Anda di halaman 1dari 45

Landasan dan Model Pembelajaran

Bagian 1
1. Deskripsikan langkah-langkah 10 jenis model pembelajaran yang saudara
ketahui tersebut
Jawaban :
1) CRI (Certainly of Response Index)
Model Pembelajaran CRI ini telah dikembangkan oleh Saleem Hasan
(1999: 294-299) yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
dialami siswa, yang merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden
dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. Hutnal (2002)
mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk
totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4
untuk almost certain, dan 5 untuk certain.
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI
adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena
nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan
(Tayubi, 2005: 1). Model Certainly of Response Index(CRI) merupakan model
yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa terhadap materi yang
telah diajarkan oleh guru. Certainly of Response Index (CRI) adalah ukuran
tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan (Saleem Hasan dalam Tayubi, 2005).
Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat
dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya
jawaban suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI)
yang diberikannya untuk soal tersebut (Tayubi, 2005).
Tabel ketentuan CRI untuk membedakan antara tahu konsep, miskonsepsi,
dan tidak tahu konsep.

1
Landasan dan Model Pembelajaran

Tabel ketentuan CRI untuk membedakan antara tahu konsep,


miskonsepsi, dan tidak tahu konsep.
Kriteria jawaban CRI rendah (<2,5) CRI tinggi (>2,5)
Jawaban benar Tidak tahu konsep menguasai
(lucky guess) konsep dengan
baik
Jawaban salah tidak tahu konsep Kemunkinan terjadi
miskonsepsi
(Tayubi, 2005).
CRI biasanya didasarkan pada suatu skala, sebagai contoh, skala enam (0-5)
seperti pada tabel berikut :

Tabel CRI skala 4 dan kriterianya


CRI Kriteria
1 Sangat tidak yakin
2 Tidak yakin
3 Yakin
4 Sangat yakin
(Nursiwin, 2014)
Model pembelajaran Certainly of Response Index(CRI)dapat digunakan
untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, sekaligus dapat
membedakannya tidak tahu konsep, Hasan et al (1999: 294-299). CRI
merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab
setiap pertanyaan (soal) yang diberikan.CRI biasanya didasarkan pada suatu
skala dan diberikan bersamaan dengan setiap jawaban suatu soal. Sebagai
contoh skala 6 (0-5) pada tabel di bawah ini:

2
Landasan dan Model Pembelajaran

Tabel CRI skala 6 dan kriterianya


CRI Kriteria
0 (Totally guessed answer)
1 (Almost guess)
2 (Not Sure)
3 (Sure)
4 (Almost certain)
5 (Certain)
(Tayubi, 2005).
Menurut Tayubi (2005: 6) angka 0 menandakan tidak tahhu konsep sama
sekali (jawaban ditebak secara total), sementara angka 5 menandakan
kepercayaan diri yang penuh atas kebenaran pengatahuan dalam menjawab
suatu pertanyaan (soal), tidak ada unsur tebakan sama sekali. jika derajat
kepastiannya rendah (CRI0-2), maka hal ini menggambarkan bahwa proses
penebakan memainkan peranan yang signifikan dalam menentukan
jawaban.Tanpa memandang apakah jawaban benar atau salah, nilai CRI yang
rendah menunjukkan adanya unsur penebakan yang secara tidak langsung
mencerminkan ketidaktahuan konsep yang mendasari penentuan jawaban.Jika
CRI tinggi (CRI 3-5), maka responden memiliki kepercayaan diri (confidence)
yang tinggi dalam memilih jawaban. Tayubi (2005: 8) menginformasikan
pengoperasionalan kriteria CRI yang dinyatakan dengan persentase unsur
tebakan dalam menjawab suatu pertanyaan :

Tabel Kriteria CRI


CRI Kriteria
Jika dalam menjawab soal 100% ditebak
0

1 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 75-99%

3
Landasan dan Model Pembelajaran

2 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 50-74%

3 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 25-49%

4 Jika dalam menjawab soal persentase unsur tebakan antara 1-24%

5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)

2) DLPS (Double Loop Problem Solving)


DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan
penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya masalah,
jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya
menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang
menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintaknya adalah: identifkasi,
deteksi kausal, solusi tentativ, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi
kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesain maslah
sebagai berikurt : menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan
gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui
kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan
solusi utama, dan implementasi solusi utama.
Menurut Shoimin (2014;68),bahwa model pembelajaran DLPS (double
loop problem solving) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan proses analisis berfikir siswa. DLPS adalah variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian
kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.
DLPS mengadopsi dari metode problem solving. Problem solving bukan
hanya sekedar metode pembelajaran tetapi merupakan suatu metode berpikir.
Sebab dalam problem solving menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai menarik kesimpulan. Jenis pembelajaran dengan

4
Landasan dan Model Pembelajaran

pendekatan DLPS ini menurut Dooley (1999) adalah salah satu pendekatan
yang dapat diandalkan.
Mengenai DLPS Huda (2004:30) menjelaskan bahwa DLPS merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori double loop learning. Dikembangkan
pertama kali oleh Argyris tahun 1976. Dan berfokus pada pemecahan masalah
yang kompeks dan tak terstruktur untuk kemudian dijadikan semacam
perangkat problem solving yang efektif. Lebih lanjut Huda
menjelaskan,pendekatan DLPS yang disarankan disini mengakomodasi adanya
perbedaan level dari penyebab suatu masalah. Termasuk mekanisme
bagaimana sampai terjadi suatu masalah. Siswa perlu didorong dengan
menggunakan stimulus dalam penerapan. Model pembelajaran DLPS untuk
bekerja pada dua loop pemecahan yang berbeda namun saling terkait.
Dua loop yang dimaksud adalah:
a. Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling
langsung dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.
b. Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih
tinggi dan kemudian merancang dan mengiplementasikan solusi dari akar
masalah.
Langkah-langkah model pembelajaran DLPS:
Secara umum double loop problem solving meliputi (Yuspriyanti,2011) :
1. mengidentifiasi masalah,tidak hanya gejalanya. (identifying the problem,
not just thesympton). Pada tahap ini,deteksi yang dilakukan mencakup
segala sesuatu yang menjadi faktor dari masalah yang sedang dihadapi
2. mendeteksi penyebab langsung,dan secara cepat menerapkan solusi
sementara( detecting direct couses and rapidly applying temporary
solutions). Penyebab langsung ini mudah dideteksi dan dapat dicari
solusinya untuk diterapkan secara cepat.
3. mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara(evaluating the success of
the temporary solutions) . Pada tahap ini dilakukan evaluasi seberapa besar
keefektifan dan tingkat keberhasilan dari solusi sementara yang sudah
diterapkan

5
Landasan dan Model Pembelajaran

4. memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan atau tidak. Pada


tahap ini diputuskan untuk melakukan analisis akar masalah atau cukup
sampai tahap ini. Dengan mempertimbangkan hasil evaluasi yang
dilakukan sebelumnya.
5. jika dibutuhkan,dilakukan deteksi terhadap penyebab masalah yang
levelnya lebih tinggi(detecting higher level causes). Penyebab yang dicari
levelnya lebih tinggi dari penyebab yang ditemukan sebelumnya.
6. merancang solusi akar masalah ( designing root causes solution). Solusi
yang dirancang tentunya bukan solusi sementara lagi. Namun solusi yang
dapat menyelesaikan masalah hingga tuntas.

