Anda di halaman 1dari 13

1. Latar Belakang.

Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri dan minyak ini juga merupakan komoditi
yang menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir ini, minyak atsiri
mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru
menghasilkan sembilan jenis minyak atsiri yaitu: minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak
nilam, minyak akar wangi,minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Dari
sembilan jenis minyak atsiri ini terdapat enam jenis minyak yang paling menonjol di Indonesia
yaitu: minyak pala minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.

Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agribisnis yang memiliki pasaran bagus dan berdaya
saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman sereh ini tampaknya masih banyak yang belum
digarap untuk siap diinvestasi. Sebagai contoh tanaman sereh wangi, tanaman penghasil minyak
atsiri yang dalam perdagangan dikenal dengan nama "ei tronella oil". Nama ini masih asing bagi
sebagian orang, sebab hampir sepuluh tahun lebih sereh wangi luput dari perbincangan dan
perhatian orang (Anonimous, 1988)

Khususnya di Sumatera utara, tanaman sereh wangi ini masih belum membudaya, namun juga
sebagian kecil petani yang mengusahakan ada tanaman ini sebagai usaha sambilan, tanpa disertai
pengolahannya atau penyulingannya. Perusahaan yang melakukan penyulingan, mengerjakannya
secara sederhana akan menurunkan kwalitas minyak yang di hasilkan. Hal ini disebabkan cara
penyulingannya ataupun lama penyulingannya tidak memenuhi standar.

Suatu hal yang perlu diketahui bahwa pada saat sekarang ini minyak sereh wangi mempunyai
harga pasaran yang tinggi sesudah minyak pala dan minyak lada. Hal ini tentu akan melipat
gandakan penghasilan petani. Hanya masalahnya sekarang adalah masih banyak para petani
sereh wangi yang melakukan penyulingan hanya secara tradisionil saja. Sehingga untuk
mendapatkan rendemen yang tinggi serta kwalitas minyak yang dikehendaki konsuwen tidak
terpenuhi. (Ketaren, 1985)
Dibalik harga yang tinggi dari minyak sereh wangi itu, minyak ini sangat sulit dicari dalam
jumlah yang banyak, artinya dapat menghasilkan rendemen yang tinggi serta memenuhi kwalitas
ekspor. (Anonimous, 1988)
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan di atas, maka penulis sangat, tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh lama penyulingan terhadap rendemen dan mutu
minyak sereh wangi. Hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk menentukan lama penyulingan
yang tepat guna menghasilkan rendemen yang tinggi serta memenuhi kwalitas yang diinginkan
untuk tujuan ekspor.

BAB II
ISI
A. PENGERTIAN MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric Oil), Minyak Esensial, Minyak
Terbang, serta Minyak Aromatik, adalah kelompok besarminyak nabati yang berwujud cairan kental
pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri
merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam
perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunderyang biasanya berperan
sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan olehhewan (hama) ataupun sebagai agen untuk
bersaing dengan tumbuhan lain (lihatalelopati) dalam mempertahankan ruang hidup.
Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari
beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak
digolongkan sebagai Minyak Atsiri.
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2)
ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (3) penyulingan (distillation). Penyulingan
merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan
dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang
diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih
air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
B. CIRI-CIRI
Minyak Atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa
komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama dihidung) sehingga seringkali memberikan
efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan
campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu
senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar Minyak
Atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam
minyak/lipofil.
C. JENIS MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya.
Minyak adas (fennel/foeniculi oil)
Minyak cendana sandalwood oil)
Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove oil)
Minyak kayu putih (cajuput oil)
Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)
Minyak lawang
Minyak mawar
Minyak nilam
Minyak serai/sereh
Minyak kulit manis
Minyak kulit jeruk purut
Minyak jahe

D. PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI


Metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)

Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis
bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi
minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
Berikut masing-masing metode penyulingan diatas :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah
dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian
dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan
kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair
dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan
separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Cara ini biasa digunakan untuk
menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar,
melati dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi. Yang perlu
diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti stainless steel, tembaga atau besi
berlapis aluminium.
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya
mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena
dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan
sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi
sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke
dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan
dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena
terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan
air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan
metode uap langsung (Direct Steam Distillation).
Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh
karena tekanan uap yang konstan. Jika Anda membutuhkan alat suling (destilator) berbagai type
dan kapasitas sesuai keinginan, bisa pesan disini.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya uap
bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah
membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan
masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor.
Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai
berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang
membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya
gaharu, cendana, dll.

