Bagian 1
1. Deskripsikan langkah-langkah 10 jenis model pembelajaran yang saudara
ketahui tersebut
Jawaban :
1) CRI (Certainly of Response Index)
Model Pembelajaran CRI ini telah dikembangkan oleh Saleem Hasan
(1999: 294-299) yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang
dialami siswa, yang merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden
dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. Hutnal (2002)
mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk
totally guested answer, 1 untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4
untuk almost certain, dan 5 untuk certain.
Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI
adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena
nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan
(Tayubi, 2005: 1). Model Certainly of Response Index(CRI) merupakan model
yang digunakan untuk mengukur tingkat keyakinan siswa terhadap materi yang
telah diajarkan oleh guru. Certainly of Response Index (CRI) adalah ukuran
tingkat keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan (Saleem Hasan dalam Tayubi, 2005).
Seorang responden mengalami miskonsepsi atau tidak tahu konsep dapat
dibedakan secara sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya
jawaban suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban (CRI)
yang diberikannya untuk soal tersebut (Tayubi, 2005).
Tabel ketentuan CRI untuk membedakan antara tahu konsep, miskonsepsi,
dan tidak tahu konsep.
1
Landasan dan Model Pembelajaran
2
Landasan dan Model Pembelajaran
3
Landasan dan Model Pembelajaran
5 Jika dalam menjawab soal tidak ada unsur tebakan sama sekali (0%)
4
Landasan dan Model Pembelajaran
pendekatan DLPS ini menurut Dooley (1999) adalah salah satu pendekatan
yang dapat diandalkan.
Mengenai DLPS Huda (2004:30) menjelaskan bahwa DLPS merupakan
perkembangan lebih lanjut dari teori double loop learning. Dikembangkan
pertama kali oleh Argyris tahun 1976. Dan berfokus pada pemecahan masalah
yang kompeks dan tak terstruktur untuk kemudian dijadikan semacam
perangkat problem solving yang efektif. Lebih lanjut Huda
menjelaskan,pendekatan DLPS yang disarankan disini mengakomodasi adanya
perbedaan level dari penyebab suatu masalah. Termasuk mekanisme
bagaimana sampai terjadi suatu masalah. Siswa perlu didorong dengan
menggunakan stimulus dalam penerapan. Model pembelajaran DLPS untuk
bekerja pada dua loop pemecahan yang berbeda namun saling terkait.
Dua loop yang dimaksud adalah:
a. Loop solusi 1 ditujukan untuk mendeteksi penyebab masalah yang paling
langsung dan kemudian merancang dan menerapkan solusi sementara.
b. Loop solusi 2 berusaha untuk menemukan penyebab yang arasnya lebih
tinggi dan kemudian merancang dan mengiplementasikan solusi dari akar
masalah.
Langkah-langkah model pembelajaran DLPS:
Secara umum double loop problem solving meliputi (Yuspriyanti,2011) :
1. mengidentifiasi masalah,tidak hanya gejalanya. (identifying the problem,
not just thesympton). Pada tahap ini,deteksi yang dilakukan mencakup
segala sesuatu yang menjadi faktor dari masalah yang sedang dihadapi
2. mendeteksi penyebab langsung,dan secara cepat menerapkan solusi
sementara( detecting direct couses and rapidly applying temporary
solutions). Penyebab langsung ini mudah dideteksi dan dapat dicari
solusinya untuk diterapkan secara cepat.
3. mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara(evaluating the success of
the temporary solutions) . Pada tahap ini dilakukan evaluasi seberapa besar
keefektifan dan tingkat keberhasilan dari solusi sementara yang sudah
diterapkan
5
Landasan dan Model Pembelajaran
6
Landasan dan Model Pembelajaran
7
Landasan dan Model Pembelajaran
8
Landasan dan Model Pembelajaran
2. Exploration (Eksplorasi)
Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil
tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan
mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum
dan telaah literatur.
3. Explanation (Penjelasan)
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri,
meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan
diskusi. Pada tahap ini pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang
dipelajari.
4. Elaboration (Pengembangan)
Siswa mengembangkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui
kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
5. Evaluation (Evaluasi)
Pengajar menilai apakah pembelajaran sudah berlangsung baik dengan jalan
memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa setelah menerima materi
pelajaran.
Tipe-tipe dalam model pembelajaran siklus belajar
Lawson mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif yaitu para siswa menemukan pola empiris dalam konteks
khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah
atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain
(aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi yaitu para siswa juga menemukan pola empiris dalam
konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan
sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis deduktif yaitu dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa
diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang
mungkin pada terhadap pernyataan itu.