3) Model Pembelajaran Bersiklus


Model pembelajaran bersiklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert
karplus dalam science curriculum improvement study/SCIS (Throwbridge &
Bybee 1996). Menurut Lorsbach (2006), learning cycle adalah sebuah model
pembelajaran dalam ilmu pendidikan yang konsisten dengan teori-teori
kontemporer tentang bagaimana individu belajar. Learning cycle atau siklus
belajar adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang
merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus
dicapai dalam pembelajaran dengan berperan aktif (Fajaroh, 2008).
Menurut Renner pembeajaran bersiklus atau Learning Cycle adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Ciri khas
model pembelajaran Learning Cycle ini adalah setiap siswa secara individual
belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru yang kemudian
hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan oleh
anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Siklus belajar merupakan suatu pengorganisasian yang memberikan
kemudahan untuk penguasaan konsep-konsep baru dan untuk menata ulang
pengetahuan mahasiswa, (Santoso, 2005:34). Menurut Ali (1993) siklus belajar

6
Landasan dan Model Pembelajaran

adalah proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat rangkaian


kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur. Sementara Aksela (2005)
menyatakan dalam siklus belajar suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari otak seorang dosen ke otak mahasiswanya. Rapi (2008)
menyatakan bahwa model pembelajaran siklus belajar/ Learning cycle dapat
meningkatkan sikap ilmiah siswa karena model pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang dimiliki
serta mengaitkan konsep-konsep yang sudah dipahami dengan konsep-konsep
yang akan dipelajari sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Sedangkan menurut Khairani (2011), model pembelajaran Learning Cycle 5E
mempunyai fase-fase yang yang menuntut siswa untuk lebih aktif menggali
dan memperkaya pemahaman siswa terhadap konsep- konsep yang dipelajari
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
eksplorasi (exploration), menjelaskan (explanation), dan memperluas
(elaboration/extention), yang dikenal dengan learning cycle 3E. Pada proses
selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan menjadi lima
tahap, yaitu: pembangkitan minat/mengajak (engagement),
eksplorasi/menyelidiki (exploration), menjelaskan (explanation), memperluas
(elaboration/extention), dan evaluasi (evaluation), sehingga dikenal dengan
learning cycle 5E.
Learning Cycle mempunya 3 fase yaitu Eksplorasi (exploration),
Pengenalan konsep (concept introduction) dan Aplikasi konsep (concept
application).
Fase I : Exploration
 Siswa diberi kesempatan untuk mengekplorasi materi secara bebas.
 Siswa mengobservasi dan memahami fenomena alam dengan
menggunakan pengetahuan awalnya.
 Siswa mengembangkan pengetahuan baru yang melibatkan pengalaman
konkrit siswa dengan sedikit bimbingan guru.

7
Landasan dan Model Pembelajaran

 Tujuan eksplorasi ini adalah untuk merangsang minat siswa. Tujuannya


bagi guru adalah mengetahui pengetahuan awal siswa.
Fase II : Explaination
 Guru mengenalkan konsep baru serta menghubungkan antar konsep
yang siswa temukan pada fase eksplorasi.
 Pengenalan konsep dapat dilakukan dengan cara diskusi, melihat
tayangan gambar/charta, dsb.
 Siswa dibimbing untuk memahami konsep dan prinsip-prinsipnya
sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menunjukkan
membenahi konsep awal yang mereka miliki.
Fase III : Aplikasi Konsep
 Siswa berpikir tentang cara mengaplikasikan konsep yang mereka dapat
pada fase II untuk diterapkan pada situasi lain.
 Tujuannya adalah secara umum siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuan mereka.
 Guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda
untuk diselesaikan siswa dengan konsep yang telah mereka dapat pada
fase yang kedua.
 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakannya pada
pengembangan konsep yang lebih lanjut.
Learning Cycle berkembang menjadi 5 fase
Menurut Piaget (1989) model pembelajaran LC (Learning Cycle (5 E)) pada
dasarnya memiliki lima fase yaitu:
1. Engagement (Undangan)
Bertujuan mempersiapkan diri pebelajar agar terkondisi dalam menempuh fase
berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka
serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran
sebelumnya. Dalam fase engagement ini minat dan keingintahuan (curiosity)
pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini
pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan
dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi.

8
Landasan dan Model Pembelajaran

2. Exploration (Eksplorasi)
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan
mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum
dan telaah literatur.
3. Explanation (Penjelasan)
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri,
meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan
diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari.
4. Elaboration (Pengembangan)
Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5. Evaluation (Evaluasi)
Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan
memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi
pelajaran.
Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif yaitu para siswa menemukan pola empiris dalam konteks
khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah
atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain
(aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi yaitu para siswa juga menemukan pola empiris dalam
konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan
sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis deduktif yaitu dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa
diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang
mungkin pada terhadap pernyataan itu.

9
Landasan dan Model Pembelajaran

4) CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition)


Pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Compotition) adalah sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap
untuk pengajaran membaca dan menulis. Dalam model pembelajaran CIRC,
siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang
terdiri atas 4 atau 5 siswa. Dalam kelompok ini tidak dibedakan atas jenis
kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa
merasa cocok satu sama lain (Slavin, 2008:202).
Langkah-Langkah CIRC (Cooperative Integrated Reading And
Composition)
1. Siswa dibentuk kelompok dengan anggota 4 sampai 5 orang secara
heterogen.
2. Guru memberikan wacana atau kliping yang sesuai dengan pembelajaran.
3. Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan jawaban atau ide
pokok dari permasalahan yang tersedia kemudian memberikan tanggapan
terhadap wacana atau kliping tersebut dan di tulis di selembar kertas.
4. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok
5. Guru memberikan penguatan.
6. Guru dan siswa membuat kesimpulan secara bersama-sama.
7. Penutup (Suprijono, 2009:130).