BAB III
PEMBAHASAN

A. TANAMAN SEREH WANGI


Tanaman sereh termasuk golongan rumput-rumputan yang disebut Andropogon
nardus atau Cymbogob nardus. Genus Cympogon meliputi hamper 80 species, tetapi hanya
beberapa jenis yang menghasilkan minya astiri yang mempunyai arti ekonomi dalam
perdagangan. Diantara species yang terpenting adalahCympogon nardus atau lemabatu dari
Ceylon dan Cympogon winterianus atau mahapengiri dari Jawa, yang masing-masing sumber
minyak sereh wangi di Ceylon dan Jawa. Klasifikasi botani dari tanaman sereh wangi sebaia
berikut:
Divisio : Anthophyta
Phylum : Angiospermae
Kias : Monocotyledonae
Famili : Graminae
Genus : Cymbopogon
Species : Cympogon nardus

Tanaman sereh wangi yang diusahakan di Indonesia terdiri dari 2 jenis yaitu lemabatu dan
mahpengiri. Jenis maha pengiri mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: daunnya lebih luas dan
pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal dan geraniol yang tinggi.
Sedangkan jenis lemabatu menghasilkan dengan kadar sitronellal dan genariol yang lebih rendah.
Di Indonesia tanaman sereh terutama banyak tumbuh di daerah Tasikmalaya, Bandung,
Palembang, Padang, Ujungpandang dan Solo. Jenis mahapengiri banyak ditanam di Formosi
Malaya, Birma, Suriname dan Kamerun, Amerika Tengah, Guatemala, Henduras dan Pulau
Haiti.
Sereh wangi diduga berasal dari Srilangka. Nama latinnya adalah Cymbopogon nardus L.,
termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan). Varietas sereh wangi yang paling dikenal
adalah varitas Mahapegiri (java citronella oil) dan varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas
Mahapegiri mampu memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan
varitas Lenabatu.
Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan luas areal pada tahun
2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel), terbesar di daerah Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan
pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan
Sumatera Barat. Daerah sentra produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang,
Bandung, Ciamis, Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap,
Purbalingga dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan geraniol. Kedua komponen
tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus
memenuhi syarat ekspor agar dapat diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai
pewangi sabun, sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan
aneka ragam preparasi teknis.
Perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2007 lebih dari 2000 ton / tahun. Indonesia adalah produsen
ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam. Beberapa negara yang selalu aktif membeli sereh wangi
Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman,
Italia, India, dan Taiwan. Dengan pembeli utama adalah AS, Perancis, Italia, Singapura dan Taiwan.
Volume ekspor minyak sereh wangi relatif kecil, yakni sebesar 115,67 ton dengan nilai US$ 701,0
pada tahun 2004.
B. PENGEMBANGAN TANAMAN SEREH
Kultur teknis tanaman sereh tidak banyak memerlukan persyaratan. Jenis lemabatu dapat ditanam di
tanah yang tandus atau kurang subur. Lain halnya dengan jenis mahapengiri yang memerlukan
perawatan yang baik dan tanah yang lebih subur Sereh jenis lembatu biasanya tumbuh lebih tegak
sedangkan mahapengiri tumbuh dengan daun merumbai kebawah. Pertumbuhan serah dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain: kesuburan tanah, ketinggian tanah dan iklim. Tanah subur di lereng-
lereng gunung (daerah pegunungan) dengan curah hujan turun secara teratur merupakan tanah yang
paling sesuai untuk tanaman sereh. Tanaman sereh dapet berfungsi untuk mencegah erosi tanah yang
disebabkan oleh air hujan.
Tanah yang liat dan selalu tegenang air merupakan tanah yang tidak sesuai untuk tanaman sereh.
Oleh karena itu tanah yang akan ditanami sereh wangi harus dibersihkan dari tanah liat, alang-
alang, rumput teki dan rumput lain yang sejenis. Tanaman sereh juga dapat ditanam di antara
tanaman lain seperti nanas dan papaya.