9
Landasan dan Model Pembelajaran
10
Landasan dan Model Pembelajaran
Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti: ilmu
pengetahuan sosial, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang
paling cocok digunakan dengan teknik IOC ini adalah bahan yang
membutuhkan pertukaran pikiran dan informasi antar siswa.
Langkah-langkah Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside circle)
Menurut Spencer Kagan, ada lima langkah utama dalam penerapan Model
IOC ini, yaitu:
a) Langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil
dan menghadap keluar.
b) Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar
lingkaran pertama dan menghadap ke dalam.
c) Langkah ketiga, kemudian dua siswa yang berpasangan dari
lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi
ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
d) Langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser
satu atau dua langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing
siswa mendapatkan pasangan baru.
e) Langkah terakhir, giliran siswa yang berada di lingkaran besar
yang membagi informasi. Demikian seterusnya.
Anita Lie mengembangkan langkah-langkah yang dirumuskan Kagan.
Dalam pengembangan (Anita Lie, 2008:66), siswa dalam kelas dibagi menjadi
dua lingkaran, yaitu lingkaran individu dan lingkaran kelompok.
Penjelasannya sebagai berikut :
a. Lingkaran individu
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri
membentuk lingkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap
keluar.
11
Landasan dan Model Pembelajaran
12
Landasan dan Model Pembelajaran
luar. Siswa 1 akan berhadapan dengan siswa siswa 16; siswa 2 akan
berhadapan dengan siswa 17; siswa 3 akan berhadapan dengan siswa 18; begitu
seterusnya dalam bentuk lingkaran.
c) Setiap pasangan siswa dari lingkaran kecil dan besar saling berbagi
informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil (lingkaran dalam)
dipersilahkan memulai terlebih dahulu. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan
oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan, namun tetap dengan nada
bicara tenang (tidak terlalu keras). Setelah itu, siswa yang berada di lingkaran
besar (lingkaran luar) di persilahkan untuk berbagi informasi.
d) Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara
siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
perputaran jarum jam. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapatkan
pasangan yang baru untuk berbagi informasi lagi.
e) Sekarang, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagikan
informasi. Demikian seterusnya.
2) Lingkaran Kelompok
a) Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok lain
berdiri di lingkaran besar.
b) Setiap kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang di
jelaskan di atas sambil saling berbagi informasi. (Informasi ini bergantung bagi
guru: apakah mereka diminta untuk bertanya beberapa hal penting terkait
dengan hobi, cita-cita, atau hal-hal lain berhubungan dengan tugas
pembelajaran).
Manfaat Model Pembelajaran IOC ( Inside-outside circle)
Manfaat bagi Siswa, antara lain;
1. Membantu peserta didik meningkatkan pemahaman materi
pembelajaran,
2. Meningkatkan rasa percaya diri peserta didik
3. Mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran sehingga
memperoleh hasil maksimal,
13
Landasan dan Model Pembelajaran
6) Tari Bambu
Model pembelajaran tari bambu (bamboo dancing) merupakan
pembelajaran kooperatif.Jadi tari bambu merupakan salah satu jenis
metodepembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kooperatif
untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajari dan
mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Suprijono (2009:98). Sedangkan
menurut Istarani, 2011, Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan
untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi
antar peserta didik.
Tari Bambu merupakan pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh
Anita Lie (2002). Dinamakan tari bambu karena siswa berjajar dan saling
berhadapan dengan metode yang mirip seperti dua potong bambu yang
digunakan dalam Tari Bambu Filipina yang juga populer di beberapa daerah di
Indonesia.Model Tari Bambu adalah model pembelajaran yang mampu
memberikan informasi yang saling bersamaan. Model ini merupakan
pengembangan dari model Inside-Outside-Circle (Huda,2012:147).
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu Menurut Para Ahli
Langkah-langkah Teknik Tari Bambu ada 5 langkah spesifikasi untuk
meningkatkan kesuksesan menggunakan teknik ini (Anita Lie, 2008: 65-66).
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu
banyak) berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa
berjajar di depan kelas.
14
Landasan dan Model Pembelajaran
15
Landasan dan Model Pembelajaran
16
Landasan dan Model Pembelajaran
7) Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan
sebagai ‘penerima pesan’ sekaligus berperan sebagai ‘penyampai pesan.’
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok
kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Konsep
pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua
orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
17
Landasan dan Model Pembelajaran
8) Debat
Menurut Hendrikus (2009: 120), debat pada hakikatnya merupakan saling
adu argumentasi antarpribadi atau antarkelompok manusia, dengan tujuan
mencapai kemenangan untuk suatu pihak. Ketika berdebat setiap pribadi atau
kelompok mencobauntuk saling menjatuhkan agar pihaknya berada pada posisi
yang benar.