5) IOC (Inside Outside Circle)


Model Pembelajaran Lingkaran dalam dan Luar Inside-outside circle (IOC)
adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar
(Spencer Kagan, 1993), dimana siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Menurut (Anita Lie, 2008:65), teknik pembelajaran IOC adalah teknik
pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk memberikan
kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang
bersamaan.

10
Landasan dan Model Pembelajaran

Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti: ilmu
pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang
paling cocok digunakan dengan teknik IOC ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Langkah-langkah Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside circle)
Menurut Spencer Kagan, ada lima langkah utama dalam penerapan Model
IOC ini, yaitu:
a) Langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil
dan menghadap keluar.
b) Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama dan menghadap ke dalam.
c) Langkah ketiga, kemudian dua siswa yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi
ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
d) Langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser
satu atau dua langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing
siswa mendapatkan pasangan baru.
e) Langkah terakhir, giliran siswa yang berada di lingkaran besar
yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
Anita Lie mengembangkan langkah-langkah yang dirumuskan Kagan.
Dalam pengembangan (Anita Lie, 2008:66), siswa dalam kelas dibagi menjadi
dua lingkaran, yaitu lingkaran individu dan lingkaran kelompok.
Penjelasannya sebagai berikut :
a. Lingkaran individu
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap
keluar.

11
Landasan dan Model Pembelajaran

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang


pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan
berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar
berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu
yang bersamaan.
4. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan
pasangan baru untuk berbagi informasi.
5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan
informasi. Demikian seterusnya.
b. Lingkaran kelompok
1. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok
yang lain berdiri di lingkaran besar.
2. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan di
atas dan saling berbagi.

Langkah-langkah Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside circle)


Langkah-langkah Pembelajaran Inside-Outside-Circle menurut Huda
(2011:145) adalah sebagai berikut:
1) Lingkaran Individu
a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil; mereka berdiri menghadap kedalam. Pola
bentukan dari kedua lingkaran ini adalah: siswa-siswa dalam lingkaran kecil
akan berada di dalam lingkaran siswa-siswa yang membentuk lingkaran besar,
sehingga setiap siswa dalam lingkaran kecil nantinya akan berhadapan dengan
siswa yang berada di lingkaran besar. Masing-masing akan menjadi pasangan.
b) Misalnya, anggap saja dalam satu ruang kelas terdapat 30 siswa. Siswa 1-15
membentuk lingkaran dalam, sedangkan siswa 16-30 membentuk lingkaran

12
Landasan dan Model Pembelajaran

luar. Siswa 1 akan berhadapan dengan siswa siswa 16; siswa 2 akan
berhadapan dengan siswa 17; siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 18; begitu
seterusnya dalam bentuk lingkaran.
c) Setiap pasangan siswa dari lingkaran kecil dan besar saling berbagi
informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil (lingkaran dalam)
dipersilahkan memulai terlebih dahulu. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan, namun tetap dengan nada
bicara tenang (tidak terlalu keras). Setelah itu, siswa yang berada di lingkaran
besar (lingkaran luar) di persilahkan untuk berbagi informasi.
d) Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
perputaran jarum jam. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapatkan
pasangan yang baru untuk berbagi informasi lagi.
e) Sekarang, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan
informasi. Demikian seterusnya.

2) Lingkaran Kelompok
a) Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok lain
berdiri di lingkaran besar.
b) Setiap kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang di
jelaskan di atas sambil saling berbagi informasi. (Informasi ini bergantung bagi
guru: apakah mereka diminta untuk bertanya beberapa hal penting terkait
dengan hobi, cita-cita, atau hal-hal lain berhubungan dengan tugas
pembelajaran).
Manfaat Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside circle)
Manfaat bagi Siswa, antara lain;
1. Membantu peserta didik meningkatkan pemahaman materi
pembelajaran,
2. Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik
3. Mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga
memperoleh hasil maksimal,

13
Landasan dan Model Pembelajaran

4. Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik.


5. Manfaat bagi Guru, antara lain;
6. Membantu guru memperbaiki metode pembelajaran,
7. Membantu guru berkembang secara profesional,
8. Menumbuhkan rasa peraya diri guru,
9. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan ketrampilan.

6) Tari Bambu
Model pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) merupakan
pembelajaran kooperatif.Jadi tari bambu merupakan salah satu jenis
metodepembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif
untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan
mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Suprijono (2009:98). Sedangkan
menurut Istarani, 2011, Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan
untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi
antar peserta didik.
Tari Bambu merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Anita Lie (2002). Dinamakan tari bambu karena siswa berjajar dan saling
berhadapan dengan metode yang mirip seperti dua potong bambu yang
digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di
Indonesia.Model Tari Bambu adalah model pembelajaran yang mampu
memberikan informasi yang saling bersamaan. Model ini merupakan
pengembangan dari model Inside-Outside-Circle (Huda,2012:147).
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu Menurut Para Ahli
Langkah-langkah Teknik Tari Bambu ada 5 langkah spesifikasi untuk
meningkatkan kesuksesan menggunakan teknik ini (Anita Lie, 2008: 65-66).
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu
banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa
berjajar di depan kelas.

14
Landasan dan Model Pembelajaran

2. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela sela deretan


bangku. Cara kedua ini akan memudahkan pembentukan
kelompok karena di perlukan waktu yang relative singkat.
3. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang
pertama.
4. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi
informasi
5. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung lainnya di
jajaran yang lain sehingga jajaran ini akan bergeser. Dengan
cara ini, masing masing siswa mendapatkan pasangan yang baru
untuk berbagi informasi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai
dengan kebutuhan
Langkah-langkah belajar kooperatif tipe tari bambu menurut Huda
(2013:148) sebagai berikut.
Tari Bambu Individu :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak)
berdiri berjajar.
2. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan
bangku.
3. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang
pertama.
4. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi
informasi.
5. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu
jajaran pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini
kemudian bergeser.
Tari Bambu Kelompok :
1. Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan
kelompok lain.
2. Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di
atas, kemudian mereka pun saling berbagi informasi.