Sereh dapat ditanam dengan cara stek, yang bibitnya dipilih dari rumput sereh yang sudah tua.
Stek tersebut kemudian ditanam yang dalam lubang yang berbentuk segitiga dan satu sama lain
berjarak 10 cm; sedangkan jarak antara kelompok yang satu dengan yang lain kurang lebih satu
meter. Bibit sereh wangi dapat juga berasal dari sobekan rumput yang masih mengandung akar.
Bibit yang digunakan sebaiknya masih muda dan kemudian ditanam di atas tanah dengan
kedalaman kurang lebih 20 cm. Bagian bawah ditimbun kurang labih 10 cm sedang sisa di atas
tanah kurang labih 6 cm. Bibit ditanam dengan jarak 90 x 90 cm di tempat yang tanahnya subur,
atau dengan jarak 75 x 75 cm di tanah yang kurang subur.
Penanaman sereh harus dilakukan pada permulaan musim hujan yaitu sekitar bulan Desember
Januari. Tanah untuk perkebunan sereh harus bersih dan bebas dari rumput-rumput liar karena
dapat menghambat pertumbuhan tanaman sereh dan kesuburan tanah itu sendiri. Disamping itu
rumpun sereh wangi dapat diserang oleh jamur atau cendawan parasit. Cendawan ini dapat
memasuki jaringan pelepah tanaman sereh yang akhirnya data mempengaruhi bagian daun yang
dapat menghasilkan minyak.
C. MINYAK SEREH WANGI
Minyak sereh diperoleh dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan sereh. Minyak sereh
merupakan sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak sereh ditentukan oleh kandungan
kedua komponen tersebut terutama sitronellal. Sitronellal termasuk golongan alkanal. Sehingga
dapat ditetapkan dengan Metode Asidimetri, dimana sitronellal direaksikan dengan
hidroksilamin-HCl akan membebaskan HCl, lalu HCl direaksikan dengan KOH-alkohol
berlebih, maka kelebihan KOH-alkohol akan dititar oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka
kadar sitronellal dapat diketahui.
Di Indonesia secara umum tanaman sereh dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: sereh
Lemon atau sereh bumbu (Cymbopogon citratus) dan sereh Wangi atau sereh sitronella
(Cymbopogon nardus). Umumnya kita tidak membedakan nama sereh wangi dan sereh Lemon,
meskipun kedua jenis ini mudah dibedakan. Sereh Wangi di Indonesia ada 2 jenis yaitu jenis
mahapengiri dan jenis lenabatu. Maha pengiri dapat dikenal dari bentuk daunnya lebih pendek
dan lebih luas daripada daun lenabatu. Dengan destilasi jenis ini memberikan hasil minyak yang
lebih tinggi dari pada lenabatu, juga kwalitasnya lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellelal lebih tinggi dari pada lenabatu. Demikian pula, mahapengiri memerlukan tanah yang
lebih subur, hujan yang lebih banyak, pemeliharaan yang lebih baik dari pada lenabatu.
Catatan pertama di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh Nicolaus Grimm, yaitu seorang
tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo pada akhir abad 17. Grimm menamakan
rumput yang menghasilkan minyak tersebut Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari Olium
Siree yang pertama sampai di Eropa adalah pada awal abad 18, pada waktu itu minyak tersebut
kelihatannya hanya sedikit diekspor. Pada tahun 1851 dan 1855 sedikit contoh minyak sereh
diperlihatkan di "World Fairs" yang diadakan di London dan paris. Kemudian minyak ini
semakin dikenal Eropa, dan kegunaannya semakin berkembang yaitu untuk wangi-wangian
sabun dan sebagai bahan dasar dalam industri wangi-wangian. Sejak tahun 1870 permintaan
untuk minyak sereh naik, dan sejumlah besar dihasilkan di Ceylon. Sampai tahun 1890 Ceylon
tetap merupakan penghasil yang terbesar di dunia, meskipun Jawa sudah mulai menghasilkan
minyak sereh dengan kwalitas yang lebih baik. Sekarang hasil minyak tipe Jawa telah jauh
melampaui tipe Ceylon. Walaupun demikian minyak Ceylon masih dapat melawan persaingan
dunia, karena harganya lebih murah
Produksi minyak sereh wangi Indonesia pada tahun tujuh puluhan pernah kesohor dengan
julukan "Jawa Citronella", namun beberapa terakhir ini terus menunjukkan penurunan, tahun
1983 volume ekspor sitronella masih jauh, yaitu sekitar 328.567 kg, lalu tahun naik sedikit
menjadi 418.615 kg dan tahun 1987 menjadi 307.280 kg dengan nilai 2 juta dolar AS.
(anonimas, 1988).

