

p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER

Http://surabaya-ehealth.org/wiki/index.php hipertensi

Anda mungkin juga menyukai