15
Landasan dan Model Pembelajaran

Sedangkan Suprijono (2013:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan


metode bamboo dancing (tari bambu) serupa dengan metode inside outside
circle.
1. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Pada
tahap ini guru dapat menuliskan topik atau melakukan tanya
jawab kepada siswa berkaitan dengan pengetahuan peserta didik
tentang topik yang diberikan. Langkah ini perlu dilakukan agar
siswa lebih siap menghadapi materi yang baru.
2. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Misalkan jika
dalam kelas terdapat 40 anak ,maka tiap kelompok besar terdiri
20 orang.
3. Pada kelompok besar 20 orang, kemudian dibagi menjadi dua
kelompok masing-masing 10 orang diatur yang saling
berhadap-hadapan dengan 10 orang yang lainnya, dengan posisi
berdiri. Pasangan ini disebut dengan pasangan awal.
4. Kemudian guru membagiakn topik yang berbeda-beda kepada
masing-masing pasangan untuk didiskusikan. Dalam langkah ini
guru memberi waktu yang cukup agar materi yang didiskusikan
benar-benar dipahami siswa.
5. Usai berdiskusi , 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang
yang berdiri berjajar saling berhadapa itu bergeser mengikuti
arah jarum jam . Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik
mendapat pasangan baru dan saling berbagi informasi yang
berbeda, demikian seterusnya. Pergerakan searah jarum jam
baru berhenti ketika peserta didik kembali ke tempat asalnya.
Gerakan saling bergeser dan berbagai informasi inilah
menyerupai gerakan pohon bamboo yang menari-nari.
6. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian
dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfalitasi
terjadinya intersubyektif, dialog interaktif, tanya jawab dan
sebagainya. Melalui kegaiatan ini dimaksudkan agar

16
Landasan dan Model Pembelajaran

pengetahuan hasil diskusi oleh tiap-tiap kelompok besar dapat


diobyektifkan dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

7) Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan
sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok
kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep
pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.

17
Landasan dan Model Pembelajaran

8) Debat
Menurut Hendrikus (2009: 120), debat pada hakikatnya merupakan saling
adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan
mencapai kemenangan untuk suatu pihak. Ketika berdebat setiap pribadi atau
kelompok mencobauntuk saling menjatuhkan agar pihaknya berada pada posisi
yang benar.
Lebih lanjut Hendrikus (2009: 121) menjelaskan, ada dua bentuk debat.
Bentuk debat yang pertama, yaitu debat Inggris.
Dalam debat ini ada dua kelompok yang berhadapan yaitu kelompok pro
dan kelompok kontra. Sebelum dimulai perdebatan ditentukan terlebih dahulu
dua pembicara dari setiap kelompok. Debat dimulai dengan memberi
kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok untuk
merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama,
tetapi tidak boleh mengulangi pikiran yang sudah disampaikan. Selanjutnya
para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara
sesuai urutan pada para pembicara pertama.

Bentuk debat kedua, yaitu debat Amerika


Dalam debat ini terdapat dua regu yang berhadapan, tetapi masing-masing
regu menyiapkan tema melalui pengumpulan bahan secara teliti dan
penyususnan argumentasi yang cermat. Para anggota kelompok debat ini
adalah orang-orang yang terlatih dalam seni berbicara. Mereka berdebat di
depan sekelompok juri dan publikum. Metode debat aktif ini hampir mirip
dengan bentuk debat Inggris karena kelas dibagi menjadi kelompok pro dan
kelompok kontra yang nantinya setiap kelompok harus ditunjuk satu juru
pembicara dalam mengemukakan argumen tiap-tiap kelompok.
Tujuan metode debat
Menurut Ismail SM, M.Ag. bahwasannya tujuan dari metode debat aktif
ini adalah untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat

18
Landasan dan Model Pembelajaran

dalam memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap


demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.
Langkah-langkah Pembelajaran Debat
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang
diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.

Aspek-Aspek Debat
Aspek-aspek debat aktif adalah segi dalam debat yang memenuhi
kelengkapan keberlangsungan debat. Berdasarkan urutan pada bagian
sebelumnya, bahwa debat memiliki aspek yang harus diperhatikan karena
merupakan bagian yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainny
Adapun aspek-aspek dalam debat diantaranya adalah:
1. Tema
Tema adalah suatu hal yang merupakan masalah atau persoalan yang
akan dibahas dan dikembangkan didalam debat. Tema menjadi pokok
pembicaraan dan hampir selalu melekat dan menjiwai seluruh proses debat.
Tema debat yang menarik perhatian akan mendatangkan minat dan hasrat
akan muncul untuk mengetahui isi tema lebih lanjut. Jika isi tema telah atau

19
Landasan dan Model Pembelajaran

sudah diketahui secara keseluruhan, maka akan


diambil suatu keputusan, kemudian tergerak untuk dilakukan tindakan
nyata sebagai wujud dari hasil pengambilan keputusan.
2. Moderator
Moderator adalah orang yang memimpin jalannya debat. Sebagai
pemimpin, moderator bertindak memandu, menengahi, semacam mewasiti
pembicaraan dalam debat. Menjadi seorang moderator dalam suatu debat
sebenarnya tugas yang amat berat, yakni memimpin dan mengarahkan
jalannya keseluruhan proses debat.
3. Peserta adalah orang yang mengambil peran dan terlibat langsung
untuk menyumbangkan gagasan dalam sebuah debat. Peserta debat bisa
terdiri dari perseorangan atau kelompok. Terdapat sejumlah faktor yang
harus diketahui dan dimiliki oleh peserta debat selaku pembicara atau
komunikator, antara lain ialah sebagai berikut:
a. Ethos
Yang dimaksud dengan ethos dalam komunikasi adalah hal-hal dasar
yang dimiliki oleh seorang pembicara sehingga dia dapat menjadi
sumber kepercayaan bagi para pendengarnya. Kepercayaan tersebut
akan timbul berdasarkan karakter yang dimiliki oleh pembicara
b. Pothos
Pathos adalah kemampuan berbicara dalam menyampaikan
himbauan emosional yang dapat menyentuh perasaan para
pendengarnya, misalnya melalui pemilihan kata dan kalimat yang tepat,
intonasi nada yang bervariasi dan lain sebagainya. Sehingga baik secara
sadar maupun tidak sadar telah menjadikan para pendengarnya berada di
pihak pembicara.
c. Logos
Logos merupakan kemampuan pembicara untuk menyampaikan
imbauan logis dalam suatu usul berdasarkan hasil pemikiran yang
konstruktif dan mantap sehingga diluar pemikiran pembicara tersebu
dapat dicerna dan diikuti oleh pendengar.