Lebih lanjut Hendrikus (2009: 121) menjelaskan, ada dua bentuk debat.
Bentuk debat yang pertama, yaitu debat Inggris.
Dalam debat ini ada dua kelompok yang berhadapan yaitu kelompok pro
dan kelompok kontra. Sebelum dimulai perdebatan ditentukan terlebih dahulu
dua pembicara dari setiap kelompok. Debat dimulai dengan memberi
kesempatan kepada pembicara pertama dari salah satu kelompok untuk
merumuskan argumentasinya dengan jelas dan teliti.
Pembicara dari kelompok lain menanggapi pendapat pembicara pertama,
tetapi tidak boleh mengulangi pikiran yang sudah disampaikan. Selanjutnya
para pembicara kedua dari setiap kelompok diberi kesempatan untuk berbicara
sesuai urutan pada para pembicara pertama.
18
Landasan dan Model Pembelajaran
Aspek-Aspek Debat
Aspek-aspek debat aktif adalah segi dalam debat yang memenuhi
kelengkapan keberlangsungan debat. Berdasarkan urutan pada bagian
sebelumnya, bahwa debat memiliki aspek yang harus diperhatikan karena
merupakan bagian yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainny
Adapun aspek-aspek dalam debat diantaranya adalah:
1. Tema
Tema adalah suatu hal yang merupakan masalah atau persoalan yang
akan dibahas dan dikembangkan didalam debat. Tema menjadi pokok
pembicaraan dan hampir selalu melekat dan menjiwai seluruh proses debat.
Tema debat yang menarik perhatian akan mendatangkan minat dan hasrat
akan muncul untuk mengetahui isi tema lebih lanjut. Jika isi tema telah atau
19
Landasan dan Model Pembelajaran
20
Landasan dan Model Pembelajaran
9) Role Playing
Menurut Jill Hadfield (Basri Syamsu, 2000) model pembelajaran role
playing merupakan salah satu permainan gerak yang didalamnya terdapat
aturan, tujuan dan sekaligus melibatkan unsur bahagia. Dalam bermain peran
siswa mesti diarahkan pada situasi tertentu seakan-akan berada di luar kelas,
meskipun kenyataannya pada saat pembelajaran berlangsung terjadi di dalam
kelas. Selain itu, model pembelajaran role playing tak jarang dimaksudkan
21
Landasan dan Model Pembelajaran
sebagai salah satu bentuk bentuk aktifitas dimana peserta didik membayangkan
dirinya seakan-akan berada di luar kelas dan berperan sebagai orang lain.
Pada model pembelajaran bermain peranan, titik fokusnya terletak pada
keterlibatan emosional serta pengamatan indera ke dalam situasi permasalahan
nyata yang dihadapi. Melalui model bermain peran ini, diharapkan para siswa
bias:
1. mengeksplorasi perasaannya.
2. mendapatkan wawasan tentang nilai, sikap dan persepsinya;
3. mengembangkan sikap serta keterampilan dalam memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi
4. mengeksplorasi inti dari masalah yang diperankan melalui berbagai
teknik/cara.
Selain itu ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pemilihan topik
masalah (skenario) sehingga akan memadai bagi para siswa, adapun
diantaranya: usia siswa, latar belakang, kerumitan masalah, sosial budaya,
kepekaan topik yang dijadikan sebagai masalah dan pengalaman siswa dalam
bermain peran. Pada model belajar ini siswa dijadikan sebagai subyek dari
kegiatan pembelajaran, dan mereka secara aktif harus melakukan praktik-
praktik berkomunikasi dengan temannya dalam kondisi tertentu. Pembelajaran
efektif akan dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa
(Departemen Pendidikan Nasional,2002).
Langkah-langkah model pembelajaran role playing
Apabila anda sudah faham tentang pengertian dari model pembelajaran
role playing maka selanjutnya anda bisa menerapkan model pembelajaran ini
dengan mengikuti step-stepnya dibawah:
1. Guru menyusun serta menyiapkan skenario
2. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario beberapa
hari sebelum kegiatan berlangsung
3. Guru membuat kelompok yang berisikan 5 orang siswa
4. Menjelaskan kompetensi yang hendak dicapai
5. Memanggil peserta didik untuk menjalankan skenario
22
Landasan dan Model Pembelajaran
23
Landasan dan Model Pembelajaran
24
Landasan dan Model Pembelajaran
25
Landasan dan Model Pembelajaran
26
Landasan dan Model Pembelajaran
i. Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
j. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil
belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama.
k. Membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru
dalam proses pembelajaran (Suprijono, 2009:131).