D. KEISTIMEWAAN MINYAK SERAI WANGI

Diyakininya, produksi minyak serai wangi dapat menambah pendapatan masyarakat yang
memang banyak bekerja disektor pertanian. Dengan harga jual Rp 100 ribu perkg dan produksi
yang dihasilkan perbulannya sekitar 15 ton dari semua lahan yang dikembangkan petani, maka
dapat menjadi peluang besar tidak hanya bagi masyarakat tapi investor yang memang
membutuhkan minyak serai wangi.
Pokok serai wangi yakni merupakan rumput saka yang tinggi dan berbau wangi. Serai wangi
ialah sejenis tanaman rumput yang tinggi dan mempunyai rimbunan daun yang lebat, berwarna
hijau muda, kasar dengan urat yang selari dan mempunyai aroma yang lebih kuat jika
dibandingkan dengan serai makan. Serai wangi jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah
cukup matang yaitu pada peringkat umur melebihi 8 bulan.
Khasiat dan Kegunaan serai wangi biasanya untuk pengobatan tradisional perawatan
selepas bersalin dan pening kepala. Namun banyak juga digunakan untuk minyak urut untuk
mengatasi masalah kebas, dan perut kembung. Serai wangi menghasilkan minyak pati yang
dikenali sebagai `citronella oil". Minyak sitronela mengandung dua bahan kimia penting
sitronelal dan geraniol untuk bahan dasar pembuatan ester-ester seperti hidroksi sitronelal,
genaniol asetat dan mentol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan banyak di gunakan
dalam industry wangi-wangian.
Saat ini banyak pengusaha yang mencari minyak serai wangi ini karena memang
memiliki banyak manfaat dan pemasarannya juga telah berkembang. Serai wangi ini merupakan
produk penting untuk menghasilkan bahan untuk membuat kosmetik dan mempunyai nilai
perobatan," kata Husin.

E. KOMPOSISI KIMIA MINYAK SEREH WANGI


Kandungan kimia
Daun : daun sereh dapur mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari
sitral, sitronelol (66-85%), -pinen, kamfen, sabinen, mirsen, -felandren, p-simen, limonen, cis-
osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol, -terpineol, geraniol, farnesol, metil
heptenon, n-desialdehida, dipenten, metil heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat,
sitronelil asetat, geranil asetat, -elemen, -kariofilen, -bergamoten, trans-metilisoeugenol, -
kadinen, elemol, kariofilen oksida.1,2,15)
Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan komponen utama (+) sitronelol,
geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping itu terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen,
eugenol, dan metileugenol.17)
Sitronelol hasil isolasi dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal
dan (S)-sitronelal.
Pada jenis Cymbopogon yang lain (Cymbopogon giganteus chiovenda) mengandung minyak
atsiri yang terdiri dari limonen, p-mentha-1,5, 8-trien; 1,2-limonenoksida; p-mentha-2, 8-dien-1-
ol; Dekan-2, 4-dien-1-ol; p-metilasetofenon; trans-p-menta-1(7), 8-dien-2-ol; Decan-2, 4-dienal;
isopiperitenol; cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil
alkohol; perililaldehid; perilil alkohol.
Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting
adalah sitronellal dan garaniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum,
serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen kimia penyusun utama minyak sereh
wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka
kadar sitronellal juga tinggi. Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa
komponen, ada yang mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol,
hidrokarbon, ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya., Menurut Guenther
(1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai berikut,

1.Geraniol ( C10H180 )
Geraniol merupakan persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air,
dengan rumus bangun adalah sebagai berikut :
CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - CH2 - OH

CH3 CH3

2. Sitronellol ( C10H200 )
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:
CH3 - C = CH - CH2 --- CH2 - CH - CH2 - CH2 OH

CH3 CH3

3. Sitronellal (C10H16O)
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:
CH3 C = CH - CH2 --- CH2 - C = CH - C H

CH3 CH3
Tabel-1. Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi Yang Ditanam Di Taiwan
Senyawa Penyusunan Kadar (%)
Sitronellal 32 45
Geraniol 12 18
Sitronellol 12 15
Geraniol Asetat 38
Sitronellil Asetat 24
L Limonene 25
Elemol & Seskwiterpene lain 25
Elemene & Cadinene 25