20
Landasan dan Model Pembelajaran

4. Pendengar Debat dapat saja dihadiri oleh para pendengar dari


berbagai kalangan, para pendengar dituntut untuk memperhatikan jalannya
secaraaktif, karena pada akhir debat para pendengar biasanya di minta
untukmenyampaikan opini atau pemberian suara terhadap hasil debat.
Olehkarena itu, pendengar harus dapat mengembangkan dirinya agar
pendengar yang baik.
Berikut ini adalah rangkaian seni mendengar, antara lain adalah:
a. Keadaan fisik dan mental harus netral tidak ada tekanan.
b. Mengembangkan rasa ingin tau dan kesediaan untuk mendengarkan.
c. Memperhatikan sikap pembicara.
d. Memperhatikan cara penggunaan bahasa pembicara.
e. Memberikan penilaian atas jalan pikiran pembicara, argumentasi dan
jalan pemecahan yang diajukan pembicara serta fakta fakta
pendukungnya.Membandingkan persamaan atau perbedaan antara hasil
analisis yang dikemukakan oleh pembicara dengan pengetahuan yang
dimiliki.
5. Waktu
Pihak penyelenggara harus merancang alokasi waktu debat sesuai
dengan kebutuhan, para peserta harus diberi kesempatan secukupnya untuk
memaparkan usul mereka secara jelas. Hendaknya penjabaran alokasi
waktu dijabarkan kepada peserta debat terlebih dahulu sebelum debat
dimulai.

9) Role Playing
Menurut Jill Hadfield (Basri Syamsu, 2000) model pembelajaran role
playing merupakan salah satu permainan gerak yang didalamnya terdapat
aturan, tujuan dan sekaligus melibatkan unsur bahagia. Dalam bermain peran
siswa mesti diarahkan pada situasi tertentu seakan-akan berada di luar kelas,
meskipun kenyataannya pada saat pembelajaran berlangsung terjadi di dalam
kelas. Selain itu, model pembelajaran role playing tak jarang dimaksudkan

21
Landasan dan Model Pembelajaran

sebagai salah satu bentuk bentuk aktifitas dimana peserta didik membayangkan
dirinya seakan-akan berada di luar kelas dan berperan sebagai orang lain.
Pada model pembelajaran bermain peranan, titik fokusnya terletak pada
keterlibatan emosional serta pengamatan indera ke dalam situasi permasalahan
nyata yang dihadapi. Melalui model bermain peran ini, diharapkan para siswa
bias:
1. mengeksplorasi perasaannya.
2. mendapatkan wawasan tentang nilai, sikap dan persepsinya;
3. mengembangkan sikap serta keterampilan dalam memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi
4. mengeksplorasi inti dari masalah yang diperankan melalui berbagai
teknik/cara.
Selain itu ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pemilihan topik
masalah (skenario) sehingga akan memadai bagi para siswa, adapun
diantaranya: usia siswa, latar belakang, kerumitan masalah, sosial budaya,
kepekaan topik yang dijadikan sebagai masalah dan pengalaman siswa dalam
bermain peran. Pada model belajar ini siswa dijadikan sebagai subyek dari
kegiatan pembelajaran, dan mereka secara aktif harus melakukan praktik-
praktik berkomunikasi dengan temannya dalam kondisi tertentu. Pembelajaran
efektif akan dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa
(Departemen Pendidikan Nasional,2002).
Langkah-langkah model pembelajaran role playing
Apabila anda sudah faham tentang pengertian dari model pembelajaran
role playing maka selanjutnya anda bisa menerapkan model pembelajaran ini
dengan mengikuti step-stepnya dibawah:
1. Guru menyusun serta menyiapkan skenario
2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario beberapa
hari sebelum kegiatan berlangsung
3. Guru membuat kelompok yang berisikan 5 orang siswa
4. Menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai
5. Memanggil peserta didik untuk menjalankan skenario

22
Landasan dan Model Pembelajaran

6. Setiap peserta didik berada dikelompoknya sembari melihat peragaan


kelompok lain.
7. Setelah semua sudah selesai dilakukan, setiap peserta didik diberi lembar
kerja untuk melakukan penilaian atas penampilan tiap-tiap kelompok.
8. Setiap kelompok menyampaikan kesimpulan
9. Pendidik memberikan kesimpulan secara umum
10. Evaluasi
.
10) Talking Stick
Model pembelajaran talking stick - Kegiatan belajar sambil bermain adalah
satu cara bagus untuk di aplikasikan ke dalam proses pembelajaran. Dengan
adanya permainan, siswa akan senang dan terhindar dari rasa jenuh saat
memperlajari suatu materi yang disajikan oleh gurunya. Selain itu, belajar
sambil bermain akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif
ketimbang model belajar yang sekedar mendengarkan guru berbicara saja.
Salah satu model pembelajaran yang patut dicoba untuk bisa
mengaplikasikan seperti apa yang saya ceritakan diatas adalah model
pembelajaran talking stick. Dalam model pembelajaran ini siswa akan
memperguanakan tongkat sebagai sara belajar mereka.
Pengertian model pembelajaran talking stick merupakan sebuah model
belajar yang mana dalam pengaplikasiannya nanti siswa akan mempergunakan
tongkat dalam kegiatannya. Hal yang pertama kali guru lakukan adalah
mengambil tongkat dan memberikannya kepada siswa, setelah itu pendidik
memberikan sebuah pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat mesti
menjawab pertanyaan dari gurunya tersebut. Demikian seterusnya sampai
semua siswa mendapatkan giliran menjawab
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick
Untuk langkah-langkah penerapan model pembelajaran talking stick bisa
dilihat pada poin-poin berikut:
1. Pendidik mempersiapkan tongkat yang panjangnya sekitar 20 cm.

23
Landasan dan Model Pembelajaran

2. Pendidik menyampaikan materi yang hendak dipelajari, dan memberikan


kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempelajari dan membaca
materi.
3. Peserta didik melakukan diskusi untuk membahas permasalahan dari
sebuah wacana yang diberikan.
4. Setelah siswa melakukan kegiatan diskusi dan mempelajari materi, guru
mengintruksikan siswa untuk menutup buku.
5. Pendidik mengambil sebuah tongkat dan memberikannya kepada salah
seorang peserta didik, setelah itu pendidik memberikan suatu pertanyaan
dan bagi peserta didik yang sedang memegang tongkat tersebut mesti
menjawab pertanyaan dari guru. demikian seterusnya sampai sebagian
besar peserta didik mendapat pertanyaan.
6. Guru membuat kesimpulan.
7. Kegiatan evaluasi/penilaian.
8. Selesai

2. Lakukan analisa keunggulan dan kelemahan dari ke-10 jenis model


pembelajaran tersebut
Jawaban :
1) CRI (Certainly of Response Index)
Memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulannya yakni bersifat
sederhana dan dapat digunakan di berbagai jenjang (sekolah menengah sampai
perguruan tinggi), sedangkan kelemahannya adalah model pembelajaran ini
sangat bergantung pada kejujuran siswa (Mahardika, 2014: 5). Certainly of
Response Index (CRI) mempunyai keunggulan antara lain sebagai berikut :
1. Mudah diterapkan di kelas rendah karena siswa tinggal memilih
jawaban yang telah disediakan.
2. Di harapkan dengan adanya penerapan model pembelajaran baru ini
guru akan lebih mudah menerapkan konsep tersebut.
Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran Certainly of Response
Index (CRI) juga mempunyai kelemahan antara lain:

24
Landasan dan Model Pembelajaran

1. Model pembelajaran ini tidak sesuai diterapkan dikelas tinggi karena


tidak dapat mengembangkan pengetahuan.
2. Model pembelajaran ini hanya digunakan untuk pembelajaran yang
memerlukan satu kepastian jawaban. Tidak sesuai untuk pelajaran yang
membutuhkan banyak alternatif jawaban.