Kekurangan CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition)
a. Pada saat dilakukan persentasi terjadi kecenderungan hanya siswa pintar
yang secara aktif tampil menyampaikan dan gagasan.
b. Siswa yang pasif akan merasa bosan sebagai tanggung jawab bersama
(Suprijono, 2009:132).
27
Landasan dan Model Pembelajaran
6) Tari Bambu
Kelebihan model pembelajaran tari bambu
Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang
membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta
didik. Oleh karena itu kelebihan metode ini (Istarani, 2011) adalah:
1. Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses
pembelajaran.
2. Meningkatkan kerjasama diantara siswa.
3. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.
Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu
Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki
beberapa kekurangan, yaitu:
1. Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses
belajar mengajar.
2. Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.
3. Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
7) Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
Kelebihannya:
1. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
2. Melatih kesiapan siswa
3. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
4. Cocok untuk tugas sederhana
5. Interaksi lebih mudah
6. Lebih mudah dan cepat membentuknya
7. Meningkatkan partisipasi anak
Kelemahannya:
1. Untuk mata pelajaran tertentu
2. Waktu yang dibutuhkan banyak
3. Materi yang didapat sedikit
28
Landasan dan Model Pembelajaran
8) Debat
Kelebihan
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang
telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah
diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Kekurangan
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak
menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai
berargumen hanya diam dan pasif.
9) Role playing
Kelebihan:
Memberikan kesan yang kuat dan lama terhadap ingatan peserta didik.
Menarik bagi peserta didik, sehingga menjadikan kelas menjadi
antusias dan dinamis.
Membangkitkan semangat dalam diri peserta didik serta menumbuhkan
kebersamaan.
Peserta didik bisa terjun langsung dalam memerankan sesuatu yang
hendak di bahas dalam kegiatan belajar.
Kekurangan:
Membutuhkan waktu yang lama dalam kegiatan skenario
Peserta didik sering mengalami kesulitan dalam memainkan peran
29
Landasan dan Model Pembelajaran
Kegiatan bermain peran tidak akan maksimal jika suasana kelas tidak
memadai
Jika peserta didik tidak dipersiapkan dengan sungguh-sungguh maka
skenario tidak akan berjalan dengan baik
Tidak semua konsep pembelajaran bisa menggunakan model ini
30
Landasan dan Model Pembelajaran
31
Landasan dan Model Pembelajaran
32
Landasan dan Model Pembelajaran
33
Landasan dan Model Pembelajaran
34
Landasan dan Model Pembelajaran
e. Evaluation (Evaluasi):
Guru dapat mengadakan evaluasi dengan tes pada akhir setiap tahap.
35
Landasan dan Model Pembelajaran
36
Landasan dan Model Pembelajaran
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lingkaran besar
berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam
waktu yang bersamaan.
4. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat,
sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua
langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini, masing-masing
siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi informasi.
5. Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang
membagikan informasi. Demikian seterusnya.
Lingkaran kelompok
1. Satu kelompok berdiri di lingkaran kecil menghadap keluar. Kelompok
yang lain berdiri di lingkaran besar.
2. Kelompok berputar seperti prosedur lingkaran individu yang dijelaskan
di atas dan saling berbagi.
berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan
kelas.
5. Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran
37
Landasan dan Model Pembelajaran
dengan kebutuhan.
lain.
menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya
jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan
telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang
baru.
satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.
dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup
38
Landasan dan Model Pembelajaran
Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar
saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini
39
Landasan dan Model Pembelajaran
40
Landasan dan Model Pembelajaran
41
Landasan dan Model Pembelajaran
BAGIAN II
1. Jelaskan model pembelajaran seperti apakah yang dianggap sempurna
untuk digunakan dalam setiap proses pembelajaran!
Jawab :
Dari beberapa model pembelajaran yang sudah saya pilih di atas, menurut saya
pembelajaran dengan menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran
besar - lingkaran kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi
dengan menjelaskan isi materi, sebagai contoh pada pembelajran IPA SMP
(penyesuaian makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk
hidup sangat cocok untuk model inside-outside--circle (lingkaran besar -
lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam kehidupan
sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup
maka anak memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
dengan informasi yang disampaikan oleh guru, sehingga pada saat anak
membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan
menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia
sampaikan kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan
isi/materi yang cukup banyak sehingga memudahkan guru untuk membagi
materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna masing masing-
masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
42
Landasan dan Model Pembelajaran
43
Landasan dan Model Pembelajaran
44
Landasan dan Model Pembelajaran
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
f. Sumber bahan :
Buku paket Sains untuk SD Kelas VI (erlangga)
Kliping tentang lingkungan alam
g. Penilaian
Test perbuatan : presentasi dan kerja kelompok
Tes lisan
45