F. PROSES PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan
padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam
cara, yaitu: Penyulingan (Destilation), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent
ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang tepat untuk
pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan (Destilation).
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2
macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan
terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air minyak sereh wangi. Jumlah minyak yang
menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang
digunakan, berat molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak
yang keluar dari bahan.
Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg
kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu
penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah.
Sebagai bahan bakar penyulingan, para yuling biasanya menggunakan kayu bakar, namun
untuk mengurangi biaya produksi para penyuling lebih penuh kebanyakan menggunakan ampas
hasil sulingan. Proses ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan berlangsung cepat, dan
secara bertahap semakin lambat sampai kita-kita 2/3 minyak telah tersuling. Rendemen minyak
yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari bermacam-macam faktor antara lain: iklim,
kesuburan tanah, umur tanaman dan cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata
0,7 % dan musim hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5 -
1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim hujan. Daun
sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 %.
Berdasarkan pengamatan, tidak semua petani pengolah dapat menghasilkan minyak sereh
wangi bermutu tinggi, karena daun sereh wangi yang disuling sering bercampur dengan rumput-
rumputan atau karena daun yang dipanen terlalu muda atau terlalu tua. Untuk menghasilkan
rendemen minyak yang maksimum, biasanya para penyuling skala rakyat mengeringkan daun di
bawah sinar matahari selama : 3 - 4 jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga
komponen minyak seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan
menghasilkan mutu minyak sereh wangi yang rendah.
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan menggunakan
uap air yaitu dengan dua cara,
1. Secara langsung
2. Secara tidak langsung.
Pada penyulingan secara langsung, bahan atau daun sereh wangi yang akan diambil minyaknya
dimasak dengan air, dengan demikian penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan.
Kendati penyulingan langsung seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata
mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat
mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan
yang tidak dikehendaki.Pada penyulingan secara tidak langsung, yaitu dengan cara
memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan diletakkan ditempat
tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana bahan tumbuhan diletakkan di atas air
mendidih.
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan sitronellal, sedangkan
pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronellal yang dihasilkan semakin berkurang.
Berdasarkan pengalaman pada penyulingan 4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi
dengan kadar geraniol maksimum 85 persen dan sixronellal 35 persen. Dengan demikian
penyulingan diatas 4,5 jam (5- 6) jam tidak akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama
penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi terutama kadar
air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena
pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan
yang terlalu lama. Suatu hal yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu dan
tekanan tetap seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung.

G. SYARAT MUTU MINYAK SEREH WANGI


Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah sitromellal, yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, oleh kerena itu minyak sereh dengan kadar
sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Jenis minyak yang demikian akan diperoleh dari
fraksi pertama penyulingan. Khususnya di Indonesia, minyak sereh wangi yang diperdagangkan
diperoleh dengan cara penyulingan daun tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh wangi
Indonesia digolongkan dalam satu jenis mutu utama dengan nama Java Citronella Oil".
Standar mutu minyak sereh wangi untuk kwalitas ekspor dapat dianalisa menurut kriteria fisik
yaitu berdasarkan: warna, bobot jenis, indeks bias, ataupun secara kimia, berdasarkan: total
geranial, total sitronellal.
Tabel-3.
Standar Mutu Minyak Sereh Wangi Indonesia Berdasarkan
Sifat Fisika dan Sifat Kimia
Karakteristik Syarat
Warna Kuning pucat sampai kecoklatan
Bobot jenis, 25 C 0,850 - 0,892
Indeks bias, 25 C 1,454 - 1,473
Total geraniol, min 85%
Total sitronellal, min 35%
Zat zat asing : -
-
Alkohol -

Minyak pelikan

Lemak

Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol dan rendah atau
mengandung bahan aging. Kadar geraniol dan sitronellal yang rendah biasanya disebabkan oleh
jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta
umur tanaman yang terlalu tua. Bahan-bahan daging yang terdapat dalam minyak sereh wangi
berupa lemak, alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan pencampur. Bahan ini
terdapat dalam minyak sereh mungkin karena berasal dari bahan kemasan yang sebelumnya
mengandung zat tersebut di atas.
Kwalitas minyak berdasarkan kandungan geraniol dan sitronellal dapat digolongkan menjadi 3
golongan seperti pada tabel-4.