2) DLPS (double loop problem solving)


Kelebihan model pembelajaran DLPS :
1. dapat menambah wawasan tentang efektifitas penggunaan pembelajaran
double loop problem solving untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. dapat lebih menciptakan suasana kelas yang menghargai (menghormati)
nilai-nilai ilmiah dan termotifasi untuk terbiasa mengadakan penelitian
sederhana. Yang bermanfaat bagi perbaikan dalam proses pembelajaran
serta meningkatkan kemampuan guru itu sendiri
Kekurangan model pembelajaran DLPS
1. tidak semua pelajaran dapat mengandung masalah/problem,yang justru
harus dipecahkan.
2. kesulitan mencari masalah yang tepat/sesuai dengan taraf perkembangan
dan kemampuan siswa
3. banyak menimbulkan resiko.
4. kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat
5. memerlukan waktu dan perencanaan

3) model pembelajaran Learning Cycle


Menurut Fajaroh (2008), model pembelajaran learning cycle 5E
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
1. Merangsang kembali siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran
yang telah mereka dapatkan sebelumnya.
2. Memberikan motivasi kepeda siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan.
3. Melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen.

25
Landasan dan Model Pembelajaran

4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah


mereka pelajari.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari,
menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah
dipelajari.
Adapun kelemahan model pembelajaran siklus belajar:
1. efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan
langkah-langkah pembelajaran.
2. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
4. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun
rencana dan melaksanakan pembelajaran.

4) CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)


Kelebihan dan Kelemahan Model CIRC (Cooperative Integrated Reading
And Composition)
Kelebihan CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)
a. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat memberikan tanggapannya
secara bebas.
b. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama dan menghargai pendapat orang
lain.
c. CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah.
d. Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.
e. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.
f. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek
pekerjaannya.
g. Membantu siswa yang lemah.
h. Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang
berbentuk pemecahan masalah.

26
Landasan dan Model Pembelajaran

i. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
j. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil
belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama.
k. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru
dalam proses pembelajaran (Suprijono, 2009:131).
Kekurangan CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)
a. Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa pintar
yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
b. Siswa yang pasif akan merasa bosan sebagai tanggung jawab bersama
(Suprijono, 2009:132).

5) IOC (Inside Outside Circle)


Dalam penerapannnya ada beberapa kelebihan teknik pembelajaran Inside-
Outside-Circle (Huda, 2011:144) diantaranya adalah sebagai berikut:
2. Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi
informasi bersama dengan singkat dan teratur.
3. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
4. Dapat diterapkan untuk setiap tingkatan kelas dan sangat digemari oleh
anak-anak.
Disamping memilki kelebihan, Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside
circle) juga mempunyai kelemahan (Huda, 2011) yaitu :
1. Seringkali tidak bisa dilaksanankan karena kondisi penataan ruang kelas
yang tidak menunjang.
2. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk membentuk lingkaran dan
tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa keluar dari ruang kelas
dan belajar di alam bebas.

27
Landasan dan Model Pembelajaran

6) Tari Bambu
Kelebihan model pembelajaran tari bambu
Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta
didik. Oleh karena itu kelebihan metode ini (Istarani, 2011) adalah:
1. Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses
pembelajaran.
2. Meningkatkan kerjasama diantara siswa.
3. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.
Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu
Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki
beberapa kekurangan, yaitu:
1. Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses
belajar mengajar.
2. Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.
3. Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.

7) Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
Kelebihannya:
1. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
2. Melatih kesiapan siswa
3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
4. Cocok untuk tugas sederhana
5. Interaksi lebih mudah
6. Lebih mudah dan cepat membentuknya
7. Meningkatkan partisipasi anak
Kelemahannya:
1. Untuk mata pelajaran tertentu
2. Waktu yang dibutuhkan banyak
3. Materi yang didapat sedikit

28
Landasan dan Model Pembelajaran

4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor


5. Lebih sedikit ide yang muncul
6. Jika ada perselisihan tidak ada penengah

8) Debat
Kelebihan
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang
telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah
diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

Kekurangan
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak
menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai
berargumen hanya diam dan pasif.

9) Role playing
Kelebihan:
 Memberikan kesan yang kuat dan lama terhadap ingatan peserta didik.
 Menarik bagi peserta didik, sehingga menjadikan kelas menjadi
antusias dan dinamis.
 Membangkitkan semangat dalam diri peserta didik serta menumbuhkan
kebersamaan.
 Peserta didik bisa terjun langsung dalam memerankan sesuatu yang
hendak di bahas dalam kegiatan belajar.
Kekurangan:
 Membutuhkan waktu yang lama dalam kegiatan skenario
 Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memainkan peran

29
Landasan dan Model Pembelajaran

 Kegiatan bermain peran tidak akan maksimal jika suasana kelas tidak
memadai
 Jika peserta didik tidak dipersiapkan dengan sungguh-sungguh maka
skenario tidak akan berjalan dengan baik
 Tidak semua konsep pembelajaran bisa menggunakan model ini

10) Talking stick


Kelebihan
1. Dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa tidak
tegang dan bisa belajar dengan baik, sehingga siswa merasa termotivasi
dan senang untuk dapat mengikuti pelajaran serta dapat menguasai materi
pelajaran.
2. Dapat sekali dayung dua pelajaran yaitu pelajaran beryanyi dan mapel
yang dipakai.
3. Siswa menjadi termotivasi untuk kreatif dalam berbagai macam lagu.
Kekurangan
1. Model pembelajaran ini tidak efektif jika siswa tidak bisa bernyanyi.
2. Pemberian sanksi yang kurang pas akan menghambat proses
pembelajaran.
3. Membutuhkan waktu yang agak lama.