Tabel - 4.
Standar Mutu Minyak Sereh Wangi
Berdasarkan Kadar Geraniol Den Sitronellal
Kwalitas Geraniol (%)* Sitronellal (%)**
A Tidak boleh 85 Tidak boleh 35
B 80 85 -
C 85 -

Penyediaan bahan penelitian


Tanaman sereh wangi yang telah berumur kurang lebih enam bulan dipanen. pemanenan
dilakukan dengan memotong helai daun tiga sentimeter di etas pelepah daun, kemudian dikering
anginkan atau dilayukan selama 3 hari 3 malam.
Penyulingan
Daun sereh wangi yang telah dilaukan kemudian dirajang untuk mengurangi sifat kamba, daun
sereh yang telah dirajang dimasukkan ke dalam alat penyuling sebanyak 300 gram, kemudian di
isi air sebanyak 2.250 ml. Alat penyuling dihubungkan dengan kondensor yang dilengkapi
dengan sirkulasi air, hidupkan air pet dan disuling sesuai perlakuan.
Tujuan
Mengetahui cara isolasi minyak sereh wangi dari daun sereh
Dapat menentukan berat jenis dan indeks bias minyak sereh wangi yang diperoleh

II. Tinjauan Pustaka


a. Sumber minyak sereh wangi
Sumber minyak sereh wangi yang digunakan adalah daun sereh (Cymbopogon nardus L)
Sinonim : Andropogon nardus L. Rendle
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Family : Graminae
Genus : Andropogon
Species : Andropogon nardus L
Nama umum / dagang : Sereh
Nama Daerah :
Sumatra : Sere mongthi (Aceh), Sere (Gayo), Sangge-sangge (Batak), Serai batawi
(Minang Kabau), Sarae (Lampung), Sere (Melayu)
Jawa : Sereh (Sunda)
Bali : See
Sulawesi : Sare (Makassar)
Deskripsi :
Habitus : Rumput, tahunan, tinggi 50-100 cm
Batang :tidak berkayu, beruaas2 pendek, putih
Daun : Tunggal, lanset berpelepah, opangkal pelepah memeluk batang ujung runcing, tepi
rata, panjang 25-75 cm, lebar 5-15 mm, pertulangan sejajar, hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk malai, karangan bunga berseludah, terletak dalam 1 tangkai, bulir kecil,
benang sari berlepasan, kepala putik muncul dari sisi putih.
Buah : Padi, bulat panjang, pipih, putih kekuningan.
Akar : Serabut, putih kekuningan.
b. Minyak sereh wangi
Minyak sereh wangi atau secara internasional dikenal sebagai minyak citronella atau citronella oil
memiliki beragam khasiat dan penggunaan. Diantaranya : antiseptic, deodorant, insektisida, parasitic,
tonik dan stimulan. Selain itu minyak sereh wangi memiliki kegunaan yang penting sebagai insect
repellent ( penolak serangga). Selain itu, juga memberikan efek aromaterapi, dan meringankan flu.
Minyak sereh diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan destilasi uap dari daun segar, kering
atau setengah kering, yang telah dipotong-potong halus.
Kandungan kimia utama dari minyak sereh adalah : citronellie, borneol, citronellol, geraniol, nerol,
citronellal, camphene, dipentene dan limonene. Minyak sereh dap[at menyebabkan iritasi pada kulit yang
sensitive dan menimbulkan dermatitis pada individu tertentu.

III. Prosedur kerja


3.1 Alat dan bahan
Alat :
Sabit
Sarung tangan
Kondensor
Timbangan
Tangki boiler
Corong pisah

Bahan :
Sereh wangi 25 kg
Air
3.2 Cara kerja
1. Daun sereh wangi yang sudah dipanen, disortir dan timbang sebanyak 25kg.
2. Masukkan daun ke dalam Tangki perebus.
3. Masukkan air ke tangki boiler 1/3 dari tangki boiler, panaskan dan alirkan uap air ke tangki perebus.
4. Distillasi selama 4 jam, dihitung sejak minyak atsiri kel;uar dari kondensor
5. Pisahkan minyak atsiri dengan menggunakan corong pisah.
6. Hitung rendemen minyak atsiri (v/b)
7. Tentukan : a. Bobot jenis
b. Indeks bias

Anda mungkin juga menyukai