3. Terhadap kelemahan dari ke-10 jenis model tersebut diatas, jelaskan


solusi penyempurnaannya
Jawab :
1) Solusi dari Kelemahan CRI (
a. Hindari kelas yang tinggi sehingga penerapan model ini dapat
maksimal digunakan
b. Terapkan pada pelaran-pelajaran yang sederhana dan mudah
dipahami peserta didik

30
Landasan dan Model Pembelajaran

2) Solusi dari Kelemahan DLPS


a. Terapkan pada pelajaran yang banyak mengandung masalah,
misalkan pada pelajaran social atau terhadap perkambangan zaman
b. Sesuaikan dalam pencarian masalah sesuai dengan kemampuan
siswa atau melihat permasalahan dilingkungan sekitar sesuai dengan
materi yangkan diberikan
c. Kurangi hal-hal yang menimbulkan resiko
d. Lakukan evaluasi sesuai dengan permasalahan yang ada dan batasi,
agar tidak mengalami kesulitan
e. Buat rencana yang matang agar bisa tercapai tujuan pembelajaran

3) Solusi dari Kelemahan Learning cycle


a. Guru harus lebih banyak literasi sekaligus mencari informasi-
informasi terupdate tentang materi yang kan disampaikan
b. Membuat skema pembelajaran yang efektif dan aktif dengan melihat
situasi anak dan lingkungan. Sehingga peserta didik akan mudah dan
menikmati pembelajaran
c. Pengelolan kelas bisa mengondusipkan/memaksimalkan kerja ketua
kelas dalam mengatur peserta didik
d. Membuat rencana pembelajaran dari jauh-jauh hari, sehingga pada
prakteknya tidak akan terasa kesulitah dan tidak akan menyita
banyak waktu

4) Solusi dari Kelemahan CIRC


a. Guru harus memberikan stimulus kepada seluruh siswa agar semua
siswa bisa memberikan atau memaparkan gagasan
b. Semua siswa diarahkan untuk proaktif dalam penyampaian gagasan

31
Landasan dan Model Pembelajaran

5) Solusi dari Kelemahan IOC


a. Bekerjasama dengan piahak sekolah untuk menata ruang kelas
sehingga bisa memaksimalkan model pembelajaran ini
b. Guru melihat situasi lingkungan yang bisa dipergunakan untuk
menunjang telaksananya model IOC ini.

6) Solusi dari Kelemahan Tari Bambu


a. Siswa dibagi kembali supaya tidak menyulitkan proses belajar
mengajar
b. Siswa diberikan tugas yang bisa membuat peserta didik tetap
antusias belajar
c. Mengefektifkan waktu yang diberikan

7) Solusi dari Kelemahan Artikulasi


a. Dicoba di beberapa mata pelajaran
b. Mengefektifkan waktu yang diberikan sesuai KBM
c. Sedikit materi tapi dibuat menarik dan mudah diingat anak
d. Guru memberikan pelayanan/jawab yang memuaskan terhadap
peserta didik
e. Ditampung ide-ide yang masuk/mengoptimalkannya
f. Hindari perselisihan

8) Solusi dari Kelemahan Debat


a. Perlu ada moderator yang pandai mengatur jalannya debat supaya
tidak berebut
b. Setiap sesi diatur sedemikian rupa sehingga adu argumen akan
tetap kondusif
c. Melakukan rotasi penanya ataupun yang menjawab

9) Solusi dari Kelemahan Role Playing


a. Mengefektifkan waktu

32
Landasan dan Model Pembelajaran

b. Guru memberikan bantuan bagi siswa yang mengalami kesuiatan


memerankan perannya
c. Membuat ruangan kelas tetap menyimak teman-temannya dalam
pentasnya
d. Peta konsep yang jelas agar perannya sesaui dengan skenario yang
diinginkan
e. Menempatkan model ini sesuai pelajaran/materinya

10) Talking Stick


a. Dibuat kolaborasi oleh guru, tidak hanya bernyanyi atau
bersenandung yang anak bisa, kalau dipesantren biasanya ada
nadzom yang bisa masuk kesegala lirik
b. Memberikan sangsi dengan tepat sessuai point yang didata
c. Mengefisiensikan waktu yang sudah diberikan jatah oleh sekolah

4. Deskripsikan kembali ke-10 jenis model tresebut di atas dengan


mengintegrasikan solusi penyempurnaan tersebut pada point (3) di atas
Jawab :
1) Model pembelajaran CRI
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang
berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang
dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah
dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan
rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer, 1 untuk amost
guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dn 5 untuk
certain.

2) Model pembelajaran DLPS


DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama daritimbulnya
masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa.

33
Landasan dan Model Pembelajaran

Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan


gap yang menyebabkan munculnya masalah tersebut.
Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative,
pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana
solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut:
menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala,
menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasi
kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan
solusi utama, dan implementasi solusi utama.

3) Model pembelajaran Learning Cycle


a. Engagement (keterlibatan):
Keterlibatan (engagement) adalah waktu ketika guru berada di tengah
kegiatan pembelajaran. Guru menciptakan masalah, menilai pengetahuan
awal siswa, membantu siswa membuat hubungan, dan menginformasikan
melangkah ke tahap selanjutnya.
b. Exploration (Eksplorasi):
Siswa mengumpulkan data untuk memecahkan masalah. Guru memastikan
para siswa mengumpulkan dan mengatur data mereka untuk memecahkan
masalah. Para siswa
c. Explanation (Penjelasan):
Pada fase proses ini, siswa menggunakan data yang mereka kumpulkan
untuk memecahkan masalah dan melaporkan apa yang mereka lakukan
dan mencoba untuk mencari tahu jawaban atas masalah yang disajikan.
Guru juga memperkenalkan kosa kata baru, frasa atau kalimat untuk label
apa yang siswa sudah tahu.
d. Elaboration (Elaborasi):
Guru memberi siswa informasi baru yang lebih luas apa yang mereka telah
pelajari di bagian-bagian awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru juga
menciptakan masalah agar siswa mampu memecahkan masalah dengan
menerapkan apa yang telah mereka pelajari.

34
Landasan dan Model Pembelajaran

e. Evaluation (Evaluasi):
Guru dapat mengadakan evaluasi dengan tes pada akhir setiap tahap.

4) Model Pembelajaran CIRC


Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar
kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Bisa disimpulkan bahwa ada tiga fase yang bisa di konsep:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan
tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil
penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan
guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada
siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan
pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami
dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya
konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian
dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya,
tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar
melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam
situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat
efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi
untuk diujikannya.

35
Landasan dan Model Pembelajaran

c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu


mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan,
memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil
pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan
gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman
sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.

5) Model Pembelajaran IOC


a. Langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan
menghadap keluar
b. Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama dan menghadap ke dalam.
c. Langkah ketiga, kemudian dua siswa yang berpasangan dari lingkaran
kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa
dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing siswa mendapatkan
pasangan baru.
e. Langkah terakhir, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagi informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran individu
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak)
berdiri membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan
menghadap keluar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang
pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan
berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.

36
Landasan dan Model Pembelajaran

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar
berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam
waktu yang bersamaan.
4. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing
siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi informasi.
5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran kelompok
1. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok
yang lain berdiri di lingkaran besar.
2. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan
di atas dan saling berbagi.

6) Model Pembelajaran Tari Bambu


Tari Bambu Individu

1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak)

berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan

kelas.

2. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku.

Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok

karena diperlukan waktu yang relatif singkat

3. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

4. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

5. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran

pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.

37
Landasan dan Model Pembelajaran

Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang

baru untuk berbagi informasi . Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai

dengan kebutuhan.

Tari Bambu Kelompok:

1. Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok

lain.

2. Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas,

kemudian mereka pun saling berbagi informasi.

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa

menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya

jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan

sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang

telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang

baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam

satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.

Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh

orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang

juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap

kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut

sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk

dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup

kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.

38
Landasan dan Model Pembelajaran

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar

saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini

tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi

informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti

ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan

kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog

interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar

pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar

dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

7) Model Pembelajaran Artikulasi


a. Guru menyampaikan indikator pembelajaran dan kompetensi yang akan
dicapai
b. Guru membentuk kelompok dengan masing-masing kelompok dua
orang atau berpasangan.
c. Guru menyampaikan materi seperti biasanya
d. Guru memberikan tugas kepada salah satu dari pasangan siswa untuk
menyampaikan materi yang telah diterima dari guru kemudian teman
pasangannya mendengarkan sambil membuata rangkumannya.
Kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian, Begitu juga dengan
kelompok lainnya.
e. Guru meminta siswa ada yang menyampaikan kembali materi yang
telah diterima tadi di depan kelas. Kemudian siswa yang lain
mendengarkannya.
f. Guru menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum jelas,
kemudian guru kembali menjelaskan/mengulangi materinya kepada
siswa.

39
Landasan dan Model Pembelajaran

g. Guru bersama siswa memberikan kesimpulan terhadap materi yang


telah dipelajari.

8) Model Pembelajaran Debat


1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa
bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
darisetiap pembicaraan dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang
diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa
membuat kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang
ingin dicapai.

40
Landasan dan Model Pembelajaran

9) Model Pembelajaran Role Playing

10) Model Pembelajaran Talking Stick


a. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
c. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
d. Setelah siswa selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari
isinya, guru mempersilahkan siswa untuk menutup isi bacaan.

41
Landasan dan Model Pembelajaran

e. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu siswa,


setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang
tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian sampai sebagian besar
siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
f. Guru memberikan kesimpulan.
g. Guru memberikan evaluasi/penilaian
h. Guru menutup pembelajaran.

BAGIAN II
1. Jelaskan model pembelajaran seperti apakah yang dianggap sempurna
untuk digunakan dalam setiap proses pembelajaran!
Jawab :
Dari beberapa model pembelajaran yang sudah saya pilih di atas, menurut saya
pembelajaran dengan menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran
besar - lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi
dengan menjelaskan isi materi, sebagai contoh pada pembelajran IPA SMP
(penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk
hidup sangat cocok untuk model inside-outside--circle (lingkaran besar -
lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan
sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup
maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak
membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan
menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia
sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan
isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi
materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-
masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.

2. Rumuskan beberapa item indikator keberhasilan atau kebermutuan


sebuah model pembelajaran!

42
Landasan dan Model Pembelajaran

Ini sebagai contoh pembuatan rencana pembelajaranyang di ambil dalam


mata pelajaran IPA tentang pelestarian makhluk hidup

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )


Model pembelajaran IOC

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )


Kelas / semester : 6 / ( satu )
Hari / tanggal : Rabu, 12 desember 2017
Alokasi Waktu : 2 JP x 35 menit
Standar Kompetisi :
Memahami pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk mencegah
kepunahan.
Kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk
perkembangan ilmu pengetahuan alam dan kehidupan masyarakat.
a. Indikator :
Memberi contoh usaha pelestarian lingkungan
b. Tujuan pembelajaran :
1. Memahami pentingnya pelestarian alam untuk generasi berikutnya.
2. Menyebutkan contoh penyebab kepunahan
3. Mengetahui cara mencegah kepunahan makhluk hidup.
c. Materi pembelajaran :
· Buku paket Sains untuk SD Kelas VI bab 4 halaman 71
Kehadiran hewan dan tumbuhan, pada dasarnya dapat menjaga keseimbangan
alam karena terjadi saling membutuhkan (rantai makanan). Alangkah
menyedihkannya jika suatu saat kita tidak dapat memperoleh apa yang kita
butuhkan itu karena sudah punah. Untuk itu kita perlu melestarikannya, sebab
jika tidak dilestarikan anak cucu kita / generasi berikutnya tentu sangat rugi
karena tidak dapat mengenal hewan dan tumbuhan itu.

43
Landasan dan Model Pembelajaran

Penyebab kepunahan yang terjadi akibat perbuatan manusia :


1. Penebangan dan pebakaran hutan
2. Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan
3. Pemburuan liar di hutan
4. Perusakan terumbu karang di laut
5. Pembangunan industry yang menghasilkan limbah dam mencemari
lingkungan
Cara mencegah kepunahan makhluk hidup :
1. Melindungi tempat hidup hewan dan tumbuhan langka dengan membuat
UU dan peraturan, serta cagar alam margasatwa.
2. Mengembang-biakan pembudidayaan hewan dan tumbuhan langka tersebut.
3. Melarang kepemilikan satwa yang di lindungi dengan mengembalikan ke
habitat asalnya.
d. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
e. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdo’a bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen
berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok
dan memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada
lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.

44
Landasan dan Model Pembelajaran

3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
f. Sumber bahan :
 Buku paket Sains untuk SD Kelas VI (erlangga)
 Kliping tentang lingkungan alam
g. Penilaian
 Test perbuatan : presentasi dan kerja kelompok
 Tes lisan

45

Anda mungkin juga menyukai